17 Februari 1863:
Komite Internasional untuk
1864 dan seterusnya:
bantuan para tentara yang
Pendirian Perhimpunan- cedera
perhimpunan Nasional:
• Belgia
• Swiss Oktober 1863
BAN TUAN
D ISEMIN ASI
MEMULIH KAN
H UBUN GAN KUN JUN GAN
KELUARGA TAH AN AN
BANTUAN KEMANUSIAAN
MEMULIHKAN HUBUNGAN KELUARGA
KUNJUNGAN TAHANAN
DISEMINASI
Organisasi kemanusiaan terbesar di dunia
Berdiri tahun 1919
Beranggotakan 181 Perhimpunan Nasional
Lebih dari 60 delegasi di dunia
“Meningkatkan
derajat hidup
masyarakat
rentan dengan
memobilisasi
kekuatan
kemanusiaan”
Kesiap-
Tanggap
siagaan
Bencana
Bencana
Mempromosi
kan nilai
kemanusiaan
dan prinsip
Kesehatan
Pengembang
dan
an kapasitas
pelayanan
organisasi
masyarakat
Kesiap-
siagaan
bencana
Promosi Nilai
Kemanusiaan
dan Prinsip
Palang Merah
Kesamaan Kesatuan
Kenetralan Kesemestaan
Kemandirian
mencegah dan
meringankan
penderitaan manusia di
manapun hal itu
ditemukan
Memastikan
penghormatan terhadap
umat manusia
Melindungi hidup dan
kesehatan
Mempromosikan
perdamaian abadi di
antara semua bangsa
Ditujukan kepada
korban, orang per orang
Tidak diskriminasi
berkenaan dengan
kebangsaan, ras,
kepercayaan, golongan,
atau pandangan politik
Tindakan harus realistik,
cocok-tepat-pantas, dan
proporsional sesuai
dengan kebutuhan
Prioritas bantuan kepada
kasus yang paling
mendesak
Tidak melibatkan diri
dalam permusuhan dan
pertentangan-
pertentangan yang
bersifat politik, ras,
keagamaan atau masalah-
masalah ideologis
Sekalipun merupakan
bagian dari pelayanan
kemanusiaan dari
pemerintah dan tunduk
pada undang-undang,
harus senantiasa
mempertahankan
otonominya sehingga
dalam keadaan apapun
dapat bertindak sesuai
prinsip-prinsip Gerakan
Memberikan bantuan
atas dasar kesukarelaan,
tidak didorong dengan
cara apapun oleh
keinginan untuk
memperoleh
keuntungan tertentu
Hanya boleh ada satu
perhimpunan nasional
di suatu negara
Tidak ada diskriminasi
dalam perekrutan
anggota
Melaksanakan tugas
kemanusiaan di seluruh
wilayahnya
Semua perhimpunan
nasional mempunyai
status yang setara
Tanggung jawab dan
kewajiban yang sama
dalam membantu
satu sama lain,
meliputi seluruh
dunia
Semua ketentuan yang terdiri dari perjanjian dan kebiasaan
internasional ,dimaksudkan untuk mengatasi segala masalah
kemanusiaan yang timbul pada waktu pertikaian bersenjata
internasional maupun non-internasional.
Hukum tersebut membatasi, atas dasar kemanusiaan, hak-hak
dari pihak yang terlibat dalam pertikaian untuk menggunakan
beberapa senjata dan metode perang tertentu, serta memberikan
perlindungan kepada orang yang menjadi korban maupun harta
benda yang terkena akibat pertikaian bersenjata.
mencegah dan mengurangi korban perang,
kematian, penderitaan serta penghancuran
lingkungan dan harta benda milik pihak yang
tidak berkaitan dengan perang
untuk diketahui semua pihak yang terlibat dalam
pertikaian dan masyarakat umum agar memahami
hak-hak serta kewajibannya di masa pertikaian
bersenjata.
Hukum Jenewa Hukum Den Haag
Konvensi Jenewa Konvensi Konvensi Den Haag
Selama dan setelah Masa berlaku Selama permusuhan
pertempuran berlangsung
Non-peserta tempur Diterapkan untuk Peserta tempur
Melindungi korban Tujuan Mengatur hak dan
konflik bersenjata kewajiban peserta
tempur
Protokol Tambahan I & II tahun 1977:
Perlindungan dan bantuan untuk korban perang dan tata cara / metode
perang.
Konvensi I: tentang perbaikan
keadaan anggota angkatan perang yang luka dan sakit di
medan pertempuran darat
Konvensi II: tentang perbaikan
keadaan anggota angkatan perang di laut yang luka, sakit
dan korban karam
Konvensi III: tentang perlakuan
terhadap tawanan perang
Konvensi IV: tentang
perlindungan orang-orang sipil di waktu perang
Protokol Tambahan I: tentang pertikaian bersenjata
internasional
Protokol Tambahan II: tentang pertikaian bersenjata
non-internasional
Distinction: prinsip pembedaan antara kombatan dan
non-kombatan
Necessity: perlunya menjaga keseimbangan antara
kepentingan kemanusiaan di satu pihak dengan kebutuhan
militer dan keamanan di pihak lain
Unnecessary suffering (penderitaan yang tidak perlu):
tidak diperbolehkan mengakibatkan penderitaan dan
kehancuran secara melampaui batas dan tidak seimbang
dengan tujuan yang hendak dicapai
Proportionality: keseimbangan antara dua kepentingan
yang berbeda, kepentingan yang berdasarkan
pertimbangan atas kebutuhan militer, dan yang lainnya
berdasarkan tuntutan kemanusiaan
Kombatan: Orang sipil:
Hak: ikut serta dalam Hak: mendapat
peperangan dan apabila perlindungan terhadap
diri, penghormatan atas
tertangkap musuh berhak
hak-hak keluarga,
diperlakukan sebagai keyakinan dan keagamaan
tawanan perang serta adat istiadatnya
Kewajiban: harus Menjauhkan diri dari
mematuhi aturan perang segala tindakan yang bisa
dan melindungi penduduk membawa dirinya ke
sipil dalam kancah pertikaian
bersenjata
1. Anggota angkatan bersenjata yang tidak dapat
bertempur lagi atau yang tidak ambil bagian aktif dalam
permusuhan harus dilindungi dan diperlakukan secara
manusiawi dalam segala keadaan
2. Dilarang membunuh atau melukai pihak musuh yang
menyerah atau yang tidak turut serta lagi dalam
pertikaian
3. Orang yang cedera dan sakit harus dikumpulkan dan
dirawat oleh pihak yang berkuasa. Petugas kesehatan,
kesatuan medis dan peralatan, serta pengangkutan yang
digunakan untuk kepentingan korban pertikaia
bersenjata harus dilindungi pula. Lambang Palang Merah
atau Bulan Sabit Merah merupakan tanda pelindung
yang mutlak dihormati
4. Peserta tempur yang ditahan serta orang sipil yang
berada di bawah kekuasaan pihak musuh harus
dilindungi terhadap setiap kekerasan dan tindakan balas
dendam. Mereka berhak atas penghormatan martabat,
integritas fisik maupun moral, keyakinannya dan mereka
boleh berhubungan dengan pihak keluarga masing-
masing melalui surat-menyurat.
5. Setiap orang berhak atas jaminan peradilan dan harus
mendapat pengadilan yang sah. Tidak seorangpun dapat
dianggap salah untuk suatu perlakuan yang tidak dia
lakukan. Penyiksaan secara fisik maupun mental serta
perlakuan kejam atau yang merendahkan martabat
manusia dilarang.
6. Para pihak yang terlibat dalam pertikaian bersenjata
dilarang menggunakan persenjataan dan metode
perang yang mungkin mengakibatkan kehancuran atau
kehilangan yang tidak perlu terjadi atau penderitaan
yang bersifat berlebihan.
7. Serangan hanya boleh diarahkan pada sasaran militer.
HPI dan hukum HAM saling melengkapi. Keduanya
bermaksud untuk melindungi manusia, walaupun
dalam situasi dan cara yang berbeda.
HPI Hukum HAM
Berlaku dalam situasi konflik Sebagian besar melindungi
bersenjata orang di segala situasi, damai
maupun perang
Tujuannya melindungi korban
Bertujuan melindungi individu
dengan berusaha dan mendorong
meminimalisasi penderitaan perkembangannya
yang ditimbulkan oleh konflik Intinya ingin mencegah
Kepedulian utamanya tentang perlakuan semena-mena oleh
perlakuan terhadap orang yang Negara dengan cara membatasi
jatuh ketangan lawan, dan kekuasaan Negara terhadap
tentang metode perang individu.
Tidak bertujuan mengatur cara-
cara operasi militer
Etika dan Aturan Main
Antara Badan Kemanusiaan Internasional
Dalam Kegiatan Bantuan Kemanusiaan
• Hasil Kesepakatan antara 7(tujuh) Badan Kemanusiaan Internasional
besar, yaitu : ICRC, IFRC, Caritas International, International Save the
Children, Lutheran World Federation, Oxfam dan World Council of
Churches;
• Kesepakatan tersebut berupa ketentuan dasar yang mengatur
standardisasi Perilaku Badan Kemanusiaan Internasional serta Pekerja
Kemanusiaan untuk menjamin Independensi dan Efektifitas dalam
penyelenggaraan kegiatan kemanusiaan;
• Code of Conduct ini diadopsi oleh Federasi melalui General Assembly
and The Council of Delegates (Birmingham, 1993) dan International
Conference (Geneva, 1995);
Terdiri dari 10(sepuluh) Prinsip Dasar
berkenaan dengan Humanitarian Relief
Operation serta 3(tiga) Annex yang
mengatur hubungan antara
Badan/Organisasi Kemanusiaan dengan
Pemerintah Setempat, Negara Donor dan
Organisasi Antar Negara;
Protokol I :
memperkuat perlindungan kepada para korban konflik
bersenjata internasional
Protokol II:
memperkuat perlindungan kepada para korban konflik
bersenjata non-internasional
UU No 59 tahun 1958 – keikutsertaan negara RI dalam
Konvensi-Konvensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949
Keppres RI no 25 tahun 1950 – pengesahan dan pengakuan
Perhimpunan Nasional Palang Merah Indonesia
Keppres RI no 246 tahun 1963 – tugas pokok dan kegiatan
PMI
AD/ART Palang Merah Indonesia
Garis-Garis Kebijakan Palang Merah Indonesia
PENERIMAAN THDP ORGANISASI
KOMUNIKASI INTERNAL
KOMUNIKASI EKSTERNAL
TINDAKAN PERLINDUNGAN
PERATURAN KEAMANAN
Peran dan mandat PMI harus diketahui dan diterima oleh
pihak-pihak terkait;
Citra positif dan konsisten di mata semua pihak terkait;
Hubungan yang baik dan kuat dengan pihak yang terkait
Kemandirian
PMI harus dipandang netral dan tidak berpihak oleh semua
pihak terkait;
Lambang (Palang Merah) harus dihormati
Setiap anggota PMI dipandang berbeda-beda sesuai
dengan latar belakang masing-masing
Tingkah laku seseorang dapat berpengaruh terhadap
citra umum PMI dan Gerakan
Kenali keterbatasan pribadi anda
Perlu menjaga gaya hidup sehat dan memahami serta
mengendalikan stres
Penggunaan lambang Palang Merah hendaknya
diproteksi oleh suatu Hukum Nasional.
PMI harus mengetahui penggunaan lambang sebagai
tanda pengenal dan tanda perlindungan.
PMI hendaknya tahu pentingnya tanda pengenal
pribadi
Identitas Gerakan
Dalam Gerakan Palang Merah, informasi hendaknya:
cepat
akurat
terpercaya
mengalir
Dengan tujuan untuk:
mengantisipasi kejadian dan membuat perencanaan
mengurangi resiko yang dihadapi
Untuk mencapai hal tsb, kita harus:
Menjaga kerahasiaan
Memiliki teknologi yang sesuai/tepat (telekomunikasi)
Perlunya bertukar informasi
Komunikasi dengan pihak luar Gerakan Palang Merah
dapat membahayakan keamanan kita, sebab dapat
disalahgunakan untuk propaganda atau dapat
menimbulkan citra bahwa Gerakan adalah organisasi
yang memihak