Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi di keperawatan adalah konsep diri sebagai penyembuhan harus
dipahami dan dialami oleh setiap perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam arahan atau konseling pasien dalam penggunaan berbagai
terapi. Terapi Komplementer ini sudah dikenal secara luas serta telah digunakan sejak
dulu dalam dunia kesehatan. Namun, dalam beberapa survei yang telah dilakukan
mengenai penggunaan terapi komplementer, cakupan terapi komplementer sendiri
masih agak terbatas.
Thomas Friedman (2005) mengatakan saat ini, dunia kesehatan, termasuk
salah satunya praktisi keperawatan masih bingung tentang apa itu terapi
komplementer. Memperluas pengetahuan tentang perspektif obat pelengkapan
seperti terapi komplementer, dilakukan oleh sebagian orang-orang dalam
beberapa budaya di dunia yaitu sangat penting untuk perawatan kesehatan yang
kompeten. Dengan demikian sangat penting bagi perawat profesional kesehatan
untuk melakukan penilaian holistik pasien mereka untuk menentukan arah yang
luas dari penyembuhan praktek-praktek yang akan mereka jalankan.
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan
banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting
dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder &
Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi
alternatif dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik konvensional (Smith et
al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi
komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997.
Kemudian meurut Snyder & Lindquis (2002) yaitu klien yang menggunakan terapi
komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah satu alasannya adalah filosofi holistik
pada terapi komplementer, yaitu adanya harmoni dalam diri dan promosi
kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien ingin terlibat
untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup
dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan adanya reaksi efek
samping dari pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan memilih
terapi komplementer.
Kemudian perawatan paliatif merupakan bagian penting dalam perawatan
pasien yang terminal yang dapat dilakukan secara sederhana, seringkali prioritas
utama adalah kualitas hidup dan bukan kesembuhan dari penyakit pasien. Tujuan
perawatan paliatif adalah meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian
sebagai prose normal, tidak mempercepat atau menunda keamatian,
menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu, menjaga keseimbangan
psikologis dan spiritual, mengusahakan agar penderita tetap aktif sampai akhir
hayatnya dan mengusahakan membantu mengatasi duka cita pada keluarga. Reaksi
emosional pada klien paliatif tersebut ada lima yaitu denail, anger, bergaining,
depression dan acceptance (Kubler-Ross,2003)
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membahas tetang
terapi komplementer pada pasien paliatif yaitu dengan cara penanggulangan penyakit
yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau
sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang Konvensional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan paliatif?
2. Apa tujuan perawatan paliatif?
3. Apa fungsi perawat dalam asuhan keperawatan paliatif ?
4. Apakah yang dimaksud dengan terapi komplementer?
5. Apa klasifikasi terapi komplementer?
6. Bagaimana proses terapi komplementer pada paliatif?

C. Tujuan
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian perawatan paliatif
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dari perawatan paliatif
c. Mahasiswa mampu menjelaskan peran fungsi perawat pada asuhan keperawatan
paliatif
d. Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian terapi komplementer
e. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi terapi komplementer
f. Mahasiswa mampu mengetahui proses terapi komplementer pada paliatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Paliatif Care
Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti
meringankan, dan “Palliare” (bahsa latin yang berarti “menyelubungi”-penj),
merupakan jenis pelayanan kesehatan yang berfokus untuk meringankan gejala
klien, bukan berarti kesembuhan. Perawatan paliatif care adalah penedekatan
yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi
masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, mealaui
pencegahan dan membantu meringankan penderitaan, identifikasi dini dan penilaian
yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan
spiritual (WHO 2011).
Kemudian menurut Kemenkes RI No. 812 (2007) paliatif care (perawatan
paliatif) adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga
mereka dalam menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit yang mengancam
jiwa, melalui penceghan-pencegahan sempurna dan pengobatan rasa sakit masalah
lain, fisik, psikososial, spirirtual.

B. Tujuan Keperawatan Paliatif


Tujuan dari perawatan palliative adalah untuk mengurangi penderitaan pasien,
memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan
support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang
terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, tidak
stres menghadapi penyakit yang dideritanya.

C. Peran Fungsi Perawat Pada Asuhan Keperawatan Paliatif


Pelaksana perawat yaitu pemberi asuhan keperawatam, penddikan
kesehatan, koordinator, advokasi, kolaborator, fasilitator, modifikasi lingkungan,
kemudian pengelola yaitu manajer kasus, konsultan, koordinasi. Pada penddik yaitu di
pendidikan / dipelayan, perawat juga berperan sebagai peneliti.

D. Konsep Terapi Komplementer


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha
untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit,
perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat
menyempurnakan. Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi
pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan
nilai dan hukum kesehatan di Indonesia.
Standar praktek pengobatan komplementer telah diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Menurut WHO (World Health
Organization), pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional
yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu
misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan
tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah
dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu
negara.
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam
sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum
tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional (Widyatuti, 2012). Untuk
mendukung penyelenggaran pengobatan tersebut Kementrian Kesehatan telah
menerbitkan peraturan Menteri Kesehatan No.1109/Menkes/PER/X/2007 tentang
penyelenggaraan pengobatan komplementer –alternatif difasilitas kesehatan
pelayanan kesehatan, jenis pengobatan tenaga pelaksana termasuk tenaga asing.

E. Klasifikasi Terapi Komplementer


1. System Medis Alternatif
a. Akupuntur
Akupuntur merupakan salah satu komponen dari obat tradisional Cina. Hal
ini didasarkan pada keyakinan di qi (kekuatan hidup), yang merupakan energi
yang mengalir melalui tubuh sepanjang jalur yang dikenal sebagai meridian.
Setiap ketidakseimbangan dalam qi diduga mengakibatkan kesulitan atau
penyakit. Ada 12 meridian utama diyakini sebagai titik akupuntur yang
sesuai dengan setiap bagian tubuh dan organ. Untuk menyeimbangkan aliran
qi, jarum sekali pakai yang sangat halus dimasukkan ke dalam acupoints
di bawah kulit. Dasar biologis dari qi belum ditemukan, namun diperkirakan
bahwa akupuntur menstimulus endorfin dan neurotransmiter lain di otak.
Akupunktur telah terbukti efektif untuk nyeri dan kemoterapi terkait mual dan
muntah.
Risiko akupunktur berhubungan dengan ketidaknyamanan ringan. Hanya
jarum sekali pakai yang digunakan. Hal ini penting untuk mengetahui
seorang praktisi akupuntur yang berkualitas. Ahli akupunktur harus
memiliki pengalaman sebelumnya dengan pasien kanker. Di New York State
ahli akupunktur harus memiliki lisensi dan harus memiliki 40 sampai 50 jam
pelatihan.
Kontraindikasi akupuntur pada lymphedema (risiko infeksi), alat pacu
jantung (tidak ada electroacupuncture; bisa mengganggu irama jantung), dan
kehamilan (perlu menghindari titik-titik tertentu yang bisa merangsang
rahim). Dana-Farber Cancer Institute di Boston, kontraindikasi akupunktur
adalah ANC <500 / µL, trombosit <25.000 / µl, demam neutropenia, situs
metastasis, situs iradiasi (berkelanjutan untuk 4 minggu setelah), INR> 3,5-
4,0, dan transplantasi sel induk (2 minggu sebelum 3 bulan setelah itu).
Akupuntur tidak akan mengganggu obat nyeri.
b. Akupresur
Akupresur adalah teknik pengobatan Cina tradisional yang didasarkan
pada ide-ide yang sama seperti akupunktur. Akupresur melibatkan
penempatan tekanan fisik dengan tangan pada titik-titik akupuntur yang
berbeda pada permukaan tubuh. Ada tiga titik akpresur yang perawat dapat
gunakan atau ajarkan pada pasien kanker untk menstimulasi diri. Titik pada
usus besar dapat diakses oleh pasien/keluarga/perawat. Lokasi bagian
berdaging dari kedua tangan antara ibu jari dan jari telunjuk dan kemudian
tekan dengan ibu jari tangan berlawanan sampai pasien merasakan
tekanan. Titik perut terletak di sisi lateral lutut antara patella dan puncak
tibia. Titik mual dan muntahterletak dua inci proksimal ke puncak
melintang dari pergelangan tangan antara dua tendon. Tekan dengan ibu jari
secara melingkar selama 1 sampai 2 menit.
2. Mind-body medicine
a. Meditasi
Meditasi adalah pengaturan perhatian oleh diri sendiri secara sengaja.
Ada dua kategori meditasi: konsentrasi dan kesadaran. Metode
konsentrasi menumbuhkan kemanunggalan perhatian dan mulai dengan
mantra (suara diulang, kata, atau frase) seperti dalam meditasi
transendental. Praktek pengurangan stres berbasis kesadaran mulai dengan
pengamatan pikiran, emosi, dan sensasi tanpa penilaian yang muncul di
bidang kesadaran.
Meditasi telah membantu untuk pasien kanker yang sakit parah untuk
menghilangkan rasa sakit fisik dan emosional. Banyak pasien kanker
meninggal menemukan bahwa ketenangan dan tenang pada meditasi
menimbulkan perasaan yang mendalam dari penerimaan, kesejahteraan,
dan kedamaian batin. Sebuah studi yang dilakukan pada 51 pasien
rawat jalan dengan nyeri kronis dengan program 10-minggu menunjukkan
penurunan 50% rasa sakit. Meditasi mengurangi tingkat stres yang
berpotensi dapat mengurangi pengalaman rasa sakit.
b. Hipnosis
Hipnosis adalah keadaan penuh perhatian, konsentrasi reseptif ditandai
dengan perubahan sensori, keadaan psikologis diubah, dan minim
fungsi motorik. Instruksi yang biasa diberikan menyarankan relaksasi
fisik seperti mengambang bersama dengan gambar yang mengalihkan
perhatian dari rasa sakit. Hipnosis dapat diinduksi dalam beberapa menit
untuk mempertahankan analgesia yang sedang berlangsung dan
relaksasi dalam menghadapi tekanan emosional dan fisik. Ada bukti dari
tinjauan sistematis bahwa hipnosis dapat membantu mengurangi
kecemasan dan nyeri pada pasien kanker yang terminal.
c. Guided Imagery
Ini mengalihkan fokus mental dari rangsangan menyakitkan untuk
pengalaman yang lebih menyenangkan, gambaran, dan relaksasi.
Guided imagery adalah intervensi yang perawat dapat lakukan dengan
pengaturan yang berbeda (rumah sakit, rumah, hospice), dapat
digunakan dengan pasien dan keluarga untuk mengurangi rasa sakit dan
kecemasan.
d. Pelatihan relaksasi
Pelatihan relaksasi melibatkan napas dalam, relaksasi otot progresif,
dan pencitraan. Modalitas ini telah menghasilkan penurunan yang
signifikan dalam nyeri secara subjektif pada pasien dengan kanker
stadium lanjut.
e. Terapi Distraksi
Terapi distraksi adalah teknik di mana rangsangan sensorik diberikan
kepada pasien dalam rangka untuk mengalihkan perhatian mereka dari
pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya dengan melihat
pemandangan alam, video game, dll.

f. Terapi Musik
Terapi musik adalah pengunaan music yang diatur/dikontrol untuk
perubahan klinis. Terapi musik digunakan untuk mengurangi rasa
sakit dan penderitaan. Ada perbedaan antara penggunaan musik dan terapi
musik. Terapi musik menggunakan bakat dari seorang profesional
terlatih yang memfasilitasi kontak pasien, interaksi, kesadaran diri, dan
ekspresi diri melalui alat musik. Sebuah sesi terapi musik dapat seperti
mendengarkan, bernyanyi, bermain drum, mengembangkan lirik, atau
merekam untuk keluarga. Musik yang disediakan oleh terapis musik
telah terbukti lebih efektif daripada penggunaan pra rekaman musik
sendiri dalam mengurangi skor kecemasan.
g. Terapi seni
Terapi seni menggunakan proses kreatif untuk memungkinkan
kesadaran dan ekspresi emosi individu. Untuk pasien kanker,
seringkali sulit untuk mengungkapkan secara verbal apa yang
dirasakan seseorang tentang diagnosis, rawat inap, pengobatan,
penyakit berulang, keluarga, dan kematian. Ini adalah seni itu sendiri yang
memfasilitasi kesadaran emosi dan pengurangan gejala melalui
penggunaan bahan-bahan seni. Beberapa penelitian telah meneliti
penggunaan terapi seni dalam mengendalikan gejala kanker.
Dalam sebuah penelitian pasien kanker, sebagian besar dengan leukemia
dan limfoma, terapi seni menyediakan penurunan signifikan secara
statistik pada rasa sakit dan gejala umum lainnya, kecuali untuk mual.
Dengan menggunakan garis tubuh dan pastel berwarna dan spidol,
pasien kanker yang membantu untuk memvisualisasikan rasa sakit
mereka, mengkomunikasikan emosi mereka, berurusan dengan citra
tubuh, dan mencari makna dan spiritualitas.

3. Manipulative and body-based practices


a. Pijat atau massase
Pada pasien kanker, sentuhan membuat koneksi, kenyamanan, dan
peningkatan kualitas hidup. Sentuhan berupa pijat menjadi bagian dari
perawatan sehari-hari yang diberikan kepada setiap pasien yang dirawat
di rumah sakit. Terapi pijat digunakan untuk meringankan gejala pada
pasien kanker. Ini menggunakan teknik manual menggosok, membelai,
menekan, atau memijat jaringan lunak tubuh untuk mempengaruhi seluruh
tubuh. Pada suatu waktu, pijat itu diduga menyebabkan penyebaran kanker
dengan meningkatkan sirkulasi sistemik. Sampai saat ini tidak ada bukti
untuk mendukung ini. Sentuhan dapat menjadi intervensi terhadap nyeri.
Berbagai penjelasan untuk efektivitas pijat telah diusulkan: pengurangan
ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi, relaksasi umum, dan efek
memelihara sentuh.
Pijat umumnya aman untuk pasien kanker, tetapi membutuhkan
modifikasi teknik khusus untuk pasien individu. Ada kontraindikasi
khusus untuk pasien hamil. Hal ini kontraindikasi pada daerah dengan
metastase tulang (untuk risiko patah atau pecah tulang) atau tumor
(untuk risiko perdarahan); untuk pasien dengan jumlah trombosit dari <50.000
(untuk risiko memar); di titik bekuan darah (untuk risiko melepas trombus
dalam vena), dan di situs bedah atau ruam. Pijat dalam jaringan tidak
boleh diberikan pada pasien dengan kanker; tekanan ringan adalah pijat
yang paling tepat untuk pasien ini. Izin terapis pijat terlatih yang telah
memiliki pengalaman dengan pasien kanker.
b. Gentle massase
Untuk memberikan kenyamanan tempatkan telapak tangan seluas mungkin
dengan seluruh tangan berkontak dengan bagian tubuh pasien seperti
lengan atau punggung. Jangan menggunakan ujung jari atau jempol karena
dapat memberikan banyak tekanan terlalu spesifik. Tekanan harus ringan dan
tersebar luas. Pilihan pola pijat bias seperti lingkaran, dua lingkaran, oval,
atau dua oval besar. Hal ini penting untuk memindahkan tangan pada
kecepatan dan tekanan yang konsisten.
c. Refleksi
Refleksi adalah terapi sentuh yang didasarkan pada keyakinan bahwa ada
titik refleks atau titik energi pada kaki, tangan, dan telinga yang sesuai dengan
setiap kelenjar, organ, dan bagian tubuh. Dengan stimulasi terampil dari
daerah-daerah dan poin dengan tangan, jari, dan teknik praktis, sistem tubuh
yang difasilitasi untuk keseimbangan yang lebih besar. Ini memfasilitasi
pasien dalam keadaan yang lebih santai di mana mereka dapat fokus pada
kesehatan daripada penyakit. Hal ini digunakan untuk menstimulasi
relaksasi dan tidur, untuk mengurangi kecemasan, untuk mencegah dan
mengurangi neuropati perifer sekunder untuk kemoterapi, dan untuk
mengurangi

Anda mungkin juga menyukai