Anda di halaman 1dari 11

PRINSIP HIDUP BERSAMA ODHA DAN FAMILY CENTERED PADA

ODHA

DISUSUN OLEH :

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4 A

1. DANIEL PURBA (032017008)


2. EVLIN ZALUKHU (032017023)
3. DINAR RUMAHORBO (032017024)
4. RENI LESTARI SIMANJORANG (032017030)
5. HENDRIK ZEBUA ( 032017045)
6. ANNASTASYA GINTING (032017014)

PROGRAM STUDI NERS AKADEMIK


STIKES SANTA ELISABETH MEDAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Atas berkat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Prinsip Hidup Bersama
Odha Dan Family Centered Pada Odha” ini dengan tepat waktu. Kami juga mengucapkan
banyak terimakasih kepada dosen yang telah membimbing kami dalam penyelesaian ini.
Kami sadar tanpa bimbingan dari dosen kami, kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.
Kami pun sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Jadi kiranya para
pembaca dapat memaklumi. Salah kurangnya kami minta maaf dan atas perhatiannya kami
mengucapkan terimakasih.

Medan,4 April 2019

Kelompok 4 A

DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………...
Daftar Isi…………………………………………………………………………….
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………...
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………..
1.3 Tujuan………………………………………………………………………
1.3.1 Tujuan Umum………………………………………………………
1.3.2 Tujuan Khusus……………………………………………………...
BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………...
2.1 Prinsip Hidup Bersama dengan ODHA…………………………………...
2.2 Family Centered Pada ODHA……………………………………………..

BAB 3 PENUTUP………………………………………………………………….
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA

Burha.R.F.dkk.(2014). Gambaran Kebermaknaan Hidup Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) Serta


Tinjauannya Menurut Islam. Universitas YARS:Jurnal

Hati.K.dkk.(2017).Stigma Masyarakat Terhadap ODHA di kota Kupang.NTT: Jurnal Promosi


kesehatan

Budiarti.sri.(2016).Gambaran Dukungan Keluarga Pada Pasien HIV/AIDS.Surakarta


:Universitas Muhammadiyah
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dukungan, perawatan dan pengobatan terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
dalam implikasi ilmiah merupakan dukungan psikologis, psikososial dan biologis.
Dukungan, perawatan dan pengobatan (DPP) terhadap ODHA mempunyai arti begitu
penting dalam upaya meningkatkan kualitas dan memperpanjang umur harapan hidup
ODHA. Penyakit infeksi HIV & AIDS hingga kini masih merupakan masalah kesehatan
global. Masalah yang berkembang sehubungan dengan penyakit infeksi HIV/AIDS adalah
perubahan perilaku yang mengantarkan individu jatuh terinfeksi HIV, intervensi HIV
terhadap tubuh manusia, intervensi HIV terhadap sel sasaran dan perubahan sel setelah
intervensi HIV. Fakta yang ditemukan di UPIPI. Ternyata keterlibatan ODHA (orang
dengan HIV & AIDS), keluarga, dan masyarakat peduli AIDS mampu mendorong ODHA
mempunyai ketahanan hidup yang lebih baik. Kondisi tersebut dipengaruhi efektifnya
mekanisme coping yang berdampak terhadap proses penerimaan dini acceptance.
Dukungan psikologis dan psikososial dari tenaga medis, paramedis, pasangannya ,
sesame ODHA, keluarga, masyarakat umum, masyarakat peduli AIDS, para tokoh
masyarakat akan berpengaruh positif terhadap kualitas maupun umur harapan hidup
ODHA. Hal ini penting karena dukungan psikologis, psikososial dan biologis yang lahir
dari pelaksanaan DPP tersebut akan memengaruhi perilaku dan penampilan fisik, perilaku
dan penampilan sel, perilaku dan penampilan molekul serta ketahanan tubuh individu.
Dalam waktu tiap 25 menit di Indonesia, terdapat satu orang baru terinfeksi HIV. Satu
dari setiap lima orang yang terinfeksi di bawah usia 25 tahun. Proyeksi Kementerian
Kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa tanpa percepatan program penanggulangan
HIV, lebih dari setengah juta orang di Indonesia akan positif HIV pada tahun 2014.
Epidemi tersebut dipicu terutama oleh penularan seksual dan penggunaan narkoba suntik.
Tanah Papua (Provinsi Papua dan Papua Barat), Jakarta dan Bali menduduki tempat
teratas untuk tingkat kasus HIV baru per 100.000 orang. Jakarta memiliki jumlah kasus
baru tertinggi (4.012 pada tahun 2011)
Individu yang positif terkena HIV/AIDS akan mengalami perubahan dalam menjalani
kehidupan. WHO mengatakan ketika individu pertama kali dinyatakan terinfeksi HIV,
sebagian besar menunjukkan perubahan dalam karakter psikososialnya seperti hidup
dalam stres, depresi, merasa kurang adanya dukungan sosial, dan perubahan dalam
perilaku (dalam Nasronudin, 2007). Stres juga dapat memperburuk keadaan dari individu,
seperti yang dijelaskan Sodroski et al (dalam Ogden, 2007) bahwa stress dapat
meningkatkan proses replikasi virus HIV. Untuk menghindari hal tersebut individu harus
mampu mereduksi tingkat stresnya dengan melakukan penyesuaian diri sehingga virus-
virus tersebut tidak mereplikasi terus-menerus.
Perubahan kondisi fisik dan psikis penderita HIV/AIDS memberikan dampak
negative terhadap perkembangan psikologisnya seperti rasa malu dan hilangnya
kepercayaan dan harga diri. Perubahan tersebut dapat menyebabkan stress fisik,
psikologis dan sosial. Perubahan emosi yang dialami penderita tersebut akan
menimbulkan penolakan (denial) terhadap diagnosis, kemarahan (anger), penawaran
(bargaining), dan depresi (depression), yang kemudian pada akhirnya pasien harus
menerima kenyataan (acceptance) (Bastaman, 1996).

1.2 RumusanMasalah
1. Apa prinsip hidup bersama dengan ODHA ?
2. Bagaimana Family Centered pada ODHA ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana prinsip hidup bersama dengan ODHA dan
Family Centered pada ODHA dikalangan masyarakat.
1.3.2 Tujuan Khusus
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip hidup bersama ODHA


2.1.1 Stigma masyarakat pada ODHA
Stigma adalah hal-hal yang membawa aib, hal yang memalukan, sesuatu
dimana seseorang menjadi rendah hati, malu dan takut karena sesuatu.Stigma yang
diberikan masyarakat terhadap ODHA adalah berbentuk cap yaitu:

a) ODHA itu Narkoba


b) ODHA itu pasti PSK
c) ODHA itu pasti moralnya tidak baik
d) HIV-AIDS itu penyakit berbahaya
e) HIV-AIDS itu penyakit amoral
f) HIV-AIDS itu penyakit orang narkoba dan PSK.
Stigma adalah hal-hal yang membawa aib, hal yang memalukan, sesuatu
dimana seseorang menjadi rendah hati, malu dan takut karena sesuatu.Stigma terhadap
ODHA tergambar dalam sikap sinis, perasaan ketakutan yang berlebihan, dan
pengalaman negatif terhadap ODHA. Banyak yang beranggapan bahwa orang yang
terinfeksi HIV/AIDS layak mendapatkan hukuman akibat perbuatannya sendiri.

Banyak faktor yang memengaruhi terjadinya stigma pada ODHA di


masyarakat. Pendidikan kesehatan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan mengenai
HIV/AIDS dalam banyak penelitian dibuktikan sebagai salah satu faktor yang paling
memengaruhi terjadinya pengurangan stigma. Orang yang memiliki pengetahuan cukup
tentang faktor risiko, transmisi, pencegahan, dan pengobatan HIV/AIDS cenderung tidak
takut dan tidak memberikan stigma terhadap ODHA.

2.1.2 Diskriminasi masyarakat terhadap ODHA

Diskriminasi terhadap ODHA mempunyai hubungan erat dengan stigma


terhadap HIV/AIDS, artinya stigma mendorong terjadinya diskriminasi yang pada
akhirnya menyebabkan berbagai pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM) terhadap
ODHA maupun orang yang hidup dengan HIV/AIDS (OHIDA). Peningkatan kualitas
dan harapan hidup dari penderita HIV/AIDS membutuhkan berbagai upaya dari
pemerintah maupun masyarakat terutama keluarga.
Stigma serta diskriminasi yang diperlihatkan oleh berbagai kalangan terhadap
penderita AIDS menyebabkan ruang gerak mereka menjadi semakin kecil dan bahkan
tidak diberi peluang untuk mengekspresikan diri dan kemampuannya.Diskriminasi
menyebabkan mereka yang beresiko mengidap HIV/AIDS enggan atau malu melakukan
pemeriksaan kesehatan, sementara mereka yang sudah positif mengidap HIV/AIDS
menjadi tidak nyaman dan tidak memiliki keberanian untuk berobat. Diskriminasi dan
stigmasasi akhirnya menyebabkan sulitnya kepatuhan berobat dan mengganggu
perbaikan kualitas hidup ODHA

2.2 Family centered pada ODHA


2.2.1 Pengertian keluarga
Keluarga adalah unit sosial yang terkait dengan darah, pernikahan, dan atau
adopsi (Fani,2007).Keluarga mempunyai fungsi sebagai perawatan keluarga, yaitu
menyediakan makanan, pakaian, perlindungan dan memberikan asuhan kesehatan
keperawatan dalam rangka mengontrol status kesehatan keluarga dan individu
(Friedman, 2010).
Keluarga merupakan orang terdekat yang mempunyai unsur penting
dalamkehidupan, karena didalamnya terdapat peran dan fungsi dari anggota keluarga
tersebut yangsaling berhubungan dan ketergantungan dalam menberikan dukungan, kasih
sayang danperhatian secara harmonis untuk mencapai tujuan bersama (Friedmen, 2010).
Menurut Sarafino (2006), dukungan emosional melibatkan ekspresi empati,
perhatian, pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta atau bantuan emosional. Hal
ini sesuai dengan apa yang diperoleh oleh subjek yang mendapatkan perhatian dan
semangat dari suami, teman sebaya, LSM, dan petugas kesehatan di fasilitas kesehatan
baik di puskesmas maupun rumah sakit.
Adapun bentuk perhatian dari anggota keluarga ketika subjek mengetahui
status HIV nya pertama kali dan merasa shock. Bentuk perhatian dari petugas kesehatan
ketika subjek mengambil obat di puskesmas, subjek mendapatkan perhatian, pelayanan
yang baik dan diarahkan oleh petugas kesehatan dan petugas administrasi.
Kasih sayang keluarga merupakan salah satu dukungan yang sangat
dibutuhkan bagi penderita HIV/AIDS. Beberapa pendapat mengatakan kedekatan
hubungan merupakan sumber yang paling penting, karena salah salah satu fungsi
keluarga selain menyediakan makanan, pakaian dan rumah, juga mempunyai peran
dalam hal perawatan. Fungsi perawatan dilakukan dengan memberikan dengan memberi
asuhan terhadap anggota keluarga baik berupa pencegahansampai merawat keluarga
yang sakit (Nursalam & Kurniawati, 2007; Padila, 2012)

2.2.2 Bentuk-bentuk dukungan Keluarga pada ODHA

1. Dukungan emosional
Dukungan emosinal mencakup ungkapan empati,kepedulian, motivasi dan
perhatian terhadap pasien yang terinfeksi HIV/AIDS berupa keluarga senantiasa
membahas perkembangan penyakit pasien, keluarga membahas perkembangan penyakit
pasien untuk menentukan langkah tindak lanjut, keluarga selalu memberi rasa nyaman
pada pasien selama dirawat di rumah berupa kasih sayang dan penerimaan, keluarga
bersikap halus dan menerima bila ada sikap negatif yang muncul dari pasien, dengan
demikian diharapkan pasien lebih bisa bersabar dan menerima kondisinya walaupun
pada awalnya ada sikap penyangkalan dari pasien dan keluarga, tetapi peran keluarga
diharapkan mampu memahami dan memaklumi apabila penyakit yang diderita
merupakan suatu musibah dan percaya bahwa dibalik merawat pasien dengan
HIV/AIDS pasti ada hikmah yang bisa dipetik.

2. Dukungan Penghargaan
Dukungan penghargaan bisa berupa keluarga membandingkan dengan orang
lain, sehingga bahwa masih banyak orang lain yang menderita penyakit yang sama
sehingga termotivasi dalam menjalani pengobatan.

3. Dukungan instrumental
Bantuan ini berupa dukungan yang secara langsung seperti merawat,
mengantar kontol, menyiapkan obat, penyediaan finansial utuk berobat ataupun
pemberian materi secara langsung.
4. Dukungan informatif
Dukungan infromasi berupa bantuan atau tindakan yang dilakukan oleh
keluarga berupa saran, informasi serta nasehat yang dilakukan kepada pasien yang
dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah
dapat menekan munculnya stressor karena informasi yang diberikan dapat
menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek dalam dukungan ini
berupa nasehat,usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ada beberapa beberapa factor penyebab ODHA terinfeksi yaitu melalui melalui anus,
teransfusi darah, penggunaan bersama jarum terkontaminasi melalui injeksi obatdan
dalam masa perawatan kesehatan, dan antara ibu dan bayinya selama masa hamil,
kelahiran dan masa menyusui. Perilaku ODHA awalnya terjadi kecendrungan untuk
menutup diri dari lingkungan baik keluarga, teman dan masyarakat. Para ODHA sering
diasingkan, mendapatkan pandangan sinis dan menghindar jika bertemu bahkan dengan
pihak keluarga. Respon ODHA terhadap reasi sosial dari masyarakat adalah ODHA
merasa tertekan, rendah diri dan menyendiri, namun pada akhirnya ODha dapat kembali
ketengah masyarakat. Strategi yang digunakan ODHA dalam menghadapi masyarakat
dengan mensosialisasikan HIV/AIDS mengenai cara penularanya dan bahayanya, hal ini
dilakukan agar ODHA dapat diterima lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai