Anda di halaman 1dari 34

Oleh : Ruminem, S.

kp,M kes


PENGERTIAN
 Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang

mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal
dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang
meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel
(Darsono, 2005:209).
 Pelebaran ventrikel ini akibat ketidakseimbangan
antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal.
Anatomi Otak

 Otak dilapisi oleh duramater, arakhonoid dan
piamater. Cairan Serebrospinal (CSF) diproduksi
oleh fleksus koroid yang berada didasar ventrikel
lateral dan diatas ventrikel ke III dan IV. Setiap hari
diproduksi 500-800 ml CSF. Setelah CSF bersirkulasi
di otak dan medulla spinalis, CSF akan direabssorpsi
melalui villi arakhonoid, dalam lapisan arakhonoid
meninges.

Fisiologi CSS
 CSS di produksi di Flexus Choroideus


Aliran CSS normal ialah dari ventrikel
lateralis melalui foramen monroe ke
ventrikel III, dari tempat ini melalui
saluran yang sempit akuaduktus Sylvii
ke ventrikel IV dan melalui foramen
Luschka dan Magendie CSS mengalir ke
dalam magna sisterna dan bersikulasi ke
dalam ruang subarakhnoid medula
spinalis .
PENYEBAB

1. Kelainan Bawaan (Kongenital),
penyebab pasti belum diketahui, :
 Stenosis/atresia akuaduktus Sylvii
 Sindrom Arnold-Chiari : Herniasi
cerebral ke dalam servical canal.
 Spina bifida dan kranium bifida
 Kista araknoid, tumor kongenital.
Spina Bifida (Sumbing Tulang
Belakang) adalah suatu celah pada

tulang belakang (vertebra), yang
terjadi karena bagian dari satu atau
beberapa vertebra gagal menutup
atau gagal terbentuk secara utuh.
2. Penyebab di dapat :
 Infeksi ; meningitis
 Perdarahan; trauma
 Neoplasma 
3. Insiden
 Pada bayi 5.8/10,000 kelahiran
 Sebanyak 80-90% Hidrosefalus akibat obstruktif
(Noncommunicating )
Volume CSS

 Pada orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml,
 Anak umur 8-10 tahun 100-140 ml
 Bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan prematur kecil
10-20 ml.
 Cairan yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml
(Darsono, 2005)
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis dibedakan menjadi dua, yaitu

pada bayi dan masa kanak – kanak.
Masa bayi :
 Kepala membesar, fontanel anterior menonjol, vena
pada kulit kepala dilatasi dan terlihat jelas pada saat
bayi menangis, terdapat bunyi cracked– pot ( tanda
macewen), mata melihat kebawah ( tanda setting –
sun ), mudah terstimulasi, lemah, kemampuan makan
kurang, perubahan kesadaran, opisthotonus, dan
spatik pada ektermitas bawah.
 Pada bayi dengan malformasi Arnold –
Chiari, bayi mengalami kesulitan
menelan, bunyi nafas stridor, kesulitan
 dan tidak ada
bernafas, apnea, aspirasi,
refleks muntah.

Masa kanak – kanak :


Tanda-tanda peningkatan TIK : Sakit
kepala, muntah, pupil edema, strabismus,
ataxia, mudah terstimulasi, letargi, apatis,
bingung,
2
 4. PATOFISIOLOGI :
Hidrosefalus terjadi karena ada gangguan
absorbsi CSF dalam subarachnoid
( communicating hidrosefalus ) dan atau

adanya obstrusksi dalam ventikrel yang
mencegah CSF masuk ke rongga subarachnoid
karena infeksi, neoplasma, perdarahan, atau
kelainan bentuk perkembangan otak janin.
( noncumunicating hidrosefalus ).
Cairan trakumulasi dalam ventrikel dan
mengakibatkan dilatasi ventrikel dan
penekanan organ – organ yang terdapat pada
otak.
3
Infeksi, neoflasma,perdarahan,
Malformasi perkembangan otak janin

Gangguan absorpsi CSS obstruksi aliran CSS


di ruang subarachnoid
( comunicating hydrocephalus )  melalui sistem ventrikel
(non comunicating hydro)

Akumulasi CSS di Ventrikel


( Peningkatan TIK)

Ventrikel dilatasi dan menekan organ – organ


yang terdapat di dalam otak

1. Perubahan perfusi jaringan cerebral


2. Perubahan persepsi sensori

3. Resiko Injury
4. Resiko infeksi b/d efek shunt
4
5. PEMERIKSAAN DIGNOSTIK :


1. Pengukuran Lingkar kepala pada masa
bayi
2. CT Scan dan MRI : menunjukkan
pembesaran ventrikel
3. LP (Lumbal Pungsi)

 5
Penatalaksanaan
 Tujuan penatalaksanaan adalah untuk

mengurangi hidrosefalus, menangani komplikasi,
mengatasi efek hidrosefalus atau gangguan
perkembangan.
 Pada dasarnya ada tiga prinsip dalam pengobatan
hidrosefalus, yaitu :
 Mengurangi produksi CSS.
 Mempengaruhi hubungan antara tempat
produksi CSS dengan tempat absorbsi.
 Pengeluaran likuor (CSS) kedalam organ
ekstrakranial. (Darsono, 2005)
Penanganan hidrosefalus berupa pembedahan
dan non pembedahan , a.l :
1. Penanganan Sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan

untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui
upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus
khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya.
2. Penanganan Alternatif (Selain Shunting) : ETV
(Endocopic Third Ventriculostomy)

Tindakan reseksi radikal lesi massa yang


mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu
malformasi. Saat ini cara terbaik untuk melakukan
perforasi dasar ventrikel III adalah dengan teknik
bedah endoskopik. (Peter Paul Rickham, 2003)
3. Operasi Pemasangan ‘Pintas’
Vp Shunt (Shunting)

 Operasi pintas/insisi pirau bertujuan membuat
saluran baru antara aliran css dengan kavitas
drainase ke kompartemen ekstrakranial
(peritoneum/ ventrikuloperitoneal = VP Shunt )
 VP-Shunt adalah tindakan memasang selang kecil
yang menghubungkan ventrikel  ( ruang di dalam
otak ) dan peritoneal ( ruang di dalam perut ).
 Untuk mengalirkan cairan yang diproduksi di dalam
otak ke dalam rongga perut untuk kemudian diserap
ke dalam pembuluh darah.


 7. KOMPLIKASI :


1. Peningkatan tekanan intracranial
2. Kerusakan otak
3. Infeksi : septicemia, endokarditis, infeksi luka,
nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak.
4. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat
obstruksi mekanik
5. Hematoma subdural, peritonitis absesabdomen,
perforasi organ dalam rongga abdomen, fistula,
hernia, dan ileus
6. Kematian
6
B.KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
HIDROSEFALUS
 1. PENGKAJIAN :
a) Riwayat keperawatan 
b) Kaji adanya pembesaran kepala pada bayi, vena
terlihat jelas pada kulit kepala, bunyi cracked –
pot pada perkusi , tanda setting – sun, penurunan
kesadaran, opisthotonus, dan spastik pada
ekstermitas bawah, tanda peningkatan tekanan
intrakarnial ( muntah, pusing, papil edema ),
bingung.
7
c. Kaji lingkar kepala
d. Kaji ukuran ubun – ubun, bila menangis ubun-ubun
menonjol

e. Kaji perubahan tanda vital khususnya pernafasan
d. Kaji pola tidur, perilaku dan interaksi.
e. Kaji pertumbuhan dan perkembangan
 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. Ketidakefektifan perpusi jaringan serebral


berhubungan dengan meningkatnya volume cairan
serebrospinal, meningkatnya tekanan intrakranial

2. Risiko injury berhubungan dengan pemasangan
shunt
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
adanya tindakan untuk mengurangi tekanan
intrakranial, meningkatnya tekanan intrakranial
4. Risiko infeksi berhubungan dengan efek pemasangan
shunt
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
kondisi yang mengancam kehidupan anak.
6. Antisipasi berduka berhubungan dengan
kemungkinan kehilangan anak.

8
 3. PERENCANAAN :
1. anak akan menunjukkan tidak adanya tanda –
tanda komplikasi dan perfusi jaringan serebral
adekuat. 
2. anak akan menunjukkan tanda-tanda
terpasangnya shunt dengan tepat
3. anak tidak akan menunujukkan tanda- tanda
injury
4. anak tidak akan menunjukkan tanda – tanda
infeksi
5. dan 6. orang tua akan menerima anak dan akan
mencari bantuan untuk mengatasi rasa
berduka.
9
 4. IMPLEMENTASI :
 1. dan 3. Mencegah komplikasi
a)Mengukur lingkar kepala setiap 8
jam

b)Memonitor kondisi fontanel
c)Mengatur posisi anak miring kearah
yang tidak dilakukan tindakan
operasi
d)Menjaga posisi kepala tetap sejajar
dengan tempat tidur untuk
menghindari pengurangan tekanan
intrakranial yang tiba-tiba.
10
Lanjutan…..

e) Mengobservasi dan menilai fungsi



neurologis setiap 15 menit hingga
tanda – tanda vital stabil
f) laporkan segera setiap perubahan tingkah laku
( misalnya ; mudah terstimulasi, menurunnya
tingkat kesadaran ) atau perubahan tanda- tanda
vital (meningkatnya tekanan darah, denyut nadi
perlahan ).
IMPLEMENTASI 1 DAN 3 LANJUTAN...........

g.Menilai keadaan balutan terhadap



adanya perdarahan dan daerah sekitar
operasi terhadap tanda- tanda
kemerahan dan pembengkakan setiap
15 menit hingga tanda vital stabil,
selanjutnya setiap 2 jam
h. Mengganti posisi setiap 2 jam dan jika
perlu gunakan matras yang berisi udara
untuk mencegah penekanan yang
terlalu lama pada daerah tertentu.
11
Dx. 2. dan 4. Mencegah terjadinya infeksi dan
injury
a) Kaji adanya perubahan tanda vital (meningkatnya suhu)

atau tingkah laku (mudah terstimulasi, menurunnya
tingkat kesadaran ) segera.
b) Memonitor daerah sekitar operasi terhadap adanya tanda
– tanda kemerahan atau pembengkakan
c) Pertahankan terpasangnya kondisi shunt tetap baik.
d) Lakukan pemijatan pada selang shunt untuk
menghindari sumbatan pada awalnya
12
Dx. 5.dan 6. Membantu penerimaan orang tua tentang keadaan
anak dan dapat berpartisipasi
a) Memberikan kesempatan pada orang tua /
anggota keluarga untuk mengekspresikan
perasaan 
b) Menghindarkan dalam memberikan
pernyataan yang negatif
c) Menununjukkan tingkah lakuyang
menerima keadaan anak ( mengendong,
berbicara, dan memberikan kenyamanan
pada anak )
13
a) Memberikan dorongan pada orang tua untuk membantu
perawatan anak, ijinkan orang tua melakukan perawatan
pada anak dengan optimal

b) Menjelaskan seluruh tindakan dan pengobatan yang
dilakukan.
c) Memberikan dukungan pada tingkah laku orang tua yang
positif
d) Mendiskusikan tingkah laku orang tua yang menunjukkan
adanya frustasi.
 5. PERENCANAAN PEMULANGAN :
a) Ajarkan untuk perawatan dan balutan pemasangan shunt
dan jelaskan.


b) tanda – tanda dan malfungsi dari shunt
c) Anjurkan untuk melapor ke perawat atau dokter bila ada
sumbatan shunt
d) Jelaskan tentang obat – obatan yang diberikan ; efek
samping dan kebutuhan mempertahankan tekanan darah
( seperti anti kejang )
e) Jelaskan pentingnya kontrol ulang
14

SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai