Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TERAPI KOMPLEMENTER UNTUK ANAK DENGAN

PENYAKIT KRONIS DAN TERMINAL

Dosen Pengampu : Ns. Isra Nur Utari Syachnara, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh : Kelompok 6

1. Arif Danur S S18007


2. Dinnar Fitria M.P S18014
3. Febriyani Damayanti S18020
4. Leony Dwi Alfina M.P S18028
5. Novitasari I S18037
6. Selsa Amanda P S18045
7. Wildani Pratama S18052
S18 A

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN 2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perkembangan terapi komplementer akhirakhir ini menjadi sorotan banyak
negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting
dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya. Terapi
komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien
bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas
kesehatan seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog
perawat untuk penggunaan terapi alternative. Perawat mempunyai peluang
terlibat dalam terapi ini, tetapi memerlukan dukungan hasil-hasil
penelitian (evidence-based practice). Pada dasarnya terapi komplementer
telah didukung berbagai teori, seperti teori Nightingale, Roger, Leininger,
dan teori lainnya. Terapi komplementer dapat digunakan di berbagai level
pencegahan. Perawat dapat berperan sesuai kebutuhan klien (Widyastuti,
2008).
Pengobatan komplementer dan alternatif pada saat ini menjadi populer
pada anak dengan kanker. Dimana penggunaan herbal merupakan metode
yang paling banyak digunakan. Penggunaan pengobatan komplementer
dapat memberikan perspektif yang berbeda pada setiap orang tua
(Hermalinda dkk, 2015).
2. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari terapi komplementer?
b. Apa saja jenis dari terapi komplementer?
c. Apa saja klasifikasi dari terapi komplementer?
d. Apa saja peran perawat dalam terapi komplementer?
e. Apa saja kebutuhan anak dengan penyakit terminal ?
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Keperawatan Anak II Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas
Kusuma Husada Surakarta
b. Tujuan Khusus
1) Untuk memahami definisi dari teknik komplementer
2) Untuk memahami jenis – jenis dari terapi komplementer
3) Untuk memahami klasifikasi dari terapi komplementer
4) Untuk memahami peran perawat dalam terapi komplementer
5) Untuk memahami kebutuhan anak dengan penyakit terminal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terapi adalah usaha
untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit,
perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat
menyempurnakan. Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan
melengkapi pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional yang tidak
bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di Indonesia (Zulfa dkk,
2018).
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam
sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara
umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional. Terapi
komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke
dalam pengobatan modern. Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas
atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan
kesehatan (Zulfa dkk, 2018).
Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai
pengembangan terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi
modern yang mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis,
psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang
telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi
ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai
makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual) (Widyastuti, 2008).
Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan
penyakit ataupun rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya
memperbaiki gaya hidup dengan menggunakan terapi nutrisi. Seseorang yang
menerapkan nutrisi sehat, seimbang, mengandung berbagai unsur akan
meningkatkan kesehatan tubuh. Intervensi komplementer ini berkembang di
tingkat pencegahan primer, sekunder, tersier dan dapat dilakukan di tingkat
individu maupun kelompok misalnya untuk strategi stimulasi imajinatif dan
kreatif (Widyastuti, 2008).
Kebutuhan perawat dalam meningkatnya kemampuan perawat untuk
praktik keperawatan juga semakin meningkat. Hal ini didasari dari
berkembangnya kesempatan praktik mandiri. Apabila perawat mempunyai
kemampuan yang dapat dipertanggungjawabkan akan meningkatkan hasil
yang lebih baik dalam pelayanan keperawatan (Widyastuti, 2008).

2. Jenis – jenis Terapi Komplementer


a. Terapi relaksasi
Respon relaksasi merupakan bagian dari penurunan umum kognitif,
fisiologis, dan stimulasi perilaku. Proses relaksasi memperpanjang serat
otot, mengurangi pengiriman impuls neural ke otak dan selanjutnya
mengurangi aktivitas otak juga sistem tubuh lainnya (Zulfa dkk, 2018)
b. Terapi okupasi
Terapi untuk meningkatkan okupasional seseorang mencakpup aktifitas
sehari – hari seperti menulis. Peran terapi okupasi adalah membantu
meningkatkan kemampuan tersebut diatas melalui aktifitas terapeutik yang
sesuai dengan program terapi anak sehingga dapat melakukan aktifitas
keseharian dengan mandiri (Zulfa dkk, 2018)
c. Meditasi dan Pernapasan
Meditasi adalah segala kegiatan yang membatasi masukan rangsang
dengan perhatian langsung pada suatu rangsangan yang berulang dan tetap
(Zulfa dkk, 2018)
d. Hypnoparenting
Hypnoparenting merupakan salah satu bentuk relaksasi yang dapat
menjadi alternatif untuk membantu mengubah berbagai perilaku negatif
anak akibat mual dan muntah yang dialami menjadi perilaku positif.
3. Klasifikasi Terapi Komplementer menurut : (Zulfa dkk, 2018)
a. Mind body theraphy
Intervensi dengan teknik untu memfasilitasi kapasitas berpikir yang
mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh (terapi imagery, yoga, terapi
musik, berdoa, hypnoterapy)
b. Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang
mengembangkan pendekatan biomedis
c. Terapi biologis
Yaitu natural dan praktik biologis dan hasilnya misalkan hebal dan
makanan
d. Terapi manipulatif dan sistem tubuh (didasari manipulasi dan pergerakan
tubuh)
e. Terapi energi
Terapi yang berfokus pada energi tubuh (biofields) atau mendapat energi
dari luar tubuh (terapeutik sentuhan, pengobatan sentuhan).

4. Kasus Pemicu
a. Identitas Klien :
Nama : An. R
Umur : 11 tahun
BB/TB : 23,5 kg/ 130cm
Masuk RS : 30 Mei 2016 jam 11.00
Tindakan : 30 Mei 2016 jam 12.00
b. Anamnesa :
1) Keluhan utama
Mual
2) Riwayat penyakit sekarang
Akut Limpoblastik Leukimia (ALL) mengalami gejala mual dan
muntah setelah dilakukan pengobatan kemoterapi
c. Penatalaksanaan Medis
Kemoterapi
d. Pembahasan Kasus
Salah satu gejala yang paling sering dirasakan anak – anak yang
mengalami Acute Lymphoblastic Leukimia (ALL) setelah menjalani
kemoterapi adalah mual dan muntah. Terapi komplementer secara efektif
dapat membantu dalam manajemen mual muntah akibat kemoterapi
diantaranya yaitu relaksasi, guided imagery, distraksi, hipnosis,
akupresur dan akupuntur. Belum pernah ada terapi komplementer yang
diterapkan untuk mengurangi mual dan muntah khususnya diruangan
Onkologi anak RSUD Ulin Banjarmasin. Dari hasil yang didapat terapi
komplementer yang sudah digunakan untuk mengatasi mual dan muntah
pada anak akibat kemoterapi yaitu penerapan terapi komplementer
akupresur, terapi untuk penerapan terapi hypnosis dalam hal ini salah
satunya hypnoparenting.
1) Fase kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai obat tunggal maupun kombinasi
beberapa obat, baik secara intravena maupun peroral. Kemoterapi
bertujuan untuk menghambat proliferasi dan menghancurkan sel
kanker melalui berbagai macam mekanisme aksi. Berat ringannya
efek samping kemoterapi tergantung pada banyak hal antara lain :
jenis obat kemoterapi, kondisi tubuh dan kondisi psikis pasien. Mual
dan muntah merupakan efek samping yang menakutkan bagi anak
dan keluarga. Kondisi ini dapat menyebabkan stres bagi anak dan
keluarga yang terkadang enggan dan takut untuk kemoterapi lagi.
Untuk mengatasi mual dan muntah juga diperlukan tindakan
komplementer berupa hypnoparenting.
2) Hypnoparenting
Hypnoparenting merupakan salah satu bentuk relaksasi yang dapat
menjadi alternatif untuk membantu mengubah berbagai perilaku
negatif anak akibat mual dan muntah yang dialami menjadi perilaku
positif. Hypnoparenting merangsang anak secara fisiologis artinya
anak akan menjadi mengantuk dan tubuhnya mulai merasa nyaman
dan mensugesti anak secara psikologis artinya semua rasa sakit,
kekecewaan dan kemarahan menjadi hilang. Hal ini terjadi karena
saat kondisi anak terhipnosis simpul – simpul saraf pada anak
menstimulus neurotransmitter yaitu kimiawi otak yang digunakan
untuk merelay, memodulasi dan menguatkan sinyal antara neuron
dan sel lainnya seperti serotonin, dophamine, norephinephrine dan
noradrenalin.
3) Analisis Tindakan Komplementer Hypnoparenting terhadap mual
dan muntah akibat kemoterapi pada anak dengan Acute
Lymphoblastic Leukimia (ALL)
Didapatkan data terdapat perbedaan skor mual muntah sebelum dan
sesudah dilakukan hypnoparenting dengan p value 0,001 (p < 0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa hypnoparenting mempunyai pengaruh
dalam menurunkan mual muntah akibat kemoterapi pada anak
dengan ALL. Hasil analisis , hypnoparenting merupakan terapi
komplementer yang masuk ke dalam intervensi tubuh dan pikiran
(mind body intervention) karena terapi ini bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas pikiran untuk mempengaruhi fungsi dan
gejala tubuh.

5. Peran Perawat pada Terapi Alternatif dan Komplementer menurut


(Nurul dkk, 2018)
a. Pelaksana
Perawat sebagai terapis yang melakukan terapi kepada pasien dengan
terlebih dahulu mengkaji kebutuhan pasien akan terapi
b. Pendidik
Perawat memberikan pendidikan kesehatan pada pasien serta keluarga
tentang manfaat, resiko, efek samping, hasil yang diharapkan, lama
pengobatan, dan interaksi pengobatan komplementer dengan pengobatan
konvensional serta bagaimana cara mengakses informasi
c. Konseling
Perawat memberikan saran kepada pasien dan keluarga untuk
mengunjungi kondisi tempat terapi untuk mengetahui kualitas layanan
dan mendorong pasien untuk mencoba terapi lain jika tidak mendapatkan
hasil yang maksimal
d. Koordinator
Perawat mengkoordinasikan integrasi pengobatan alternatif dan
komplementer ke dalam program pengobatan/keperawatan serta
berkoordinasi dengan tim terhadap masalah – masalah yang timbul akibat
pemberian terapi alternatif dan komplementer
e. Peneliti
Perawat senantiasa melakukan pembaharuan keilmuan berdasarkan
penelitian – penelitian terbaru yang bermanfaat bagi pasien, khususnya
tentang terapi komplementer

6. Pengaruh terapi komplementer pada anak dengan penyakit kronis dan


terminal
Tujuan terapi komplementer pada anak tujuannya adalah untuk mengobati,
melawan atau mengurangi gejala akibat penyakit dan efek samping obat
sebagai dukungan pada saat menjalani terapi medis, untuk meningkatkan
kenyaman fisik dan psikologis pasien serta ketenangan di akhir kehidupan
(Hermalinda dkk, 2015).
Terapi komplementer dapat memberikan manfaat dalam pemenuhan
kebutuhan fisik maupun psikologis pada anak. Seperti manfaat fisik yang
dirasakan seperti setelah terapi pijat dan terapi diet (terapi biologi). Anak
merasakan nyeri berkurang, bengkak berkurang, nafsu makan membaik dan
ketahanan meningkat setelah menjalani terapi tersebut(Hermalinda dkk,
2015)
7. Kebutuhan Anak Terminal
a. Temani agar tidak merasa kesepian
b. Ajak berkomunikasi anak dan orang tua
c. Diskusi dengan saudara kandung anak yang mau membantu merawat anak
d. Sosial support untuk meningkatkan pola koping pada anak
BAB III
PENUTUP

Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem


pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak
menjadi bagian dari pengobatan konvensional. Terapi komplementer dikenal
dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam pengobatan modern. Terapi
komplementer yang bisa dilakukan pada anak salah satunya adalah
hypnoparenting dimana tindakan komplementer ini dapat mengurangi mual dan
muntah pada anak yang sedang menjalani tindakan pengobatan kemoterapi.
Teknik hypnoparenting ini terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
pikiran untuk mempengaruhi fungsi dan gejala tubuh.
Daftar Pustaka

Chrisnawati., Anggraini, S., Agustina, D. M. 2018. Pengaruh Hipnoparenting


Terhadap Mual Dan Muntah Akibat Kemoterapi Pada Anak Dengan Akut
Limpoblastik Leukimia. Jurnal Keperawatan Suaka Insan Vol 3 No 2 hal
1-12

Hermalinda., Rustina, Y., Novieastari, E. 2015. Pengalaman Orang Tua Dalam


Penggunaan Pengobatan Alternatif Pada Anak Yang Menderita Kanker Di
Jakarta. Jurnal Ners Vol 10 No 1 hal 61-73

Hidayah, N., Nisak, R. 2018. Terapi Komplementer Untuk Mahasiswa


Keperawatan (Evidence Base Practise). Yogyakarta

Rufaida, Z., Lestari, S. W. P., Sari, D. P. 2018. Terapi Komplementer.


Mojokerto : STIKes Majapahit Mojokerto

Widyastuti. 2008. “ Terapi Komplementer Dalam Keperawatan”. Jurnal


Keperawatan Indonesia Vol 12 No 1 hal 53-57
PENGARUH HIPNOPARENTING TERHADAP
MUAL MUNTAH AKIBAT KEMOTERAPI PADA
ANAK DENGAN AKUT LIMPOBLASTIK
LEUKEMIA
Chrisnawati1, Anggraini, Safariah2, Agustina, D.M3
1,2,3
Dosen Ilmu Keperawatan STIKES Suaka Insan Banjarmasin
Email: yudhachris16@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Secara umum pengobatan untuk anak dengan
Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) adalah kemoterapi. Terapi
kemoterapi memberikan efek mual muntah pada saat atau setelah
tindakan, mual muntah menyebabkan rasa yang tidak nyaman pada pasien anak
dengan ALL. Salah satu tindakan keperawatan komplementer yang dilakukan
adalah hypnoparenting untuk mengurangi mual dan muntah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh hypnoparenting terhadap mual muntah
akibat kemoterapi pada anak dengan Acute Lymphoblastic Leukemia di RSUD
Ulin Banjarmasin dan mengetahui perbedaan tingkat mual muntah sebelum dan
setelah hypnoparenting. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
menggunakan desain Quasi Eksperimental yang telah melewati uji Etika
Penelitian. Pemilihan kelompok penelitian berjumlah 30 pasien anak yang telah
menandatangani informed consent. Kelompok dibagi menjadi 2 kelompok besar
yaitu 15 pasien anak di kelompok kontrol dan 15 pasien anak di kelompok
eksperimen dan pengukuran mual muntah menggunakan Instrumen Rhodes Index
Nausea, Vomiting & Retching (RINVR) akibat kemoterapi pada kelompok control
dan kelompok intervensi.
Hasil: Menujukan penurunan rerata mual muntah pada kelompok intervensi
sebesar 7,06; perbedaan yang signifikan rata-rata skor mual-muntah sebelum dan
sesudah dilakukan hypnoparenting P value 0,001 (P<0,05)
Kesimpulan: Hypnoparenting memiliki keefektifan yang signifikant dalam
menurunkan mual muntah akibat kemoterapi pada anak ALL.

Kata kunci: Acute Lymphoblastic Leukemia, Hypnoparenting, Kemoterapi, Mual


Muntah
LATAR BELAKANG untuk menangani pasien anak dengan
Prevalensi penyakit kanker di leukemia yang terdiri dari 2 tipe, yaitu
Indonesia cenderung meningkat protokol kemoterapi resiko standar dan
seiring pertambahan umur, pada bayi protokol kemoterapi resiko tinggi.
(< 1 tahun) prevalensi penyakit kanker Salah satu gejala yang paling sering
berada di angka cukup tinggi, namun dirasakan anak-anak yang mengalami
pada umur lebih tinggi antara 1 sampai Acute Lymphoblastic Leukemia setelah
14 tahun persentase menurun di angka menjalani kemoterapi adalah mual dan
0.1 per 1.000 dan kembali meningkat muntah. Mual muntah akibat
pada kisaran umur 15 tahun (≥ 15 kemoterapi telah dilaporkan terjadi
tahun) pada angka 0.6 per 1.000. diantara 60% dari anak-anak yang
kanker yang paling sering terjadi pada menjalani pengobatan kemoterapi (Tyc
anak di negara berkembang khususnya et al., 1997). Penelitian yang lain juga
Indonesia adalah Acute Lymphoblastic dilakukan pada 11 anak dengan hasil
Leukemia (ALL) dengan kejadian 100% melaporkan mual dan 36%
sebesar 20,8 per satu juta per tahun melaporkan muntah saat menjalani
(Isselbacher et al., 2000). Insiden pengobatan kemoterapi (Williams,
Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) Schmideskamp, Ridder & Williams,
adalah 1/60.000 orang pertahun, 2006). Hasil observasi di Ruang
dengan 75% pasien berusia kurang 15 Onkologi anak RSUD Ulin
tahun, insiden puncaknya berada pada Banjarmasin, dari 10 orang anak yang
usia 3-5 tahun (Hoffbrand, 2011). Di telah dilakukan kemoterapi
Kalimantan selatan penderita ALL menggunakan protokol pengobatan
pada usia 4-14 tahun yang dirujuk ke kanker Indonesia 2013 dengan tipe
RSUD Ulin Banjarmasin dari bulan protokol kemoterapi resiko tinggi
Januari 2016 sampai oktober 2016 didapatkan hasil bahwa hampir semua
sejumlah 257 pasien (RSUD Ulin, anak
2016). Secara umum pengobatan untuk mengalami gejala mual dan
anak dengan Acute Lymphoblastic muntah setelah dilakukan prosedur
Leukemia adalah kemoterapi, meliputi kemoterapi dengan waktu timbulnya
kemoterapi tahap awal yaitu tahap gejala kurang dari 24 jam. Terapi
induksi di rumah sakit selama 4-6 komplementer secara efektif dapat
minggu kemudian dilanjutkan dengan membantu dalam manajemen mual
tahap konsilidasi dan tahap muntah akibat kemoterapi diantaranya
pemeliharaan (maintenance), dengan yaitu relaksasi, guided imagery,
total lama pengobatan selama 2 sampai distaksi, hipnosis, akupresur dan
3 tahun (Ward et al., 2014). akupuntur (Lee et al., 2008).
Rumah sakit Umum Ulin Hasil wawancara peneliti dengan
merupakan rujukan utama untuk perawat yang ada diruangan yakni
pasien hematologi onkologi anak di selama ini tindakan yang dilakukan
provinsi Kalimantan Selatan. Dalam oleh perawat dalam mengatasi mual
menjalankan pengobatan kemoterapi, muntah akibat kemoterapi adalah
ruangan menggunakan protokol dengan pemberian obat-obatan
pengobatan kanker Indonesia 2013 antiemetik saja sesuai dengan instruksi
dari dokter. Sedangkan anak dengan
ALL pasti bosan meminum obat- memiliki motivasi), Encyphalein
obatan dan efek dari obat-obatan (membuat hati senang, santai, relaks,
tersebut bisa memberikan efek pada nyaman dan jauh lebih fokus), Bheta-
fungsi ginjal. Belum pernah ada terapi endorphin (membuat hati tidak mudah
komplementer yang diterapkan untuk putus asa, cengeng maupun malu dan
mengurangi timbulnya gejala mual dan lebih percaya diri) dan Melatonine
muntah ini khususnya diruangan (membuat mata lelah, mengantuk dan
Onkologi Anak RSUD Ulin nyaman) (Faeni, 2015).Berdasarkan
Banjarmasin. Dari hasil studi literatur uraian diatas peneliti tertarik untuk
yang peneliti lakukan, terapi melakukan penelitian tentang
komplementer yang sudah digunakan pengaruh hypnoparenting terhadap
untuk mengatasi mual muntah pada kejadian mual muntah akibat
anak akibat prosedur kemoterapi yaitu kemoterapi pada anak dengan Acute
penerapan terapi komplementer Lymphoblastic Leukemia di RSUD
akupresur, tetapi untuk penerapan Ulin Banjarmasin, yang bertujuan
terapi hypnosis dalam hal ini salah untuk melihat keefektifan
satunya Hypnoparenting belum pernah hypnoparenting dalam mengurangi
dilakukan. Hypnoparenting merupakan mual muntah pada anak yang
salah satu bentuk relaksasi yang dapat menjalankan kemoterapi.
menjadi alternatif untuk membantu
mengubah berbagai perilaku negatif METODE
anak akibat mual muntah yang Penelitian ini merupakan
dialaminya menjadi perilaku positif. penelitian kuantitatif menggunakan
Hypnoparenting merangsang desain quasi eksperimental untuk
anak secara fisiologis artinya anak menjawab tujuan penelitian.
akan menjadi mengantuk dan tubuhnya Populasi penelitian ini adalah anak
mulai merasa nyaman dan mensugesti yang menderita kanker dengan jenis
anak secara psikologis artinya semua Acute Limphoblastic Leukemia yang
rasa sakit, kekecewaan dan kemarahan sedang menjalani kemoterapi RSUD
menjadi hilang. Hal ini terjadi karena, Ulin Banjarmasin sebanyak 30 orang
saat kondisi anak terhipnosis simpul- anak. dari 30 anak akan dibagi menjadi
simpul saraf pada anak menstimulus 2 kelompok, yaitu kelompok control
neurotransmitter yaitu kimiawi otak
yang digunakan untuk me-relay, dan kelompok intervensi dengan
memodulasi dan menguatkan sinyal menggunakan metode Total Populasi
antara neuron dan sel lainnya seperti Sampling.
serotonin, dophamine,
norephinephrine dan noradrenaline. Penelitian ini menggunakan dua
Zat-zat kimia otak tersebut alat ukur untuk mengukur dan
memproduksi hormon-hormon yang mengumpulkan data yang diharapkan.
kemudian diserap hippocampus dan Alat ukur pertama adalah Standar
didistribusikan ke seluruh sel-sel otak. Operasional Prosedur (SOP)
Hormon-hormon yang diproduksi Hypnoparenting. SOP ini Digunakan
antara lain :Endorphin (membuat hati sebagai panduan dalam melaksanakan
senang bersemangat, ceria dan intervensi hypnoparenting kepada
anak (Swadarma, 2014).
SOP hypnoparenting berisi univariat dan kedua adalah Analisa
tentang tahap-tahap pelaksanaan Bivariat. Analisis univariat dilakukan
hypnosis pada anak yang terdiri dari 1) untuk menjawab atau menggambarkan
tahap pre-induksi, 2) tahap induksi, 3) karakteristik masing-masing variabel
tahap Trance, 4) tahap Terminasi dan yang diteliti, yang berfungsi untuk
5) tahap Post-hypnosis. meringkas kumpulan data sehingga
Pelaksanaan Hypnoparenting pada data dapat memberikan informasi yang
penelitian ini akan dilakukan secara jelas. Untuk data numerik disajikan
langsung oleh peneliti sendiri dan dalam bentuk mean, median, standar
berkolaborasi bersama orangtua. deviasi dan nilai minimum dan
Lamanya terapi berlangsung sekitar maksimum. Analisa univariat dalam
15-30 menit. penelitian ini dilakukan pada variabel
Instrumen Rhodes Index Nausea, usia, jenis kelamin, dan mual muntah
Vomiting & Retching (RINVR) lambat. Uji normalitas data yang
RINVR digunakan untuk mengukur digunakan dalam penelitian ini
variabel mual muntah. Skala Rhodes menggunakan uji skewness. Data
INVR terdiri dari 8 pertanyaan yaitu 3 dikatakan berdistribusi normal jika
pertanyaan untuk mengukur mual, 5 didapatkan hasil uji skewness dibagi
pertanyaan untuk mengukur muntah standar error hasilnya < 2.
yang diisi oleh peneliti dengan respon Analisis bivariat dilakukan untuk
skala Likert yaitu 0-4. Hal- hal yang
diukur dari kuesioner mual muntah mengetahui pengaruh variabel
adalah durasi mual, frekuensi mual, independen yaitu
stres akibat mual, frekuensi muntah, terapi
volume muntah yang diukur dengan hypnoparenting terhadap variabel
menggunakan gelas ukur.
dependen yaitu mual muntah pada
Sesuai dengan alur jalannya
penelitian, penelitian ini berlangsung anak dengan Acute Limphoblastik
selama ± 10 Bulan (Februari- Leukemia akibat kemoterapi. Analisis
Nopember 2018) dan dibagi menjadi 3 bivariat ini untuk mengetahui uji
tahap; tahap persiapan, tahap proporsi mual muntah pada anak
eksperimen, dan tahap evaluasi. Tahap
kelompok control dan kelompok
persiapan akan memerlukan waktu 4
minggu, tahap eksperimen eksperimen terapi hypnoparenting
memerlukan waktu tiga bulan dan dengan menggunakan uji wilcoxon
tahap evaluasi memerlukan waktu 1
bulan. Saat ini peneliti tengah
mempersiapkan proposal penelitian
untuk dilakukannya uji kelayakan etik
dengan mempertimbangkan beberapa
prinsip etik khususnya dalam hal
kenyamanan dan resiko yang harus
dihadapi responden penelitian.
Analisa data dilakukan dengan
dua cara. Pertama adalah Analisa
HASIL

Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia di RSUD Ulin Banjarmasin Juni-


Juli 2018 (N=30)

Variabel Rerata SD N Minimal-


Maksimal
Usia kelompok kontrol 5,47 1,885 15 3-9
Usia kelompok intervensi 7,53 3,067 15 2-12

Data menunjukkan usia responden untuk kelompok control minimal 3 tahun


dan maksimal berusia 9 tahun. Rerata usia responden secara keseluruhan adalah 5,47
tahun dengan standard deviasi 1,885. Usia responden untuk kelompok intervensi
minimal 2 tahun dan maksimal berusia 12 tahun. Rerata usia responden secara
keseluruhan adalah 7,53 tahun dengan standard deviasi 3,067.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Fase Kemoterapi di
RSUD Ulin Banjarmasin (N=30)
No. Variabel f (%)
1. Jenis Kelamin Kelompok Kontrol
Laki – laki 4 26,7
Perempuan 11 73,3
2. Jenis Kelamin Kelompok Intervensi
Laki – laki 6 40
Perempuan 9 60
3. Fase Kemoterapi Kelompok Kontrol
Fase Maintenance 7 46,7
Fase Intensification 2 13,3
Fase Konsolidasi 2 13,3
Fase Induksi 4 26,7
4. Fase Kemoterapi Kelompok Intervensi
Fase Maintenance 5 33,3
Fase Intensification 2 13,3
Fase Konsolidasi 4 26,7
Fase Induksi 4 26,7

Data menunjukkan sebagian besar responden kelompok control memiliki jenis


kelamin perempuan yakni sebanyak 11 responden (73,3%) sedangkan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 4 responden (26,7 %). Berdasarkan fase kemoterapi responden
kelompok kontrol, sebagian besar berada di fase maintenance yakni sebanyak 7
responden (46,7%) dan sisanya berada di fase induksi sebanyak 4 responden (26,7%),
fase konsolidasi sebanyak 2 responden (13,3%) dan fase intensification sebanyak 2
responden (13,3%). Untuk kelompok intervensi, sebagian besar responden memiliki
jenis kelamin perempuan yakni sebanyak 9 orang (60%) sedangkan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 6 responden (40%). Berdasarkan fase kemoterapi responden
kelompok intervensi, sebagian besar berada di fase maintenance yakni sebanyak 5
responden (33,3%) dan sisanya berada di fase induksi sebanyak 4 responden (26,7%),
fase konsolidasi sebanyak 4 responden (26,7%) dan fase intensification sebanyak 2
responden (13,3%).
Tabel 3. Rata-rata Skor Mual dan Muntah Sebelum dan Sesudah Intervensi di
RSUD Ulin Banjarmasin (N=30)

No. Variabel Pre Post


Mean SD Standar Mean SD Standar
Error Error
Mean Mean
1 Skor mual muntah 10,73 7,0 1,82 9,53 6,72 1,73
kelompok control 6
2 Skor mual muntah 16,33 4,7 1,23 9,27 2,86 0,74
kelompok 9
intervensi
Data menunjukkan rerata mual dan muntah pada kelompok intervensi yang
dilakukan hypnoparenting sebelumnya adalah 16,33 dengan SD=4,79 dan setelah
dilakukan hypnoparenting adalah 9,27 dengan SD=2,86. Penulis menarik kesimpulan
bahwa terjadi penurunan rerata mual muntah pada kelompok intervensi sebesar 7,06.

Pengaruh Hypnoparenting Terhadap Mual Muntah Akibat Kemoterapi Pada


Anak Dengan Acute Lymphoblastic Leukemia

Tabel 4. Hasil Analisis Bivariat Selisih Skoring Fatigue Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Hypnoparenting di RSUD Ulin Banjarmasin

Variabel Beda Mean SD p value N


Mual muntah kelompok 7,06 3,99 0,001 15
intervensi
Mual muntah kelompok control 1,2 1,26 0,003 15

Berdasarkan Data diatas, diketahui rerata tingkat mual dan muntah pada
kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan hypnoparenting yakni beda
mean sebesar 7,06 dengan standar deviasi 3,99. Hasil uji statistik didapatkan p value
0,001 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-
rata skor mual muntah sebelum dan sesudah dilakukan hypnoparenting.
PEMBAHASAN penyakit ini sampai stadium lanjut
KarakteristikResponden baru diketahui sehingga penyakit ini
lambat terdeteksi dan prognosisnya
Dari hasil penelitian didapatkan juga kurang baik. Hal inilah yang
data bahwa usia responden yang paling menyebabkan insiden ini mencapai
banyak mengalami puncaknya pada usia 3-5 tahun.
Acute Limphoblastic Hasil penelitian menunjukkan
Acute berada pada rentang usia 3-9 bahwa sebagian besar responden yang
tahun pada kelompok control dan pada mengalami Acute Limphoblastic
kelompok intervensi berada pada Leukemia berjenis kelamin perempuan
rentang usia 2-12 tahun. Hal ini sejalan yaitu sebesar 60% pada kelompok
dengan penelitian yang dilakukan oleh intervensi dan sebanyak 73,3% pada
Hoffbrand (2011) yang menyebutkan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini
bahwa insiden Acute Lymphoblastic didukung oleh penelitian yang
Leukemia (ALL) adalah 1/60.000 dilakukan oleh Chi-Ting, et al (2005)
orang pertahun, dengan 75% pasien yang meneliti insiden mual muntah
berusia kurang 15 tahun dan insiden akibat kemoterapi di Taiwan.
puncaknya berada pada usia 3-5 tahun. Penelitian tersebut dilakukan pada
Prognosis ALL dipengaruhi oleh responden perempuan sebaanyak 76%
umur, kelompok umur 2-9 tahun dan sisanya 24% adalah responden
mempunyai prognosis yang lebih baik laki-laki. Dalam penelitian tersebut
(Wong,et al., 2008). Sejalan dengan sebagian besar responden adalah
penelitian yang dilakukan oleh penderita kanker dengan jenis kelamin
Widiaskara (2010), menyebutkan perempuan.
bahwa pasien leukemia anak memiliki Fase Kemoterapi
survival rate yang berbeda. Pada Berdasarkan hasil penelitian,
pasien umur 2-5 tahun, memiliki didapatkan data bahwa sebagian besar
ketahanan hidup 2 kali lebih besar responden pada penelitian ini berada
dibandingkan dengan pasien kurang pada fase maintenance sebanyak
dari 2 tahun atau lebih dari 10 tahun. 33,3% pada kelompok intervensi dan
Hal ini menunjukkan bahwa semakin sebanyak 46,7% pada kelompok
cepat ALL terdeteksi akan semakin kontrol. Hampir sebagian dari
cepat proses pengobatan dan responden dalam penelitian ini
prognosisnya juga semakin baik didiagnosis menderita ALL usia 1
sehingga kualitas hidup anak dapat tahun bahkan ada yang berusia > 1
dipertahankan. Namun, kenyataan tahun, sehingga pengobatannya dapat
yang banyak terjadi berdasarkan hasil dengan cepat dilakukan dan
observasi peneliti di RSUD Ulin prognosisnya baik. Sebagian besar
Banjarmasin penyebab banyaknya usia responden berada dalam pengobatan
2-12 tahun mengalami penyakit Acute kemoterapi fase maintenance yang
Limfoblastic Leukemia karena dimaksudkan untuk mempertahankan
perkembangan penyakit yang lambat, masa remisi.
gejala yang tidak terlihat dan tidak
disadari oleh orangtua menyebabkan
Penelitian yang dilakukan oleh tidak hanya membunuh sel-sel kanker,
Simanjorang (2012), didapatkan hasil tetapi juga menyerang sel-sel sehat,
bahwa terdapat perbedaan ketahanan terutama sel-sel yang membelah
hidup 5 tahun yang bermakna secara dengan cepat. Efek samping dapat
statistik pada pengkategorian status muncul ketika sedang dilakukan
remisi dan kelengkapan terapi. pengobatan atau beberapa waktu
Probabilitas ketahanan hidup 5 tahun setelah pengobatan. Efek samping
penderita leukemia akut pada status pengobatan juga berpengaruh pada
remisi sebesar 22% sementara pada perilaku dan emosional anak.
penderita yang tidak remisi adalah
sebesar 13% dengan nilai p=0,007. Pendapat lainnya dikemukakan
oleh Gedaly-duff et al. (2006) yang
Rata-rata Skor Mual dan Muntah menyebutkan bahwa efek samping
Sebelum dan Sesudah Intervensi obat kemoterapi dapat berupa anemia,
Berdasarkan hasil penelitian mual, muntah, mukositis, alopesia,
yang dilakukan, didapatkan data rerata infertilitas serta trombositopenia.
skor mual muntah sebelum dan Selain efek samping yang telah
sesudah dilakukan hypnoparenting disebutkan sebelumnya, anak-anak
yakni sebelum dilakukan yang mendapat kemoterapi rawat jalan
hypnoparenting sebesar 16,33 dengan dilaporkan mengalami nyeri, gangguan
SD=4,79 dan setelah dilakukan tidur dan kelelahan (fatigue) selama
hypnoparenting sebesar 9,27 dengan lebih dari tiga hari.
SD=2,86. Penulis menarik kesimpulan
Mual muntah merupakan efek
bahwa terjadi penurunan rerata mual
samping yang menakutkan bagi anak
muntah pada kelompok intervensi
dan keluarga. Kondisi ini
sebesar 7,06.
menyebabkan stres bagi anak dan
Kemoterapi dapat diberikan keluarga yang terkadang membuat
sebagai obat tunggal maupun anak enggan dan takut bila dilakukan
kombinasi beberapa obat, baik secara kemoterapi dan keluarga memilih
intravena atau per oral. Kemoterapi menghentikan siklus terapi.
bertujuan untuk menghambat Penghentian siklus terapi tersebut
proliferasi dan menghancurkan sel berpotensi meningkatkan progesivitas
kanker melalui berbagai macam kanker dan mengurangi (shinta R,
mekanisme aksi (shinta R, Nindya, Nindya, 2016). Untuk mengatasi mual
2016). Menurut Eiser et al., (2005) muntah maka diberikan antiemetic
menyebutkan beberapa efek samping untuk mengatasi mual muntah juga
yang tidak diinginkan akan timbul diperlukan tindakan komplementer
selama prosedur kemoterapi. Berat berupa hypnoparenting. Aplikasi
ringannya efek samping kemoterapi comfort theory dalam penanganan
tergantung pada banyak hal, antara lain mual muntah akibat kemoterapi pada
: jenis obat kemoterapi, kondisi tubuh, anak yaitu pemberian terapi
dan kondisi psikis pasien. Efek hypnoparenting pada hari kedua
samping kemoterapi timbul karena setelah kemoterapi untuk memberikan
obat-obat kemoterapi sangat kuat, dan rasa nyaman pada anak. Kehadiran
keluarga terutam orangtua untuk penelitian ini, hypnoparenting
mencapai rasa nyaman juga turut dilakukan oleh tim peneliti sebagai
berperan dalam menurunkan rasa tidak terapis dan dibantu oleh orangtua.
nyaman pada anak. Peneliti melibatkan orangtua terutama
Pengaruh Hypnoparenting Terhadap dalam hal pemberian sugesti. Dalam
tahapan hypnoparenting yang terdiri
Mual Muntah Akibat Kemoterapi dari tahap pre-induksi, induksi, trance,
Pada Anak Dengan Acute sugesti, post hypnosis dan terminasi
Lymphoblastic Leukemia semua tahapan dilakukan oleh peneliti.
Namun, pada tahap sugesti peneliti
Berdasarkan penelitian melibatkan orangtua. Hal ini
didapatkan data terdapat perbedaan dimaksudkan agar orangtua juga dapat
yang signifikan rata-rata skor mual ikut terlibat secara langsung dalam
muntah sebelum dan sesudah pemberian terapi kepada anak, selain
dilakukan hypnoparenting dengan p itu juga dimaksudkan untuk
value 0,001 (p < 0,05). Hal ini meningkatkan hubungan kedekatan
menunjukkan bahwa hypnoparenting antara orangtua dan anak. Alasan lain
mempunyai pengaruh dalam peneliti melakukan sendiri
menurunkan mual muntah akibat hypnoparenting bukan orangtua yang
kemoterapi pada anak dengan Acute melakukan dari tahapan awal hingga
Limphoblastic Leukemia.Hasil analisis akhir adalah peneliti melihat
peneliti, hypnoparenting merupakan berdasarkan pada latarbelakang
terapi komplementer yang masuk orangtua responden yang bervariasi
kedalam Intervensi Tubuh dan Pikiran sehingga agar hasil intervensi
(Mind body Intervention) karena terapi homogen maka pada tahapan awal
ini bertujuan untuk meningkatkan yakni tahap induksi peneliti sendiri
kapasitas pikiran untuk mempengaruhi yang melakukan intrevensi setelah itu
fungsi dan gejala tubuh. dilanjutkan melibatkan orangtua pada
Hypnoparenting adalah suatu cara tahap pemberian sugesti. Menurut
yang dilakukan untuk berkomunikasi Faeni (2015), menyebutkan bahwa
pada pikiran bawah sadar anak melalui sugesti akan lebih mudah diterima dan
pemberian sugesti positif sehingga tertanam dalam pikiran bawah sadar
diharapkan terdapatnya perubahan anak jika dilakukan oleh orang-orang
perilaku anak yang mana tadinya anak terdekat anak terutama orangtuanya.
merasa lelah diharapkan menjadi
berkurang lelahnya. Hypnoparenting bekerja dengan
merangsang anak baik secara fisiologis
Menurut Faeni (2015), metode maupun psikologis. Secara fisiologis
hypnoparenting tidak hanya dterapkan artinya anak akan menjadi mengantuk
oleh orangtua pada anak-anaknya dan tubuhnya mulai merasa nyaman
sendiri tetapi juga boleh dilakukan dan mensugesti anak secara psikologis
oleh orang lain seperti : pendidik artinya semua rasa sakit, kekecewaan
(guru, dosen), terapis (konselor yang dan kemarahan menjadi hilang. Hal ini
memberikan pengobatan fisik ataupun terjadi karena, saat kondisi anak
terapi psikologis klinik) maupun terhipnosis simpul-simpul saraf pada
pengasuh atau orang terdekat. Pada
anak menstimulus neurotransmitter hipnoparenting dapat merangsang
yaitu kimiawi otak yang digunakan fisiologis manusia dan mensugesti
untuk me-relay, memodulasi dan secara psikologis.
menguatkan sinyal antara neuron dan
sel lainnya seperti serotonin, Kondisi hypnosis adalah suatu
dophamine, norephinephrine dan kondisi dimana perhatian menjadi
noradrenaline. Zat-zat kimia otak sangat terpusat sehingga tingkat
tersebut memproduksi hormon-hormon sugestibilitas (daya terima saran)
yang kemudian diserap hippocampus meningkat sangat tinngi. Hipnosis
dan didistribusikan ke seluruh sel-sel merupakan penembusan area kritik
otak. Hormon-hormon yang diproduksi pikiran sadar dan diterimanya
antara lain : Endorphin (membuat hati pemikiran tertentu. Seseorang yang
senang, bersemangat, ceria dan dalam kondisi hypnosis akan
memiliki motivasi), Encyphalein menampilkan beberapa karakteristik
(membuat hati senang, santai, relaks, dan kecenderungan yang berbeda
nyaman dan jauh lebih fokus), Bheta- dibandingkan dengan seseorang yang
endorphin (membuat hati tidak mudah tidak dalam kondisi hypnosis. Dalam
putus asa, cengeng maupun malu dan kondisi hipnosis seseorang cenderung
lebih percaya diri) dan Melatonine lebih mudah menerima saran atau
(membuat mata lelah, mengantuk dan sugesti. Hipnoterapi bertumpu pada
nyaman) (Faeni, 2015). Hormon- mekanisme pikiran manusia, yaitu
hormon tersebut mengatur perilaku pikiran sadar (conscious) dan pikiran
dan katup emosi seseorang, kapan dia bawah sadar (subconscious).
menangis, berteriak, marah dan
Hipnoterapi memberikan arahan,
bernyanyi. Dengan hipnoterapi, fungsi
saran, dan sugesti yang
neurotransmitter bekerja dengan
membangkitkan kekuatan diri serta
optimal sehingga jumlah hormon-
mencerahkan pemikiran-pemikiran
hormon yang diproduksi dapat terjaga
kreatif yang langsung ditujukan
dan hippocampus mendapat asupan
terhadap pikiran bawah sadar manusia.
yang cukup.
Sesuai dengan hal tersebut dalam
Hippocampus adalah bagian penelitian ini didapatkan bahwa
penting dari otak yang terlibat dalam hipnoterapi yang melibatkan orangtua
membentuk, mengatur, dan (Hypnoparenting) dapat masuk
menyimpan memori. Hipocampus kedalam pikiran bawah sadar manusia
memberikan pelumas bagi neuron- dengan kalimat yang disampaikan oleh
neuron otak. Jika neurotransmitter peneliti dan dilanjutkan oleh orangtua,
berhenti berproduksi lebih dari 2,5 sehingga memberikan pengaruh bagi
bulan, maka hippocampus akan pasien kemoterapi yang mendengar
mengecil dan layu secara permanen dan tertanam sugesti bahwa pasien
karena tidak adanya asupan hormone. tidak mengalami mual muntah, serta
Kondisi ini dinamakansebagai nervous lebih bersemangat dalam menjalani
breakdown atau kerusakan kejiwaan kemoterapi. Hal ini berarti
permanen. Hal ini berarti dengan Hypnoparenting merupakan intervensi
hipnoterapi ataupun melalui yang efektif dalam menurunkan mual
muntah pada pasien yang melakukan secara bermakna, akan tetapi pada
kemoterapi. dimensi kognitif tidak terdapat
Pemberian hypnoparenting tidak perubahan baik sebelum dan sesudah
dapat dilaksanakan diruang khusus dilakukan hypnoparenting. Terdapat
karena keterbatasan ruangan yang ada perbedaan yang signifikan pada skor
di Rumah Sakit sehingga penerapan mual dan muntah sebelum dan sesudah
intervensi ini dilaksanakan di ruangan dilakukan hypnoparenting p Value
rawat pasien sendiri dengan banyak 0,001 (p<0,05).
pasien lain dan keluarganya dalam satu
ruangan sehingga peneliti tidak dapat
mengontrol tingkat kebisingan yang ACKNOWLEDGEMENT
ada. Adanya kebisingan ini
dikhawatirkan dapat mempengaruhi Penelitian ini telah didukung
dalam pengumpulan data dan oleh Menristekdikti melalui DPRM
menimbulkan bias. Sehingga, untuk hibah dosen pemula tahun 2017.
meminimalisir hal tersebut, peneliti Terimakasih kepada Ketua STIKES
melakukan beberapa tindakan untuk Suaka Insan dan Dosen-dosen, Tim
mengurangi tingkat kebisingan ini LPPM STIKES Suaka Insan dan
seperti melaksanakan intervensi tidak Mahasiswa-mahasiswa yang telah
disaat jam besuk pasien, atau pada saat memberikan dukungan dalam proses
jam istirahat pasien sehingga tidak penelitian ini.
banyak keluarga pasien yang berada di
ruangan.
DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN Astuti, Henny Puji. (2012). The Role


of Hypnoparenting in the
Pada penelitian ini dapat Treatment of Early
disimpulkan bahwa secara umum, Childhood’s Tempertantrum.
Penderita penyakit Akut Limpoblastik IJECES. ISSN : 2252-6374.
Leukemia mayoritas menyerang usia Faeni, Dewi P. (2015).
anak 9 s.d 12 tahun rerata usia 7,53 Hypnoparenting. Jakarta : Noura
dan SD 3,067. Fase mual muntah yang Books (PT Mizan Publika).
terjadi pada fase induksi sebanyak 4 Garrett, K, Tsuruta, K., Walker,
responden (26,7%), fase konsolidasi S.,Jackson, S., & Sweat, M.,
sebanyak 4 responden (26,7%) dan (2003). Managing nausea and
fase intensification sebanyak 2 vomiting. Critical CARE
responden (13,3%). Terjadi penurunan Nurse, 23 (1), 31-50.
rerata skor secara bermakna 7.06 pada Gedaly-Duff, Vivian, Kathryn A. Lee,
tingkat mual-muntah sebelum dan Lillian Nail, H. Stacy
sesudah dilakukan hypnoparenting. Nicholson, and Kyle P.
Pada mual-muntah dimensi umum dan Johnson. “Pain, Sleep
istirahat pengaruh hypnoparenting Disturbance, and Fatigue in
dapat menurunkan mual-muntah Children with Leukemia and
Their Parents: A Pilot Study.” Hypnotherapy. Jakarta:
Oncology Nursing Forum 33, Gudang Ilmu.
no. 3 (May 2006): 641–46.
doi:10.1188/06.ONF.641-646. Price, S.A., & Wilson, L.M.(2008).
Patofisiologi: Konsep klinis
Grunberg, S.M.(2004). Chemotherapy proses-proses
induced nausea vomiting :
Prevention, detection and penyakit. Jakarta: EGC.
treatment-how are we doing?
The Journal of Supportive Soto, J. (2009). Support vektor
Oncology, 2(1), 1-12. machines for risk stratification
of childhood leukemia.
Hoffbrand, Victor, and Paul Moss. Accessed 28 Januari 2016.
Essential Haematology.
Tyc, V.L., Mulhern, R.K., Bieberich,
Somerset: Wiley. A.A. (1997). Anticipatory
(2011).http://public.eblib.com/ nausea and vomiting in
choice/publicfullrecord.aspx?p
pediatric cancer patients: an
=4033893. Accessed 28 Januari
2016. analysis of conditioning and
Isselbacher, J.K., Braunwald, E., coping variables. Journal
Wilson, D.J., Martin B.J., Fauci Development Behavioral
S.A., Kasper, I.D. (2000). Pediatric. 18(1), 27-33.
Horrison Prinsip- Prinsip Ilmu
Ward E, DeSantis C, Robbins A, Kohler
Penyakit Dalam,
B, Jemal A. Childhood and
diterjemahkan oleh Asdie, H.
Adolescent Cancer Statistics
A., Vol. 4, edisi 13. EGC:
2014. CA: A Cancer Journal for
Jakarta.
Clinicians. 2014;64(2):83-103.
Lee, J., Dodd, M.,Dibble, S., & Abrams,
D. (2008). Review of
acupressure studies for
chemotherapy-induced nausea
and vomiting control. Journal
of Pain and Symptom
Management,36(5), 529-544.

Nadia, B. (2010). Hipnotis: Metode


Terapi Anak dengan

Anda mungkin juga menyukai