Anda di halaman 1dari 13

TERAPI KOMPLEMENTER DI BERBAGAI PELAYANAN KESEHATAN

DALAM KEPERAWTAAN PALIATIF

Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai Mata Kuliah Keperawatan Paliatif

Disusun Oleh Kelompok 12:

1. Ridho Pangestu P1337420619010


2. Novia Nurul Khoiriyah P1337420619012
3. Dwi Nurhidayah P1337420619024

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terapi komplementer atau kerap disebut juga dengan istilah complementary
alternative medicine adalah sebuah kelompok praktik medis dan produk kesehatan
yang dianggap sebagai tambahan dari pengobatan konvemsional (Elfira et
all.,2016). Terapi komplementer dikenal sebagai terapi tradisonal yang
digabungkan ke dalam pengobatan modern. Terapi komplementer dapat digunakan
sebagai pendukung pengobatan modern (Rufaida, 2018).
Terapi komplemeneter menjadi salah satu pilihan pengobatan di masyarakat.
Terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan dari berbagai negara. Data
dari World Health Organization menyebutkan terdapat 65%-75% penduduk dunia
telah melakukan terapi komplementer (Trisnawati & Jenie, 2019). Di Indonesia
sendiri, pengobatan non-konvesional sangat populer, termasuk terapi
komplementer. Berbagai alasan mengatakan menggunakan terapi komplementer
karena keyakinan, keuangan, reaksi obat kimia, dan tingkat kesembuhan. Terapi
komplementer dirasa lebih terjangkau bagi pasien yang mengalami penyakit paliatif
(Ahmad, 2020).
Dalam penerapannya, terapi komplementer dapat digunakan sebagai terapi
penunjang atau pengganti bagi pasien paliatif yang menolak pengobatan
konvensional. Terapi komplementer dapat dilakukan atas permintaan pasien pribadi
maupun rujukan dari dokter dengan harapan penggunaan terapi komplementer ini
dapat menghasilkan kondisi yang lebih baik bagi kesehatan pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu terapi komplementer?
2. Bagaimana manfaat terapi komplementer?
3. Bagaimana penerapan terapi komplementer di bidang perawatan paliatif?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan terapi komplementer
2. Menjelaskan manfaat terapi komplementer
3. Menyebutkan dan menjelaskan penerapan terapi komplementer di bidang
perawatan paliatif
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Terapi Komplementer


Terapi komplementer terdiri dari dua istilah, yaitu terapi dan komplementer.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terapi merupakan usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit; pengobatan penyakit; perawatan
penyakit, sedangkan komplementer merupakan bersifat melengkapi; bersifat
menyempurnakan. Jadi, terapi komplementer dalam istilah berarti pengobatan yang
dilakukan dengan tujuan melengkapi pengobatan medis konvensional dan bersifat
rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di Indonesia.
Terapi komplementer juga dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan
dalam pengobatan modern. Komplementer merujuk pada penggunaan terapi
tradisional ke dalam pengobatan modern. Dalam istilah lain, terapi komplementer
disebut juga dengan pengobatan holistik. Hal ini karena bentuk terapi yang
memengaruhi individu secara menyeluruh yaitu mengintegrasikan tubuh, pikiran,
dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Rufaida, 2018). Fokus terapi komplementer
umumnya pada pasien dengan penyakit jantung, pasien autis dan hiperaktif, serta
pasien kanker.

B. Manfaat Terapi Komplementer


Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem-sistem
tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat
menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya
mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, Asalkan kita mau
mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik dan
lengkap serta perawatan yang tepat.
Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai manfaat
selain dapat meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh juga lebih murah.
Terapi komplementer terutama akan dirasakan lebih murah bila klien dengan
penyakit kronis yang harus rutin mengeluarkan dana. Pengalaman klien yang
awalnya menggunakan terapi modern menunjukkan bahwa biaya membeli obat
berkurang 200 hingga 300 Dolar dalam beberapa bulan setelah menggunakan terapi
komplementer (Nezabudkin, 2007).
Minat masyarakat Indonesia terhadap terapi komplementer ataupun yang masih
tradisional mulai meningkat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengunjung
praktik terapi komplementer dan tradisional di berbagai tempat. Selain itu, sekolah-
sekolah khusus ataupun kursus-kursus terapi semakin banyak dibuka. Ini dapat
dibandingkan dengan Cina yang telah memasukkan terapi tradisional Cina atau
traditional chinese medicine (TCM) ke dalam perguruan tinggi di negara tersebut
(Snyder & Lindquis, 2002).
Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal adanya terapi tradisional seperti
jamu yang telah berkembang lama. Kenyataannya klien yang berobat di berbagai
jenjang pelayanan kesehatan tidak hanya menggunakan pengobatan barat dalam
kurung obat kimia tetapi secara mandiri memadukan terapi tersebut yang dikenal
dengan terapi komplementer. Perkembangan terapi komplementer atau alternatif
sudah luas, termasuk di dalamnya orang yang terlibat dalam memberi pengobatan
karena banyaknya profesional kesehatan dan terapis selain dokter umum yang
terlibat dalam terapi komplementer. Hal ini dapat meningkatkan perkembangan
ilmu pengetahuan melalui penelitian-penelitian yang dapat memfasilitasi terapi
komplementer agar menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan. Perawat sebagai
salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi dalam terapi
komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan peran-peran yang ada. Arah
perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan mendukung untuk
meningkatkan peran perawat dalam terapi komplementer karena pada
kenyataannya, beberapa terapi keperawatan yang berkembang diawali dari
alternatif atau tradisional terapi.

C. Peran Perawat dalam Terapi Komplementer


1. Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat
dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat
kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai
dengan kompleks.
2. Peran Sebagai Advokat Pasien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan
berkaitan dengan terapi komplementer yang diberikan kepada pasiennya, juga
dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi
hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak
atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima
ganti rugi akibat kelalaian.
3. Peran Educator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan mengenai terapi komplementer, gejala penyakit bahkan
tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.

D. Jenis-Jenis Terapi Yang Dapat Diakses


Beberapa terapi dan teknis medis alternatif dan komplementer bersifat umum
dan menggunakan proses alami (pernapasan, pikiran dan konsentrasi, sentuhan
ringan, pergerakan, dan lain-lain) untuk membantu individu merasa lebih baik dan
beradaptasi dengan kondisi akut dan akut. Berikut jenis-jenis terapi yang dapat
diakses keperawatan, yaitu:
1. Terapi Relaksasi
Respon relaksasi merupakan bagian dari penurunan umum kognitif,
fisiologis, dan stimulasi perilaku. Relaksasi juga melibatkan penurunan
stimulasi. Proses relaksasi memperpanjuang serat otot, mengurangi pengiriman
impuls neural ke otak, dan selanjutnya mengurangi aktivitas otak juga sistem
tubuh lainnya. Relaksasi membantu individu membangun keterampilan kognitif
untuk mengurangi cara yang negatif dalam merespon situasi dalam lingkungan
mereka. Keterampilan kognitif adalah seperti sebagai berikut:
a. Fokus (kemampuan untuk mengidentifikasi, membedakan, mempertahankan
perhatian pada, dan mengembalikan perhatian pada rangsangan ringan untuk
periode yang lama).
b. Pasif (kemampuan untuk menghentikan aktivitas analisis dan tujuan yang
tidak berguna).
c. Kesediaan (kemampuan untuk menoleransi dan menerima pengalaman yang
tidak pasti, tidak dikenal, atau berlawanan).
Tujuan dari relaksasi jangka panjang adalah agar individu memonitor
dirinya secara terus-menerus terhadap indikator ketegangan, serta untuk
membiarkan dan melepaskan dengan sadar ketegangan yang terdapat di berbagai
bagian tubuh.
2. Meditasi dan Pernapasan
Meditasi adalah segala kegiatan yang membatasi masukan rangsangan
dengan perhatian langsung pada suatu rangsangan yang berulang atau tetap. Ini
merupakan terminasi umum untuk jangkauan luas dari praktik yang melibatkan
relaksasi tubuh dan ketegangan pikiran. Dari sudut pandang fisiologis, meditasi
adalah anti-stres yang paling baik. Saat mengalami stres, denyut jantung dan
tekanan darah meningkat, pernapasan menjadi cepat dan pendek, dan kelenjar
adrenalin memompa hormon-hormon stres.
Selama melakukan meditasi, detak jantung melambat, tekanan darah
menjadi normal, pernapasan menjadi tenang, dan tingkat hormon stres menurun.
Selama meditasi, lama-kelamaan seseorang bisa mendengarkan denyutan
jantung, bahkan lebih lanjut lagi Anda dapat mengkoordinasikan irama denyut
jantung dengan irama keluar masuknya napas. Menurut Benson, komponen
relaksasi sangat sederhana, yaitu:
a. Ruangan yang tenang,
b. Posisi yang nyaman,
c. Sikap mau menerima, dan
d. Fokus perhatian.
Praktik meditasi tidak membutuhkan seorang pengajar, banyak individu
mempelajari prosesnya dari buku atau kaset, dan mudah untuk diajarkan .
Sebagian besar teknik meditasi melibatkan pernapasan, biasanya pernapasan
perut yang dalam, relaks, dan perlahan.

E. Klasifikasi Terapi Komplementer


Klasifikasi terapi komplementer menurut National Center For Health Statistics
Survey (NCCAM) 2012 sebagai berikut:
1. Natural Product
Terapi yang menggunakan zat yang ditemukan di alam. Contohnya jamu
atau botani, vitamin, mineral, suplemen, makanan probiotik.
2. Mind Body Therapies
Intervensi menggunakan berbagai teknik untuk meningkatkan kemampuan
pikiran untuk mempengaruhi fungsi dan gejala tubuh. Contoh : perumpamaan,
meditasi, yoga, terapi music, doa, jurnal, biofeedback, humor, tai chi, terapi seni,
akupuntur.
3. Manipulative and Body-Based Therapy
Terapi didasarkan pada manipulasi atau gerakan satu atau lebih bagian
tubuh. contohnya pengobatan chiropractic, pijat, body work seperti rolfing.
4. Energy Therapies
Terapi fokus pada penggunaan medan energi seperti medan magnet dan bio
yang diyakini mengelilingi dan menembus tubuh. Contoh: healing touch,
therapeutic touch, reiki, external Qi gong, magnets.
5. System of Care
Seluruh sistem perawatan dibangun di atas teori dan praktik dan sering
berkembang berpisah dari dan lebih awal dari pengobatan barat. Masing-masing
memiliki terapi dan praktiknya sendiri. Contohnya termasuk pengobatan
tradisional Tiongkok, ayuverda, naturopati dan hemeopati.
6. Tradisional Healers
Penyembuh menggunakan metode dari teori kepercayaan dan pengalaman
asli yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Contohnya
adalah tabib atau dukun asli Amerika.
F. Penerapan Terapi Komplementer
1. Penelitian yang dilakukan oleh Oyarzabal et al (2021) tentang “Mind-Body
Techniques in Pregnancy and Postpartum. Mind Body techniques” yaitu
biofeedback, relaksasi otot progresif, imajinasi terbimbing, tai chi, dan yoga
sebagai intervensi dalam mengurangi stres ibu dan kondisi terkait kehamilan
lainnya. Teknik ini telah menunjukkan manfaat untuk mengurangi rasa sakit,
tekanan darah tinggi, stress, kecemasan, gejala depresi, nyeri persalinan dan
gangguan suasana hati pasca persalinan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sari et al (2021) tentang “Terapi Komplementer
Yoga Membantu Mengatasi Fatigue Pasien Kanker Payudara,” menunjukkan
bahwa yoga dianggap dapat membantu mengatasi rasa kelelahan pada pasien
kanker payudara setelah menjalani terapi pengobatan. Latihan yoga dapat
menurunkan kelelahan dan meningkatkan kualitas hidup pasien kanker
payudara, sehingga dalam proses pengobatan dapat lebih maksimal.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Alvarez et al (2019) tentang “Effects of massage
therapy and kinesitherapy to develop hospitalized preterm infant's
anthropometry: a quasi-experimental study,” menunjukkan bahwa massage
therapy and kinesitherapy dapat meningkatkan perkembangan antropometri bayi
prematur dan mengurangi morbiditas terkait pertumbuhan dalam jangka pendek,
menengah, dan panjang.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Wabula (2021) tentang “Efektivitas Intervensi
Complementary and Alternative Medicine (Yoga, Terapi Spiritual dan Teravaj
Musik) terhadap Kecemasan dan Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara,”
menunjukkan bahwa Intervensi yoga dan terapi spiritual efektif dilakukan secara
berkelompok selama 60 menit setiap sesi dalam 6 minggu dengan dipandu oleh
instruktur yang berkualifikasi. Intervensi terapi musik secara efektif dilakukan
secara individual dengan mendengarkan musik yang telah dipilih selama 20-40
menit selama 2 kali sehari pada jam 6 pagi dan jam 9 malam selama 5 minggu.
Terdapat 3 intervensi complementary and alternative medicine (CAM) yang
dapat dijadikan alternatif dalam menurunkan kecemasan serta meningkatkan
kualitas hidup pada pasien kanker payudara yaitu yoga, terapi spiritual dan terapi
musik. Intervensi CAM sangat penting menurunkan kecemasan serta
meningkatkan kualitas hidup.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Bagch, H., & Çınar Yucel, S. (2020) tentang
“Effect of therapeutic touch on sleep quality in elders living at nursing homes,”
menunjukkan bahwa sentuhan terapeutik adalah metode yang efektif untuk
meningkatkan kualitas tidur lansia yang tinggal di panti jompo.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Alp, F. Y., & Yucel, S. C (2021) tentang “The
effect of therapeutic touch on the comfort and anxiety of nursing home residents,
menunjukkan bahwa therapeutic touch” dapat mengurangi kecemasan dan
meningkatkan tingkat kenyamanan lansia (p<0,05). Hasil positif therapeutic
touch pada tingkat kenyamanan dan kecemasan, dapat direkomendasikan
sebagai praktik keperawatan mandiri.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi komplementer merujuk pada penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern yang bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem-sistem
tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat
menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit. Selain bermanfaat untuk
kesehatan secara menyeluruh, terapi komplementer juga relatif lebih terjangkau.
Hal ini yang menyebabkan peningkatan minat masyarakat Indonesia untuk memilih
terapi komplementer sebagai terapi penunjang dan alternatif.
Terdapat banyak klasifikasi terapi komplementer yang disebutkan oleh NCCAM
2012, mulai dari natural product, traditional healers, sampai pengolahan apa yang
ada dalam tubuh manusia. Berbagai penelitian juga sudah dilakukan tentang efek
dari terapi komplementer dalam mengatasi berbagai masalah yang muncul. Perawat
sebagai salah satu profesional kesehatan dapat turut serta berpartisipasi dalam terapi
komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan peran-peran yang ada, seperti
caregiver, advokat, dan edukator.

B. Saran
Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk di
dalamnya orang yang terlibat dalam memberi terapi komplementer. Perawat
diharapkan terus meningkatkan keilmuan dan keterampilannya agar dapat
memfasilitasi terapi komplementer yang dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Redo Hervando. Et al. 2020. Perancangan Pusat Terapi Komplementer di Kota
Padang dengan Pendekatan Healing Architecture. Universitas Bung Hatta
Repository. Diakses pada 3 Maret 2023 melalui
http://repo.bunghatta.ac.id/id/eprint/642

Black LI. Clarke TC. Barnes PM..et al. (2012). Use of Complementary and Integrative
Health Approaches in the United States, 2012. National Center for
Complementary and Integrative Health. Diakses pada 3 Maret 2023 melalui
https://www.nccih.nih.gov/about/use-of-complementary-and-integrative-health-
approaches-in-the-united-states-2012

Rufaida, Zulfa. Sri Wardini Puji L.Dyah Permata Sari. (2018). Terapi Komplementer.
Mojokerto: STIKES Majapahit Mojokerto.

Oyarzabal, Esteben A. Barbara Seuferling et al. (2021). Mind-Body Techniques in


Pregnancy and Postpartum. Mind Body techniques. National Library of Medicine.
64(3). doi: 10.1097/GRF.0000000000000641.. Diakses pada 3 Maret 2023
melalui https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34162789/

Sari, et al. (2021). Terapi Komplementer Yoga Membantu Mengatasi Fatigue Pasien
Kanker Payudara. Journal of Telenursing (Joting). 3(1).
https://doi.org/10.31539/joting.v3i1.2218. Diakses pada 3 Maret 2023 melalui
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOTING/article/view/2218

Alvarez et al. (2019). Effects of massage therapy and kinesitherapy to develop


hospitalized preterm infant's anthropometry: a quasi-experimental study. National
Library of Medicine.DOI: https://doi.org/10.1016/j.pedn.2019.03.015. Diakses
pada 3 Maret 2023 melalui https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30929980/

Wabula. (2021). Efektivitas Intervensi Complementary and Alternative Medicine (Yoga,


Terapi Spiritual dan Teravaj Musik) terhadap Kecemasan dan Kualitas Hidup
Pasien Kanker Payudara. Repository Unair. Diakses pada 3 Maret 2023 melalui
https://repository.unair.ac.id/107744/1/1.%20HALAMAN%20JUDUL.pdf
Bagch, H., & Çınar Yucel, S. (2020). Effect of therapeutic touch on sleep quality in
elders living at nursing homes. 59(3). National Library of Medicine. DOI:
https://doi.org/10.1007/s10943-019-00831-9. Diakses pada 3 Maret 2023 melalui
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31062207/

Alp, F. Y., & Yucel, S. C. (2021). The effect of therapeutic touch on the comfort and
anxiety of nursing home residents. 60(3). National Library of Medicine. Diakses
pada 3 Maret 2023 melalui https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32415423/.

Anda mungkin juga menyukai