Anda di halaman 1dari 95

GERAKAN

PALANG MERAH DAN BULAN


SABIT MERAH
INTERNASIONAL
Pertempuran Solferino 1958
HENRY DUNANT-Menolong korban
1862 Henry Dunant menulis
buku yang mengangkat 2
gagasan :
membentuk organisasi
sukarela yg disiapkan di
masa damai untuk
penolong korban perang
membuat perjanjian
internasional untuk
melindungi korban
perang
Komite Lima, 9 Februari 1863
• Gustave Moynier
• dr. Louis Appia
• dr. Theodore Maunoir
• Jend. Guillame-Henri Dufour
• Henry Dunant

17 Februari 1863:
Komite Internasional untuk
1864 dan seterusnya:
bantuan para tentara yang
Pendirian Perhimpunan- cedera
perhimpunan Nasional:
• Belgia
• Swiss Oktober 1863

• Belanda, dll Komite Internasional


Palang Merah
Konferensi Diplomatik 1864

16 Negara (12 Penandatangan)

1 Konvensi (10 Pasal)

• Tentara yang terluka dan sakit dirawat tanpa diskriminasi


• Perlindungan bagi staff, peralatan dan fasilitas medis,
yang diidentifikasi dengan sebuah lambang khusus
• Negara menghargai peraturan yang melindungi korban
konflik
• Konvensi ini membuka jalan bagi perkembangan Hukum
Perikemanusiaan Internasional selanjutnya
International Committee of the Red Cross /ICRC
(Komite Internasional Palang Merah)
International Federation of the Red Cross and Red
Crescent Societies (Federasi Internasional
Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah)
National Societies (Perhimpunan-Perhimpunan
Nasional)
ORGANISASI
 Organisasi internasional swasta, netral dan mandiri,
tidak di bawah PBB, berkantor pusat di Jenewa, Swiss.
 Dewan Eksekutif terdiri dari 25 orang warga Swiss.
PERAN
 Institusi netral.
 Pelindung (guardian) asas dan pelaksana Konvensi
Jenewa 1949.
 Memiliki Hak Prakarsa
DANA
Sumbangan dari negara peserta Konvensi Jenewa,
Perhimpunan Nasional, Sumbangan UE, sumbangan dari
pihak lain.
KEGIATAN

BAN TUAN

D ISEMIN ASI

MEMULIH KAN
H UBUN GAN KUN JUN GAN
KELUARGA TAH AN AN
BANTUAN KEMANUSIAAN
MEMULIHKAN HUBUNGAN KELUARGA
KUNJUNGAN TAHANAN
DISEMINASI
Organisasi kemanusiaan terbesar di dunia
Berdiri tahun 1919
Beranggotakan 181 Perhimpunan Nasional
Lebih dari 60 delegasi di dunia
“Meningkatkan
derajat hidup
masyarakat
rentan dengan
memobilisasi
kekuatan
kemanusiaan”
Kesiap-
Tanggap
siagaan
Bencana
Bencana

Mempromosi
kan nilai
kemanusiaan
dan prinsip

Kesehatan
Pengembang
dan
an kapasitas
pelayanan
organisasi
masyarakat
Kesiap-
siagaan
bencana
Promosi Nilai
Kemanusiaan
dan Prinsip
Palang Merah

Bulan Sabit Merah

Singa dan Matahari Merah


Didirikan di satu Negara pihak/peserta Konvensi-Konvensi Jenewa
1949.
Satu-satunya Perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah
Nasional di negaranya.
Diakui oleh pemerintah negaranya.
Memakai nama dan lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah.
Bersifat Mandiri
Terorganisasi dalam menjalankan tugasnya dan dilaksanakan di
seluruh wilayah negaranya.
Menerima anggota tanpa membedakan ras, jenis kelamin, kelas,
agama atau pandangan politik.
Menyetujui Statuta Gerakan.
Menghormati Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan dan menjalankan
tugasnya sejalan dengan prinsip-prinsip HPI.
Ciri khas: mengumpulkan orang-orang di suatu
kelompok, daerah, negara atau apapun juga.
Melibatkan warna tertentu:
 Hitam: anarkis
 Merah: pemberontakan
 Putih: pengampunan
Pelayanan medis kemiliteran memiliki tanda
pengenal tersendiri:
Austria: bendera putih
Perancis: bendera merah
Spanyol: kuning.
Kelemahan:
 lambang tidak dikenal secara universal.
 akibat tragis: kombatan tidak tahu tanda pengenal
unit medis lawan

 unit medis tidak dipandang sebagai


pihak yang netral, bahkan dianggap
sebagai target bagi tentara lawan
yang tidak mengetahui artinya.
Menawarkan status netral,
dengan demikian menjamin
perlindungan.
Status netral: menuntut
diadopsinya satu lambang
Konferensi tahun 1863 memilih
lambang palang merah di atas
dasar putih, KEBALIKAN DARI
BENDERA SWISS sebagai
PENGHORMATAN
Kombatan dapat mengenali:
 Personil medis dan keagamaan angkatan
bersenjata

 Unit dan fasilitas medis


angkatan bersenjata
 Unit dan transportasi medis
Perhimpunan Nasional apabila
membantu pelayanan medis
angkatan bersenjata.
Menandakan dan melindungi personil medis,
serta memberi STATUS NETRAL
Fungsi lambang sebagai tanda pelindung:
menimbulkan reaksi otomatis di kalangan
kombatan untuk menahan diri dan
menghormati.
1876 perang di Balkan: Turki mengajukan
penggunaan lambang bulan sabit merah oleh
Perhimpunan Nasional mereka.
 Diadopsi secara resmi dalam Konvensi tahun
1929 bersamaan dengan singa dan matahari
merah di atas dasar putih
Latar Belakang :
Permasalahan penggunaan Lambang
Oleh Perhimpunan yang tidak memakai
Salah satu lambang yang sah dalam
Situasi konflik bersenjata
Resolusi Council of Delegate
Resolusi Konferensi Internasional
Diplomatic Conference 2005

Protokol Tambahan III


Konvensi – Konvensi Jenewa 1949
Tanda perlindungan: Tanda pengenal:
dipakai pada saat konflik memperlihatkan di masa
bersenjata oleh sukarelawan damai bahwa seseorang
dari Perhimpunan Nasional, atau suatu obyek berkaitan
orang medis, delegasi ICRC, dengan Gerakan Palang
unit medis, sarana transportasi Merah dan Bulan Sabit
medis. Merah Internasional,
apakah itu Perhimpunan
Berukuran besar agar Nasional, IFRC atau ICRC
Berukuran lebih kecil
mudah terlihat
 … lambang palang merah atas dasar putih … tidak boleh
dipergunakan, … kecuali untuk menunjukkan atau
melindungi kesatuan-kesatuan dan bangunan-bangunan
kesehatan, anggota-anggota serta bahan perlengkapan
yang dilindungi oleh Konvensi ini dan lain-lain Konvensi-
konvensi yang mengatur hal-hal serupa.
 Hal ini berlaku pula bagi lambang-lambang yang
disebut dalam Pasal 38 … (bulan sabit merah serta singa
dan matahari merah)
 Pemakaian lambang atau sebutan “Palang Merah”
atau “Palang Jenewa”, atau tanda atau sebutan apapun
yang merupakan tiruan dari padanya oleh perseorangan,
perkumpulan-perkumpulan, perusahaan atau perseroan
dagang baik pemerintah maupun swasta, selain dari
mereka yang berhak di bawah Konvensi ini selalu
harus dilarang, apapun maksud daripada pemakaiannya…
Larangan yang ditetapkan dalam paragraf
pertama dari pasal ini akan berlaku juga untuk
lambang-lambang dan tanda-tanda yang
disebutkan dalam paragraf kedua Pasal 38, tanpa
mempengaruhi hak apapun yang diperoleh karena
pemakaiannya terlebih dahulu
Peniruan
 Penggunaan tanda-tanda yang mungkin bisa
membingungkan dengan lambang palang merah atau
bulan sabit merah (warna dan model yang mirip)
Penggunaan yang tidak tepat
 Penggunaan lambang palang merah atau bulan sabit
merah oleh pihak-pihak yang tidak berhak (perusahaan
komersial, LSM, perorangan, dokter, apoteker, dll).
 Penggunaan lambang oleh mereka yang berhak tetapi
dalam kenyataannya menerapkan penggunaannya tidak
sesuai dengan prinsip dasar Gerakan
 Penggunaan yang melanggar
ketentuan,bila
 lambang palang merah atau
bulan sabit merah dipakai
untuk melindungi kombatan
yang bersenjata atau objek
militer lainnya (ambulans,
helikopter berlambang untuk
mengangkut tentara atau
kendaraan amunisi yang
ditutupi dengan gambar
lambang.
Kemanusiaan Kesukarelaan

Kesamaan Kesatuan

Kenetralan Kesemestaan

Kemandirian
 mencegah dan
meringankan
penderitaan manusia di
manapun hal itu
ditemukan
 Memastikan
penghormatan terhadap
umat manusia
 Melindungi hidup dan
kesehatan
 Mempromosikan
perdamaian abadi di
antara semua bangsa
 Ditujukan kepada
korban, orang per orang
 Tidak diskriminasi
berkenaan dengan
kebangsaan, ras,
kepercayaan, golongan,
atau pandangan politik
 Tindakan harus realistik,
cocok-tepat-pantas, dan
proporsional sesuai
dengan kebutuhan
 Prioritas bantuan kepada
kasus yang paling
mendesak
Tidak melibatkan diri
dalam permusuhan dan
pertentangan-
pertentangan yang
bersifat politik, ras,
keagamaan atau masalah-
masalah ideologis
Sekalipun merupakan
bagian dari pelayanan
kemanusiaan dari
pemerintah dan tunduk
pada undang-undang,
harus senantiasa
mempertahankan
otonominya sehingga
dalam keadaan apapun
dapat bertindak sesuai
prinsip-prinsip Gerakan
Memberikan bantuan
atas dasar kesukarelaan,
tidak didorong dengan
cara apapun oleh
keinginan untuk
memperoleh
keuntungan tertentu
Hanya boleh ada satu
perhimpunan nasional
di suatu negara
Tidak ada diskriminasi
dalam perekrutan
anggota
Melaksanakan tugas
kemanusiaan di seluruh
wilayahnya
Semua perhimpunan
nasional mempunyai
status yang setara
Tanggung jawab dan
kewajiban yang sama
dalam membantu
satu sama lain,
meliputi seluruh
dunia
Semua ketentuan yang terdiri dari perjanjian dan kebiasaan
internasional ,dimaksudkan untuk mengatasi segala masalah
kemanusiaan yang timbul pada waktu pertikaian bersenjata
internasional maupun non-internasional.
Hukum tersebut membatasi, atas dasar kemanusiaan, hak-hak
dari pihak yang terlibat dalam pertikaian untuk menggunakan
beberapa senjata dan metode perang tertentu, serta memberikan
perlindungan kepada orang yang menjadi korban maupun harta
benda yang terkena akibat pertikaian bersenjata.
mencegah dan mengurangi korban perang,
kematian, penderitaan serta penghancuran
lingkungan dan harta benda milik pihak yang
tidak berkaitan dengan perang
untuk diketahui semua pihak yang terlibat dalam
pertikaian dan masyarakat umum agar memahami
hak-hak serta kewajibannya di masa pertikaian
bersenjata.
Hukum Jenewa Hukum Den Haag
Konvensi Jenewa Konvensi Konvensi Den Haag
Selama dan setelah Masa berlaku Selama permusuhan
pertempuran berlangsung
Non-peserta tempur Diterapkan untuk Peserta tempur
Melindungi korban Tujuan Mengatur hak dan
konflik bersenjata kewajiban peserta
tempur
Protokol Tambahan I & II tahun 1977:
Perlindungan dan bantuan untuk korban perang dan tata cara / metode
perang.
 Konvensi I: tentang perbaikan
keadaan anggota angkatan perang yang luka dan sakit di
medan pertempuran darat
 Konvensi II: tentang perbaikan
keadaan anggota angkatan perang di laut yang luka, sakit
dan korban karam
 Konvensi III: tentang perlakuan
terhadap tawanan perang
 Konvensi IV: tentang
perlindungan orang-orang sipil di waktu perang
Protokol Tambahan I: tentang pertikaian bersenjata
internasional
Protokol Tambahan II: tentang pertikaian bersenjata
non-internasional
 Distinction: prinsip pembedaan antara kombatan dan
non-kombatan
 Necessity: perlunya menjaga keseimbangan antara
kepentingan kemanusiaan di satu pihak dengan kebutuhan
militer dan keamanan di pihak lain
 Unnecessary suffering (penderitaan yang tidak perlu):
tidak diperbolehkan mengakibatkan penderitaan dan
kehancuran secara melampaui batas dan tidak seimbang
dengan tujuan yang hendak dicapai
 Proportionality: keseimbangan antara dua kepentingan
yang berbeda, kepentingan yang berdasarkan
pertimbangan atas kebutuhan militer, dan yang lainnya
berdasarkan tuntutan kemanusiaan
Kombatan: Orang sipil:
 Hak: ikut serta dalam  Hak: mendapat
peperangan dan apabila perlindungan terhadap
diri, penghormatan atas
tertangkap musuh berhak
hak-hak keluarga,
diperlakukan sebagai keyakinan dan keagamaan
tawanan perang serta adat istiadatnya
 Kewajiban: harus  Menjauhkan diri dari
mematuhi aturan perang segala tindakan yang bisa
dan melindungi penduduk membawa dirinya ke
sipil dalam kancah pertikaian
bersenjata
1. Anggota angkatan bersenjata yang tidak dapat
bertempur lagi atau yang tidak ambil bagian aktif dalam
permusuhan harus dilindungi dan diperlakukan secara
manusiawi dalam segala keadaan
2. Dilarang membunuh atau melukai pihak musuh yang
menyerah atau yang tidak turut serta lagi dalam
pertikaian
3. Orang yang cedera dan sakit harus dikumpulkan dan
dirawat oleh pihak yang berkuasa. Petugas kesehatan,
kesatuan medis dan peralatan, serta pengangkutan yang
digunakan untuk kepentingan korban pertikaia
bersenjata harus dilindungi pula. Lambang Palang Merah
atau Bulan Sabit Merah merupakan tanda pelindung
yang mutlak dihormati
4. Peserta tempur yang ditahan serta orang sipil yang
berada di bawah kekuasaan pihak musuh harus
dilindungi terhadap setiap kekerasan dan tindakan balas
dendam. Mereka berhak atas penghormatan martabat,
integritas fisik maupun moral, keyakinannya dan mereka
boleh berhubungan dengan pihak keluarga masing-
masing melalui surat-menyurat.
5. Setiap orang berhak atas jaminan peradilan dan harus
mendapat pengadilan yang sah. Tidak seorangpun dapat
dianggap salah untuk suatu perlakuan yang tidak dia
lakukan. Penyiksaan secara fisik maupun mental serta
perlakuan kejam atau yang merendahkan martabat
manusia dilarang.
6. Para pihak yang terlibat dalam pertikaian bersenjata
dilarang menggunakan persenjataan dan metode
perang yang mungkin mengakibatkan kehancuran atau
kehilangan yang tidak perlu terjadi atau penderitaan
yang bersifat berlebihan.
7. Serangan hanya boleh diarahkan pada sasaran militer.
HPI dan hukum HAM saling melengkapi. Keduanya
bermaksud untuk melindungi manusia, walaupun
dalam situasi dan cara yang berbeda.
HPI Hukum HAM
 Berlaku dalam situasi konflik  Sebagian besar melindungi
bersenjata orang di segala situasi, damai
maupun perang
 Tujuannya melindungi korban
 Bertujuan melindungi individu
dengan berusaha dan mendorong
meminimalisasi penderitaan perkembangannya
yang ditimbulkan oleh konflik  Intinya ingin mencegah
 Kepedulian utamanya tentang perlakuan semena-mena oleh
perlakuan terhadap orang yang Negara dengan cara membatasi
jatuh ketangan lawan, dan kekuasaan Negara terhadap
tentang metode perang individu.
 Tidak bertujuan mengatur cara-
cara operasi militer
Etika dan Aturan Main
Antara Badan Kemanusiaan Internasional
Dalam Kegiatan Bantuan Kemanusiaan
• Hasil Kesepakatan antara 7(tujuh) Badan Kemanusiaan Internasional
besar, yaitu : ICRC, IFRC, Caritas International, International Save the
Children, Lutheran World Federation, Oxfam dan World Council of
Churches;
• Kesepakatan tersebut berupa ketentuan dasar yang mengatur
standardisasi Perilaku Badan Kemanusiaan Internasional serta Pekerja
Kemanusiaan untuk menjamin Independensi dan Efektifitas dalam
penyelenggaraan kegiatan kemanusiaan;
• Code of Conduct ini diadopsi oleh Federasi melalui General Assembly
and The Council of Delegates (Birmingham, 1993) dan International
Conference (Geneva, 1995);
 Terdiri dari 10(sepuluh) Prinsip Dasar
berkenaan dengan Humanitarian Relief
Operation serta 3(tiga) Annex yang
mengatur hubungan antara
Badan/Organisasi Kemanusiaan dengan
Pemerintah Setempat, Negara Donor dan
Organisasi Antar Negara;

 Tugas seorang anggota Delegasi Federasi,


satu diantaranya, adalah
mensosialisasikan Code of Conduct ini
kepada Perhimpunan Nasional dimana ia
ditugaskan.
 Pengakuan atas Hak Korban
Bencana/Konflik yaitu – Hak Untuk
Memperoleh Bantuan Kemanusiaan –
dimanapun ia berada;
 Komitment untuk menyediakan Bantuan
Kemanusiaan kepada korban
bencana/konflik, diamanapun atau kapanpun
ia diperlukan;
 Akses terhadap lokasi bencana/konflik dan
terhadap korban tidak dihalang-halangi;
 Dalam memberikan bantuan kemanusiaan
tidak menjadi bagian dari suatu kegiatan
politik atau partisan;
 Bantuan kemanusiaan diperhitungkan
berdasarkan kebutuhan semata;
 Proportional;
 Mengakui peranan penting Kaum
Wanita dan menjamin bahwa peranan
tersebut harus didukung dan
didayagunakan;
 Terjaminnya akses terhadap sumber2
daya yang diperlukan serta akses yang
seimbang terhadap korban
bencana/konflik;
 Tidak mengikuti suatu pendirian
politik atau keagamaan tertentu;
 Bantuan diberikan kepada
Individu, Keluarga dan Kelompok
Masyarakat yang memerlukan
bantuan – tidak
tergantung/memandang pada
predikat apa yang melekat pada
penerima bantuan;
Badan Kemanusiaan
Internasional harus dapat
menjamin Independensinya
terhadap Negara Donor yang
mempercayakan penyaluran
bantuannya;
Badan Kemanusiaan
Internasional harus dapat
mengupayakan lebih dari satu
sumber bantuan;
• Memanfaatkan keberadaan LSM serta
tenaga lokal yang tersedia dalam
implementasi kegiatan;
• Pengadaan komoditas bantuan serta Jasa
dari sumber-sumber setempat;
• Mengutamakan koordinasi;
• Mengupayakan partisipasi
masyarakat hingga pemanfaatan
sumber-sumber daya masyarakat
yang tersedia;
• Bantuan kemanusiaan diberikan, tidak
semata-mata memenuhi kebutuhan dasar,
tetapi juga diupayakan agar dapat
mengurangi tingkat kerentanan masyarakat
(korban bencana/konflik) di masa depan;
• Memperhatikan kepentingan lingkungan
dalam merekayasa dan implementasi
program-program;
• Menghindari sikap ketergantungan yang
berkepanjangan terhadap bantuan-bantuan
eksternal;
• Bantuan kemanusiaan harus dapat
dipertanggungjawabkan, baik kepada
mereka yang berhak menerimanya dan
kepada pihak Donor;
• Bantuan kemanusiaan harus dikelola
secara terbuka/transparansi, baik dari
perspective Finansial maupun Efektifitas
kegiatan;
• Mengakui kewajiban Pelaporan dan
memastikan upaya monitoring telah
dilakukan sebagaimana mestinya;
 Mengakui martabat daripada korban
bencana/konflik;
 Dalam publikasi, tidak hanya menonjolkan tingkat
penderitaan korban bencana, tetapi juga perlu
menonjolkan upaya/kapasitas masyarakat dalam
mengatasi penderitaan mereka;
 Kerjasama dengan Media dalam rangka
meningkatkan perhatian dan kontribusi masyarakat
– tidak didasarkan pada adanya tekanan, vested
interest atau publisitas baik dari lingkungan
internal maupun eksternal;
 Dalam media coverage – diupayakan tidak
menimbulkan kesan persaingan dengan Badan
Kemanusiaan lainnya;
 Tidak merusak situasi/atmosphere ditempat
dimana Badan Kemanusiaan itu bekerja, demikian
pula keamanan dari para Pekerjanya;
Langkah atau tindakan apapun yang dapat
meminimalkan tingkat bahaya di wilayah konflik, akan
selalu menyisakan suatu resiko tertentu yang tidak dapat
dihindarkan, dimana Staff dan Sukarelawan Palang
Merah harus menghadapi kenyataan itu.
Untuk itu sebelum kita melaksanakan sebuah operasi di
wilayah konflik, seluruh Staff dan Sukarelawan Palang
Merah harus menyadari fakta bahwa ia akan bekerja di
tempat yang penuh dengan resiko, tak dapat diramalkan
dan sering menimbulkan ketegangan.
Keamanan PMI dalam Bencana
dan Konflik
 PERINGATAN 

Di daerah bencana dan konflik selalu ada risiko yang


tidak bisa dikurangi.
Petugas Palang Merah harus siap menghadapi risiko
semacam itu.
Sebelum melakukan kegiatan lapangan, semua petugas
harus menyadari bahwa mereka akan bekerja dalam
lingkungan yang berisiko, tidak dapat diprediksi,
dan seringkali penuh ketegangan.
Mencegah insiden
Mengurangi risiko
Membatasi kerusakan
KETERLIBATAN SECARA SUKARELA

Petugas Palang Merah direkrut berdasarkan


kemauan seseorang.
Mempunyai hak untuk menolak.
Risiko yang dihadapi sama untuk semua.
Daerah-daerah tertentu memiliki kondisi yang lebih
sulit daripada yang lain.
 Operasi bantuan bisa terganggu atau tidak
berjalan sama sekali
 Insiden keamanan dapat menimpa personil,
bangunan, dan peralatan seiring rendahnya
penerimaan (akan PMI) oleh pihak-pihak
terkait.

Langkah apa saja yang dapat dilakukan


PMI untuk menghindari hal ini, dan untuk
siap bertindak dalam konflik?
Faktanya…
• 2002: 12 wakil Palang Merah Nepal terbunuh dalam jangka
waktu 4 bulan
• 2003: 4 personil Palang Merah Pantai Gading terbunuh
• 2003: Banyak personil Palang Merah Kongo diserang dan
terluka
• 2003: 6 personil Palang Merah Uganda diserang dan
terluka dalam rangka melaksanakan tugas
• 2001: Kantor PMI Bireuen, Aceh, menjadi target
penembakan
• 2003: Ambulans PMI ditembak saat tugas
• 2005: 1 Personil Palang Merah Hong kong diserang dan
terluka di NAD
Kesiapan merespon situasi Bencana dan konflik (Disaster
preparedness to Response) adalah kombinasi dari…
• Pelayanan :
– Pertolongan Pertama/Evakuasi
– Air/Penampungan (Shelter)
– Tracing
– Diseminasi
– Manajemen Bantuan Darurat (Relief
Management)
• Peralatan dan Sumber Daya
• Struktur Manajemen Bencana
• Elemen-elemen Safer Access
• Protap Tanggap Darurat Bencana PMI
SAFER ACCESS adalah kerangka kerja yang
disusun agar PMI dapat memiliki akses yang lebih
baik terhadap populasi yang terkena dampak
Bencana dan konflik dan dapat bekerja lebih aman
dalam situasi Bencana dan konflik.

Kerangka kerja tersebut terdiri dari pedoman bagi


organisasi dan individu agar lebih aman bekerja
dalam situasi Bencana dan konflik
 Memahami Bencana dan konflik yang terjadi
 Persamaan dan perbedaan bencana alam dan konflik dalam hal
pemberian respons
 Mengetahui siapa yang terkena dampak bencana dan konflik dan
bagaimana pengaruh hal itu terhadap bantuan kemanusiaan dan
perlindungan yang diberikan oleh PMI & Gerakan?
 Identifikasi dan assessment terhadap risiko-risiko yang muncul
dan pentingnya mencegah, menghindari atau mengurangi risiko-
risiko tersebut.
 Pentingnya analisa tentang dampak Bencana dan konflik dan
analisa tentang respons nasional dan internasional.
 Penerapan Prinsip-Prinsip Dasar.
Dasar Hukum & Kebijakan Gerakan
A. Konvensi Jenewa 1949
 melindungi anggota angkatan bersenjata yang luka
dan yang sakit dalam pertempuran di darat

 melindungi anggota angkatan bersenjata yang luka,


sakit dan mengalami kapal karam dalam pertempuran
di laut

 melindungi para tawanan perang

 melindungi penduduk sipil


B. Protokol Tambahan 1977

Protokol I :
memperkuat perlindungan kepada para korban konflik
bersenjata internasional

Protokol II:
memperkuat perlindungan kepada para korban konflik
bersenjata non-internasional
 UU No 59 tahun 1958 – keikutsertaan negara RI dalam
Konvensi-Konvensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949
 Keppres RI no 25 tahun 1950 – pengesahan dan pengakuan
Perhimpunan Nasional Palang Merah Indonesia
 Keppres RI no 246 tahun 1963 – tugas pokok dan kegiatan
PMI
 AD/ART Palang Merah Indonesia
 Garis-Garis Kebijakan Palang Merah Indonesia
PENERIMAAN THDP ORGANISASI

PENERIMAAN TERHADAP INDIVIDU


DAN TINGKAH LAKU PRIBADI
IDENTIFIKASI

KOMUNIKASI INTERNAL

KOMUNIKASI EKSTERNAL

TINDAKAN PERLINDUNGAN

PERATURAN KEAMANAN
 Peran dan mandat PMI harus diketahui dan diterima oleh
pihak-pihak terkait;
 Citra positif dan konsisten di mata semua pihak terkait;
 Hubungan yang baik dan kuat dengan pihak yang terkait
 Kemandirian
 PMI harus dipandang netral dan tidak berpihak oleh semua
pihak terkait;
 Lambang (Palang Merah) harus dihormati
Setiap anggota PMI dipandang berbeda-beda sesuai
dengan latar belakang masing-masing
Tingkah laku seseorang dapat berpengaruh terhadap
citra umum PMI dan Gerakan
Kenali keterbatasan pribadi anda
Perlu menjaga gaya hidup sehat dan memahami serta
mengendalikan stres
Penggunaan lambang Palang Merah hendaknya
diproteksi oleh suatu Hukum Nasional.
PMI harus mengetahui penggunaan lambang sebagai
tanda pengenal dan tanda perlindungan.
PMI hendaknya tahu pentingnya tanda pengenal
pribadi
Identitas Gerakan
 Dalam Gerakan Palang Merah, informasi hendaknya:
 cepat
 akurat
 terpercaya
 mengalir
 Dengan tujuan untuk:
 mengantisipasi kejadian dan membuat perencanaan
 mengurangi resiko yang dihadapi
 Untuk mencapai hal tsb, kita harus:
 Menjaga kerahasiaan
 Memiliki teknologi yang sesuai/tepat (telekomunikasi)
 Perlunya bertukar informasi
Komunikasi dengan pihak luar Gerakan Palang Merah
dapat membahayakan keamanan kita, sebab dapat
disalahgunakan untuk propaganda atau dapat
menimbulkan citra bahwa Gerakan adalah organisasi
yang memihak

Peraturan emas Palang Merah adalah menjaga


ketidak-memihakan
Peraturan harus ditandatangani oleh setiap anggota
Palang Merah.
Mempunyai suatu sistim untuk memastikan terlaksananya
peraturan tersebut.
Peraturan itu haruslah selalu diperbaharui sesuai dengan
perkembangan situasi.
Memilih tindakan perlindungan aktif atau pasif atau
kombinasi keduanya.
Manajemen stres
Asuransi
 Dengan akses yang lebih baik, PMI akan mendapatkan akses
yang lebih aman pula ke penerima bantuan
 PMI menjadi lebih kuat sehingga dapat menjangkau lebih
banyak orang dengan lebih efektif
 Lebih meningkatkan kemampuan profesional PMI

JUMLAH SUKARELAWAN DAN STAF PMI


YANG MENINGGAL DAN TERLUKA AKAN
BERKURANG !!!

Anda mungkin juga menyukai