MAKALAH
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI MATAKULIAH ETIKA DAN HUKUM KEPERAWATAN
Disusun oleh :
Kelompok 6
1. Maulana Iskandar
2. Santy Setiawan
3. Wartini
4. Dani Kusdiana
5. Acep Jauhari P
6. Hendar
7. Indra Setia Permana
8. Risna Anggraeni Nurvia
Daftar isi …………………………………………………………………………………………………………….. 1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa selesaikan makalah mengenai Peran dan
advokasi perawat
Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima
segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa
melakukan perbaikan makalah ilmiah sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat dan menjadikan inpirasi bagi
pembaca.
. Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Disebutkan dalam undang- undang no 23 tahun 1992 bab III pasal 4 bahwa setiap orang
berhak dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal, dilanjutkan dengan bunyi pasal 50
bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai
dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan.
Secara umum, peran keperawatan telah berjalan dengan komitmen utamanya terhadap klien, dan
akhir-akhir ini advokasi klienpun telah disahkan dalam peranan keperawatan itu sendiri.
Advokasi menjadi satu hal yang harus di perhatikan, sebagaimana pengertiannya “Perlindungan
dan dukungan terhadap hak-hak orang lain”. Sebagai kewajiban moral yang jelas bagi perawat,
hal ini (advokasi) telah menemukan justifikasi (pembenaran) kepada pendekatan keperawatan
yang didasarkan pada prinsip maupun asuhan, kedalam etika keperawatan. Dari sebab itu, pada
kesempatan ini kami akan mencoba membahas tentang “ Peran dan Advokasi dalam
keperawatan” secara ringkas dan mudah di mengerti.
B. Rumusan masalah
Sebagaimana latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai
berikut :
1. Apa Pengertian Peran dan advokasi
2. Bagaimana peran perawat sebagai advokator
3. Perawat dalam Undang-undang no 23 tahun 1992
C. Tujuan penulisan
Sebagaimana latar belakang dan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penulisan
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apa Pengertian Peran dan advokasi
2. Memahami bagaimana peran perawat sebagai advocator
3 Memahami kedudukan perawat dalam undang-undang No 23 Tahun 1992
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian peran
Menurut Green cit Notoatmodjo (1993) peran atau perilaku dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: faktor predisposisi terwujud dalam:
1. pengetahuan; merupakan dominan yang penting untuk terbentuknya tindakan, merupakan
kesiapan individu untuk bertindak atau predisposisi suatu perilaku;
2. keyakinan; menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat;
3. nilai-nilai; menurut Allport (1954) cit Notoatmodjo (1993) nilai-nilai adalah suatu
kepercayaan terhadap obyek.
Faktor pendukung/enabling factor yang terwujud dalam lingkungan fisik dan fasilitas
institusi/rumah sakit, tersedianya lingkungan fisik yang memungkinkan serta fasilitas yang
cukup mendorong seseorang untuk berprilaku atau berperan dalam komunitasnya. Faktor
pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
perawat profesional lain yang merupakan referensi. Sikap dan perilaku komunitas profesi akan
mendorong anggota lain untuk bersikap dan berperilaku seperti dia.
2. Pengertian advokasi
Advoksi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang
yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan di bidang hukum atau
pengadilan.
Fry (1987) mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiap hal yang
memiliki penyebab atau dampak penting. Defenisi ini hampir sama dengan yang dinyatakan oleh
Gadow (1983) bahwa advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan yang
melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu untuk secara bebas menentukan
nasibnya sendiri (Priharjo,1995).
Menurut Kohnke dalam KoZier,B et all,. (1998) tindakan seorang advocator adalah
menginformasikan dan mendukung secara obyektif, berhati-hati agar tidak bertentangan dengan
setuju atau tidak setuju suatu keputusan yang dipilih klien. Seorang advokator menginformasikan
hak-hak klien dalam situasi apapun sehingga klien dapat mengambil keputusan sendiri. Fokus
peran advokasi perawat adalah menghargai keputusan klien dan meningkatkan otonomi klien.
Hak-hak yang dimiliki oleh klien yakni hak untuk memilih nilai-nilai yang sesuai dan penting
bagi hidupnya, hak untuk menentukan jenis tindakan yang terbaik untuk mencapai nilai-nilai
yang diinginkan dan hak untuk membuang nilai-nilai yang mereka pilih tanpa paksaan dari orang
lain.
a. Pengertian Perawat
Menurut Depkes RI (2002) perawat adalah seorang yang memberikan pelayanan
kesehatan secara professional dimana pelayanan tersebut berbentuk pelayanan biologis,
psikologi sosial, spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat. Perawat
adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangannya melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan
(Gaffar). Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan
keperawatan, dan bertanggung jawab serta berkewenangan melaksanakan asuhan keperawatan
(Gaffar).
Perawat professional adalah perawat yang bertanggung jawab dan berwewenang
memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya (Depkes RI,2002)
b. Peran Perawat
Peran perawat adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
yang memenuhi kualifikasi sehingga dibenarkan mempunyai kedudukan dalam suatu system
pelayanan kesehatan (Pusdiknakes,1989), menurut Doheney (1992) peran perawat terdiri dari:
tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan tempat klien
menjalani perawatan. Hak mendapat informasi yang meliputi hal-hal berikut:
- penyakit yang dideritanya;
- tindakan medik apa yang hendak dilakukan;
- kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya;
- alternatif terapi lain beserta resikonya;
- prognosis penyakitnya;
- perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang dideritanya;
- hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur;
- hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi;
- hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh perawat/
tindakan medik sehubungan dengan penyakit yang dideritanya (informed consent);
- hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan
serta perawatan atas tanggung jawab sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang
penyakitnya;
- hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
- hak menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan yang mengganggu pasien lain;
-hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit;
- hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya;
- hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual;
- hak didampingi perawat keluarga pada saat diperiksa dokter; - hak untuk memilih dokter,
perawat atau rumah sakit dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku di rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan;
- hak atas rahasia medic atau hak atas privacy dan kerahasian penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya;
- hak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut (second
opion), terhadap penyakit yang dideritanya dengan sepengetahuan dokter yang menangani;
- hak untuk mengetahui isi rekam medik ( Kusnanto,2004 ).
Seperti yang telah dijelaskan pada halaman sebelumnya bahwa advokasi adalah sebuah
dukungan atau sokongan terhadap kegiatan yang mengakibatkan penyebab atau dampak penting,
maka profesi perawat pun sangat perlu adanya dasar hukum yang mendukung dan menguatkan
keberlangsungan profesi keperawatan.
Diantaranya adalah Undang-undang no 23 Tahun 1992 yang berisi tentang kesehatan.
Didalam undang-undang tersebut disebutkan secara umum mengenai kesehatan diantaranya pada
pasal 1 ayat 2 yang berbunyi Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat dan dilanjut pada
ayat 2 bahwa Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Kewajiban Perawat terkandung dalam bab III pasal 5 yaitu Setiap orang berkewajiban
untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga,
dan lingkungannya.
Kemudian tugas tenaga kesehatan yang didalamnya adalah perawat dikuatkan pada bab
VI pada bagian kedua pasal 50 yaitu :
(1) Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai
dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang bcrsangkutan.
(2) Ketentuan mengenai kategori, jenis, dan kualifikasi tenaga keschatan ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Selain tugas dan kewajiban tentulah dibarengi dengan hak-hak petugas kesehatan yang
dijabarkan pada pasal 53 yaitu
(1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
(2) Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
(3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pcmbuktian, dapat melakukan
tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan
dan keselamatan yang bersangkutan.
(4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dcngan Peraturan Pemerintah
Untuk lebih menjamin pelayanan yang benar, maka pemerintah pun membuat sanksi
bagi petugas kesehatan yang melanggar, secara umum di sebutkan dalam pasal 54 yaitu
(1) Terhadap tenaga keschatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian data melaksanakan
profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
(2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kalalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.
(3) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja Majelis Disiplin Tenaga
Keschatan ditetapkan dcngan Keputusan
Presiden.
Selain dari hak hak diatas petugas kesehatan (Perawat) berhak pula mendapatkan
pembinaan dari pemerintah yang tertuang pada Bab VIII pasal 73 dan 74 yaitu :
Pasal 73 ”Pemerintah melakukan pembinaan terhadap semua kegiatan yang berkaitan
dengan penyelenggaraan upaya kesehatan.
Pasal 74 “Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 diarahkan untuk
1. mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal;
2. terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan dan perbekalan kesehatan yang cukup,
aman, bermutu, dan terjangkau olch seluruh
lapisan masyarakat;
3. melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan
gangguan dan atau bahaya terhadap kesehatan;
4. memberikan kemudahan dalam rangka menunjang peningkatan upaya kesehatan;
5. meningkatkan mutu pengabdian profesi tenaga kesehatan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagaimana yang kami paparkan di atas, maka yang menjadi kesimpulan adalah sebagai
berikut :
* Advoksi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang
mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan di bidang hukum atau
pengadilan.
* peran adalah harapan dari seseorang/pasien terhadap perawat dalam menjalankan peran dan
fungsinya dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional.
* Faktor-faktor yang mempengaruhi terlaksanannya peran :
* pengetahuan; merupakan dominan yang penting untuk terbentuknya tindakan, merupakan
kesiapan individu untuk bertindak atau predisposisi suatu perilaku;
* keyakinan; menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat;
* nilai-nilai; menurut Allport (1954) cit Notoatmodjo (1993) nilai-nilai adalah suatu kepercayaan
terhadap obyek.
* Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan
lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu klien
memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan
pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat
bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap
upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advocat
(pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat
dalam pelayanan keperawatan.
* Kedudukan perawat, tugas, kewajiban,hak dan sanksi telah tertuang secara umum dalam undang
undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan yang selanjutnya dilahirkan peraturan perundang
undangan sebagai turunan dari undang undang tersebut diatas.
B. SARAN
Adapun yang menjadi saran dari paparan kami di atas adalah sebagai berikut :
Dengan mengetahui arti dari advokasi, peran, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, di
harapkan kepada seluruh perawat agar mampu menjadi advokator yang baik dan handal, yang
berkerja secara profesional, yang tidak hanya menjadi advokator pasien/klien, tapi juga menjadi
pembela kelayakan untuk keluarga pasien, baik itu dari segi kenyamanan, kelayakan dan juga
pelayanan-pelayanan keperawatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA