Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Pokok Bahasan : Demam Berdarah Dongue (DBD)


Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian DBD
2. Penyebab DBD
3. Tanda dan Gejala DBD
4. Penularan dan Faktor resiko DBD
5. Penatalaksanaan Pasien DBD
Waktu dan pelaksanaan :
Tempat :
Pelaksana :
Audience / sasaran : Bidan Desa dan Kader

A. Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue yang
tertular melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti, dengan ciri demam tinggi mendadak
disertai manifestasi pendarahan dan cenderung menimbulkan renjatan dan kematian.
Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia
pada umumnya dan Indonesia pada khususnya serta sering menimbulkan ledakan
Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan jumlah kematian tinggi. Menurut World Health
Organitation (WHO) insiden DBD di seluruh dunia meningkat secara drastis selama 20
tahun terakhir, diperkirakan jumlah orang yang beresiko terserang penyakit ini sekitar
2,5-3 miliar dan 20 juta pada setiap tahunnya. Menurut Indrawati (2010) jumlah kasus
DBD di Indonesia terus meningkat dan meluas penyebarannya, diselingi ledakan KLB
dalam kisaran 5-6 tahun. Tahun 2010, terjadi sekitar 150.000 kasus dengan tingkat
kematian 1.317 orang. Sedangkan kasus DBD di Jawa Tengah pada tahun yang sama
terjadi kasus sebanyak 16.858. Dengan tingkat kematian sebanyak 230 orang (Indrawati,
2010).
Berdasarkan data Puskesmas Baki tahun 2019 ditemukan adanya kejadian DBD
yang dibagi menjadi Demam Danguae (DD), Demam Berdarah Danguae(DBD) dan
Dangue Shock Syndrome (DSS) dengan rincian ditemukan DD sebanyak 59 penderita,
DBD 14 penderita dan DSS 6 penderita (puskesmas Baki, 2019).
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) merupakan kunci keberhasilan dalam
memutus penyebaran. Tetapi pada umumnya masyarakat belum memahami secara benar
pencegahan dan penanggulangan masalah penyakit DBD. Oleh karenanya, pemberian
informasi terkait dengan cara pencegahan dan penggulangan masih diperlukan. Peran
serta tenaga kesehatan dinas terkait dan kader ibu-ibu PKK dalam pencegahan penularan
penyakit DBD. Merupakan perilaku yang diharapkan melalui kegiatan sosialisasi tentang
penyuluhan DBD. Untuk mewujudkan perilaku tersebut, peningkatan sikap dan perbaikan
sikap menjadi hal penting. Menurut Morton (dalam Soga, 2009), bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan sebagai proses kegiatan mental, dikembangkan
melalui proses belajar. Pengetahuan merupakan hasil stimulus informasi yang
diperhatikan dan diingatkan. Kurang lebih 75-87% pengetahuan diperoleh atau indra
pandang, sedangkan 13% melalui indra dengar dan 12% melalui indra lain.
Penyuluhan merupakan metode konvensional yang umumnya dilakukan karena
mudah dan murah tetapi memilki kelemahan mudah dilupakan karena prosesnya
berlangsung satu arah dan seringkali tidak menarik. Penyuluhan seringkali dilaksanakan
dengan jumlah peserta yang cukup besar, sehingga peserta tidak memilki kesempatan
untuk bertanya berdiskusi dalam kedudukan yang sama. Namun demikian, metode ini
juga memilki keunggulan yaitu praktis, relatif murah, mudah dilakukan dan disesuaikan
untuk berbagai kondisi.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dari ibu-ibu kader PKK oleh
kelompok, kebanyakan ibu-ibu kader PKK di Kecamatan Baki Kartasura tidak
mengetahui secara detail penyebab DBD dan pencegahannya. Dari berbagai alasan di atas
penting dilakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan pada ibu-ibu kader
PKK dalam mengubah pengetahuan dan sikap tentang pencegahan Demam Berdarah
Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Baki.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit Peserta dapat mengetahui
dan memahami dengan jelas tentang penyakit DBD.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan Peserta dapat :
a. Menjalaskan pengertian DBD
b. Mengetahui penyebab penyakit DBD
c. Mengetahui gejala tanda-tanda penyakit DBD
d. Mengetahui siapa saja yang beresiko tinggi tertular DBD
e. Menjelaskan pencegahan dan pengendalian DBD.

C. Metode
- Ceramah
- Diskusi
D. Media
- Video
E. Materi
F. Perencanaan Kegiatan
N Kegiatan Waktu Respon
O
1 Fase Pra Interaksi 5 a. Media telah siap
a. Mempersiapkan media yang menit b. Tempat telah
akan digunakan tersedia
b. Mempersiapkan tempat c. Peserta sudah siap
c. Mempersiapkan peserta
2 Fase Orientasi 5 a. Peserta menjawab
a. Mengucapkan salam menit salam
b. Memperkenalkan diri b. Peserta mengenali
c. Menjelaskan tujuan dan Perawat
jalannya penyuluhan c. Peserta memahami
d. Kontrak waktu tujuan dan jalannya
penyuluhan
d. Peserta mengetahui
kontrak waktu
3 Fase Kerja 15
a. Menanyakan apa yang sudah Menit a. Peserta menjawab
Peserta ketahui tentang apa yang diketahui
penyakit DBD b. Peserta
b. Menjelaskan pengertian mendengarkan
DBD penjelasan
c. Menjelaskan penyebab DBD narasumber
d. Menjelaskan tanda dan
gejala DBD
e. Menjelaskan pencegahan
dan penanggulangan DBD

4 Fase Evaluasi 5
a. Menyimpulkan materi menit a. Peserta
yang sudah disampaikan mendengarkan
b. Memberikan kesempatan b. Peserta memberikan
Peserta untuk bertanya pertanyaan
c. Memberikan pertanyaan c. Peserta menjawab
pada Peserta pertanyaan
d. Memberikan d. Peserta menerima
Reinforcement pada reinforcement
Peserta e. Menjawab salam
e. Mengucapkan salam

G. Evaluasi
1. Apa saja penyebab DBD?
2. Bagaimana cara menanggulangi DBD?
3. Apa saja yang harus diperhatikan agar penemuan kasus DBD dapat menurun?
Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN KESEHATAN
DEMAM BERDARAH DENGUAE
A. Definisi DBD
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan
oleh empat serotype virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu
demam yang tinggi, manifestasi pendarahan, hematomageli dan tanda-tanda kegagalan
sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari
kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian (Sucipto, 2011).
B. Etiologi DBD
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus Flavivirus, dan famili
Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes
aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat
menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan
dan perilaku masyarakat (Waris, 2013).
C. Tanda Dan Gejala DBD
Penyakit DBD ditandai oleh empat manifestasi klinis yaitu demam tinggi,
manifestasi pendarahan, hematomageli dan kegagalan sirkulasi (Sucipto, 2011).
D. Penyebab Dan Vaktor Penularan DBD
Virus penyebab DBD adalah flavivirus dan terdiri dari empat serotipe yaitu
serotipe 1, 2, 3, dan 4 (dengue 1, 2, 3, 4), ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes yaitu
Aedes aeygypti dan Aedes albopictus (Sucipto, 2011).
E. Pencegahan Dan Pengendalian DBD
Ada berbagai cara dalam melakukan pencegahan, pengendaian dan penanggulangan
penyakit DBD yaitu :
1. Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu
nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
a) Eliminasi breeding place nyamuk
b) Larvasida
c) Insektisida
2. Pengendalian
Beberapa metode pengendalian vektor telah banyak diketahui dan digunakan oleh
program pengendalian DBD di tingkat pusat dan di daerah yaitu (Sukohar, 2014).
a. Pengendalian Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi
tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan
perbaikan desain rumah. Sebagai contoh menguras bak mandi/ penampungan air
sekurang-kurangnya sekali seminggu, menutup dengan rapat tempat penampungan
air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah.
b. Pengendalian Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan
adu/ikan cupang), dan bakteri.
c. Pengendalian Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan/fogging (dengan
menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan
penularan sampai batas waktu tertentu, memberikan bubuk abate (temephos) pada
tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, dan kolam.
d. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN-DBD)
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan ”3M Plus”, yaitu
menutup, menguras, mendaur ulang. Selain itu juga melakukan beberapa plus
seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida,
menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala dan
disesuaikan dengan kondisi setempat.
F. Strategi Pemberantasan DBD
1. Pemberdayaan Masyarakat
Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam mencegah dan penanggulangan
penyakit DBD merupakan salah satu kunci keberhasilan upaya pemberantasan
penyakit DBD. Untuk mendorong meningkatnya peran aktif masyarakat, maka upaya
upaya pemasaran sosial, advokasi dan berbagai upaya penyuluhan kesehatan lainnya
dilaksanakan secara intensif dan berkesinambungan melalui berbagai media massa
maupun secara kelompok atau individual dengan memperhatikan aspek sosial budaya
yang lokal spesifik.
2. Peningkatan Kemitraan Berwawasan Bebas dari Penyakit DBD
Upaya pemberantasan penyakit DBD tidak dapat dilaksanakan oleh sektor
kesehatan saja, peran sektor terkait pemberantasan penyakit DBD sangat menentukan.
Oleh sebab itu maka identifikasi stake-holders baik sebagai mitra maupun pelaku
potensial merupakan langkah awal dalam menggalang, meningkatkan dan
mewujudkan kemitraan. Jaringan kemitraan di selenggarakan melalui pertemuan
berkala guna memadukan berbagai sumber daya yang tersedia dimasing-masing mitra.
Pertemuan berkala sejak dari tahap perencanaan sampai pelaksanaan, pemantauan dan
penilaian melalaui wadah Pokjanal DBD di berbagai tingkatan administrasi.
3. Sumber Daya Profesionalisme Pengelola Program
Sumber daya manusia yang terampil dan menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan program P2DBD.
Pengetahuan mengenai Bionomik vektor, virologi, dan faktor-faktor perubahan iklim,
tatalaksana kasus harus dikuasai karena hal-hal tersebut merupakan landasan dalam
penyusunan kebijaksanaan program P2DBD.
G. Peran Serta Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit DBD
Sasaran peran serta masyarakat terdiri dari keluarga melalui peran PKK,
organisasi kemasyarakatan, murid sekolah melalui kegiatan jumantik sekolah, pelatihan
guru, tatanan institusi (kantor, tempat-tempat umum, tempat-tempat ibadah), dan
jumantik dengan sistem kontrak diharapkan peran sektor terkait dan petugas sanitasi
lingkungan serta masyarakat secara umum, melakukan PSN melalui Gerakan 3 M Plus
(Kemenkes, 2008).

Anda mungkin juga menyukai