Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wabah penyakit coronavirus (COVID-19) ditetapkan sebagai kedaruratan kesehatan

masyarakat yang meresahkan dunia dan virusnya sekarang sudah menyebar ke berbagai

negara dan teritori. (WHO, 2020; Febriyanti & Artanty, 2020 ). Virus yang mematikan

itu akhirnya masuk juga ke tanah air. Ratusan nyawa melayang akibat paru-paru yang

terinfeksi oleh virus itu yang pertama kali muncul di kota Wuhan, Republik Rakyat

Tiongkok. Terhitung tanggal 26 Mei 2020 virus ini telah menginfeksi 5,623,503 orang,

dengan jumlah kematian 348,760 jiwa dan jumlah pasien yang sembuh 2,393,551 serta

menginfeksi 213 negara (worldometers.info, 2020 dalam Kurniati,dkk, 2021 ). Di

Indonesia sendiri, penyebaran virus ini ditemukan pertama kali pada tanggal 2 maret

2020, dan hal ini disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Nuraini, 2020), dan

saat ini telah menginfeksi 23,165 orang dengan jumlah kematian 1,418 jiwa, dan jumlah

pasien yang sembuh 5,877 orang (covid19.go.id, 2020 dalam Kurniati,dkk, 2021).

Akibat dari mewabahnya Virus Covid-19, puluhan tenaga medis baik dokter maupun

perawat pun menjadi korban korban keganasan pandemic covid-19.(Wakhudin, dkk.,

2020)

Wabah Corona Virus Disease (Covid-19) tidak saja berdampak pada kesehatan saja,

tetapi juga berbagai sektor, mulai dari sektor perekonomian, sosial masyarakat dan

lingkungan, budaya serta pendidikan. Dampak bagi sektor pendidikan dimulai dari

tingkat PAUD, TK, SD, SMP, SMA sampai dengan Perguruan Tinggi. (Febriyanti &

Artanty, 2020 ). Di sektor pendidikan pun wabah covid-19 ini memberikan dampak

langsung karena yang biasa pembelajaran dilakukan di dalam kelas, ternyata pada saat ini
pendidikan dilakukan di rumah atau di luar sekolah. Padahal seharusnya ketika

pendidikan di canangkan di rumah saja tentunya perlu persiapan yang matang baik dari

guru, siswa ataupun orangtua yang sekarang menjadi pendamping dalam belajar anak.

(Mufaziah & Puji, 2021).

Data dari UNICEF (2020) menyatakan bahwa lebih dari 120 negara telah memberikan

pembatasan interaksi social melalui penutupan sekolah yang berdampak pada 1,6 juta

siswa di seluruh dunia. Indonesia telah menutup semua sekolah sejak awal bulan maret

sehingga 60 juta siswa tidak dapat bersekolah. Sekolah-sekolah diminta memfasilitasi

pembelajaran dari rumah menggunakan sejumlah platform digital milik pemerintah dan

swasta yang memberikan konten secara gratis dan peluang pembelajaran daring dan jarak

jauh di seluruh daerah. Pemberlakuan pada sektor pendidikan berdampak pada perubahan

metode pembelajaran (WHO, 2020 dalam Cita & Susantiningsih, 2020). Hal ini

membuat kegiatan belajar mengajar hanya diperbolehkan secara daring, yang bertujuan

untuk menghindari adanya penularan penyakit antar masyarakat yang berada di sekolah.

Fenomena ini dinamakan PJJ “Pembelajaran Jarak Jauh”, Kemendikbud menetapkan

peraturan Kementrian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan No. 24 tahun 2012 di pasal 1

disebutkan PJJ adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan

pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi informasi,

komunikasi, dan media lain (Kemendikbud, 2012). Hal ini tentunya berdampak untuk

orang tua terutama pada anak usia dini, dimana orang tua harus memberikan

pembelajaran pada anak di rumah. Pada masa usia dini perkembangan anak sangat

penting untuk kita ketahui, karena pada saat usia belia diberi stimulasi yang bagus maka

pertumbuhan dan perkembangannya akan maksimal juga apabila anak sudah dewasa.

Perkembangan anak mulai dari fisik, kognitif, bahasa, sosial dan moral yang saling

terkait satu sama lain dan harus harus dikembangkan secara optimal sejak dini. Adapun
aspek perkembangan yang harus di ajarkan di Taman Kanak-kanak maupun di

lingkungan keluarga adalah kognitif. Kognitif merupakan aspek perkembangan yang

harus diusahakan tumbuh kembangnya secara optimal. (Arinalhaq & Dadan, 2020).

Banyak masalah yang muncul dari fenomena ini, banyak orang tua mengungkapkan

bahwa merasa beban di rumahnya bertambah karena kendala tentang media

pembelajaraan yang digunakan seperti kesulitan jaringan, ketidaktahuan orang tua cara

mengajar, tidak mampu membeli kuota internet serta kesulitan untuk mengajak anaknya

belajar (Wijayanti & Puji, 2021). Selain masalah itu banyak orang tua yang mengeluhkan

tentang semangat anak yang menurun dan bosan ketika belajar dirumah. Hal ini membuat

orang tua merasa cemas. (Sari et al., 2020, dalam Mufaziah & Puji, 2020)

Menurut Harlock kecemasan merupakan bentuk perasaan khawatir, gelisah dan

perasaan perasaan lain yang kurang menyenangkan. Kecemasan sering timbul pada

individu saat sedang berhadapan dengan situasi yang tidak menyenangkan.

(Muyasaroh,2020 dalam Suryaatmaja & Imanuel, 2020). Kecemasan dapat dikategorikan

menjadi kecemasan ringan, kecemasan sedang dan kecemasan berat hingga seringkali

menimbulkan kepanikan dan akan berdampak pada terganggunya aktivitas (Cita &

Susantiningsih, 2020).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2017) menyatakan bahwa kecemasan merupakan

salah satu gangguan jiwa umum yang prevalensinya paling tinggi. Lebih dari 200 juta

orang di seluruh dunia (3,6% dari populasi) menderita kecemasan. WHO mendefinisikan

sehat secara holistik atau menyeluruh, yaitu sehat secara fisik, mental, dan sosial.

Berdasarkan definisi tersebut, maka seharusnya upaya penanganan Covid-19 bukan saja

berfokus pada kesehatan fisik, namun juga kesehatan mental dan sosial. Sehingga perlu

diketahui seberapa besar kecemasan yang disebabkan karena PJJ akibat dari dampak

pandemi Covid19 pada masyarakat, khususnya pada orang tua (Muyasaroh, 2020 dalam
Suwandi & Evelin, 2020). Kecemasan memiliki berbagai gejala seperti, muncul keringat

dingin, tubuh yang gemetaran, pikiran kacau, kesulitan fokus, sulit tidur, mudah

tersinggung, dan perasaan tidak tenang. Gejala tersebut sangat menghambat aktivitas

produktif pada seseorang.

Berdasarakan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cita & Susantiningsih

(2020) dengan tujuan untuk mengukur tingkat kecemasan yang sasarannya mahasiswa,

dengan judul “Dampak Pembelajaraan Jarak Jauh dan Physical Distancing Pada Tingkat

Kecemasan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional

“VETERAN” Jakarta” diperoleh tingkat kecemasan berat dengan persentase paling besar

yaitu 72% diikuti oleh respon kognitif dengan persentase 55%. Sedangkan pada respon

afektif, tingkat kecemasan ringan memiliki persentase paling besar yaitu 29%

dibandingkan dengan respon perilaku dengan persentase 3%. Kecemasan yang di rasakan

oleh mahasiswa disebabkan karena terjadinya culture shock. Selain kultur culture shock,

beban belajar baik berupa beban tugas maupun beban jadwal perkuliahan yang padat

juga menjadi faktor penyebab mahasiswa mengalami kecemasan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian judul ” Hubungan Pembelajaran Jarak Jauh (Daring) pada Anak

Usia Dini di masa Pandemi dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada permasalahan tersebut peneliti melakukan penelitian dengan tujuan

untuk mengetahui “apakah ada hubungan pembelajaran jarak jauh (daring) pada anak

usia dini di masa pandemi dengan tingkat kecemasan orang tua ?”

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada hubungan pembelajaran jarak jauh (daring)

pada anak usia dini di masa pandemi dengan tingkat kecemasan orang tua.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan pada orang

tua

2. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada orang tua akibat pembelajaran

jarak jauh (daring) pada anak usia dini di masa pandemi

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat bagi responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan responden tentang

hubungan antara pembelajaran jarak jauh (daring) dan kecemasan terutama dalam

mengetahui tingkat-tingkat kecemasan serta faktor penyebab kecemasan.

1.4.2. Manfaat bagi masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan atau sumber informasi terhadap

pentingnya mengetahui faktor penyebab kecemasan serta edukasi tentang tingkat

kecemasan selama pembelajaran jarak jauh (daring) di masa pandemic covid-19

1.4.3. Manfaat bagi institusi pendidikan

Sebagi sumber informasi dan keilmuwan dibidang pendidikan kesehatan tentang

faktor-faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan.

1.4.4. Manfaat bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data awal bagi peneliti

selanjutnya dan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan bahan perbandingan
bagi kelanjutan penelitian di masa yang akan datang penelitian dengan topic yang

sama dan variable yang berbeda.

1.4.5. Manfaat bagi peneliti

Sebagai sarana pengembangan ilmu dan mendapatkan pengalaman dalam

melaksanakan penelitian serta dapat di diterapkan dalam ilmu keperawatan

khususnya dalam keperawatan komunitas atau untuk mengedukasi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai