Anda di halaman 1dari 27

Tetes Mata dan Salep

Mata

Robby Armando
Amalia Dewi Ramdani
Eva Herlina Sagala
Yohanes Susanto
Pengertian tetes mata
FI III ; 10
Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi
digunakan pada mata dengan cara meneteskan obat pada
selaput lendir mata disekitar kelopak mata atau bola mata.
Scoville’s ; 231
Larutan mata merupakan cairan steril atau larutan berminyak
dari alkaloid, garam-garam alkaloid, antibiotik atau bahan-bahan
lain yang ditujukan untuk dimasukkan kedalam mata. Ketika
cairan, larutan harus isotonis larutan mata digunakan untuk
antibakterial, anestetik, midriatik, miotik atau maksud diagnosa
larutan ini disebut juga tetes mata dan collyria (singular
collyrium).
Syarat-syarat sediaan mata
Faktor- faktor dibawah ini sangat penting dalam pembuatan sediaan mata :
• Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan. Sterilitas akhir dari
collyrium (tetes mata) dan adanya bahan antimikroba untuk menahan
pertumbuhan dari suatu organisme yang ada selama penggunaan sediaan
• Isotonisitas dari larutan
• Kesesuaian pH dari pembawa untuk menjamin stabilitas optimum
Mata manusia adalah organ yang sangat sensitif, mata itu bereaksi secara cepat
terhadap tiap perubahan dari lingkungan. Untuk alasan ini, larutan yang
digunakan pada mata seperti suspensi dan salep harus disiapkan dengan
perawatan yang sangat teliti. Persyaratan yang harus dipertimbangkan pada
sediaan dikontrol dari produk sediaan mata :
• Sterilitas
• Kejernihan
• Buffer
• pH
• Tonisitas
• Pengawet
• Zat tambahan
• Kekentalan
• Pengemasan
• Stabilitas
Keuntungan dan kerugian tetes mata
Kelebihan :
• Tidak mengganggu penglihatan ketika digunakan
• USP XXI menggambarkan larutan mata, dengan definisi semua bahan-
bahan adalah lengkap dalam larutan, keseragaman tidak menjadi
masalah, hanya sedikit pengaruh sifat fisika dengan tujuan ini
• Salep mata umumnya menghasilkan bentuk yang lebih besar daripada
larutan berair

Kekurangan :
Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif
singkat antara obat dan permukaan yang terabsorpsi
Komposisi tetes mata
Tetes mata berair umumnya dibuat menggunakan cairan pembawa
berair yang mengandung zat pengawet terutama fenil raksa (II) nitrat
atau fenil raksi (II), asetat 0,002%, benzolkonium klorida 0,01 atau
klorheksidine asetat 0,01%, yang pemilihannya didasarkan atas
ketercampuran zat pengawet terhadap obat yang terkandung
didalamnya selama waktu tetes mata itu dimungkinkan untuk
digunakan.
Dom Cooper ; 184
Disamping bahan obat, tetes mata dapat mengandung sejumlah bahan
tambahan untuk mempertahankan potensinya dan mencegah
kemunduran zat aktifnya. Antara lain dapat mengandung hal-hal
sebagai berikut :
Lanjutan ....
• Pengawet. Pada dasarnya dimaksudkan untuk mencegah perkembangan mikroorganisme
yang dapat ada selama penggunaan tetes mata. Larutan untuk tetes mata menggunakan
feril merkuri, nitrat, fenil etil alkohol dan benzol konium klorida.
• Pengaturan isotonisitas dengan sekresi laknimal. Secara normal digunakan untuk mengatur
tekanan osmotik yang cocok dari larutan tetes mata, namun dalam beberapa kasus bahan
obat membuat larutan hipertonis, seperti tetes mata sulfisetanid, mata dapat sedikit
bertoleransi pada variasi yang luas dalam tekanan osmotik dari larutan mata tapi ini biasa
dan mungkin untuk mengaturnya menjadi isotonis dengan sekresi lakrimal.
• Oksidasi bahan obat. Banyak obat mata dengan mudah dioksidasi dan biasanya dalam
suatu kasus, dimasukkan setelah pereduksi natrium metabisulfit dalam konsentrasi 0,1%
sering digunakan untuk tujuan ini. Digunakan untuk contoh dalam tetes mata BDS dari
fisostigmin, fenilefrin dan sulfatamia.
• Konsentrasi ion hidrogen. Perlu suatu konsentrasi ion H+ yang stabil dan beberapa larutan
buffer umumnya digunakan. Contoh dari penggunaan bahan pendapar Na sitrat digunakan
dalam tetes mata perilefrin. Asam borat dan boraks dalam tetes mata dari krednisolon Na
sulfat.
• Bahan pengkhelat. Ketika ion logam dapat menyebabkan peruraian dari bahan obat dalam
larutan. Suatu bahan pengkhelat yang mengikat ion-ion dalam kompleks organik akan
memberikan perlindungan Na EDTA adalah satu dari bahan pengkhelat terbaik yang
dikenal.
• Viskositas. Untuk menghasilkan larutan kental yang akan memperpanjang aksi dari larutan
mata untuk penahanan yang lebih lama dalam kontak dengan permukaan mata, bahan
pengental digunakan yaitu metil selulosa 1% telah digunakan untuk tujuan ini.
Bahan tambahan tetes mata
1. Pengawet
Sebagaimana yang telah dikatakan, ada bahan untuk mencegah perkembangan mikroorganisme
yang mungkin terdapat selama penggunaan tetes mata. Larutan untuk tetes mata khusus, yang
paling banyak tetes mata dan yang lain menggunakan fenil merkuri nitrat, fenil etil alcohol dan
benzalkonium klorida.
2. Isotonisitas dengan Sekresi Lakrimal
NaCl normalnya digunakan untuk mencapai tekanan osmotik yang sesui dengan larutan tetes
mata.
3. Oksidasi Obat
Banyak obat mata dengan segera dioksidasi dan biasanya dalam beberapa kasus termasuk
bahan pereduksi. Natrium metasulfit dalam konsentrasi 0,1% umumnya digunakan untuk
tujuan ini.
4. Konsentrasi Ion Hidrogen
Butuh untuk kestabilan konsentrasi ion hidrogen, dan beberapa buffer telah digambarkan.
Sodium sitrat digunakan dalam tetes mata fenilefrin.
5. Bahan Pengkhelat
Ketika ion-ion dan logam berat dapat menyebabkan peruraian obat dalam larutan digunakan
bahan pengkhelat yang mengikat ion dalam kompleks organik, akan memberikan perlindungan.
Na2EDTA, satu yang paling dikenal sebagai pengkhelat.
6. Viskositas
Untuk menyiapkan larutan kental dengan memberi aksi yang lama pada larutan mata dengan
tetap kontak lebih lama pada permukaan mata, bahan pengental dapat digunakan,
metilselulosa 1% telah digunakan untuk tujuan ini.
Prosedur pembuatan tetes mata
Dalam pembuatan sediaan tetes mata ada beberapa tahapan yang
dilakukan yaitu pertama melakukan kalibrasi botol sebagai wadah
sediaan. Kemudian alat – alat praktikum yang akan digunakan
disterilkan ke dalam oven dengan suhu 121ᵒC selama 15 menit.
Dilanjutkan dengan Mensterilkan bahan yang dibutuhkan dengan
memasukkannya ke dalam oven suhu 45ᵒC selama 15 menit.
Bahan aktif yang digunakan yaitu dexamethasoni ditimbang sebanyak
50 mg dan dilarutkan dalam 50 ml API (Aqua Pro Injectione) untuk
pengenceran, lalu diambil 1,2 ml dimasukkan dalam beaker glass.
Kemudian Ditimbang NaCl 89 mg, Asam Sitrat 200 mg, Natrium Fosfat
490 mg, dan dilarutkan masing masing bahan yang ditimbang dengan
API qs ad larut dan dimasukkan kedalam hasil pelarutan
dexamethasone. Selanjutnya diambil Metil Merkuri 1 tetes, di
teteskan kedalam campuran sampai homogeny dan dimasukkan hasil
campuran kedalam botol tetes samba disaring serta ditambahkan API
ad 10 ml
Parameter tetes mata yang baik
1. Kejernihan
Larutan mata haruslah bebas dari partikel asing dan jernih secara normal yang diperoleh dengan
filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak
dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk menghilangkannya. Pengerjaan
penampilan dalam lingkungan bersih.
Penggunaan Laminar Air Flow akan memberikan kebersamaan untuk penyiapan larutan jernih bebas
partikel asing. Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan strerilitas dilakukan dalam langkah
filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk
pembersihan wadah dan tutup. Keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tidak
tertumpahkan. Wadah dan tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama
sepanjang penyimpanan. Normalnya dilakukan test sterilitas.
2. Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat kimia bahan obat,pH produk,
metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu), zat tambahan larutan dan tipe pengemasan.
3. Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan berair, larutan mata adalah
isotonik dengan larutan lain ketika magnefudosifat koligatif larutan adalah sama. larutan mata
dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama dengan 0,9% laritan NaCl.
Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas daripada suatu waktu yang diusulkan. Maka
biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5%-1,8% NaCl. Memberikan pilihan,
isotonisitas selalu dikehendaki dan khususnya penting dalam larutan intraokuler. Namun demikian, ini
tidak dibutuhkan ketika total stabilitas produk dipertimbangkan.
Lanjutan....
4. Viskositas
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk memperpanjang lama
kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti
metilselulosa, polivinil alkohol dan hidroksi metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk
meningkatkan viskositas. Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam
waktu kontak dalam mata. Umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan
meningkat lama kontak dalam mata.
5. Tambahan (Additives)
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan, namun demikian
pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium Bisulfat atau metabisulfat,
digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%, khususnya dalam larutan yang mengandung
garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askorbat atau asetilsistein juga digunakan.
Antioksidan berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin.
Evaluasi obat tetes mata
• Sterilitas : Dimana harus memenuhi persyaratan uji sterilitas.
• Kejernihan : Menggunakan alat khusus, hingga tidak terlihat partikel asing.
• Volume : Dimana volume isi dari setiap netto wadah harus lebih sedikit dari
volume yang ditetapkan.
• Stabilitas bahan aktif : Harus dipastikan bahwa bahan aktif stabil pada
proses pembuatan khususnya pada proses sterilisasi dan stabil pada waktu
penyimpanan sampai waktu tertentu.
• Kemampuan difusi bahan aktif dari sediaan : Sesuai dengan bahasan
tentag pengaruh pH terhadap penetrasi bahan aktif dalam sediaan
merupakan hal yang sangat penting .
• Evaluasi terhadap kemampuan difusi bahan aktif dari sediaan OTM
berlangsung beberapa tahap: Kemampuan perubahan pH sediaan OTM
sebagai akibat penambahan sejumlah volume tertentu larutan pH 7.4,
kecepatan difusi bahan aktif dari sediaan, kecepatan difusi bahan aktif dari
sediaan setelah penambahan sejumlah volume tertentu larutan dengan pH
7.4
Bentuk sediaan tetes mata
• Tetes mata single dose
Obat jenis ini merupakan obat tetes mata tanpa pengawet. Kemasannya
berbentuk botol-botol kecil dalam untaian, yang jika akan digunakan,
untaian tersebut dipatahkan dan tutup botol dapat ditutup kembali.
Sediaan ini memiliki 12 tetes tiap botolnya dan setelah kemasan dibuka
dapat digunakan paling lama 3 hari setelah kemasan dibuka
(Rekomendasi Manufactur).

• Tetes mata multi dose


Obat jenis ini merupakan obat tetes mata dalam kemasan botol yang
dapat digunakan berulang kali sampai dengan 1 bulan setelah kemasan
dibuka. Untuk mempertahankan kondisi obat tetap baik. Bentuk
sediaan ini mengandung pengawet yang sesuai digunakan pada obat
mata.
Salep mata
Pengertian salep mata
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan
salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan
yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta
memenuhi syarat uji sterilitas (Anonim, 1995, hal : 12).
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi
homogen dalam dasar salep yang cocok (Anief, 2000) hal 110.
Berbeda dengan salep dermatologi salep mata yang baik yaitu :
1. Steril
2. Bebas hama/bakteri
3. Tidak mengiritasi mata
4. Difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan
mata.
5. Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik leleh mendekati suhu
tubuh (Ansel,1989) hal 562
Keuntungan dan kerugian salep mata
Sediaan mata umumnya dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada
sediaan larutan dalam air yang ekuivalen. Hal ini disebabkan karena waktu kontak
yang lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi. Salep mata
dapat mengganggu penglihatan, kecuali jika digunakan saat akan tidur (Remington
Pharmaceutical Science, hal.1585).
Salep mata bekerja pada kelopak mata, kelenjar sebasea, konjungtiva, kornea dan
iris. Penggunaan salep mata ini memiliki keuntungan dan kerugian diantaranya
adalah:

>> Keuntungan
1. Dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan larutan dalam
air yang ekuivalen.
2. Onset dan waktu puncak absorbsi yang lebih lama.
3. Waktu kontak yang lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi.

>> Kerugian
1. Dapat menggangu pengelihatan, kecuali jika digunakan saat akan tidur.
2. Dari tempat kerjanya yaitu bekerja pada kelopak mata, kelenjar sebasea,
konjungtiva, kornea dan iris.
Basis salep mata
Dasar salep pilihan untuk salep mata harus tidak mengiritasi mata dan harus
memungkinkan difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi
cairan mata. Dasar salep mata yang digunakan juga harus bertitik lebur yang
mendakati suhu tubuh. Dalam beberapa hal campuran dari petroletum dan
cairan petrolatum (minyak mineral) dimanfaatkan sebagai dasar salep mata.
Kadang-kadang zat yang bercampur dengan air seprti lanolin ditambahkan
kedalamnya. Hal ini memungkinkan air dan obat yang tidak larut dalam air
bartahan selama sistem penyampaian (Ansel,1989) hal 562.
Oculenta, sebagai bahan dasar salep mata sering mengandung vaselin, dasar
absorpsi atau dasar salep larut air. Semua bahan yang dipakai untuk salep mata
harus halus, dan enak dalam mata. Salep mata terutama untuk mata yang luka,
Harus steril dan diperlukan syarat-syarat yang lebih teliti maka harus dibuat
dengan seksama. Syarat oculenta adalah:
1. Tidak boleh mengandung bagian-bagian kasar.
2. Dasar salep tidak boleh merangsang mata dan harus memberi kemungkinan
obat tersebar dengan perantaraan air mata.
3. Obat harus tetap berkhasiat selama penyimpanan.
4. Salep mata harus steril dan disimpan dalam tube yang steril (Anief, 2000, hal:
117).
Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan
dalam Menyediakan Sediaan Salep Mata

1. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan


aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas. Bila bahan tertentu
yang digunakan dalam formulasi tidak dapat disterilkan dengan cara biasa,
maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat uji sterilitas dengan
pembuatan secara aseptik. Salep mata harus memenuhi persyaratan uji
sterilitas. Sterilitas akhir salep mata dalam tube biasanya dilakukan dengan
radiasi sinar γ. (Remingthon pharmauceutical hal. 1585).
2. Kemungkinan kontaminasi mikroba dapat dikurangi dengan melakukan
pembuatan uji dibawah LAF.
3. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai
untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin
masuk secar tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan.
Kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah
bersifat bakteriostatik (lihat bahan tambahan seperti yang terdapat pada
uji salep mata.
Syarat salep mata
1. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk
mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara
tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan; kecuali dinyatakan lain
dalam monografi dan formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik.
2. Salep mata harus bebas dari partikel kasar.
3. Harus memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada uji salep mata.
4. Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan
penutupan, harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada
pemakaian pertama.
5. Dasar salep yang digunakan tidak boleh mengiritasi mata.
6. Dasar salep memungkinkan difusi obat dalam cairan mata.
7. Dasar salep tetap mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu
pada kondisi penyimpanan yang tepat.
8. Dasar salep mata yang digunakan juga harus bertitik lebur yang mendakati suhu
tubuh.
Karakteristik sediaan salep mata
1. Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas dari partikel asing dan jernih secara normal diperoleh dengan filtrasi.
Tentunya, pentingnya peralatan filtrasi agar jernih dan tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak
dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk menghilangkannya. Pengerjaan penampilan untuk
larutan dalam lingkungan yang bersih, penggunaan LAF dan harus tidak tertumpah memberikan kebersihan untuk
penyiapan larutan jernih bebas dari partikel asing. Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan sterilisasi
dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya
untuk pembersihan wadah dan tutup. Keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tak tertumpahkan.
Wadah atau tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama dalam penyimpanan. Normalnya
dilakukan tes sterilisasi
2. Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan seperti produk mata tergantung sifat kimia bahan obat, pH produk, metode
penyiapan (khususnya penggunaan suhu), zat tambahan larutan dan tipe pengemasan.
Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok pada mata pada pH 6,8. Namun demikian pH stabilitas
kimia (atau ketidakstabilan) dapat diukur dalam beberapa hari atau bulan. Dengan obat ini, bahan kehilangan
stabilitas kimia kurang dari 1 tahun. Sebaliknya pada pH 5 kedua obat stabil dalam beberapa tahun
3. Buffer dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya diformulasi pada pH yang ekuivalen dengan cairan air mata yaitu 7,4. dan
prkteknya jarang dicapai. Mayoritas bahan aktif dalam optalmology adalah garam basa lemah dan paling stabil
pada pH asam. Ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi kortikosteroid tidak larut. Suspensi biasanya paling stabil
pada pH asam.
pH optimum umumnya menginginkan kompromi pada formulator. pH diseleksi jadi optimum untuk stabil. Sistem
dapar diseleksi agar mempunyai kapasitas adekuat untuk memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi
umur produk. Kapasitas buffer adalah kunci utama situasi ini.
Lanjutan....
4. Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan berair.
Larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketikamagnitude sifat koligatif larutan
adfalah sama. Larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama dengan 0,9 %
larutan NaCl
Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas dari suatu waktu yang diusulkan.
Mata biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5 % – 1,8 % NaCl intraokuler.
Namun demikian ini tidak dibutuhkan ketika stabilitas produk dipertimbangkan
5. Viskositas
USP mengizinkan penggunaan peningkat viskositas untuk memperpanjang waktu kontak dalam
mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metil selulose, polivinil
alkohol dan hidroksil metil selulose ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas
Investigator telah mempelajari efek peningkatan viskositas pada waktu kontak dalam mata.
Umumnya viskositas meningkat dari 25 – 50 cps range signifikan meningkatkan lama kontak
dalam mata
6. Bahan Tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata dibolehkan, namun pemilihannya dalam
jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya natrium bisulfit atau metasulfit, digunakan dalam
konsentrasi sampai 0,3 %, khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin.
Antioksidan lain seperti asam askobat atau asetilsistein dapat digunakan. Antioksidan ini
berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin.
Bahan pembuatan salep mata
• Obat salep mata harus steril berisi zat antimikrobial preservative, antioksidan, dan stabilizer. Menurut USP XXV,
salep berisi chlorobutanol sebagai antimikrobial dan perlu bebas bahan partikel yang dapat mengiritasi dan
membahayakan jaringan mata. Sebaliknya, dari EP (2001) dan BP (2001) ada batasan ukuran partikel, yaitu
setiap 10 mikrogram zat aktif tidak boleh mengandung atau mempunyai partikel > 90 nm, tidak boleh lebih
dari 2 partikel > 50nm, dan tidak boleh lebih dari 20,25 nm (Lukas, 2006).
• Bahan tambahan yang ditambahkan ke dalam dasar salep mata berbentuk larutan atau serbuk halus. Salep
mata harus bebas dari partikel kasar dan harusmemenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada
uji salep mata.
• Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian serta harus tertutup rapat
dan disegel untuk menjamin sterilitas pada penggunaan pertama obat. Dasar salap mata yang dipilih
tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi obat dalam caitan mata, dan tetap dapat
mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat
(usia) guna.
• Vaselin merupakan dasar salap mata yang banyak digunakan. Beberapa bahan dasar salep dapat menyerap
air, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air, dan bahan seperti ini memungkinkan dispersi obat larut
secara lebih baik, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata. Zat obat yang ditambahkan ke dalam
dasar salep, apakah dalam bentuk larutan atau dalam bentuk serbuk yang dibuat halus sekali sampai
ukuran mikron. Lalu obat dicampur sampai sempurna dengan dasar salap biasanya memakai penggiling.
Setelah pembuatan salep mata ini diisikan ke dalam tube yang terbuat dari plastik atau timah dimana
sebelumnya telah dibuat steril.
• Tube yang isinya kurang lebih 3,5 gram salap dan dikocokkan dengan ujungnya berliku sempit yang
memungkinkan lompatan segumpal kecil salep. Hal ini sesuai untuk menempatkan salep pada garis tepi
kelopak mata. Hal ini harus dikerjakan tanpa menyentuh mata
Pengujian salep mata

1. Uji Kebocoran Salep Mata


Pilih 10 tube salep mata, dengan segel khusus jika disebutkan. Bersihkan dan keringkan baik-baik
permukaan luar tiap tube dengan kain penyerap. Letakkan tube padaposisi horizontal di atas
lembaran kertas penyerap, dalam oven dengan suhu yang diaturpada 60 C selama 8 jam. Tidak
boleh terjadi kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian selesai (abaikan bekas salep
yang diperkirakan berasal dari bagian luar dimana terdapat lipatan dari tube atau bagian luar dari
ulir tutup tube). Jika terdapat kebocoran pada satu tube tapi tidak lebih dari satu; ulangi pekerjaan
dengan tambahan 20 tube salep. Persyaratan ini memenuhi jika tidak ada satupun dari 10 tube uji
pertama dan kebocoran yang diamati tidak lebih dari satu dari 30 tube yang diuji.
2. Uji Partikulat
Keluarkan isi dari 10 tube salep. Pertama-tama lebur dalam cawan Petri datar dan kemudian
biarkan memadat lalu diamati di bawah mikroskop tenaga rendah yang dilengkapi dengan
micrometer lensa mata untuk partikel yang berukuran 50 μm atau lebih besar dalam beberapa
dimensi. Syarat-syaratnya diterima jika jumlah total dari partikel logam dalam seluruh 10 tube tidak
lebih dari 50 dan jika tidak lebih dari satu tube ditemukan mengandung delapan partikel yang sama.
3. Uji Sterilisasi
Uji untuk sterilisasi produk seperti salep mata telah dipermudah dengan penggunaan
steril membran bacteria-retaining (yang mempunyai porositas 0,45 atau 0,22μm yang umumnya
digunakan). Untuk salep yang larut dalam isopropyl miristat (pelarut yang digunakan tes official
untuk sterilisasi), sampel dilarutkan dalam pelarut tes steril. Untuk salep yang tidak larut dalam
isopropyl miristat disuspensikan dalam pembawa cairan yang cocok yang mengandung bahan
pendispersi dan uji dengan Prosedur Umum Konvensional.
Wadah salep mata
Wadah salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan
penutupan.
Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas
pada pemakaian pertama.
Wadah salep mata kebanyakan menggunakan tube, tube dengan rendahnya luas
permukaan jalan keluarnya menjamin penekanan kontaminasi selama
pemakaianya sampai tingkat yang minimum. Secara bersamaan juga memberikan
perlindungan tehadap cahaya yang baik.
Pada tube yang terbuat dari seng, sering terjadi beberapa peristiwa tak tersatukan.
Sebagai contoh dari peristiwa tak tersatukan telah dibuktikan oleh garam perak
dan garam air raksa, lidocain (korosi) dan sediaan skopolamoin yang mengandung
air (warna hitam). Oleh karena itu akan menguntungkan jika menggunakan tube
yang sebagian dalamnya dilapisi lak. Pada pembuatan tube yang tidak tepat harus
diperhitungkan adanya serpihan – serpihan logam.
Cara penggunaan salep dan tetes
mata
1. Cucilah tangan anda.
2. Jangan menyentuh ujung tube salep.
3. Tengadahkan kepala sedikit miring ke belakang.
4. Pegang tube salep dengan satu tangan dan tariklah pelupuk
mata yang sakit ke arah bawah dengan tangan yang lain
sehingga akan membentuk “kantung”.
5. Dekatkan ujung tube salep sedekat mungkin dengan “kantung”
tanpa menyentuhnya.
6. Bubuhkan salep sesuai dengan yang tertulis di etiket.
7. Pejamkan mata selama 2 menit.
8. Bersihkan salep yang berlebih dengan tissue.
9. Bersihkan ujung tube dengan tissue lain
Perbedaan salep mata dan tetes mata

• Salep mata umumnya menghasilkan bioavailabilitas yang lebih besar


dibandingkan dengan larutan berair lainnya.
• Ditempat kerjanya tetes mata bekerja dari konjungtiva, kornea dan
iris sedangkan salep mata bekerja pada kelopak mata, kelenjar
sebaseus konjungtiva dan kornea serta iris.
Penyimpanan obat mata yang benar
Agar efektifitas pemakaian obat mata optimal, maka penyimpanan obat mata juga
memberikan kontribusi yang tinggi. Penyimpanan obat mata yang benar adalah sebagai
berikut:
• Perhatikan tanggal kadaluarsa (expire date) dari obat mata yang kita simpan. Hal
tersebut tertera dalam wadah obat.
• Perhatikan kondisi obat mata yang kita simpan dari bentuk kemasan, apakah masih
utuh atau ada bagian yang rusak. Kemudian perhatikan apakah warna obat berubah
atau apakah ada endapan.
• Jauhkan dari panas dan paparan matahari langsung.
• Tidak semua obat mata harus disimpan dalam lemari pendingin. Hal ini tergantung
kepada instruksi yang terdapat dalam kemasan obat atau etiket obat.
• Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
• Pisahkan obat mata dengan obat lain yang memiliki bentuk sediaan mirip ( seperti
lem, obat sariawan, obat nyamuk, dan sebagainya) yang dapat menimbulkan
kesalahan pengambilan obat.
• Etiket obat jangan sampai terlepas dari botol obat yang bersangkutan, agar tidak
terjadi kesalahan penggunaan obat.
Pemusnahan obat mata yang benar
• Obat mata yang sudah tidak digunakan atau sudah
memasuki masa kadaluarsa, harus dimusnahkan dengan
cara mengeluarkan seluruh isi obat mata ke dalam tempat
sampah infeksius.
• Membuang kemasan yang sudah kosong ke tempat
sampah.

Anda mungkin juga menyukai