Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tuberculosis a atau penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang bisa bersifat akut
maupun kronis dengan ditandai pembentukan turbekel dan cenderung meluas secara lokal.
Hingga kini, TBC menjadi salah satu problem utama kesehatan dunia, terutama di negara
berkembang.
Di Indonesia TB kembali muncul sebagai penyebab kematian utama setelah penyakit
jantung dan saluran pernafasan. Penyakit TB paru, masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa
tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan
penyakit saluran pernapasan pada semua golongan usia dan nomor 1 dari golongan infeksi.
Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif, penderita TB kebanyakan
dari kelompok sosio ekonomi rendah.
Indonesia menurut laporan WHO tahun 1999 merupakan penyumbang kasus TB terbesar
ketiga di dunia setelah India dan China, dan dari perkiraan jumlah kasus baru penderita TB yang
583.000 sekitar 262.000 diantaranya adalah sumber penularan karena BTA positif.
Sebanyak 1.023 dari 7.641 orang suspek di Kota Bogor, Jawa Barat, dideteksi positif
menderita penyakit Tuberkolosis (TBC), demikian catatan Dinas Kesehatan setempat pada data
Evaluasi Program TB Paru 2010. Kepala seksi Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinas
Kesehatan Kota Bogor Ratna Diah melalui Wasor Penanggulangan Pemberantasan Penyakit TB
Paru Kota Bogor Totih Nurhanah, Rabu, mengatakan, ke-1.023 orang tersebut dinyatakan positif
setelah melakukan pemeriksaan dahak ditingkat puskesmas, rumah sakit, lembaga pemasyarakat
yang ada di Kota Bogor. Dinas Kesehatan Kota Bogor memiliki program penanggulangan TB
Paru dengan melakukan pendataan di 24 Puskesmas, satu balai pengobatan, satu Lapas dan dua
Rumahsakit.
Di 2010 Dinkes menargetkan untuk mendata 10.166 orang suspect TBC dan 1.021 positif TBC.
Observasi

TBC

dan

termasuk

pendataan

penyakit

dilakukan

menular

selama

berbahaya

nomor

satu

tiga

tahun

penyebab

pertriwulan.

kematian.

"Untuk wilayah Jawa Barat, Kota Bogor masuk 10 besar jumlah penderita TBC. Tapi untuk
tingkat kontribusi penderita, Kota Bogor masih rendah karena cakupan luas daerah Kota Bogor
tidak begitu luas. Penyakit TBC saat ini kebanyakan menyerang usia produktif yakni dari usia 14
hingga 54 tahun. Pada evaluasi program TB Paru 2010, kemajuan pengobatan sudah 81 persen.
Artinya sekitar 81 persen penderita sudah tertangani pengobatannya secara menyeluruh.
Diharapkan dengan pengobatan secara berkelanjutan dapat menekan angka jumlah penderita
TBC di Kota Bogor. Karena dari hasil evaluasi Program TB Paru 2011 pada dua triwulan ini,
Dinkes mencatat sudah ada 507 orang positif dari 3.850 suspek yang berhasil didata petugas.
Sedangkan TBC di Depok dari data berdasarkan hasil survei Depkes untuk wilayah Kota
Depok tahun 2009 ditemukan 107 orang penderita TBC dari 100.000 penduduk. Dengan
pertumbuhan penduduk Depok yang berjumlah 1,7 juta jiwa, maka diperkirakan terdapat sekitar
1.500 orang penderita TBC di Kota Depok. Demikian dikemukakan dr Ani Rubiani MKes
Kepala Bidang Pengendalian Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2P-PL)
Dinkes Depok, di ruang kerjanya, Kamis (13/1).
Dari jumlah penderita TBC tersebut, baru ditemukan 625 orang di tahun 2010, atau sekitar
41,6% ungkapnya. Ani menambahkan penderita TBC yang baru harus ditemukan dan
menggiring mereka untuk segera berobat.
Lebih lanjut, sejak tahun 1995 pemerintah telah bekerja sama dengan Badan Kesehatan Dunia
(WHO) dalam upaya mencegah meluasnya penyakit TBC. Kesepakatan kerjasama tersebut telah
menghasilkan sebuah program yang bernama Directly Observed Treatment Shortcource
(DOTS).
Pengertian DOTS adalah pengawasan langsung menelan obat jangka pendek setiap hari oleh
Pengawas Menelan Obat (PMO). Tujuan utamanya adalah mencapai angka kesembuhan yang
tinggi, mencegah putus obat dan mencegah resistensi obat bagi penderita TBC ungkap Ani.
Untuk Kota Depok, Ani mengatakan 32 puskesmas telah melaksanakan program TBC dengan
strategi DOTS.

Untuk kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di Indonesia


telah dimulai sejak diadakan simposium pemberantasan TB Paru di Cilito pada tahun 1969.
Namun sampai sekarang perkembangannya belum menunjukkan hasil yang menggembirakan.
(Depkes, RI, 2002).
Namun diakui bahwa terdapat kendala-kendala dalam pelaksanaan program sejak 1969
ini, antara lain terbatasnya jangkauan program, tingginya angka drop aut dalam pengobatan
karena digunakan obat-obatan jangka panjang. Kebanyakan penderita adalah mereka dari
kalangan pendidikan dan sosio-ekonomi rendah. (Soenggoro Erwin P, 1999).
Penyuluhan kesehatan yang merupakan bagian dari promosi kesehatan adalah rangkaian
kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan di mana
individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup sehat dengan cara
memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesehatannya. Penyuluhan TB perlu dilakukan
karena masalah TB banyak berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat.
Tujuan penyuluhan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta
masyarakat dalam penanggulangan TB. Penyuluhan TB dapat dilaksanakan dengan
menyampaikan pesan penting secara langsung ataupun menggunakan media. Penyuluhan
langsung bisa dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Penyuluhan tidak langsung
dengan menggunakan media, dalam bentuk bahan cetak seperti leaflet, poster, atau spanduk, juga
media massa yang dapat berupa media cetak seperti koran, majalah maupun media elektronik
seperti radio dan televisi.
Dalam program penanggulangan TB, penyuluhan langsung perorangan sangat penting
artinya untuk menentukan keberhasilan pengobatan penderita. Penyuluhan ini ditujukan kepada
suspek, penderita dan keluarganya, supaya penderita menjalani pengobatan secara teratur sampai
sembuh. Bagi anggota keluarga yang sehat dapat menjaga, melindungi dan meningkatkan
kesehatannya, sehingga terhindar dari penularan TB. Penyuluhan dengan menggunakan bahan
cetak dan media massa dilakukan untuk dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas, untuk
mengubah persepsi masyarakat tentang TB dari suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan
dan memalukan, menjadi suatu penyakit yang berbahaya, tapi dapat disembuhkan. Bila
penyuluhan ini berhasil, akan meningkatkan penemuan penderita secara pasif. Penyuluhan
langsung dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, para kader dan PMO, sedangkan penyuluhan

kelompok dan penyuluhan dengan media massa selain dilakukan oleh tenaga kesehatan, juga
oleh para mitra dari berbagai sektor, termasuk kalangan media massa.

1.2. Tujuan Kegiatan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh masyarakat
mengetahui tentang penyakit TBC ini dalam menangani dan mencegahnya guna meningkatkan
kesehatan lingkungan dan keluarga serta kami mampu menjelaskan keterkaitan antara tujuan
pembelajaran field study dengan upaya pengembangan karakternya sebagai calon professional
dalam praktik kedokteran yang mampu menerapkan program kesehatan lingkungan dan
keluarga.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Tuberkulosis
2.1.1.1 Deifinis Tuberkulosis
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh
Mycobakterium

tuberculosis

yang

ditandai

dengan

pembentukan

g r a n u l o m a p a d a jaringan yang terinfeksi.

2.1.1.2 Kuman Tuberkulosis


Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai
Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal
24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.
Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).

Bakteri Mycobakterium tuberkulosis

2.1.1.3 Tanda dan Gejala


Tanda

Penurunan berat badan


Anoreksia/ tidak nafsu makana
Dispneu
Sputum atau dahak purulen/hijau, mukoid/kuning

Gejala
Gejala sistemik/umum
o

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan


malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul

Penurunan nafsu makan dan berat badan

Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)

Perasaan tidak enak (malaise), lemah

Gejala khusus
o

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",
suara nafas melemah yang disertai sesak

Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai


dengan keluhan sakit dada

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di
atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah

Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan


disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam
tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang

2.1.1.4 Penentuan diagnosa


Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu
dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
Anamnesa baik

terhadap pasien maupun keluargany.

Pemeriksaan

fisik

Pemeriksaan

laboratorium (darah, dahak, cairan otak)

Pemeriksaan

patologi anatomi (PA)

Rontgen
Uji

dada (thorax photo)

tuberkulin

Uji Tuberkulin dan Klasifikasi TBC.


Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux
lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada bagian
atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit).
Penilaian uji tuberkulin dilakukan 4872 jam setelah penyuntikan dan diukur
diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.

1.

Pembengkakan

(Indurasi)

04mm,uji

mantoux

negatif.

Arti klinis : tidak ada infeksi


Mikobakterium tuberkulosa.

2.

Pembengkakan
(Indurasi)

39mm,uji mantoux meragukan.


Hal ini bisa karena kesalahan

teknik,

reaksi

silang

dengan

Mikobakterium atipik atau setelah


vaksinasi BCG.
3.

Pembengkakan

(Indurasi)

10mm,uji mantoux positif.


Arti klinis : sedang atau pernah
terinfeksi

Mikobakterium

tuberkulosa.
Pemeriksaan radiologis dapat memperkuat diagnosis, karena lebih 95% infeksi primer
terjadi di paru-paru maka secara rutin foto thorax harus dilakukan. Ditemukannya kuman
Mikobakterium tuberkulosa dari kultur merupakan diagnostik TBC yang positif, namun tidak
mudah untuk menemukannya.
Klasifikasi TBC (menurut The American Thoracic Society, 1981)
Klasifikasi 0

Tidak pernah terinfeksi, tidak ada kontak, tidak menderita TBC

Klasifikasi I

Tidak pernah terinfeksi,ada riwayat kontak,tidak menderita TBC

Klasifikasi II Terinfeksi TBC / test tuberkulin ( + ), tetapi tidak menderita TBC


(gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan
bakteriologi negatif).
Klasifikasi
II

Sedang menderita TBC

I
Klasifikasi
I

Pernah TBC, tapi saat ini tidak ada penyakit aktif

V
Klasifikasi V Dicurigai TBC

2.1.1.5 Penularan TBC

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak
sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan
terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang
dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ
tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lainlain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan
dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya
fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak
mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan
tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang
peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

2.1.1.5 Pencegahan Penularan TBC


Pencegahan :
Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin
Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan (air sabun)
Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan
Menghindari udara dingin
Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat
tidur
Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari
Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya
dan tidak boleh digunakan oleh orang lain
Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein
Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan yang merupakan bagian dari promosi kesehatan adalah rangkaian
kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan di mana
individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup sehat dengan cara
memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesehatannya. Penyuluhan TB perlu dilakukan
karena masalah TB banyak berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat.
Tujuan penyuluhan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta
masyarakat dalam penanggulangan TB. Penyuluhan TB dapat dilaksanakan dengan
menyampaikan pesan penting secara langsung ataupun menggunakan media. Penyuluhan
langsung bisa dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Penyuluhan tidak langsung
dengan menggunakan media, dalam bentuk bahan cetak seperti leaflet, poster, atau spanduk, juga
media massa yang dapat berupa media cetak seperti koran, majalah maupun media elektronik
seperti radio dan televisi.

2.1.1.6 Penatalaksanaan TBC


Dosis obat antituberkulosis (OAT)

Obat

Dosis

harian Dosis

2x/minggu Dosis

3x/minggu

(mg/kgbb/hari)

(mg/kgbb/hari)

(mg/kgbb/hari)

INH

5-15 (maks 300 mg)

15-40 (maks. 900 mg)

15-40 (maks. 900 mg)

Rifampisin

10-20 (maks. 600 mg)

10-20 (maks. 600 mg)

15-20 (maks. 600 mg)

Pirazinamid

15-40 (maks. 2 g)

50-70 (maks. 4 g)

15-30 (maks. 3 g)

Etambutol

15-25 (maks. 2,5 g)

50 (maks. 2,5 g)

15-25 (maks. 2,5 g)

Streptomisin

15-40 (maks. 1 g)

25-40 (maks. 1,5 g)

25-40 (maks. 1,5 g)

Sejak 1995, program Pemberantasan Penyakit TBC di Indonesia mengalami perubahan


manajemen operasional, disesuaikan dengan strategi global yanng direkomendasikan oleh WHO.
Langkah ini dilakukan untuk menindaklanjuti Indonesia WHO joint Evaluation dan National
Tuberkulosis Program in Indonesia pada April 1994. Dalam program ini, prioritas ditujukan
pada peningkatan mutu pelayanan dan penggunaan obat yang rasional untuk memutuskan rantai
penularan serta mencegah meluasnya resistensi kuman TBC di masyarakat. Program ini
dilakukan dengan cara mengawasi pasien dalam menelan obat setiap hari,terutama pada fase
awal pengobatan.
Program DOTS

DOTS atau kependekan dari Directly Observed Treatment, Short-course adalah strategi
penyembuhan TBC jangka pendek dengan pengawasan secara langsung. Dengan menggunakan
startegi DOTS, maka proses penyembuhan TBC dapat secara cepat. DOTS menekankan
pentingnya pengawasan terhadap penderita TBC agar menelan obatnya secara teratur sesuai
ketentuan sampai dinyatakan sembuh. Strategi DOTS memberikan angka kesembuhan yang
tinggi, bisa sampai 95 %. Startegi DOTS direkomendasikan oleh WHO secara global untuk
menanggulangi

Strategi

TBC.

DOTS

terdiri

dari

komponen,

yaitu

1. Adanya komitmen politis dari pemerintah untuk bersungguh-sungguh menanggulangi TBC.


2.

Diagnosis

penyakit

TBC

melalui

pemeriksaan

dahak

secara

mikroskopis.

3. Pengobatan TBC dengan paduan obat anti-TBC jangka pendek, diawasi secara langsung oleh
PMO

(Pengawas

4.

Tersedianya

5.

Pencatatan

paduan
dan

obat

pelaporan

Menelan
anti-TBC
mengenai

jangka

Obat).

pendek

penderita

TBC

secara
sesuai

konsisten.
standar.

Bank dunia menyatakan strategi DOTS merupakan strategi kesehatan yang paling cost effective.
Bangladesh : Dengan strategi DOTS, angka kesembuhan mampu mencapai sekitar 80 %.
Maldives : Angka kesembuhan mencapai angka sekitar 85 % berkat strategi DOTS.
Nepal : Setelah menggunakan DOTS, angka kesembuhan mencapai 85 % (sebelumnya hanya
mencapai

50

%).

RRC : Tingkat kesembuhan mencapai 90 % dengan DOTS.


Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1996 dan telah diimplementasikan secara meluas dalam sistem pelayanan kesehatan
masyarakat. Sampai dengan tahun 2001, 98% dari populasi penduduk dapat mengakses
pelayanan DOTS di puskesmas. Strategi ini diartikan sebagai "pengawasan langsung menelan
obat jangka pendek oleh pengawas pengobatan" setiap hari.
Indonesia adalah negara high burden, dan sedang memperluas strategi DOTS dengan cepat,
karenanya baseline drug susceptibility data (DST) akan menjadi alat pemantau dan indikator
program yang amat penting. Berdasarkan data dari beberapa wilayah, identifikasi dan
pengobatan TBC melalui Rumah Sakit mencapai 20-50% dari kasus BTA positif, dan lebih
banyak lagi untuk kasus BTA negatif. Jika tidak bekerja sama dengan Puskesmas, maka banyak
pasien yang didiagnosis oleh RS memiliki risiko tinggi dalam kegagalan pengobatan, dan
mungkin menimbulkan kekebalan obat.
Akibat kurang baiknya penanganan pengobatan penderita TBC dan lemahnya implementasi
strategi DOTS. Penderita yang mengidap BTA yang resisten terhadap OAT akan menyebarkan
infeksi TBC dengan kuman yang bersifat MDR (Multi-drugs Resistant). Untuk kasus MDR-TB
dibutuhkan obat lain selain obat standard pengobatan TBC yaitu obat fluorokuinolon seperti
siprofloksasin, ofloxacin, levofloxacin (hanya sangat disayangkan bahwa obat ini tidak
dianjurkan pada anak dalam masa pertumbuhan).

Pengendalian pengobatan penderita


Pengendalian pengobatan adalah dengan prinsip DOTS yaitu Pengawasan langsung menelan
obat oleh petugas PMO(pengawas minum obat), seperti petugas kesehatan, kader, kesehatan,
atau keluarga penderita yang disegani.

a) Persyaratan PMO
Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan maupun
penderita. Selain itu harus disegani dan dihormati oleh penderita.
Seseorang yang tinggal dekat dengan penderita
Bersedia membantu penderita dengan sukarela.
Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita.
b) Siapa yang bisa jadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa , Perawat , Pekarya
Sanitarian , juru imunisasi dll . Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO
dapat berasal dari kader Kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK atau tokoh masyarakat lainnya
atau anggota keluarga.
c) Tugas Sorang PMO
Mengawasi penderita TBC agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan.
Memberi dorongan kepada penderita agar mau berobat teratur.
Mengingatkan penderita untuk pemeriksa ulang dahak pada waktu waktu yang telah
ditentukan.
Memberi penyuluhan pada anggota keluarga penderita TBC yang mempunyai gejalagejala tersangka TBC untuk segera memeriksakan diri ke unit Pelayanan kesehatan.
Catatan
Tugas seorang PMO bukanlah untukmengganti kewajiban penderita mengambil obat dari unit
pelayanan kesehatan
d) Informasi penting yang perlu difahami PMO untuk disampaikan
TBC bukan penyakit keturunan atau kutukan.
TBC dapat disembuhkan dengan berobat teratur.
Tata laksana pengobatan penderita pada Tahap intensif dan lanjutan.
Pentingnya berobat secara teratur karena itu pengobatan perlu diawasi.

Efek samping obat dan tindakan yang harus dilakukan bila terjadi efek samping tersebut.
Cara penularan dan mencegah penularan

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Aspek CHOP
Kegiatan : Penyuluhan TB Paru dan Rumah Sehat
Waktu & tempat :
Hari/tanggal :
Tujuan penyuluhan :
1. Menjelaskan mengenai apa itu TB Paru dan apa penyebabnya
2. Menjelaskan bagaimana cara penularan TB Paru
3. Menjelaskan pencegahan serta pengobatan yang harus dilakukan pada orang yang
mengidap TB Paru
4. Menjelaskan tempat rumah sehat sebagai salah satu pencegahan TB Paru
3.1.1. Sasaran Kegiatan
Sasaran dari kegiatan ini adalah ibu-ibu rumah tangga, bapak-bapak, serta kader yang
mendampingi yang diharapkan peserta dapat:
a. Menjelaskan pengertian TBC
b. Menjelaskan penyebab TBC
c. Menjelaskan bagaimana penularan TBC
d. Menjelaskan tanda dan gejala TBC
e. Menjelaskan pengobatan TBC
f.

Menjelaskan pencegahan TBC


3.1.2. Materi Penyuluhan (Terlampir)
a. Pengertian TBC
b. Penyebab TBC
c. Bagaimana penularan TBC
d. Tanda dan gejala TBC
e. Pengobatan TBC
f. Pencegahan TBC
3.1.3. Metode Penyuluhan
Metode promosi kesehatan yang kami gunakan berdasarkan teknik komunikasinya adalah
metode penyuluhan langsung. Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap

muka dengan sasaran yaitu, kunjungan rumah. Kunjungan rumah yang kami lakukan ini
merupakan suatu hubungan langsung antara penyuluh dengan masyarakat sasaran dan
keluarganya di tempat biasa mereka berkumpul.

Suasana saat berlangsungnya penyuluhan yang telah kami lakukan, cukup kondusif dan para
warga khususnya ibu-ibu bisa diajak bekerjasama. Para peserta pun sangat antusias dalam
kegiatan ini, dan mereka tidak segan untuk bertanya serta berbagi pengalaman mengenai TB
Paru.

3.1.4 Media
1. Poster, yang merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar dengan tujuan untuk
mempengaruhi seseorang agar tertarik pada sesuatu, atau mempengaruhi agar seseorang
bertindak akan sesuatu hal.Poster poster yang kami gunakan, ada yang berasal dari
dinas kesehatan berupa poster cetak, dan juga poster yang kami buat sendiri sebagai
tambahan. Adapun poster-poster yang kami tampilkan, berisi tentang dasar-dasar TB
Paru sampai dengan pengobatan serta pencegahannya.
2. Leaflet. Leaflet merupakan selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat
yang singkat, padat, mudah dimengerti dan terdiri dari gambar-gambar sederhana. Dalam
kegiatan penyuluhan kami membagi-bagikan leaflet kepada para warga dengan tujuan
memberikan keterangan singkat atau inti dari topik yang menjadi bahan penyuluhan.
3. Power point. Selain menggunakan poster dan juga leaflet, kami menggunakan media
presentasi power point untuk penyuluhan. Namun karena tidak tersedianya LCD
Projector, presentasi dengan menggunakan power point ini, tidak bisa dilaksanakan.

Kegiatan Penyuluhan
Tahap

Waktu

Penyuluh

Audience

Media

Kegiatan
Pembukaan

5 Menit

Mengucapkan

Salam

Memperkenalkan

Menjawab

Kata-

Salam

Kata/

Mendengarkan

kalimat

Diri

Pelaksanaan

20
menit

tujuan

Menyampaikan

tujuan jika ada

pokok bahasan

yang

Kontrak waktu

jelas

Mendengarkan

Poster

dan menyimak

Leaflet

Bertanya

penyebab TBC

yang belum jelas

Menjelaskan

dan

bagaimana

dimengerti

Menjelaskan tanda

Menjelaskan

Menjelaskan
pencegahan TBC

2. Tanya jawab

kurang

mengenai hal-hal

pengobatan TBC

dan

Menjelaskan

dan gejala TBC

Menjelaskan

penularan TBC

mengenai
perkenalan

pengertian TBC

Bertanya

pokok materi

1. 1. Penyampaian materi

Menyampaikan
tentang

dan menyimak

Memberikan
kesempatan kepada
peserta
bertanya

untuk

belum

Penutup

10

1. 1. Evaluasi dengan

Menit

pertanyaan

sederhana:
Menjelaskan kembali
tentang

pengertian

TBC

Menjelaskan kembali
tentang

tanda

dan

gejala TBC

Menjelaskan kembali
tentang

pencegahan

TBC

2.

Menyampaikan

kesimpulan materi

3. Mengakhiri pertemuan
dan mengucapkan salam

Evaluasi
Prosedur

: Pre Test dan Post Test

Jenis Tes

: Pertanyaan secara lisan

Butir-butir pertanyaan:

Jelaskan pengertian TBC

Jelaskan tanda dan gejala TBC

Jelaskan pencegahan TBC

3.2 Aspek CRP


3.3 Aspek BHP
3.4 Aspek CSP

dapat

menjawab tentang

memberikan pertanyaan

Sasaran

yang

diajukan

Mendengarkan

Memperhatikan

Menjawab Salam

Kata-kata/
Kalimat

3.4.1 Penyuluhan dan Komunikasi


Secara harfiah, penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti obor ataupun alat untuk
menerangi keadaan yang gelap.
Dapat diartikan penyuluhan dimaksudkan untuk memberikan penerangan ataupun
penjelasan kepada mereka yang disuluhi, agar tidak lagi berada dalam kegelapan
mengenai masalah tertentu.
Penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh
sejak mengetahui, memahami, meminati, dan kemudian menerapkannya dalam
kehidupan yang nyata adalah suatu proses komunikasi.

Untuk tercapainya hasil penyuluhan yang baik, sangat dibutuhkan komunikasi yang baik.

3.4.2 Hal-hal pokok dalam desain komunikasi penyuluhan


Masalah yang dihadapi
Siapa yang akan disuluh
Apa tujuan yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan
Pendekatan yang dipakai
Pengembangan pesan
Saluran yang digunakan
Sistem evaluasi yang telah terpasang
Penyuluhan diartikan sebagai usaha menyebarluaskan dan mendidikkan ide-ide dan caracara baru untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Latar belakang dan konsep-konsep komunikasi pembangunan banyak dijadikan sebagai
acuan dalam penyuluhan, terutama penyuluhan pertanian
3.4.3 Komunikasi sebagai Suatu Proses
Pengalaman, pengetahuan, topik, informasi umum, serta sikap kita yang berasal dari
masa lalu ikut berpengaruh pada respon kita terhadap sesuatu yang kita terima selama

berkomunikasi. Begitu juga pengalaman yang kita terima saat ini akan mempengaruhi
respon kita terhadap komunikasi di masa yang akan datang.
Book et al (1980), menyatakan bahwa konsep komunikasi sebagai suatu proses
membantu kita memahami dan mengatasi hambatan komunikasi, karena hal itu
mengingatkan kita bahwa apa yang dibawa dan diperoleh seseorang pada peristiwa
komunikasi adalah berbeda. Prinsip proses tersebut juga menjadi cacatan bagi kita bahwa
komunikasi bersifat mengalir.
3.4.4 Komunikasi sebagai suatu proses transaksional dan simbolik melalui :
Penegakan kontak antar manusia
Tukar menukar informasi
Memantapkan sikap dan perilaku orang lain
Mengubah sikap dan perilaku orang lain
Sifat transaksional maksudnya adalah semua orang ikut mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh komunikasi, dan juga hubungan mereka dalam interaksi tersebut.
Dean Barnlun melukiskan proses komunikasi sebagai sesuatu yang berkembang, dinamis,
sinambung, sirkular, tak dapat diulang, tak dapat dibalikkan, dan kompleks.
Sebagai suatu proses, komunikasi tidak memiliki titik bertolak, tanpa hentinya
komunikasi meliput interpretasi personal, pertukaran sosial, persepsi publik.
3.4.5 Unsur-unsur Komunikasi
Sumber
Yang biasa disebut sebagai komunikator, bisa berubah orang perorangan, maupun berupa
suatu organisasi komunikasi yang terdiri dari beberapa orang.
Pesan
Disebut juga content, dapat berwujud tinta di atas kertas, suara, getaran arus listrik,
lambaian tangan, kibaran bendera ataupun tanda-tanda lain yang memiliki arti
Penerima

Biasa disebut komunikan. Bisa berupa individu yang mendengarkan, membaca,


menonton, atau anggota suatu pertemuan.
Unsur lain dalam peristiwa komunikasi adalah umpan balik (feedback), yaitu respon atau
tanggapan si penerima terhadap pesan yang diterimanya, yang disampaikan komunikator.

Dari respon inilah bisa diketahui apakah pesan telah disampaikan secara benar, dan apa
respon penerima terhadap pesan yang dimaksudkan.

Beberapa masalah komunikasi kegiatan penyuluhan adalah:


Kompetensi komunikasi yang seharusnya dimiliki oleh seseorang penyuluh
Sifat atau semangat kepemimpinan seorang agen perubahan pada diri seorang penyuluh
Teknik atau metoda komunikasi yang efektif bagi kegiatan penyuluhan itu sendiri
Kompetensi komunikasi seseorang penyuluh dibidang apapun sangat ditentukan oleh
faktor kredibilitas penyuluh di mata khalayak.
Kompetensi komunikasi adalah sejumlah kemampuan dasar dalam berkomunikasi yang
harus dimiliki oleh seorang penyuluh agar kegiatannya nanti di tengah-tengah masyarakat
dapat berjalan dengan baik.
3.4.6 Syarat kemampuan berkomunikasi untuk seorang penyuluh adalah :
Dapat menjangkau khalayak yang akan disuluhnya
Menguasai bahasa yang dimengerti oleh khalayak yang akan disuluh
Berpenampilan yang dapat diterima oleh khalayak.
1. PESAN DALAM MEDIA
Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai untuk
khalayak sasaran. Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif, untuk itu pesan harus
memenuhi hal-hal sebagai berikut:
a. Command attention

Kembangkan suatu idea atau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain suatu pesan. Bila
terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan khalayak sasaran dan mereka akan mudah
melupakan pesan tersebut.
b. Clarify the massage
Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang efektif harus memberikan informasi
yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau pesan dalam media diremehkan oleh
sasaran, secara otomatis pesan tersebut gagal.
c. Create trust
Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Katakanlah masyarakat percaya cuci
tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit, dan untuk itu harus dibarengi bahwa harga sabun
terjangkau dan mudah didapat didekat tempat tinggalnya.
d. Communicate a benefit
Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Khalayak sasaran termotivasi minum obat
dengan disiplin misalnya, karena mereka akan memperoleh keuntungan yaitu memperkecil
faktor resiko penularan terhadap keluarga lain atau mempekecil kekambuhan bagi pasien itu
sendiri.
e. Consistency
Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama dimedia apapaun secara
berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan tetap sama.
f. Cater to the heart and head
Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang efektif tidak
hanya sekedar memberi alasan teknis semata, tetapi juga harus menyentuh nilai-nilai emosi dan
membangkitkan kebutuhan nyata.
g. Call to action
Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khalayak sasaran untuk bertindak sesuatu.
Ayo, buang dahak ditempat yang telah disediakan oleh petugas kesehatan agar tidak menulari
orang - orang yang disayangi adalah contoh ungkapan yang memotivasi kearah suatu tindakan.
2. HIMBAUAN DALAM PESAN
Dalam media promosi, pesan dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain, atau pesan itu untuk
menghimbau khalayak sasaran agar mereka menerima dan melaksanakan gagasan kita.
a. Himbauan Rasional

Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya makhluk rasional. Contoh
pesan Datanglah ke Puskesmas jika terdapat gejala-gejala penyakit TBC. Untuk men-Deteksi
awal dari penyakit berbahaya para keluarga mengerti pesan itu, namun kadang tidak bertindak
karena keraguan.
b. Himbauan Emosional
Kebanyakan perilaku manusia, terutama kaum ibu, lebih didasarkan pada emosi daripada hasil
pemikiran rasional. Beberapa hal menunjukan bahwa pesan dengan menggunakan imbauan
emosional sering lebih berhasil dibanding dengan imbauan dengan bahasa rasional.
c. Himbauan Ketakutan
Penggunaan imbauan dengan pesan yang menimbulkan ketakutan harus digunakan secara
berhati-hati. Ada sebagian orang yang mempunyai kepribadian kuat justru tidak takut dengan
imbauan semacam ini, tetapi sebaliknya kelompok orang yang memiliki tingkat kecemasan
tinggi, pesan semacam ini akan lebih efektif.
d. Himbauan Ganjaran
Pesan dengan imbauan ganjaran dimaksudkan menjanjikan sesuatu yang diperlukan dan
diinginkan oleh si penerima pesan. Teknik semacam ini dirasa cukup masuk akal, karena pada
kenyataannya orang akan lebih banyak mengubah perilakunya bila akan memperoleh imbalan
(terutama materi) yang cukup.
e. Himbauan Motivasional
Pesan ini dengan menggunakan bahasa imbauan motivasi yang menyentuh kondisi internal diri si
penerima pesan. Manusia dapat digerakkan lewat dorongan kebutuhan biologis seperti lapar,
haus, keselamatan, tetapi juga lewat dorongan psikologis seperti kasih sayang, keagamaan,
prestasi, dll
Bentuk Komunikasi
1. Interpersonal Communication (face to face comm),
Bentuk komunikasi yang paling efektif karena antara komunikan dan komunikator dapat
langsung tatap muka
Stimulus dapat langsung di respon
Media : bahasa lisan / tulisan

Untuk visualisasi atau ilustrasi informasi yang memerlukan

dukungan data kami

mempergunakan : Poster, Lealet, Power Point/Elektronik


2. Mass Communication (Communication through the mass media)
Komunikasi menggunakan saluran (media) massa.
Kurang efektif dibandingkan dengan komunikasi interpersonal namun lebih efisien
Kendala : tingkat pendidikan & kecerdasan masyarakat yang masih rendah
Macam-macam :
Media cetak : koran, majalah, jurnal, flyer.
Media elektronik : radio, TV, internet
Billboard
Spanduk, umbul-umbul
Namun kami tidak menggunakan Media-media diatas. Media yang kami gunakan adalah Poster,
Leaflet, Power Point/Elektronik.
3. Komunikasi Organisasi
Terjadi diantara organisasi, institusi, lembaga, atau dalam unit sendiri
Contoh : antar bagian atau antar seksi, antar departemen dsb.
Namun Kami tidak melakukan komunikasi organisasi. Karena Objek Komunikasi kami adalah
para warga yang berpendidikan rendah.

BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dengan dilaksanakannya field study pada Selasa,11 Desember 2012 di Sukmajaya,
Depok , banyak manfaat yang bisa kami dapatkan. Salah satu diantaranya kami bisa lebih
mengerti akan pentingnya kesehatan dan lingkungan tempat tinggal.
Pelaksanaan kesehatan dan lingkungan tempat tinggal dimulai dengan tindakan preventif
yang meliputi tindakan pencegahan dalam upaya pemberantasan TBC dan Merokok yang
dilakukan dalam penyuluhan TBC kali ini. Selain itu menanamkan prinsip akan pentingnya
kesehatan dan lingkungan tempat tinggal guna menyadarkan diri sendiri maupun orang lain
dengan melakukan penyuluhan TBC yang meliputi tata laksana dari penyuluhan TBC yaitu
DOTS dan juga bagaimana upaya pencegahan yang dapat dilakukan baik bagi orang yang sudah
terkena TBC maupun dalam upaya untuk membrantas TBC.
Sebagai calon dokter, setelah kegiatan ini kami juga dapat lebih mengerti dan memahami
kondisi langsung bagaimana keadaan kesehatan tempat tinggal tersebut serta faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap timbulnya penyakit akibat dari TBC. Dengan begitu, kami dapat lebih
memahami bagaimana tindakan yang harus dilakukan jika menjadi seorang dokter keluarga.

4.2 Saran
Adapaun saran yang mungkin kami masukkan adalah upaya warga baik ibu-ibu dan bapakbapak agar mau menyadari akan pentingnya kesehatan diri dan juga memperbaiki keadaan di
sekitar lingkungan rumah yang padat penduduk dengan mengikuti langkah rumah sehat dengan
memperbaiki ventilasi udara, memantau atau memberitahu salah satu keluarga bila memang
benar ada yang terkena infeksi Mycobacterium tuberculosa dan melakukan vaksin bagi bayibayi. Tak lupa dengan makanan 4 sehat 5 sempurna.

Anda mungkin juga menyukai