Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita kanker terutama yang tidak
mungkin disembuhkan tetapi juga pada penderita yang
mempunyai harapan untuk sembuh bersama- sama dengan tindakan kuratif (menghilangkan nyeri dan keluhan
lain serta perbaikan dalam bidang psikologis, sosial dan spiritual). (Depkes Pedoman Kanker Terpadu Paripurna
1997).
Perawatan paliatif adalah tindakan aktif semua guna meringankan beban penderita, terutama yang tak mungkin
disembuhkan. Tindakan kuratif yang dimaksud antara lain menghilangkan nyeri dan keluhan lain, serta
mengupayakan perbaikan dalam aspek psikologis, sosial dan spiritual.
Paliatif care (perawatan paliatif) adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga mereka
dalam menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan-
pencegahan sempurna dan pengobatan rasa sakit, masalah lain, fisik, psikososial, spiritual (kemenkes RI Nomor
812, 2007).
2. Asal kata perawatan paliatif
Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti meringankan, dan "Palliare" (bahasa latin yang
berarti "menyelubungi"), merupakan jenis pelayanan kesehatan yang berfokus untuk meringankan gejala klien,
bukan berarti kesembuhan
3. Arti Paliatife : Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti meringankan, dan "Palliare"
(bahasa latin yang berarti "menyelubungi"), merupakan jenis pelayanan kesehatan yang berfokus untuk
meringankan gejala klien, bukan berarti kesembuhan
4. Tujuan perawatan paliatif
Tujuan dari perawatan paliatif adalah untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan
kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang
terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, tidak stres dideritanya. menghadapi
penyakit yang
f. Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga menghadapi penyakit pasien dan kehilangan mereka.
a. Pelaksana perawat pemberi asuhan : keperawatan, pendidikan kesehatan, koordinator, advokasi, kolaborator,
fasilitator, modifikasi lingkungan.
b. Pengelola : koordinasi. manajer kasus, konsultan,
c. Pendidik pelayanan di lembaga pendidikan/di
d. Peneliti.
6. Yang termasuk perawatan paliatif
Agama merupakan hubungan antara manusia dengan tuhan. Terapi religius sangat penting dalam memberikan
palliative care. Kurangnya pemenuhan kehidupan beragama, menimbulkan masalah pada saat terapi. Pengetahuan
dasar dari masing-masing agama sangat membantu dalam mengembangkan palliative
care.
Terkadang palliative care spiritual sering disamakan dengan terapi paliatif religius. Palliative care spiritual bisa
ditujukan kepada pasien yang banyak meyakini akan adanya Tuhan tanpa mengalami ritual suatu agama dan bisa juga
sebagai terapi religius di mana selain meyakini ritual agama memiliki tata cara beribadah dalam suatu agama
2. Optimisme
3. Sedekah
4. Shalat Tahajud
S. Puasa
Merupakan salah satu metode pengobatan dengan menggunakan radiasi/sinar untuk mematikan sel kanker yang akan
membantu pencegahan terhadap terjadinya kekambuhan. Terapi radiasi dapat diberikan melalui dua cara. Pertama
dengan menggunakan cara eksterna, dan kedua dengan brakiterapi. radiasi
Radiasi eksterna adalah suatu teknik radiasi di mana sumber radiasi berada di luar tubuh pasien. Radiasi ini
menggunakan suatu mesin yang mengeluarkan radiasi yang ditujukan ke arah sel kanker. Brakiterapi adalah suatu
teknik radiasi di mana sumber radiasi diletakkan di dalam tubuh pasien dekat dengan sel kanker tersebut. Peran
radioterapi pada palliative care terutama adalah untuk mengatasi nyeri, yaitu nyeri yang disebabkan oleh infiltrasi
tumor local.
Pemakaian kemoterapi pada stadium paliatif adalah untuk memperkecil masa tumor dan kanker dan untuk
mengurangi nyeri, terutama pada tumor yang kemosensitif. Beberapa jenis kanker yang sensitive terhadap kemoterapi
dan mampu menghilangkan nyeri pada lymphoma, myeloma, leukemia, dan kanker tentis. Pertimbangan pemakaian
kemoterapi paliatif harus benar-benar dipertimbangkan dengan menilai dan mengkaji efek positif yang diperoleh dari
berbagai aspek untuk kepentingan pasien.
D. Pembedahan
Tindakan pembedahan pada perawatan paliatif bermanfaat untuk mengurangi nyeri dan menghilangkan gangguan
fungsi organ tubuh akibat desakan massa tumor/metastasis. Pada umumnya pembedahan yang dilakukan adalah
bedah ortopedi /bedah untuk mengatasi obstruksi visceral. Salah satu contoh tindakan pembedahan pada stadium
paliatif adalah fiksasi interna pada fraktur patologis/ fraktur limpeding/tulang panjang.
E. Terapi Musik
Alunan musik dapat pemulihan penderita stroke, demikian hasil riset yang dilakukan di Finlandia. Penderita stroke rajin
mendengarkan music setiap hari, menurut hasil riset itu ternyata mengalami peningkatan pada ingatan verbalnya dan
memiliki mood yang lebih baik daripada penderita yang tidak menikmat musik. mempercepat yang
G. Hi
un
pe
se
ga
da
Musik memang telah lama digunakan sebagai salah satu terapi kesehatan, penelitian d Finlandia yang dimuat dalam
Jurnal Brain itu adalah riset pertama yang membuktikan efeknya pada manusia. Temuan ini adalah bukti pertama
bahwa mendengarkan music pada tahap awal pasca stroke dapat meningkatkan pemulihan daya kognitif dan
mencegah munculnya perasaan negative.
F. Psikoterapi
Gangguan citra diri yang berkaitan dengan dampak perubahan citra fisik, harga diri dengan citra fungsi sosial, fungsi
fisiologis, dan sebagainya dapat dicegah / dikurangi dengan melakukan penanganan antisipatorik yang memadai.
Tetapi hal ini belum dapat dilaksanakan secara optimal karena kondisi kerja yang belum memungkinkan.
G. Hipnoterapi
Hipnoterapi merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah
pikiran, perasaan, dan perilaku. Hipnoterapi bisa bermanfaat dalam menerapi banyak gangguan psikologis-organis
seperti hysteria, stress, fobia (ketakutan terhadap benda-benda tertentu atau keadaan tertentu), gangguan
kecemasan, depresi, perilaku merokok, dan lain-lain
7. Hak-hak penderita
Hak-hak Penderita
e. Dirahasiakan penyakitnya
g. Berkeluarga
h. Perlindungan asuransi
a. Beneficience
b. Non-maleficence
Selama perawatan paliatif, prinsip-prinsip tersebut harus digunakan dalam pemikiran bahwa pasien yang menderita
penyakit tidak dapat disembuhkan. Objektivitas bisa saja sulit dilakukan ketika memutuskan agar mereka merasa kuat
dalam menghadapi hidup atau mati. Pasien harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan, tapi mungkin tidak
realistik menyangkut prognosis mereka, kemudian memberikan dorongan untuk melakukan terapi aktif (seperti
kemoterapi) meskipun tidak ada kesempatan ke arah perbaikan.
Prinsip Non Malificence and Justice (sumber terbatas) dapat mencapai hak azasi pasien dan autonomi pada situasi ini.
Dalam kasus yang lain mungkin sulit mendapatkan perspektif pasien, karena mereka dalam keadaan tidak sadar atau
tidak berkompeten dalam mengambil keputusan.
9. Jumlah pelayanan paliatif di dunia
Standar perawatan pertama kali diperkenalkan pada 1997 di Jepang. Pendidikan palliative care masuk dalam kurikulum
sekolah- sekolah kedokteran dan semua sekolah keperawatan. Dua puluh layanan yang terkait dengan palliative care
tersedia di seluruh negeri. Tiga belas organisasi yang dibangun di Singapura untuk menyediakan palliative care. Modul
palliative care ditambahkan ke kurikulum sekolah kedokteran. Pemerintah mulai menerapkan di setiap kabupaten dan
rumah sakit umum untuk memperkenalkan suatu palliative care pada tahun 1998 di Malaysia.
Palliative care dimasukkan ke dalam rencana kesehatan nasional Mongolia. Modul palliative care termasuk dalam
kurikulum sekolah kedokteran di Mongolia. Sebuah program pendidikan palliative care telah diterapkan untuk asisten
keperawatan di Selandia Baru. Empat puluh satu pelayanan palliative care ini sudah tersebar di seluruh negeri dan
mulai tahun 2005 palliative care diakui sebagai spesialisasi medis di Australia
Penyakit yang bisa menyebabkan seseorang dalam kondisi terminal/ mengancam hidup, antara lain :
a. Penyakit kronis seperti TBC, Pneumonía, Edema Pulmonal, Sirosis Hepatis, Penyakit Ginjal Kronis, Gagal Jantung dan
Hipertensi
e. Kecelakaan/Trauma seperti Trauma Kapitis, Trauma Organ Vital (Paru-Paru atau jantung) ginjal dll.
Penyakit-penyakit kanker
Kanker merupakan salah satu penyakit berbahaya yang ada. Di antara beberapa jenis kanker, kanker payudara adalah
jenis kanker yang paling berbahaya dan paling sering terjadi, Kanker payudara sangat berbahaya dikarenakan kanker
jenis ini menyerang organ reproduksi luar yaitu payudara dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain.
Kanker payudara juga dapat menyebabkan kematian. Kanker payudara yang dapat menyebabkan kematian adalah
kanker payudara stadium IV. Pada kanker payudara stadium IV seseorang sudah menderita kanker payudara yang
sangat parah atau bahkan tidak
memiliki harapan hidup (terminal). Kondisi terminal pada penderita kanker payudara stadium IV tidak dapat dihindari
dan ini pasti akan dialami oleh setiap penderita yang akan menjelang ajal.
Pada kondisi terminal perubahan utama yang terjadi adalah perubahan psikologis yang menyertai pasien. Perubahan
psikologis tersebut biasanya mengarah ke arah yang lebih buruk dan membuat pasien menjadi tidak koperatif. Di sini
peran perawat sangat dibutuhkan dan menjadi hal yang penting, dan untuk membuat klien merasa lebih nyaman dan
mampu membuat klien menjadi tenang pada saat menjelang ajal.
2. Penyakit-penyakit Infeksi
Meningitis merupakan infeksi pada selaput otak yang disertai radang membran pelindung yang menyelubungi otak
dan sumsum tulang belakang, yang mana keseluruhan tersebut di sebut meningen. Bahayanya adalah apabila
Meningitis telah masuk stadium terminal dan tidak ditangani segera, maka adanya resiko kematianlah yang akan
terjadi dalam waktu kurang lebih 3 pekan.
Chronic Renal Failure (CRF) merupakan gangguan fungsi ginjal yang berlangsung secara progresif dan irreversible di
mana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
menyebabkan uremia (retensi urin dan sampah nitrogen lain dalam tubuh). (Brunner and Suddarth, hal. 1448).
Patofisiologi terjadinya gagal ginjal kronik setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal sehingga
menyebabkan fungsi ginjal turun dari 25% dan nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak.
Nefron yang tersisa meningkatkan fungsi nefron yang masih normal, sisa yang normal akan terjadi hipertrofi sehingga
kerusakan renal bertambah/jumlah nefron yang normal menurun dalam usaha untuk melaksanakan beban kerja ginjal,
terjadi peningkatan filtrasi beban solut dan reabsorbsi dan berakibat pada diuresis osmotic. Ketidakseimbangan cairan
disertai poliuria dan haus yaitu peningkatan aliran kemih dan penurunan konsentrasi, maka penderita bisa menjadi
dehidrasi dan cenderung terjadi retensi garam dan air yang normal diekskresikan dalam
urine. Di dalam aliran darah terjadi uremia yang mempengaruhi semua sistem tubuh, ketidakmampuan mengeluarkan
urine (oliguria) menyebabkan kepekatan urine meningkat sehingga semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin besar namun gejala akan berkurang setelah dialisis (Hemodialilsa).
Penyusutan progresif pada nefron-nefron terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darah ke ginjal berkurang.
Pelepasan renin meningkat dan mengaktifkan sistem renin angiotensin aldosteron dan tahanan perifer meningkat dan
berakibat hipertensi, dan gangguan pemekatan retensi garam akibatnya kelebihan cairan dapat menjurus ke gagal
jantung kongestif (CHF).
Dengan berkembangnya penyakit renal terjadi asidosis metabolik yang disebabkan ketidakmampuan ginjal
mengekskresikan asam (H) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal
mengekresi amonia (NH) dan absorbsi natrium bikarbonat (HCO,).
Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi penderita uremia sering
terjadi manifestasi gastrointestinal, meliput nausea, muntah, anoreksia, foetor uremik dan pada uremia lanjut
stomatitis esofagitis, manifestasi pada kardiovaskuler pada g ginjal kronis mencakup hipertensi akibat retenu cairan
dan natrium dari aktivitas angiotensin aldosteron.
Nyeri dada dan sesak napas akibat perikarditis, efusi perikardial, penyakit jantung koroner akibat arteriosklerosis dini,
edema akibat penimbunan cairan, gejala hematologi, anemia disebabkan berkurangnya fungsi eritroprotein, sehingga
rangsangan entropcoesis pada sumsum tulang menurun, hemolisis, defisiensi besi, masa perdarahan panjang,
fagositosis, fungsi limfosit menurun.
Gejala pada endokrin, gangguan seksual, libido/ereksi menurun, pada laki-laki impoten, ammenorrea pada wanita,
gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolik lemak. Gejala pada sistem saraf adalah retless leg syndrome, burning
feet syndrome, dan enselofati metabolik, dan manifestasi pada kulit adalah kulit berwarna pucat, gatal, ekimosis,
uremik frost, kulit tipis, kuku mudah rapuh, kusam dan
Sebagai konsekwensinya, impuls-impuls listrik yang berjalan sepanjang syaraf-syaraf memperlambat, yaitu menjadi
lebih perlahan. Sebagai tambahan, syaraf-syaraf sendiri menjadi rusak. Ketika semakin banyak syaraf-syaraf yang
terpengaruh, seorang pasien mengalami suatu gangguan yang progresif pada fungsi-fungsi yang dikontrol oleh sistim
syaraf seperti penglihatan, kemampuan berbicara, berjalan, menulis, dan ingatan.
Cedera kepala telah menyebabkan banyak kematian dan cacat pada usia kurang dari 50 tahun. Otak bisa mengalami
cedera meskipun tidak terdapat luka yang menembus tulang tengkorak. Berbagai cedera disebabkan oleh percepatan
mendadak yang memungkinkan terjadinya benturan atau karena perlambatan mendadak yang terjadi jika kepala
membentur objek yang tidak bergerak, Kerusakan otak bisa terjadi pada titik benturan dan pada sisi yang berlawanan.
Cedera ini disebut coup contrecoup (bahasa Perancis untuk hit-counterhit). bisa
Adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain. Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau
disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan
menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan
yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan
12. Maksud dari perubahan tekanan darah dalam jantung coroner adalah
Tekanan darah yang terus meningkat dalam jangka panjang akan menyebabkan terbentuknya kerak (plak) yang dapat
mempersempit pembuluh darah koroner. Padahal pembuluh darah koroner merupakan jalur oksigen dan nutrisi
(energi) bagi jantung. Akibatnya, pasokan zat-zat penting (esensial) bagi kehidupan sel-sel jantung jadi terganggu. Pada
keadaan tertentu, tekanan darah tinggi dapat meretakkan kerak (plak) di pembuluh darah koroner. Serpihan-serpihan
yang terlepas dapat menyumbat aliran darah sehingga terjadilah serangan jantung. Penderita tekanan darah tinggi
berisiko dua kali lipat menderita penyakit jantung koroner. Penyumbatan pembuluh darah diawali dengan Stroke.
Stroke merupakan gangguan syaraf otot yang dipengaruhi pembuluh darah dan berpusat pada kepala. Biasanya syaraf
yang ada di otak tidak terkoneksi dengan syaraf motorik sehingga tangan yang biasa diserang tidak dapat digerakkan
karena aliran darah tidak mengalir pada bagian tubuh tersebut. Bagian terparah dari gangguan pembuluh darah yang
disebabkan oleh Hipertensi yaitu komplikasi pada Ginjal dan Jantung. Karena aliran darah yang tidak merata, maka
beberapa fungsi organ tubuh akan terkena imbasnya. Gangguan darah turut mempengaruhi volume darah yang
mengalir ke Jantung, jadi jangan heran kalau biasanya penderita hipertensi adalah penderita jantung pula
13. Akibat ketidak seimbangan antara kebutuhan darah dengan suplai darah dapat mengakibatkan
Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi apabila arteri koroner (arteri yang memasok darah dan oksigen ke otot
jantung) tersumbat oleh zat lemak yang disebut plak atau ateroma. Plak ini menumpuk secara bertahap di dinding
bagian dalam arteri, yang akhirnya membuat arteri menjadi sempit.
Brain hemorrhage atau perdarahan otak adalah kondisi medis yang terjadi ketika pembuluh arteri dalam otak pecah
dan menyebabkan masuknya darah ke dalam jaringan otak. Kondisi ini perlu mendapatkan penanganan yang tepat
karena berisiko menimbulkan komplikasi serius, seperti gangguan fungsi kognitif hingga kelumpuhan.
Penyebab tersering adalah stroke karena hipertensi yang tidak terkontrol dengan baik. Tekanan yang tinggi di
pembuluh darah darah otak menyebabkan pembuluh darah pecah sehingga terjadi pendarahan otak. Penyebab lain
adalah kelainan pembuluh darah otak berupa aneurisma atau AVM (arteriovenous malformation)
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses
penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Kubler-Rosa, 1969).
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah kematian contohnya seperti
penyakit jantung, dan kanker atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-
obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang dikatakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah ke
arah kematian (White,2002)
Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu bervariasi
(Stuard& Sundeen, 1995)
Penyakit pasca stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, bersifat progresif, pengobatan hanya bersifat
paliatif (mengurangi gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas hidup (Tim medis RS Kanker Darmais, 1996)
Pasien penyakit terminal adalah pasien yang sedang menderita sakit di mana tingkat sakitnya telah mencapai stadium
lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin dapat menyembuhkan lagi. Oleh karena itu, pasien penyakit
terminal harus mendapatkan perawatan paliatif yang bersifat meredakan gejala penyakit, namun tidak lagi berfungsi
untuk menyembuhkan.
Jadi keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit di mana menurut akal sehat tidak ada harapan lagi bagi yang sakit
untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan
Penyakit yang bisa menyebabkan seseorang dalam kondisi terminal/ mengancam hidup, antara lain :
a. Penyakit kronis seperti TBC, Pneumonía, Edema Pulmonal, Sirosis Hepatis, Penyakit Ginjal Kronis, Gagal Jantung dan
Hipertensi
e. Kecelakaan/Trauma seperti Trauma Kapitis, Trauma Organ Vital (Paru-Paru atau jantung) ginjal dll.
17. Komunikasi antara perawat dengan klien yang mengalami kondisi terminal termasuk jenis komunikasi
1. Komunikasi Verbal
Menggunakan kata-kata yang diungkapkan atau ditulis. Hal yang harus diperhatikan :a. Kesederhanaan ; Kalimat yang
digunakan harus sederhana, mudah dimengerti, singkat dan jelas.
b. Kejelasan ; Komunikasi bisa lebih jelas apabila ada kecocokan dengan apa yang diungkapkan dan yang diekspresikan
oleh wajah serta gerakan tubuh.
c. Tepat waktu dan relevan; Perawat harus peka terhadap kebutuhan yang sedang dirasakan oleh pasien.
Komunikasi yang menyangkut ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan sikap tubuh. Hal yang perlu diperhatikan :
a. Sikap tubuh dan cara berjalan Sikap tubuh dan cara berjalan dapat menunjukan suasana hati dan kondisi fisik
seseorang. Sikap tubuh yang tegak, aktif, dan jalannya mempunyai tujuan menunjukan bahwa orang tersebut merasa
nyaman dan aman secara fisik maupun emosionalnya.
b. Ekspresi wajah Wajah, terutama mata, otot-otot di sekitar mata dan mulut dapat mengekspresikan macam-macam
emosi seperti kegembiraan,kesedihan, kemarahan, ketakutan, malu, dan seterusnya. kekecewaan,
c. Gerakan Tangan Gerakan tangan adalah suatu komunikasi yang penuh arti. Gerakan tangan bisa mengkomunikasikan
perasaan
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, menghargai. saling percaya, dan saling
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
5. Perawat harus menciptakan suasanan yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik
sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi.
6. Perawat mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira,
sedih, marah, keberhasilan maupun masalah.
7. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
10. Mampu berperan sebagai role mode agar dapat menunjukan dan menyakinkan tentang kesehatan. orang lain
11. Altruisme, mendapatkan kepuasaan dengan menolong orang lain secara manusiawi
1. Mendengarkan (Listening) Mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian akan menunjukan bahwa apa yang
dikatakannya adalah penting.
2. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening) Memberikan inisiatif kepada klien, mendorong klien untuk menyeleksi topik
yang akan dibicarakan.
3. Mengulang (Restarting)
Berguna untuk memvalidasi untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat untuk mengikuti
pembicaraaan.
4. Penerimaan (Acceptance)
Mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukan ketertarikan dan tidak menilai.
5. Klarifikasi
Merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien malu mengemukakan
informasi dan perawat mencoba memahami situasi yang digambarkan klien.
6. Refleksi
Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasi apa yang didengar, refleksi perasaan dengan cara
memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
7. Asertif
Asertif adalah kemampuan dengan cara menyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan menghargai
hak orang lain.
8. Memfokuskan
Teknik untuk menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas, dan berfokus pada realitas.
9. Membagi persepsi Teknik dengan cara meminta pendapat klien tentang hal-hal yang dirasakan dan difikirkan.
Teknik dengan mencari latar belakang masalah klien yang muncul dan meningkatkan pengertian masalah yang penting.
berguna untuk dan eksplorasi
11. Diam
Teknik yang bertujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses informasi, menunjukan bahwa perawat bersedia
menunggu respon.
12. Informing
Teknik yang menyediakan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut.
13. Humor
Teknik yang digunakan utnuk mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang membantu disebabkan oleh stress, dan
meningkatkan keberhasilan perawat dalam dukungan emosional terhadap klien.
14. Saran
5. Prognosis jelek
6. Bersifat progresif
Anak
Konsep kematian masih abstrak dan tidak dimengerti dengan baik oleh anak-anak. Sampai umur 5 tahun, anak masih
berpikir bahwa kematian adalah hidup di tempat lain dan orang dapat datang kembali. Mereka juga percaya bahwa
kematian bisa dihindari. Kematian adalah topik yang tidak mudah bagi orang dewasa untuk didiskusikan dan mereka
biasanya menghindarkan anaknya dari realita akan kematian dengan mengatakan bahwa orang mati akan "pergi" atau
"berada di surga" atau hanya tidur.
lalu mereka
Saat ini, para ahli percaya bahwa anak- anak seharusya mengetahui sebanyak mungkin mengenai penyakitnya agar
mereka mengerti dan dapat mendiskusikannya terutama mengenai perpisahan dengan orang tua. Ketika anak
mengalami terminal illness biasanya orang tua akan menyembunyikannya, sehingga emosi anak tidak terganggu.
Untuk anak yang lebih tua, pendekatan yang hangat, jujur, terbuka, dan sensitif mengurangi mempertahankan
kecemasan hubungan mempercayai dengan orang tuanya. dan yang saling
3. Kehilangan reflek
Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahan- perubahan nadi, respirasi dan
tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian,
yaitu:
1. Denial (penyangkalan)
Respon di mana klien tidak percaya atau menolak terhadap apa yang dihadapi atau yang sedang terjadi. Dan tidak siap
terhadap kondisi yang dihadapi dan dampaknya. memungkinkan bagi pasien untuk membenahi Ini diri. Dengan
berjalannya waktu, sehingga tidak refensif secara radikal. Penyangkalan merupakan reaksi pertama ketika seseorang
didiagnosis menderita terminal illness. Sebagian besar orang akan merasa shock, terkejut dan merasa bahwa ini
merupakan kesalahan. Penyangkalan adalah awal penyesuaian diri terhadap kehidupan yang diwarnai oleh penyakit
dan hal tersebut merupakan hal yang normal dan berart
c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah, perut kembung, obstipasi, dan sebagainya.
c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan hidung.
4. Gangguan Sensori
a. Penglihatan kabur.
Variasi-variasi tingkat kesadaran dapat dilihat sebelum kematian, kadang-kadang klien tetap sadar sampai meninggal.
Pendengaran merupakan sensori terakhir yang berfungsi sebelum meninggal
29. Tindakan yang tepat pada masa denial
Tahap Denial
Beri dukungan pada fase awal karena ini berfungsi protektif dan memberi waktu bagi klien untuk melihat kebenaran.
Bantu untuk melihat kebenaran dengan konfirmasi kondisi melalui second opinion
30. Kondisi kuku pada klien yang telah meninggal dunia adalah PUCAT
31. Cara mengecek kondisi sesorang masih normal atau sudah meninggal adalah
4. Badan dingin dan lembap, terutama pada kaki, tangan, dan ujung hidungnya.
7. Nafas mendengkur berbunyi keras (stidor) yang disebabkan oleh adanya lendir pada saluran pernafasan yang tidak
dapat dikeluarkan oleh klien lanjut usia.
9. Terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur). (Keperawatan. Gerontik & Geriatrik, H. Wahjudi Nugroho, B.
Sc.,SKM 2008)
Arteri karotis adalah dua pembuluh darah arteri di leher yang menyalurkan pasokan darah ke otak
bisa dilakukan mengecek nadi arteri karotis. Nadi carotis dapat diraba dengan menggunakan 2 atau 3 jari menempel
pada daerah kira-kira 2 cm dari garis tengah leher atau jakun pada sisi yang paling dekat dengan pemeriksa.
Kesadaran adalah status individu tentang keberadaan dirinya dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya.
Closed Awarness
Mutual Pretense
Klien menjelang ajal/kondisi terminal membutuhkan pertimbangan khusus ketika diagnosa keperawatan ditegakkan.
Klien yang sakit terminal menyebabkan berbagai perubahan kondisi seperti perubahan citra tubuh, cacat fisik atau
perubahan konsep diri. Sejalan dengan memburuknya kondisi klien perawat membuat diagnosa yang relevan dengan
kebutuhan dasar seperti perubahan rasa nyaman, perubahan eliminasi, pernafasan tidak efektif, perubahan sensoris
dan sebagainya. Berbagai kondisi tersebut bisa dituangkan dalam bentuk diagnosa aktual atau potensial.
Karena sifat dan tingkat keparahan kondisi terminal, data pengkajian fisik harus dikumpulkan dengan sering dan dapat
digunakan untuk memvalidasi diagnosa.
Contoh diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kondisi terminal antara lain:
7) Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan klien mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kematian.
3. Kehilangan reflek
Kepekaan khusus dibutuhkan pada tahap tertentu dari perjalanan hidup pasien. Berita buruk mungkin membutuhkan
beberapa waktu untuk disampaikan kepada pasien (misalnya pada saat penyampaian diagnosis, kegagalan terapi dan
komplikasi). Pada penyakit yang bersifat lanjut, tiap individu menbutuhkan dukungan untuk menyuarakan
pemikirannya tentang masa depan sehingga mereka mulai dapat membuat rencana untuk mewujudkannya
1. Gerakan dan pengindraan menghilang secara berangsur-angsur. Biasanya dimulai pada anggota badan, khususnya
kaki dan ujung kaki.
4. Badan dingin dan lembap, terutama pada kaki, tangan, dan ujung hidungnya.
7. Nafas mendengkur berbunyi keras (stidor) yang disebabkan oleh adanya lendir pada saluran pernafasan yang tidak
dapat dikeluarkan oleh klien lanjut usia.
9. Terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur). (Keperawatan. Gerontik & Geriatrik, H. Wahjudi Nugroho, B.
Sc.,SKM 2008
Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan. Misalnya, kesedihan,
kemarahan, menangis, kesepian, dan menarik diri dari aktivitas untuk sementara.
Berduka antisipatif, yaitu proses „melepaskan diri‟ yang muncul sebelum kehilangan atau kematian yang
sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, seseorang akan memulai proses perpisahan dan
menyelesaikan berbagai urusan di dunia sebelum ajalnya tiba.
Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu tahap kedukaan normal.
Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan
dengan orang lain.
Berduka tertutup, yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka. Contohnya, kehilangan
pasangan karena AIDS, anak yang mengalami kematian orang tua tiri, atau ibu yang kehilangan anaknya di
kandungan atau ketika bersalin.
39. Contoh berduka antisifasi
Berduka antisipatif, yaitu proses „melepaskan diri‟ yang muncul sebelum kehilangan atau kematian yang
sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, seseorang akan memulai proses perpisahan dan
menyelesaikan berbagai urusan di dunia sebelum ajalnya tiba.
Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan. Misalnya,
kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menarik diri dari aktivitas untuk sementara.
Berduka antisipatif, yaitu proses „melepaskan diri‟ yang muncul sebelum kehilangan atau kematian yang
sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, seseorang akan memulai proses perpisahan
dan menyelesaikan berbagai urusan di dunia sebelum ajalnya tiba.
Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu tahap kedukaan
normal. Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan orang yang
bersangkutan dengan orang lain.
Berduka tertutup, yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka. Contohnya,
kehilangan pasangan karena AIDS, anak yang mengalami kematian orang tua tiri, atau ibu yang kehilangan
anaknya di kandungan atau ketika bersalin.