Anda di halaman 1dari 18

HARI PALANG MERAH SEDUNIA 8 MEI 2016

Agent for Humanity


Oleh HPS ISMKI Wilayah 1

Suatu perhimpunan yang anggotanya memberikan pertolongan secara sukarela kepada


setiap manusia yang sedang menderita tanpa membeda bedakan bangsa, golongan, agama
dan politik.
Gerakan Palang Merah, dan Bulan Sabit Merah Internasional merupakan kumpulan
dari organisasi kemanusiaan terbesar di dunia, seringkali dikenal sebagai Palang Merah.
Gerakan ini terdiri dari:

Komite Internasional Palang Merah (International Committee of the Red Cross,


ICRC), sebuah komite yang berpusat di Jenewa, Swiss, yang memiliki kewajiban
khusus di bawah hukum perikemanusiaan/humaniter internasional
Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
(International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies, IFRC), yang
merupakan badan keanggotaan dari perhimpunan Palang Merah, dan Bulan Sabit
Merah nasional dari setiap negara yang didirikan untuk mengkoordinasi aksi bantuan
internasional, dan mempromosikan aktivitas kemanusiaan internasional.
Gerakan Palang Merah sekarang ini memiliki lebih dari 115 juta sukarelawan.

Sejarah

Ide palang merah lahir pada tahun 1859, ketika Henry Dunant, seorang pemuda
Swiss, ketika pertempuran berdarah di Solferino, Italia, antara tentara kekaisaran Austria dan

aliansi Franco-Sardinia. Sekitar 40.000 orang terbaring mati atau sekarat di medan perang
dan terluka yang kurang perhatian medis.
Dunant mengajak masyarakat setempat untuk mengikat luka para prajurit 'dan untuk
memberi makan dan menghibur mereka. Setelah kembali, ia menyerukan penciptaan
masyarakat nasional untuk membantu mereka yang terluka dalam perang, dan menunjuk jalan
menuju Konvensi Jenewa masa depan.
Palang Merah lahir pada tahun 1863 ketika lima orang Jenewa, Jendral Dufour, Dr.
Theodore Maunoir, Dr. Louis Appia, Gustave Moynier, dan Dunant,
terbentuknya Komite

Internasional

Palang

Merah

(KIPM)

yang

merintis
kemudian

menjadi Internasional Committee of the Red Cross (ICRC). Pada tanggal 22 agustus 1864
atas prakarsa ICRC, pemerintah Swiss menyelenggarakan suatu konferensi yang diikuti oleh
12 kepala negara yang menandatangani perjanjian Internasional yang dikenal dengan
Konvensi Jenewa 1 yang berisi:

Tentara yang terluka atau sakit harus diobati.


Sebagai penghargaan terhadap negara Swiss, maka lambang perlindungan
menggunakan tanda Palang Merah di atas dasar putih, yang terjadi dengan
mempertukarkan warna warna federal. Lambang ini hendaknya dipakai untuk
Rumah Sakit, Ambulans dan para petugas penolong dimedan perang/konflik
bersenjata.

Jean-Henry Dunant

Karena tanda Palang Merah diasumsikan mempunyai arti khusus, maka pada tahun
1876 simbol bulan sabit merah disahkan untuk digunakan oleh Negara-negara Islam. Kedua
symbol tersebut memiliki arti dan nilai yang sama.
Konferensi Internasional Palang Merah yang diselenggarakan 4 tahun sekali dan
dihadiri oleh ICRC, Federasi, Perhimpunan Nasional dan Pemerintah peserta peratifikasi
Konvensi Jenewa tahun 1949. Pertemuan itu membahas persoalan persoalan umum dan
menampung usul usul serta resolusi di samping mengambil keputusan. Para peserta
konferensi memilih anggota Standing Commission (Komisi Tetap) yang bersidang pada
waktu diantara dua konferensi Internasional.
Dengan berakhirnya Perang Dunia I, berbagai epidemi penyakit berjangkit bencana
kelaparan menjalar. Melihat kenyataan itu, Henry P. Davidson warga negara Amerika,
merasa perlu mendirikan suatu organisasi yang menangani masalah bantuan tersebut.
Organisasi ini resmi didirikan pada tanggal 5 Mei 1919 dalam suatu Konferensi Kesehatan
Internasional di Cannas Perancis.

Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) didirikan pada
tahun 1919 di Paris pada masa setelah Perang Dunia I. Perang telah menunjukkan perlunya
kerjasama yang erat antara Masyarakat Palang Merah, melalui kegiatan kemanusiaan mereka
atas nama tawanan perang dan kombatan, telah menarik jutaan relawan dan membangun
sebuah tubuh besar keahlian. Sebuah Eropa hancur tidak mampu kehilangan sumber daya
tersebut.
Henry Davison, presiden Komite Perang Palang Merah Amerika, yang mengusulkan
pembentukan sebuah federasi dari Perhimpunan Nasional ini. Sebuah konferensi medis
internasional yang diprakarsai oleh Davison mengakibatkan lahirnya Liga Masyarakat Palang
Merah, yang berganti nama pada Oktober 1983 ke Liga Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah, dan kemudian pada November 1991 untuk menjadi Federasi Internasional Palang
Merah dan Bulan Sabit merah.

Tujuan pertama dari IFRC adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di


negara-negara yang telah sangat menderita selama empat tahun perang. Tujuannya adalah
"untuk memperkuat dan bersatu, untuk kegiatan kesehatan, sudah ada Palang Merah
Masyarakat dan mendorong terciptanya Masyarakat baru"

Keorganisasian
Sekretariat bertanggung jawab untuk menjalankan sehari-hari dari IFRC, sedangkan
keputusan tentang arah dan kebijakan yang dibuat oleh badan pemerintah. Badan-badan ini
menentukan kerangka tujuan, kebijakan, tujuan dan program, dan menyediakan mekanisme
untuk akuntabilitas dan kepatuhan.
Majelis Umum adalah tempat pengambilan keputusan tertinggi dari IFRC. Hal ini
dilakukan setiap dua tahun dan terdiri dari wakil-wakil dari semua anggota Perhimpunan
Nasional.
Dewan Pimpinan bertindak antara majelis umum, pertemuan dua kali setahun dengan
otoritas untuk membuat keputusan tertentu. Dewan ini terdiri dari Presiden dan Wakil
Presiden, wakil IFRC dari Societies anggota terpilih, Ketua Komisi Keuangan dan Ketua
Komisi Pemuda. IFRC memiliki empat konstitusional komisi / panitia: Komisi Keuangan,
Komisi Pemuda, Komite Kepatuhan & Mediasi dan Komite Pemilihan.
Dewan Pimpinan IFRC saat ini dipimpin oleh Presiden, Mr. Tadateru Konoe yang
berasal dari negeri sakura, Jepang. Dan Presiden Komite Internasional Palang Merah (ICRC)
adalah Mr. Peter Maurer.

Mandat
Pernyataan misi resmi ICRC dan IFRC secara garis besar yaitu sama, berbunyi: Komite
Internasional Palang Merah (ICRC) adalah organisasi yang tidak memihak, netral, dan
mandiri, yang misinya semata-mata bersifat kemanusiaan, yaitu untuk melindungi kehidupan
dan martabat para korban konflik bersenjata dan situasi-situasi kekerasan lain dan memberi

mereka bantuan. Tugas utama bersumber pada Konvensi Jenewa dan Statuta Gerakan, di
mana dikatakan bahwa tugas ICRC dan IFRC antara lain:

Memantau kepatuhan para pihak yang bertikai kepada Konvensi Jenewa

Mengorganisir perawatan terhadap korban luka di medan perang

Mengawasi perlakuan terhadap tawanan perang (Prisoners of War POW) dan


melakukan intervensi yang bersifat konfidensial dengan pihak berwenang yang
melakukan penahanan.

Membantu pencarian orang hilang dalam konflik bersenjata (layanan pencarian)

Mengorganisir perlindungan dan perawatan penduduk sipil

Bertindak sebagai perantara netral antara para pihak yang berperang

Mengurangi jumlah kematian, luka-luka dan dampak dari bencana.

Mengurangi jumlah kematian, penyakit dan dampak dari penyakit dan keadaan
darurat kesehatan masyarakat.

Meningkatkan masyarakat setempat, masyarakat sipil dan Palang Merah Bulan Sabit
Merah kapasitas untuk mengatasi situasi yang paling mendesak kerentanan.

Promosikan menghargai keberagaman dan martabat manusia, dan mengurangi


intoleransi,diskriminasi dan pengucilan sosial.

Status Hukum
ICRC adalah satu-satunya institusi yang disebut secara eksplisit menurut Hukum
Humaniter Internasional (HHI) sebagai otoritas pengawas. Mandat hukum ICRC bersumber
pada empat Konvensi Jenewa 1949, serta Statuta Gerakan. ICRC juga menjalankan tugastugas yang tidak secara khusus diamanatkan oleh hukum, seperti mengunjungi tahanan politik
di luar konflik dan memberikan bantuan kemanusiaan dalam bencana alam.
ICRC adalah asosiasi swasta yang terdaftar di Swiss dan mendapat hak-hak istimewa
dan kekebalan hukum di wilayah Swiss selama bertahun-tahun. Hak-hak istimewa itu
dikatakan mendekati kedaulatan de facto. Pada tanggal 19 Maret 1993, landasan hukum
perlakuan khusus untuk ICRC ditetapkan melalui perjanjian resmi antara Pemerintah Swiss
dan ICRC. Perjanjian ini melindungi "kesucian" (sanctity).

Lambang

Lambang diakui oleh Konvensi Jenewa tahun 1949 adalah palang merah, bulan sabit
merah dan singa merah dan matahari. Karena Konvensi dan aturan Gerakan Internasional,
Perhimpunan Nasional harus menggunakan salah satu dari lambang tersebut untuk diakui
sebagai anggota Gerakan.

Ini adalah logo resmi dan sah yang akan kita gunakan dalam keadaan tertentu ketika
ICRC, Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dan National Societies
berkomunikasi atau mengumpulkan dana bersama untuk darurat kemanusiaan, tema atau
kampanye kepedulian global.
Konferensi diplomatik yang diadakan di Jenewa pada tahun 1864 mengadopsi tanda
berupa palang merah di atas dasar putih, yang merupakan kebalikan dari bendera Swiss.
Namun, dalam perang Rusia-Turki 1876-1878, Kekaisaran Ottoman menyatakan akan
menggunakan tanda berupa bulan sabit merah, bukan palang merah, sebagai lambangnya dan
akan tetap menghormati lambang palang merah yang digunakan oleh pihak musuh. Lambang
palang merah dan bulan sabit merah berhak memperoleh penghormatan sepenuhnya
berdasarkan hukum internasional. Gagasan memunculkan lambang baru bagi semua
perhimpunan negara sangat didukung oleh Gerakan dan kemudian terwujud pada bulan
Desember 2005, yaitu ketika sebuah konferensi diplomatik memutuskan untuk mengakui

kristal merah sebagai tanda pembeda bersama-sama dengan palang merah dan bulan sabit
merah.

Prinsip
Semua kegiatan kemanusiaan dilandasi oleh 7 prinsip dasar Gerakan Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah Internasional. Ketujuh prinsip ini disahkan dalam Konferensi
Internasional Palang Merah ke XX di Wina tahun 1965. Ketujuh prinsip ini juga disahkan
dalam Munas XIV Palang Merah Indonesia di Jakarta pada tahun 1986.
Kemanusiaan (Humanity). Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional didirikan berdasarkan keinginan memberikan pertolongan tanpa membedakan
korban terluka di dalam pertempuran, berupaya dalam kemampuan bangsa dan antar bangsa,
mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia.Palang Merah menumbuhkan saling
pengertian, kerjasama dan perdamaian abadi bagi sesama manusia.
Kesamaan (Impartiality). Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar
kebangsaan, kesukuan, agama/kepercayaan tingkatan atau pandangan politik. Tujuannya
semata mata mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan
mendahulukan keadaan yang paling parah.
Kenetralan (Neutrality). Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak,
gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan,
agama atau idiologi.
Kemandirian (Independence). Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan Nasional
disamping membantu pemerintahannya dalam bidang kemanusiaan, juga harus mentaati
peraturan negaranya, harus selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sesuai
dengan prinsip prinsip gerakan ini.
Kesukarelaan (Voluntary Service). Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan
sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apapun.

Kesatuan (Unity). Didalam suatu negara hanya ada satu Perhimpunan Palang Merah
atau Bulan Sabit Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas
kemanusiaan di seluruh wilayah.
Kesemestaan (Universality). Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional adalah bersifat semesta. Setiap perhimpunan mempunyai hak dan tanggung
jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.

Gerakan dan Kegiatan


Kegiatan ICRC terbagi dalam empat kategori, yakni perlindungan (protection),
bantuan (assistance), pencegahan (prevention) dan kerjasama (cooperation).
Perlindungan. ICRC berusaha untuk melindungi manusia dalam situasi konflik atau
kekerasan bersenjata, dan untuk dapat melakukan hal ini, ICRC harus terus berada di dekat
para korban dan menjalin dialog secara konfidensial dengan pihak-pihak yang terlibat.
Kegiatan kunjungan ke tempat-tempat penahanan dan pemulihan kembali hubungan keluarga.
Bantuan. Krisis kemanusiaan sering kali terjadi secara bersamaan dengan, atau
menjadi penyebab tidak langsung bagi, krisis-krisis lain seperti kelaparan, wabah penyakit,
dan kekacauan ekonomi. Dalam kondisi seperti itu, ICRC memberikan bantuan yang
dibutuhkan. Walaupun demikian, ICRC selalu berusaha untuk tetap terarah pada tujuan
utamanya, yaitu memulihkan kemampuan orang untuk mencukupi kebutuhannya sendiri atau
mandiri.
Pencegahan. Kegiatan ICRC yang bersifat preventif dirancang untuk membatasi efek
buruk dari konflik dan menjaga agar efek-efek semacam itu sekecil mungkin. Semangat yang
sesungguhnya dari Hukum Humaniter Internasional ialah agar penggunaan kekuatan
dilakukan secara terkendali dan secara proporsional dengan tujuannya.
Kerjasama. Tujuan kegiatan kerja sama ICRC adalah untuk meningkatkan
kemampuan Perhimpunan-perhimpunan Nasional memenuhi tanggung jawab mereka sebagai
lembaga Palang Merah atau Bulan Sabit Merah dalam memberikan pelayanan kemanusiaan
di negara masing-masing. ICRC terutama membantu dan mendukung Perhimpunan-

perhimpunan Nasional dalam kegiatan mereka untuk memberikan bantuan kepada para
korban konflik dan ketegangan dalam negeri (kesiapan dan tanggapan).

Fakta-fakta kunci Masyarakat Nasional

Dari tahun 2004 hingga 2011, 160 juta orang didukung oleh 600.000 Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah relawan dalam operasi tanggap bencana.

190 Perhimpunan Nasional Gerakan mewakili lebih dari 13 juta relawan yang
aktif.Sekitar setengah relawan muda.Selain itu, sekitar 50 persen dari relawan
Gerakan adalah perempuan.

Di seluruh dunia, Perhimpunan Nasional mempekerjakan sekitar 300.000 orang.

Program dan layanan Masyarakat Nasional mengatasi kebutuhan jangka panjang,


meliputi: respon darurat kesiapsiagaan bencana kesehatan dan perawatan berbasis
masyarakat, pelatihan pertolongan pertama dan kegiatan memulihkan kontak keluarga
untuk korban bencana.

Sumber
Anonim. 2016. Diakses dari http://Academia.edu/palang-merah-international/ tanggal 7 Mei
2016.
Anonim. 2013. Diakses dari http://fok4l.wordpress.com/sejarah-palang-merah-internasional/
tanggal 7 Mei 2016.
Enggal, Paulus. 2016. Palang Merah membantu masyarakat rawan banjir melalui
pendekatan tradisional dan modern. Diakses dari http://www.ifrc.org/ tanggal 7 Mei
2016.
IFRC. International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies. Diakses dari
http://www.ifrc.org/ tanggal 7 Mei 2016.
Saltbones, Olav. 2006. International Committee of the Red Cross. Geneva: ICRC. Diakses
dari
https://www.icrc.org/en/document/world-red-cross-red-crescent-day-2016statement/ tanggal 7 Mei 2016.

Isu terbaru kesehatan tentang Palang Merah (HOT NEWS)

Palang Merah Dunia dan Bulan Sabit Merah Hari: Pernyataan dari Presiden
(6 Mei 2016)

Pernyataan Mr Tadateru Konoe, presiden Federasi Internasional Palang Merah dan


Bulan Sabit Merah (IFRC) dan Mr Peter Maurer, presiden Komite Internasional Palang
Merah (ICRC).
Palang Merah Dunia dan Bulan Sabit Merah Day, 8 Mei adalah kesempatan untuk
merayakan keberanian dan prestasi dari 17 juta relawan dan hampir setengah juta anggota
staf yang memastikan bahwa kami menjaga komitmen kami untuk kemanusiaan setiap hari
berada di sana sebelum, selama , dan setelah bencana, krisis kesehatan atau konflik. Kami
adalah lokal dan internasional, independen dan tidak memihak, dan kami di mana-mana
untuk semua orang.
Ketika menjabat sebagai presiden dari Komite Internasional Palang Merah (ICRC)
dan Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), kami telah memiliki
hak istimewa untuk melihat kekuatan dan keragaman tangan pertama Gerakan kami, dan
belajar apa "di mana-mana untuk semua orang" berarti ICRC, IFRC dan Palang Merah
Nasional kita 190 dan Bulan Sabit Merah karena mereka memastikan bahwa imperatif
kemanusiaan terus datang pertama.
Di Tuvalu, yang di mana-mana untuk semua orang berarti bahwa 11 orang yang
tinggal di pulau kecil Papaeliese - salah satu komunitas terkecil dan paling terpencil di dunia
- dilatih dan didukung dalam kesiapsiagaan bencana dengan Palang Merah Tuvalu, dan dapat
menerima siklon dan tsunami pesan peringatan pada ponsel mereka.
Ini berarti tinggal untuk mendukung orang yang membutuhkan, bahkan ketika banyak
orang lain yang melarikan diri. Ketika menakutkan wabah Afrika Barat Ebola
menghancurkan kehidupan dan masyarakat yang dilanda di Sierra Leone, Guinea dan Liberia,
relawan Palang Merah merupakan yang pertama untuk menanggapi terlepas dari risiko yang

mengerikan. Salah satu relawan ditanya mengapa mereka tinggal dan menjawab, "Jika kita
sebagai Palang Merah tidak melakukannya, siapa lagi?"
Ini berarti bahwa orang yang melarikan diri dari rumah mereka untuk melarikan diri
perang, penganiayaan atau bencana dapat tetap berhubungan dengan anggota keluarga atau
jejak kerabat yang hilang melalui Gerakan Memulihkan Keluarga global yang Links jaringan.
Di Suriah, yang di mana-mana untuk semua orang berarti risiko cedera atau kematian
untuk menyediakan bantuan kemanusiaan paling mendesak untuk orang membutuhkan. Sejak
konflik dimulai lebih dari lima tahun yang lalu, 53 Syrian Arab Red Crescent dan delapan
relawan Palestina Red Crescent dan staf telah tewas sambil memberikan layanan dasar seperti
makanan, air, selimut atau perawatan medis.
Dalam dunia yang kompleks dan semakin rentan - salah satu yang terganggu oleh
krisis kesehatan, konflik berlarut-larut, migrasi dan perpindahan, peningkatan jumlah bencana
alam terkait dengan perubahan iklim, dan ancaman lanjutan dari risiko nuklir dan teknologi menjadi mana-mana untuk semua orang tumbuh sebuah tantangan. Setiap tahun, kita sudah
mencapai jutaan orang dengan kegiatan tanggap bencana dan program pembangunan dan
ketahanan pembangunan, serta dalam situasi konflik bersenjata. Tapi seperti kerentanan
meningkat, sehingga kebutuhan kemanusiaan akan.
Untuk terus di mana-mana untuk semua orang kita harus menggunakan jaringan
global kami untuk memperkuat kapasitas lokal. Jadi hari ini, sementara kita merayakan
Gerakan kami dan staf dan relawan berani dan berdedikasi, kami juga akan merenungkan
bagaimana kita dapat bekerja dengan individu, masyarakat dan pemerintah untuk mendukung
orang-orang terbaik yang membutuhkan kita, mengurangi risiko dan membangun ketahanan,
dan meningkatkan pelayanan dan akuntabilitas kami.
Kami akan berusaha untuk meningkatkan akses ke perawatan kesehatan dan tindakan
untuk mencegah penyakit tidak menular; integrasi pengurangan risiko bencana ke dalam
strategi perubahan iklim; penguatan kerangka hukum dan penghormatan yang lebih besar
bagi hukum humaniter internasional; akses kemanusiaan yang aman dan tanpa hambatan
kepada orang-orang yang terkena dampak konflik; dan investasi di kepemimpinan pemuda.
Dan akhir bulan ini, pada KTT Kemanusiaan Dunia di Istanbul, kami akan
menegaskan kembali komitmen kami untuk kemanusiaan dengan menaikkan suara global

kami dalam mengejar lebih aman, dunia yang damai dan lebih tangguh, dan menggarisbawahi
peran unik Gerakan kami dalam mendukung mereka yang membutuhkan.

Palang Merah membantu masyarakat rawan banjir melalui pendekatan tradisional dan
modern
(29 April 2016 14:51)

Misnawati Dewi, 45, hanya bisa menatap shock dari lantai dua rumahnya di Jakarta
Timur karena banjir menggenangi permukaan tanah. Situasi adalah pengingat suram dari
banjir yang melanda Jakarta pada tahun 2007, ketika dia hampir kehilangan putra sulungnya
yang terbawa banjir.

"Banjir telah menjadi bagian dari kehidupan kita di sini, karena kami menetap di
Jakarta 25 tahun yang lalu," katanya."Biasanya, jika hujan mulai turun di pagi hari dan terus
untuk waktu yang lama kita akan mulai memindahkan barang-barang berharga kami ke lantai
dua."
Banjir dipicu ketika tanggul Kali Cipinang runtuh karena hujan lebat yang sedang
berlangsung pada pertengahan April. Bencana ini juga dipengaruhi Kota Bekasi, Bogor dan
Karawang, dengan tingkat air naik setinggi 300 sentimeter di beberapa daerah. Penilaian awal
oleh tim Tanggap Darurat Palang Merah Indonesia Society (Palang Merah Indonesia)
mengungkapkan bahwa setidaknya 4.300 rumah terendam selama banjir, menggusur 2.200
orang. Kegiatan di ratusan fasilitas umum termasuk sekolah dan pusat kesehatan terganggu
oleh banjir.

Pada puncak darurat, Palang Merah mengerahkan 4 unit ambulans, 4 perahu karet dan
21 personil untuk membantu mengevakuasi para korban. Staf Palang Merah dan relawan
membagikan makanan untuk 2.100 orang berkoordinasi dengan pemerintah daerah,
sementara kantor masyarakat nasional di Jakarta dimobilisasi terpal, selimut, perlengkapan
kebersihan dan bayi kit untuk mendukung operasi darurat.
"Palang Merah di Kabupaten Bekasi sudah melakukan persiapan sebelum musim
hujan mulai," jelas Ilham Nurahman, sebuah logistician di markas Palang Merah
Indonesia."Saat hujan intens berlangsung selama lebih dari dua jam, kami segera
mengirimkan tim penilaian dan ambulans untuk daerah rawan banjir."

Menyadari tantangan yang dihadapi oleh masyarakat ini, Palang Merah Indonesia,
bersama-sama dengan Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC)
dan didukung oleh Zurich Insurance Group, sedang melaksanakan program Community
Banjir Ketahanan di sekitarnya sungai-sungai Ciliwung, Citarum dan Bengawan Solo.
Program ini melibatkan 21 komunitas di tujuh wilayah dan 4 provinsi. Hal ini bertujuan
untuk mengembangkan solusi yang lebih efektif untuk mengurangi risiko bencana dan
membangun ketahanan masyarakat. Salah satu solusi ini adalah pembentukan anggota Tim
Action Berbasis Komunitas dalam setiap daerah rawan bencana.
"Para anggota Tim Action Berbasis Komunitas berasal dari berbagai latar belakang
dan juga termasuk pemuda dan wanita," kata Surendra Kumar Regni, Delegasi Pengurangan
Risiko Bencana IFRC di Indonesia. "Mereka akan menerima berbagai pelatihan, seperti
bagaimana melakukan penilaian setelah bencana dan bagaimana membuat rencana

kontingensi, diikuti oleh simulasi bencana dengan Palang Merah." Masyarakat juga didorong
untuk menanam pohon-pohon palem dan mangrove untuk memperkuat tepi sungai dan
mencegah erosi tanah, serta mendaur ulang sampah mereka menjadi barang berharga seperti
tikar plastik dan tas anyaman.
Suparno, anggota berusia 62 tahun dari Action Team Berbasis Komunitas dari
Gedhong Village, mengatakan bahwa banjir terburuk terjadi di Jawa Tengah melanda pada
tahun 1966 dan 2007, ketika air sungai Keduang meluap. "Orang-orang melarikan diri selama
tiga hari," katanya. "Itu sebabnya saya ingin menjadi bagian dari tim ini dan membantu
komunitas saya mempersiapkan diri untuk bencana, terutama banjir."
Proyek ini tidak hanya berfokus pada bencana, tetapi pada rehabilitasi lingkungan,
pengelolaan limbah yang tepat, dan penggunaan teknologi untuk memperingatkan masyarakat
tentang bencana yang akan datang.
A Mobile App, Dini Banjir Peringatan Dini Sistem Action (FEWEAS), diluncurkan
awal Maret tahun ini melalui kolaborasi antara Palang Merah Indonesia, IFRC, Bandung
Institute of Technology dan perusahaan swasta. "aplikasi ini memberikan peringatan banjir,
informasi tentang situasi banjir saat ini di dalam negeri dan dapat diakses menggunakan
smartphone," kata Dr Armi Susandi, pemimpin tim untuk pengembangan aplikasi FEWEAS.

Anggota Tim Action Berbasis Komunitas dapat menggunakan informasi yang mereka
terima dari App untuk menginformasikan kepada orang lain ketika datang situasi banjir.
Mereka juga dapat meng-upload foto, video atau informasi yang relevan ke dalam App itu

sendiri, untuk berbagi dengan orang lain. Palang Merah menggunakan App untuk memantau
tingkat air dan curah hujan.
Upaya oleh Palang Merah untuk memperkuat ketahanan masyarakat telah dipuji dan
disambut oleh pemerintah Kota Surakarta. Dalam sambutan tertulisnya, Walikota Surakarta
mengatakan bahwa kerentanan bencana yang dihadapi oleh kota harus dikelola dengan
kolaborasi dan inovasi, yang akan menguntungkan masyarakat yang tinggal di dekat lembah
sungai Bengawan Solo.
Oleh Paulus Enggal, IFRC Indonesia

Bulan Sabit Merah Palestina Bersedia Menolong Korban Kaum Yahudi


(18 Januari 2016)

JERUSALEM, KOMPAS.com Komite Internasional Palang Merah, menyatakan


bahwa berdasarkan hasil penyelidikan internal, staf tim Bulan Sabit Merah Palestina tidak
menolak untuk merawat korban dari Yahudi.
Pernyataan itu menyusul adanya tuduhan bahwa tim Bulan Sabit Merah Palestina
(PRCS) tidak bersedia merawat dua warga Yahudi yang menjadi korban penembakan
sehingga keduanya tewas.
Pada 13 November 2015 lalu, seorang wanita Yahudi mengaku bahwa tim medis dari
PRCS menolak merawat suami dan anaknya setelah mereka ditembak di dekat sebuah
permukiman di bagian selatan Tepi Barat.
Akhirnya, korban yang bernama Ya'koov Litman dan anaknya, Netanyel, tewas.
Berita ini kemudian menyebar luas di media Israel, dan menuding bahwa tim PRCS tidak
bersikap netral.
Duta besar Israel untuk PBB, Danny Danon, menyerukan agar Sekretaris Jenderal
PBB Ban Ki-moon secara terbuka mengecam organisasi tersebut.
Namun, setelah diselidiki oleh Palang Merah Internasional (ICRC), tim dari PRCS
tidak bisa menawarkan bantuan apa pun karena kedua korban sudah tewas.
"Dua orang dari tim medis darurat dari PRCS yang merespons panggilan darurat
adalah tim yang pertama tiba di lokasi kejadian," kata Kepala ICRC Jacques de Maio dalam
penyataannya.
"Tak ada satu pun dari korban yang memerlukan bantuan medis darurat, dan tragisnya
tidak ada lagi yang bisa dilakukan tim PRCS kepada mereka yang telah ditembak dan
dibunuh," lanjut Maio.
Setelah tim medis Israel tiba, dia melanjutkan, tim PRCS kemudian meninggalkan
lokasi kejadian.

Peran Mahasiswa
Peran Mahasiswa dan pemuda sebagai agen perubahan dalam memperingati Hari
Palang Merah Sedunia ini yaitu sebagai generasi muda yang dapat memberikan pencerahan
bagi sesama. Jadi bukan hanya jika ada bencana saja generasi muda bergerak, misalnya
seperti banjir, gunung meletus, gempa bumi, dan sebagainya tetapi juga memberi pencerahan
bagi masyarakat agar tidak terlibat kekerasan.
Mahasiswa dan pemuda diharapkan agar mampu berlaku sesuai dengan prinsipprinsip Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Generasi Muda memegang
peranan besar dalam kemajuan dunia. Mereka memiliki jiwa kepemimpinan, tulang
punggung, bekerja dengan ikhlas dan sukarela untuk kesehatan bangsa, meningkatkan
semangat

tolong menolong dan dapat bekerjasama dalam menyelesaikan suatu

permasalahan, serta penuh semangat untuk menjalankan aksi-aksi kemanusiaan. Mereka


adalah agen-agen perubahan untuk membuat perbaikan di antara sesamanya dan juga di
masyarakat, salah satunya dalam bidang kegawatdaruratan medis.
Ketua Delegasi Komite Palang Merah Internasional (ICRC) Frederic Fournier,
mengatakan pemuda dan relawan PMI menjadi garda terdepan dalam memberikan layanan
kemanusiaan saat terjadi bencana. "Generasi muda adalah kunci perubahan dunia.Mereka
dengan sukarela memberikan waktu dalam menghadapi perubahan besar di dunia," kata
Fredric.

Editor
Tim Kajian HPS ISMKI Wilayah I 2016

Ghozi Fadlul
M Marliando Satria Pangestu C
Oecy Mardianti
Rizki Nurhikmah
Ulfatmi Rasul

Anda mungkin juga menyukai