PENDAHULUAN
Peran yang dapat diberikan perawat dalam terapi komplementer atau alternatif
dapat disesuaikan dengan peran perawat yang ada, sesuai dengan batas
kemampuannya. Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai
pengembangan terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern
yang mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan
spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji klinis
sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip
keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko,
sosial, dan spiritual). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan
pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi
individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk
mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).
1.2 Tujuan
2.1 Defenisi
Pijatan selama sesi kemoterapi dilaporkan oleh Billhult, Victorin & Bergbom
(2007) memberikan rasa nyaman, mengurangi rasa tidak mudah, tidak ingin, perasaan
negatif sehubungan dengan pengobatan kemoterapi. Kejadian distres pada semua
tahapan kanker menurut Cancer Journey Action Group (2009), mencapai 35% hingga
45% di Amerika utara. RS Kanker Dharmais, sebagai rumah sakit pusat rujukan
kanker nasional, dari hasil observasi praktikan selama bulan Februari-Maret 2014
diruang poliklinik, ruang 81 diagnostik dan ruang rawat inap kelas III Teratai,
didapatkan hampir sebagian besar pasien kanker, menjalani pemeriksaan dan
menjalani pengobatan, mengalami distres. Penilaian dengan ESASpada Maret 2014 di
3 kamar dengan jumlah pasien 16 orang di ruang rawat inap Teratai RSKD
didapatkan 2 orang (12,5 %) cemas berat, 9 orang (56,3 %) cemas ringan, sisanya 5
orang (31,3%) cemas sedang. Gejala lain yang turut dirasakan pada pasien adalah
nyeri, cemas, gangguan tidur, konstipasi, mukositis. Penanganan gejala pada pasien
selama ini dilakukan dengan upaya farmakologis, tindakan non farmakologis yang
dilakukan hanya berupa komunikasi terapeutik. Berdasarkan telaahan beberapa jurnal
dalam sistematik review Ernst(2009), terapi pijat terbukti mampu mengurangi
depresi, ansietas, nausea, nyeri, sehingga praktikan ingin menerapkan intervensi pijat
terapeutik tersebut pada pasien kanker di RS Kanker Dharmais. Dari fenomena
distres pada pasien kanker payudara yang menjalani sesi kemoterapi, maka
pertanyaan klinis yang muncul adalah: Apakah pemberian terapi pijat pada pasien
kanker diruangan rawat inap dapat mengurangi distres? TUJUAN PENULISAN
Memaparkan aplikasi pijat terapeutik untuk mengurangi distress sebagai suatu
Evidence Based Nursing (EBN). METODE PENULISAN Tulisan ini berupa case
study pelaksanaan EBN selama praktek residensi keperawatan ( ) FIK UI, yang
berlangsung di RS Kanker Dharmais Jakarta. Untuk mengidentifikasi suatu evidence
based, maka dilakukan melalui analisa PICO, secara rinci adalah: P atau Population,
adalah Pasien kanker diruangan rawat inap mengalami distress.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Tujuan utama perawatan paliatif adalah membantu semua pasien disegala usia
dengan penyakit yang mengancam nyawa beserta keluarga mereka, selamat
terjadinya seluruh fase penyakit, tidak bergantung durasi, hingga kesembuhan atau
kematian, dan periode kehilangan. Perawatan paliatif dilakukan dengan perhatian
interdisiplin terlatih terhadap nyeri dan gejala mengganggu lainnya; emosional,
spiritual, dan bantuan praktikal; asistensi dalam pengambilan keputusan kompleks,
dan koordinasi dengan kesinambungan pelayanan kesehatan. Tujuannya adalah untuk
membantu pasien dan keluarga mencapai kualitas hidup terbaik sejalan dengan nilai,
kebutuhan, dan keinginan mereka. Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan
yang memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan
spiritual).
DAFTAR PUSTAKA