TAHUN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perkembangan terapi komplementer akhirakhir ini menjadi sorotan banyak
negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting
dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya. Terapi
komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien
bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas
kesehatan seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog
perawat untuk penggunaan terapi alternative. Perawat mempunyai peluang
terlibat dalam terapi ini, tetapi memerlukan dukungan hasil-hasil
penelitian (evidence-based practice). Pada dasarnya terapi komplementer
telah didukung berbagai teori, seperti teori Nightingale, Roger, Leininger,
dan teori lainnya. Terapi komplementer dapat digunakan di berbagai level
pencegahan. Perawat dapat berperan sesuai kebutuhan klien (Widyastuti,
2008).
Pengobatan komplementer dan alternatif pada saat ini menjadi populer
pada anak dengan kanker. Dimana penggunaan herbal merupakan metode
yang paling banyak digunakan. Penggunaan pengobatan komplementer
dapat memberikan perspektif yang berbeda pada setiap orang tua
(Hermalinda dkk, 2015).
2. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari terapi komplementer?
b. Apa saja jenis dari terapi komplementer?
c. Apa saja klasifikasi dari terapi komplementer?
d. Apa saja peran perawat dalam terapi komplementer?
e. Apa saja kebutuhan anak dengan penyakit terminal ?
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Keperawatan Anak II Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas
Kusuma Husada Surakarta
b. Tujuan Khusus
1) Untuk memahami definisi dari teknik komplementer
2) Untuk memahami jenis – jenis dari terapi komplementer
3) Untuk memahami klasifikasi dari terapi komplementer
4) Untuk memahami peran perawat dalam terapi komplementer
5) Untuk memahami kebutuhan anak dengan penyakit terminal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terapi adalah usaha
untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit,
perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat
menyempurnakan. Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan
melengkapi pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional yang tidak
bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di Indonesia (Zulfa dkk,
2018).
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam
sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara
umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional. Terapi
komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke
dalam pengobatan modern. Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas
atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan
kesehatan (Zulfa dkk, 2018).
Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai
pengembangan terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi
modern yang mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis,
psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang
telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi
ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai
makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual) (Widyastuti, 2008).
Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan
penyakit ataupun rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya
memperbaiki gaya hidup dengan menggunakan terapi nutrisi. Seseorang yang
menerapkan nutrisi sehat, seimbang, mengandung berbagai unsur akan
meningkatkan kesehatan tubuh. Intervensi komplementer ini berkembang di
tingkat pencegahan primer, sekunder, tersier dan dapat dilakukan di tingkat
individu maupun kelompok misalnya untuk strategi stimulasi imajinatif dan
kreatif (Widyastuti, 2008).
Kebutuhan perawat dalam meningkatnya kemampuan perawat untuk
praktik keperawatan juga semakin meningkat. Hal ini didasari dari
berkembangnya kesempatan praktik mandiri. Apabila perawat mempunyai
kemampuan yang dapat dipertanggungjawabkan akan meningkatkan hasil
yang lebih baik dalam pelayanan keperawatan (Widyastuti, 2008).
4. Kasus Pemicu
a. Identitas Klien :
Nama : An. R
Umur : 11 tahun
BB/TB : 23,5 kg/ 130cm
Masuk RS : 30 Mei 2016 jam 11.00
Tindakan : 30 Mei 2016 jam 12.00
b. Anamnesa :
1) Keluhan utama
Mual
2) Riwayat penyakit sekarang
Akut Limpoblastik Leukimia (ALL) mengalami gejala mual dan
muntah setelah dilakukan pengobatan kemoterapi
c. Penatalaksanaan Medis
Kemoterapi
d. Pembahasan Kasus
Salah satu gejala yang paling sering dirasakan anak – anak yang
mengalami Acute Lymphoblastic Leukimia (ALL) setelah menjalani
kemoterapi adalah mual dan muntah. Terapi komplementer secara efektif
dapat membantu dalam manajemen mual muntah akibat kemoterapi
diantaranya yaitu relaksasi, guided imagery, distraksi, hipnosis,
akupresur dan akupuntur. Belum pernah ada terapi komplementer yang
diterapkan untuk mengurangi mual dan muntah khususnya diruangan
Onkologi anak RSUD Ulin Banjarmasin. Dari hasil yang didapat terapi
komplementer yang sudah digunakan untuk mengatasi mual dan muntah
pada anak akibat kemoterapi yaitu penerapan terapi komplementer
akupresur, terapi untuk penerapan terapi hypnosis dalam hal ini salah
satunya hypnoparenting.
1) Fase kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai obat tunggal maupun kombinasi
beberapa obat, baik secara intravena maupun peroral. Kemoterapi
bertujuan untuk menghambat proliferasi dan menghancurkan sel
kanker melalui berbagai macam mekanisme aksi. Berat ringannya
efek samping kemoterapi tergantung pada banyak hal antara lain :
jenis obat kemoterapi, kondisi tubuh dan kondisi psikis pasien. Mual
dan muntah merupakan efek samping yang menakutkan bagi anak
dan keluarga. Kondisi ini dapat menyebabkan stres bagi anak dan
keluarga yang terkadang enggan dan takut untuk kemoterapi lagi.
Untuk mengatasi mual dan muntah juga diperlukan tindakan
komplementer berupa hypnoparenting.
2) Hypnoparenting
Hypnoparenting merupakan salah satu bentuk relaksasi yang dapat
menjadi alternatif untuk membantu mengubah berbagai perilaku
negatif anak akibat mual dan muntah yang dialami menjadi perilaku
positif. Hypnoparenting merangsang anak secara fisiologis artinya
anak akan menjadi mengantuk dan tubuhnya mulai merasa nyaman
dan mensugesti anak secara psikologis artinya semua rasa sakit,
kekecewaan dan kemarahan menjadi hilang. Hal ini terjadi karena
saat kondisi anak terhipnosis simpul – simpul saraf pada anak
menstimulus neurotransmitter yaitu kimiawi otak yang digunakan
untuk merelay, memodulasi dan menguatkan sinyal antara neuron
dan sel lainnya seperti serotonin, dophamine, norephinephrine dan
noradrenalin.
3) Analisis Tindakan Komplementer Hypnoparenting terhadap mual
dan muntah akibat kemoterapi pada anak dengan Acute
Lymphoblastic Leukimia (ALL)
Didapatkan data terdapat perbedaan skor mual muntah sebelum dan
sesudah dilakukan hypnoparenting dengan p value 0,001 (p < 0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa hypnoparenting mempunyai pengaruh
dalam menurunkan mual muntah akibat kemoterapi pada anak
dengan ALL. Hasil analisis , hypnoparenting merupakan terapi
komplementer yang masuk ke dalam intervensi tubuh dan pikiran
(mind body intervention) karena terapi ini bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas pikiran untuk mempengaruhi fungsi dan
gejala tubuh.
ABSTRAK
Latar Belakang: Secara umum pengobatan untuk anak dengan
Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) adalah kemoterapi. Terapi
kemoterapi memberikan efek mual muntah pada saat atau setelah
tindakan, mual muntah menyebabkan rasa yang tidak nyaman pada pasien anak
dengan ALL. Salah satu tindakan keperawatan komplementer yang dilakukan
adalah hypnoparenting untuk mengurangi mual dan muntah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh hypnoparenting terhadap mual muntah
akibat kemoterapi pada anak dengan Acute Lymphoblastic Leukemia di RSUD
Ulin Banjarmasin dan mengetahui perbedaan tingkat mual muntah sebelum dan
setelah hypnoparenting. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
menggunakan desain Quasi Eksperimental yang telah melewati uji Etika
Penelitian. Pemilihan kelompok penelitian berjumlah 30 pasien anak yang telah
menandatangani informed consent. Kelompok dibagi menjadi 2 kelompok besar
yaitu 15 pasien anak di kelompok kontrol dan 15 pasien anak di kelompok
eksperimen dan pengukuran mual muntah menggunakan Instrumen Rhodes Index
Nausea, Vomiting & Retching (RINVR) akibat kemoterapi pada kelompok control
dan kelompok intervensi.
Hasil: Menujukan penurunan rerata mual muntah pada kelompok intervensi
sebesar 7,06; perbedaan yang signifikan rata-rata skor mual-muntah sebelum dan
sesudah dilakukan hypnoparenting P value 0,001 (P<0,05)
Kesimpulan: Hypnoparenting memiliki keefektifan yang signifikant dalam
menurunkan mual muntah akibat kemoterapi pada anak ALL.
Karakteristik Responden
Tabel 4. Hasil Analisis Bivariat Selisih Skoring Fatigue Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Hypnoparenting di RSUD Ulin Banjarmasin
Berdasarkan Data diatas, diketahui rerata tingkat mual dan muntah pada
kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan hypnoparenting yakni beda
mean sebesar 7,06 dengan standar deviasi 3,99. Hasil uji statistik didapatkan p value
0,001 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-
rata skor mual muntah sebelum dan sesudah dilakukan hypnoparenting.
PEMBAHASAN penyakit ini sampai stadium lanjut
KarakteristikResponden baru diketahui sehingga penyakit ini
lambat terdeteksi dan prognosisnya
Dari hasil penelitian didapatkan juga kurang baik. Hal inilah yang
data bahwa usia responden yang paling menyebabkan insiden ini mencapai
banyak mengalami puncaknya pada usia 3-5 tahun.
Acute Limphoblastic Hasil penelitian menunjukkan
Acute berada pada rentang usia 3-9 bahwa sebagian besar responden yang
tahun pada kelompok control dan pada mengalami Acute Limphoblastic
kelompok intervensi berada pada Leukemia berjenis kelamin perempuan
rentang usia 2-12 tahun. Hal ini sejalan yaitu sebesar 60% pada kelompok
dengan penelitian yang dilakukan oleh intervensi dan sebanyak 73,3% pada
Hoffbrand (2011) yang menyebutkan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini
bahwa insiden Acute Lymphoblastic didukung oleh penelitian yang
Leukemia (ALL) adalah 1/60.000 dilakukan oleh Chi-Ting, et al (2005)
orang pertahun, dengan 75% pasien yang meneliti insiden mual muntah
berusia kurang 15 tahun dan insiden akibat kemoterapi di Taiwan.
puncaknya berada pada usia 3-5 tahun. Penelitian tersebut dilakukan pada
Prognosis ALL dipengaruhi oleh responden perempuan sebaanyak 76%
umur, kelompok umur 2-9 tahun dan sisanya 24% adalah responden
mempunyai prognosis yang lebih baik laki-laki. Dalam penelitian tersebut
(Wong,et al., 2008). Sejalan dengan sebagian besar responden adalah
penelitian yang dilakukan oleh penderita kanker dengan jenis kelamin
Widiaskara (2010), menyebutkan perempuan.
bahwa pasien leukemia anak memiliki Fase Kemoterapi
survival rate yang berbeda. Pada Berdasarkan hasil penelitian,
pasien umur 2-5 tahun, memiliki didapatkan data bahwa sebagian besar
ketahanan hidup 2 kali lebih besar responden pada penelitian ini berada
dibandingkan dengan pasien kurang pada fase maintenance sebanyak
dari 2 tahun atau lebih dari 10 tahun. 33,3% pada kelompok intervensi dan
Hal ini menunjukkan bahwa semakin sebanyak 46,7% pada kelompok
cepat ALL terdeteksi akan semakin kontrol. Hampir sebagian dari
cepat proses pengobatan dan responden dalam penelitian ini
prognosisnya juga semakin baik didiagnosis menderita ALL usia 1
sehingga kualitas hidup anak dapat tahun bahkan ada yang berusia > 1
dipertahankan. Namun, kenyataan tahun, sehingga pengobatannya dapat
yang banyak terjadi berdasarkan hasil dengan cepat dilakukan dan
observasi peneliti di RSUD Ulin prognosisnya baik. Sebagian besar
Banjarmasin penyebab banyaknya usia responden berada dalam pengobatan
2-12 tahun mengalami penyakit Acute kemoterapi fase maintenance yang
Limfoblastic Leukemia karena dimaksudkan untuk mempertahankan
perkembangan penyakit yang lambat, masa remisi.
gejala yang tidak terlihat dan tidak
disadari oleh orangtua menyebabkan
Penelitian yang dilakukan oleh tidak hanya membunuh sel-sel kanker,
Simanjorang (2012), didapatkan hasil tetapi juga menyerang sel-sel sehat,
bahwa terdapat perbedaan ketahanan terutama sel-sel yang membelah
hidup 5 tahun yang bermakna secara dengan cepat. Efek samping dapat
statistik pada pengkategorian status muncul ketika sedang dilakukan
remisi dan kelengkapan terapi. pengobatan atau beberapa waktu
Probabilitas ketahanan hidup 5 tahun setelah pengobatan. Efek samping
penderita leukemia akut pada status pengobatan juga berpengaruh pada
remisi sebesar 22% sementara pada perilaku dan emosional anak.
penderita yang tidak remisi adalah
sebesar 13% dengan nilai p=0,007. Pendapat lainnya dikemukakan
oleh Gedaly-duff et al. (2006) yang
Rata-rata Skor Mual dan Muntah menyebutkan bahwa efek samping
Sebelum dan Sesudah Intervensi obat kemoterapi dapat berupa anemia,
Berdasarkan hasil penelitian mual, muntah, mukositis, alopesia,
yang dilakukan, didapatkan data rerata infertilitas serta trombositopenia.
skor mual muntah sebelum dan Selain efek samping yang telah
sesudah dilakukan hypnoparenting disebutkan sebelumnya, anak-anak
yakni sebelum dilakukan yang mendapat kemoterapi rawat jalan
hypnoparenting sebesar 16,33 dengan dilaporkan mengalami nyeri, gangguan
SD=4,79 dan setelah dilakukan tidur dan kelelahan (fatigue) selama
hypnoparenting sebesar 9,27 dengan lebih dari tiga hari.
SD=2,86. Penulis menarik kesimpulan
Mual muntah merupakan efek
bahwa terjadi penurunan rerata mual
samping yang menakutkan bagi anak
muntah pada kelompok intervensi
dan keluarga. Kondisi ini
sebesar 7,06.
menyebabkan stres bagi anak dan
Kemoterapi dapat diberikan keluarga yang terkadang membuat
sebagai obat tunggal maupun anak enggan dan takut bila dilakukan
kombinasi beberapa obat, baik secara kemoterapi dan keluarga memilih
intravena atau per oral. Kemoterapi menghentikan siklus terapi.
bertujuan untuk menghambat Penghentian siklus terapi tersebut
proliferasi dan menghancurkan sel berpotensi meningkatkan progesivitas
kanker melalui berbagai macam kanker dan mengurangi (shinta R,
mekanisme aksi (shinta R, Nindya, Nindya, 2016). Untuk mengatasi mual
2016). Menurut Eiser et al., (2005) muntah maka diberikan antiemetic
menyebutkan beberapa efek samping untuk mengatasi mual muntah juga
yang tidak diinginkan akan timbul diperlukan tindakan komplementer
selama prosedur kemoterapi. Berat berupa hypnoparenting. Aplikasi
ringannya efek samping kemoterapi comfort theory dalam penanganan
tergantung pada banyak hal, antara lain mual muntah akibat kemoterapi pada
: jenis obat kemoterapi, kondisi tubuh, anak yaitu pemberian terapi
dan kondisi psikis pasien. Efek hypnoparenting pada hari kedua
samping kemoterapi timbul karena setelah kemoterapi untuk memberikan
obat-obat kemoterapi sangat kuat, dan rasa nyaman pada anak. Kehadiran
keluarga terutam orangtua untuk penelitian ini, hypnoparenting
mencapai rasa nyaman juga turut dilakukan oleh tim peneliti sebagai
berperan dalam menurunkan rasa tidak terapis dan dibantu oleh orangtua.
nyaman pada anak. Peneliti melibatkan orangtua terutama
Pengaruh Hypnoparenting Terhadap dalam hal pemberian sugesti. Dalam
tahapan hypnoparenting yang terdiri
Mual Muntah Akibat Kemoterapi dari tahap pre-induksi, induksi, trance,
Pada Anak Dengan Acute sugesti, post hypnosis dan terminasi
Lymphoblastic Leukemia semua tahapan dilakukan oleh peneliti.
Namun, pada tahap sugesti peneliti
Berdasarkan penelitian melibatkan orangtua. Hal ini
didapatkan data terdapat perbedaan dimaksudkan agar orangtua juga dapat
yang signifikan rata-rata skor mual ikut terlibat secara langsung dalam
muntah sebelum dan sesudah pemberian terapi kepada anak, selain
dilakukan hypnoparenting dengan p itu juga dimaksudkan untuk
value 0,001 (p < 0,05). Hal ini meningkatkan hubungan kedekatan
menunjukkan bahwa hypnoparenting antara orangtua dan anak. Alasan lain
mempunyai pengaruh dalam peneliti melakukan sendiri
menurunkan mual muntah akibat hypnoparenting bukan orangtua yang
kemoterapi pada anak dengan Acute melakukan dari tahapan awal hingga
Limphoblastic Leukemia.Hasil analisis akhir adalah peneliti melihat
peneliti, hypnoparenting merupakan berdasarkan pada latarbelakang
terapi komplementer yang masuk orangtua responden yang bervariasi
kedalam Intervensi Tubuh dan Pikiran sehingga agar hasil intervensi
(Mind body Intervention) karena terapi homogen maka pada tahapan awal
ini bertujuan untuk meningkatkan yakni tahap induksi peneliti sendiri
kapasitas pikiran untuk mempengaruhi yang melakukan intrevensi setelah itu
fungsi dan gejala tubuh. dilanjutkan melibatkan orangtua pada
Hypnoparenting adalah suatu cara tahap pemberian sugesti. Menurut
yang dilakukan untuk berkomunikasi Faeni (2015), menyebutkan bahwa
pada pikiran bawah sadar anak melalui sugesti akan lebih mudah diterima dan
pemberian sugesti positif sehingga tertanam dalam pikiran bawah sadar
diharapkan terdapatnya perubahan anak jika dilakukan oleh orang-orang
perilaku anak yang mana tadinya anak terdekat anak terutama orangtuanya.
merasa lelah diharapkan menjadi
berkurang lelahnya. Hypnoparenting bekerja dengan
merangsang anak baik secara fisiologis
Menurut Faeni (2015), metode maupun psikologis. Secara fisiologis
hypnoparenting tidak hanya dterapkan artinya anak akan menjadi mengantuk
oleh orangtua pada anak-anaknya dan tubuhnya mulai merasa nyaman
sendiri tetapi juga boleh dilakukan dan mensugesti anak secara psikologis
oleh orang lain seperti : pendidik artinya semua rasa sakit, kekecewaan
(guru, dosen), terapis (konselor yang dan kemarahan menjadi hilang. Hal ini
memberikan pengobatan fisik ataupun terjadi karena, saat kondisi anak
terapi psikologis klinik) maupun terhipnosis simpul-simpul saraf pada
pengasuh atau orang terdekat. Pada
anak menstimulus neurotransmitter hipnoparenting dapat merangsang
yaitu kimiawi otak yang digunakan fisiologis manusia dan mensugesti
untuk me-relay, memodulasi dan secara psikologis.
menguatkan sinyal antara neuron dan
sel lainnya seperti serotonin, Kondisi hypnosis adalah suatu
dophamine, norephinephrine dan kondisi dimana perhatian menjadi
noradrenaline. Zat-zat kimia otak sangat terpusat sehingga tingkat
tersebut memproduksi hormon-hormon sugestibilitas (daya terima saran)
yang kemudian diserap hippocampus meningkat sangat tinngi. Hipnosis
dan didistribusikan ke seluruh sel-sel merupakan penembusan area kritik
otak. Hormon-hormon yang diproduksi pikiran sadar dan diterimanya
antara lain : Endorphin (membuat hati pemikiran tertentu. Seseorang yang
senang, bersemangat, ceria dan dalam kondisi hypnosis akan
memiliki motivasi), Encyphalein menampilkan beberapa karakteristik
(membuat hati senang, santai, relaks, dan kecenderungan yang berbeda
nyaman dan jauh lebih fokus), Bheta- dibandingkan dengan seseorang yang
endorphin (membuat hati tidak mudah tidak dalam kondisi hypnosis. Dalam
putus asa, cengeng maupun malu dan kondisi hipnosis seseorang cenderung
lebih percaya diri) dan Melatonine lebih mudah menerima saran atau
(membuat mata lelah, mengantuk dan sugesti. Hipnoterapi bertumpu pada
nyaman) (Faeni, 2015). Hormon- mekanisme pikiran manusia, yaitu
hormon tersebut mengatur perilaku pikiran sadar (conscious) dan pikiran
dan katup emosi seseorang, kapan dia bawah sadar (subconscious).
menangis, berteriak, marah dan
Hipnoterapi memberikan arahan,
bernyanyi. Dengan hipnoterapi, fungsi
saran, dan sugesti yang
neurotransmitter bekerja dengan
membangkitkan kekuatan diri serta
optimal sehingga jumlah hormon-
mencerahkan pemikiran-pemikiran
hormon yang diproduksi dapat terjaga
kreatif yang langsung ditujukan
dan hippocampus mendapat asupan
terhadap pikiran bawah sadar manusia.
yang cukup.
Sesuai dengan hal tersebut dalam
Hippocampus adalah bagian penelitian ini didapatkan bahwa
penting dari otak yang terlibat dalam hipnoterapi yang melibatkan orangtua
membentuk, mengatur, dan (Hypnoparenting) dapat masuk
menyimpan memori. Hipocampus kedalam pikiran bawah sadar manusia
memberikan pelumas bagi neuron- dengan kalimat yang disampaikan oleh
neuron otak. Jika neurotransmitter peneliti dan dilanjutkan oleh orangtua,
berhenti berproduksi lebih dari 2,5 sehingga memberikan pengaruh bagi
bulan, maka hippocampus akan pasien kemoterapi yang mendengar
mengecil dan layu secara permanen dan tertanam sugesti bahwa pasien
karena tidak adanya asupan hormone. tidak mengalami mual muntah, serta
Kondisi ini dinamakansebagai nervous lebih bersemangat dalam menjalani
breakdown atau kerusakan kejiwaan kemoterapi. Hal ini berarti
permanen. Hal ini berarti dengan Hypnoparenting merupakan intervensi
hipnoterapi ataupun melalui yang efektif dalam menurunkan mual
muntah pada pasien yang melakukan secara bermakna, akan tetapi pada
kemoterapi. dimensi kognitif tidak terdapat
Pemberian hypnoparenting tidak perubahan baik sebelum dan sesudah
dapat dilaksanakan diruang khusus dilakukan hypnoparenting. Terdapat
karena keterbatasan ruangan yang ada perbedaan yang signifikan pada skor
di Rumah Sakit sehingga penerapan mual dan muntah sebelum dan sesudah
intervensi ini dilaksanakan di ruangan dilakukan hypnoparenting p Value
rawat pasien sendiri dengan banyak 0,001 (p<0,05).
pasien lain dan keluarganya dalam satu
ruangan sehingga peneliti tidak dapat
mengontrol tingkat kebisingan yang ACKNOWLEDGEMENT
ada. Adanya kebisingan ini
dikhawatirkan dapat mempengaruhi Penelitian ini telah didukung
dalam pengumpulan data dan oleh Menristekdikti melalui DPRM
menimbulkan bias. Sehingga, untuk hibah dosen pemula tahun 2017.
meminimalisir hal tersebut, peneliti Terimakasih kepada Ketua STIKES
melakukan beberapa tindakan untuk Suaka Insan dan Dosen-dosen, Tim
mengurangi tingkat kebisingan ini LPPM STIKES Suaka Insan dan
seperti melaksanakan intervensi tidak Mahasiswa-mahasiswa yang telah
disaat jam besuk pasien, atau pada saat memberikan dukungan dalam proses
jam istirahat pasien sehingga tidak penelitian ini.
banyak keluarga pasien yang berada di
ruangan.
DAFTAR PUSTAKA