Anda di halaman 1dari 14

1.

SEJARAH PALANG
MERAH INTERNASIONAL
SEJARAH PALANG MERAH
PALANG MERAH INTERNASIONAL
ARTI PALANG MERAH : Suatu perhimpunan yang anggotanya memberikan pertolongan
secara sukarela kepada setiap manusia yang sedang menderita tanpa membeda bedakan bangsa,
golongan, agama dan politik.
SEJARAH
Berawal dengan pecahnya perang antara pasukan Perancis dan Italia melawanAustria
pada tahun 1859 di Selferino (Italia Utara), Henry Dunant menyaksikan terjadinya perang
tersebut dimana banyak korban perang yang tidak mendapat pertolongan, sehingga timbul ide
atau gagasan untuk memberi pertolongan kepada korban perang tersebut. Pengalaman selama
beberapa hari bergelut di
medan
perang, ia tuangkan di dalam buku yang ditulisnya pada tahun 1962 bejudul A Memory of
Solferino (Kenangan di Solferino). Buku tersebut berkisah tentang kondisi yang ditimbulkan
oleh peperangan dan mengusulkan agar dibentuk satuan tenaga sukarela yang bernaung di bawah
suatu lembaga yang memberikan pertolongan kepada orang yang terluka di
medan
perang.
1. KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH ( KIPM )
(International Committee of the Red Cross)
Latar belakang berdirinya
Buku kenangan di Solferino (a memory of solferino) sangat menarik perhatian masyarakat
diantaranya 4 orang penduduk Jenewa, yaitu :
1. General Dufour 3. Dr. Theodore Maunoir
2. Dr. Louis Appia 4. Gustave Moynier
4 orang tersebut bersama Henry Dunant membentuk Komite Lima
(1963), mereka merintis terbentuknya KIPM yang kemudian menjadi I nternasional Committee
of the Red Cross (I CRC). Pada tanggal 22 agustus 1864 atas prakarsa ICRC, pemerintah Swiss
menyelenggarakan suatu konferensi yang diikuti oleh 12 kepala negara yang menandatangani
perjanjian Internasional yang dikenal dengan :
KONVENSI JENEWA I
Tentara yang terluka atau sakit harus diobati.
Sebagai penghargaan terhadap negara Swiss, maka lambang perlindungan menggunakan
tanda Palang Merah di atas dasar putih, yang terjadi dengan mempertukarkan warna
warna federal. Lambang ini hendaknya dipakai untuk Rumah Sakit, Ambulance dan para
petugas penolong dimedanperang/konflik bersenjata.
Karena tanda Palang Merah diasumsikan mempunyai arti khusus, maka pada tahun 1876 simbol
bulan sabit merah disahkan untuk digunakan oleh Negara-negara Islam. Kedua symbol tersebut
memiliki arti dan nilai yang sama.
Konferensi Internasional Palang Merah yang diselenggarakan 4 tahun sekali dan dihadiri
oleh ICRC, Federasi, Perhimpunan Nasional dan Pemerintah peserta peratifikasi Konvensi
Jenewa tahun 1949. Pertemuan itu membahas persoalan persoalan umum dan menampung usul
usul serta resolusi di samping mengambil keputusan.Para
peserta konferensi memilih anggota Standing Commission (Komisi Tetap) yang bersidang pada
waktu diantara dua konferensi Internasional.
2. FEDERASI INTERNASIONAL PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH
(IFRC)
(International Federation of The Red Cross)
Latar belakang berdirinya
Dengan berakhirnya Perang Dunia I, berbagai epidemi penyakit berjangkit bencana kelaparan
menjalar. Melihat kenyataan itu, Henry P. Davidson warga negara Amerika, merasa perlu
mendirikan suatu organisasi yang menangani masalah bantuan tersebut. Organisasi ini resmi
didirikan pada tanggal 5 Mei 1919 dalam suatu Konferensi Kesehatan Internasional di Cannas
Perancis. Palang Merah Indonesia
termasuk anggota ke 68.
Organisasi
BADAN TERTINGGI ORGANISASI :
Badan tertinggi penentuan kebijaksanaan adalah disebut General Assembly Board of
Gevernors. General Assembly atau sidang umum dihadiri oleh wakil-wakil dari semua anggota
federasi dan bersidang tiap 2 tahun, Presiden Federasi dipilih tiap 4 tahun. Jika General
Assembly tidak besidang, maka kebijakan tertinggi dilaksanakan oleh Executive yang
aggotanya terdiri dari 16 Perhimpunan Nasional (dipilih berdasarkan letak goegrafis), Presiden
dan Sekjen Federasi.
3. PRINSIP PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT
MERAH INTERNASIONAL
Semua kegiatan kemanusiaan dilandasi oleh 7 prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan
Sabit Merah Internasional. Ketujuh prinsip ini disahkan dalam Konferensi Internasional Palang
Merah ke XX di Wina tahun 1965. Ketujuh prinsip ini juga disahkan dalam Munas XIV Palang
Merah Indonesia di Jakarta pada tahun 1986.
1. KEMANUSIAAN ( Humanity )
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan
memberikan pertolongan tanpa membedakan korban terluka di dalam pertempuran, berupaya
dalam kemampuan bangsa dan antar bangsa, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama
manusia. Palang Merah menumbuhkan saling pengertian, kerjasama dan perdamaian abadi bagi
sesama manusia.
2. KESAMAAN ( Impartiality )
Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama/kepercayaan
tingkatan atau pandangan politik. Tujuannya semata mata mengurangi penderitaan manusia
sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah.
3. KENETRALAN ( Neutrality )
Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau
melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau idiologi.
4. KEMANDIRIAN (Independence
)
Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan Nasional disamping membantu Pemerintahannya
dalam bidang kemanusiaan, juga harus mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga
otonominya sehingga dapat bertindak sesuai dengan prinsip prinsip gerakan ini.
5. KESUKARELAAN ( Voluntary Service )
Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk
mencari keuntungan apapun.
1. KESATUAN ( Unity )
Didalam suatu negara hanya ada satu Perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah yang
terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.
7. KESEMESTAAN ( Universality )
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap
perhimpunan mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.
KOMITE INTERNASIONAL
PALANG MERAH (KIPM)
FEDERASI
INTERNASIONAL
PALANG MERAH DAN
BULAN SABIT MERAH
PERHIMPUNAN
PALANG MARAH dan
BULAN SABIT MERAH
NASIONAL
Internasional Committee of the
Red Cross (ICRC)
Markas Besar di Jenewa,
anggota dewan ekskutifnya
maksimal 25 orang warga negara
Swiss.
TUJUAN :
Menjadi perantara NETRAL
mengenai hal kemanusiaan dalam
pertikaian politik, perang saudara
dan kerusuhan dalam negeri.
TUGAS
Memberikan perlindungan kepada
korban militer maupun sipil
sebagai akibat konflik bersenjata,
gangguan dan ketegangan dalam
negeri.
Petugas KIPM mengunjungi
tawanan perang/tawanan politik
untukberdialog tanpa saksi
sehingga dapat diperoleh
International Federation of
the Red Cross and Red
Crescent society.
Markas Besar di Jenewa.
Secretariat Federasi dipimpin
oleh Sekjen mempunyai
pegawai yang terdiri dari
bermacam macam bangsa.
Tujuan :
Mencegah dan meringankan
penderitaan manusia melalui
kegiatan Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah nasional
yang merupakan sumbangan
untuk perdamaian.
Tugas :
1. Menggiatkan
PEMBENTUKAN dan
pengembangan
PERHIMPUNAN
NASIONAL di seluruh dunia.
Federasi juga bertindak
Perhimpunan Nasional harus
mendapat pengakuan dari
KIPM, baru sah menjadi
anggota federasi. Juga harus
diakui oleh Pemerintahannya
sebagai Perhimpunan
penolong yang bersifat
sukarela dan turut membantu
Pemerintah. Sampai tahun
1992 anggota federasi ada
153 negara, PMI termasuk
anggota ke-68.
Tugas :
Beraneka ragam tergantung
kebutuhan negara yang
bersangkutan, antara lain :
1. Memberikan bantuan
darurat
2. Pelayanan kesehatan
3. Bantuan sosial bagi
perorangan maupun
gambaran yang nyata tentang
kondisi penahanan juga membantu
menyampaikan berita keluarga.
Laporan tersebut bersifat
rahasia.
Memberikan bantuan (sandang,
pangan medis dan sanitasi) kepada
korban konflik bersenjata tersebut.
Melakukan pencarian pada saat
terjadi konflik bersenjata maupun
sesudahnya. Mencari berita
sampai mempersatukan keluarga
yang terpisah akibat perang.
Melakukan
PENYEBARLUASAN HPI dan
prinsip prinsip dasar gerakan
Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah dengan tujuan
menganjurkan penghormatan bagi
kelompok non-kombatan (tentara
yang luka, tawanan serta warga
sipil). Disamping membatasi
kekejaman, pengrusakan dan
mempermudah bantuan yang
segera, netral serta tidak memihak
kepada para korban konflik
bersenjata.
Dana, sumbangan sukarela dari
pemerintah dan Perhimpunan
Nasional.
sebagai perantara, koordinator
antara Perhimpunan Palang
Merah Internasional.
2. Memberikan saran dan
membantu Perhimpunan
Nasional dalam meningkatkan,
mengkoordinasi BANTUAN
Internasional untuk KORBAN
BENCANA ALAM dan
PARA PENGUNGSI di luar
daerah pertikaian, seringkali
dengan melancarkan
permintaan bantuan ke seluruh
dunia.
3. Mengembangkan
pembentukan rencana
KESIAPSIAGAAN
NASIONAL terhadaP
BENCANA ALAM.
4. Menggiatkan dan
mengkoordinasi pertukaran
gagasan kemanusiaan bagi
pendidikan anak dan remaja
diantara Perhimpunan
Nasional demi membina
hubungan baik antara remaja
di seluruh dunia.
5. Membantu ICRC
menyebarluaskan HPI dan
PRINSIP PRINSIP DASAR
GERAKAN PALANG
MERAH dan BULAN SABIT
MERAH.
Dana, iuran tahunan dari
anggota dan sumbangan
sukarela untuk bantuan dan
pengembangan.
kelompok
4. Latihan P3K
5. Melatih tenaga perawat
6. Transfusi darah
7. Pembinaan remaja
8. Di masa perang, membantu
tawanan, pengungsi dan
kaum interniran.
HUKUM PERIKEMANUSIAAN INTERNASIONAL ( H P I )
( Internasional Humaniterian Law )
Definisi :
HPI adalah bagian dari hukum internasional yang memberikan perlindungan terhadap anggota
angkatan perang yang luka, sakit, dan tidak dapat lagi ikut dalam peperangan serta penduduk
sipil yang tidak ikut berperang. Selain itu juga mengatur metode perang.
Maksud dan tujuan adanya HPI :
Mengatur perang yang terjadi lebih manusiawi, bila perang itu tidak terhindarkan, menentukan
orang orang yang tidak ikut dalam peperangan atau tidak dapat lagi ikut dalam peperangan
hendaknya dianggap manusia biasa yang patut dihargai dan diperlakukan secara manusiawi.
Sasaran penyerangan hanya boleh dilakukan terhadap obyek militer dan bukan obyek sipil. HPI
sangat erat kaitannya dengan Palang Merah, dimulai dengan lahirnya Konvensi Jenewa 1864 (
pertama ). Konvensi Jenewa telah dilengkapi dan diperbaiki pada tahun 1906, 1928, 1949 dan 2
protokol ditambahkan pada konvensi tersebut ditahun 1977.
4 konvensi Jenewa 1949 :
Konvensi I : Perlindungan terhadap korban angkatan perang di darat yang luka
dan sakit, petugas kesehatan serta petugas dibidang agama.
Konvensi II : Perlindungan terhadap korban angkatan perang di laut, petugas
kesehatan,
petugas agama serta kapal perang yang kandas.
Konvensi III : Perlindungan terhadap tawanan perang.
Konvensi IV : Perlindungan terhadap orang orang sipil di masa perang.
Karena ke 4 Konvensi tersebut belum mencakup perlindungan terhadap semua penderita
yang diakibatkan oleh pertikaian, maka pada tahun 1977 dikeluarkan 2 protokol :
Protokol I : diterapkan pada konflik bersenjata internasional.
Protokol II : diterapkan pada konflik non internasional.
Tiap negara di dunia ikut mengesahkan dan menyetujui konvensi tersebut. Sekarang lebih dari
160 negara telah ikut menjadi peserta Konvensi Jenewa tahun 1942.
HPI perlu disebarluaskan :
Sesuai ketentuan, negara penandatanganan Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol I dan II 1977,
mentaati dan menjamin, bahwa isi Konvensi tersebut diketahui dengan sebaik baiknya
terutama oleh angkatan perang, Dinas Kesehatan dan Rohaniawan ( golongan ini mempunyai
hak dan kewajiban dalam Konvensi Jenewa ). Masyarakat dan penduduk sipil juga harus
memahami HPI ini, agar mereka juga mengetahui hak hak serta kewajiban dimasa pertikaian
bersenjata. Kegiatan perikemanusian Palang Merah untuk menolong dan melindungi korban
perang merupakan hak dan kewajiban dibawah ketentuan Konvensi Jenewa 1949. Kegiatan ini
harus semata mata bertujuan menolong korban perang sebagai manusia, terlepas dari
pertimbangan politik atau militer. Untuk itu PMI turut menyebar luaskan HPI, terutama untuk
kalangan PMI, yang dilakukan bersama dengan penyebarluasan prinsip prinsip Palang Merah.
PALANG MERAH INDONESIA
Seperti Palang Merah Internasional, lahirnya PMI juga berkaitan dengan kancah peperangan,
diawali pada :
A. MASA SEBELUM PERANG DUNIA II
1. 21 Oktober 1873 Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie ( NERKAI ) didirikan Belanda.
2. Tahun 1932 Dr. RCL Senduk dan Dr. Bahder Djohan merencanakan mendirikan badan PMI.
3. Tahun 1940 pada sidang konperensi NERKAI, rencana diatas ditolak karena menurut
Pemerintah Belanda, rakyatIndonesia
belum mampu mengatur Badan Palang Merah Nasional.
B. MASA PENDUDUKAN JEPANG.
Dr. RCL Senduk berusaha lagi untuk mendirikan Badan PMI namun gagal, ditolak Pemerintah
Dai Nippon.
C. MASA KEMERDEKAAN RI
1. 17 Agustus 1945 RI Merdeka.
2. 3 September 1945 Presiden Soekarno memerintahkan kepada Menteri Kesehatan Dr. Buntaran
Martoatmodjo untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional. Pembentukan PMI
dimaksudkan juga untuk menunjukan pada dunia Internasional bahwa negaraIndonesia
adalah suatu fakta yang nyata.
5 September 1945
Menkes
dalam Kabinet I ( Dr. Boentaran ) membentuk Panitia 5 :
Ketua : Dr. R. Mochtar.
Penulis : Bahder Djohan.
Anggota : Dr. Djoehana.
Dr. Marzuki.
Dr. Sintanala.
17 September 1945
tersusun Pengurus Besar PMI yang dilantik oleh Wakil Presiden RI Moch. Hatta yang sekaligus
beliau sebagai Ketuanya.
D. MASA PERANG KEMERDEKAAN.
Pada masa itu peperangan terjadi dimana mana, dalam usia muda PMI menghadapi kesulitan,
kurang pengalaman, kurang peralatan dan dana. Namun orang orang secara sukarela
mengerahkan tenaganya, sehingga urusan Kepalangmerahan dapat diselenggarakan. Dari
pertolongan dan bantuan seperti :
Dapur Umum ( DU ).
Pos PPPK ( P3K ).
Pengangkutan dan perawatan korban pertempuran.
Sampai penguburan jika ada yang meninggal.
Dilakukan oleh laskar laskar Sukarela dibawah Panji Palang Merah yang tidak memandang
golongan, agama dan politik.
Pada waktu itu dibentuk Pasukan Penolong Pertama ( Mobile Colone ) oleh cabang cabang,
anggotanya terdiri dari pelajar.
E. BEBERAPA PERISTIWA SEJARAH PMI
1. Tanggal 16 Januari 1950.
Dikeluarkan Keputusan Presiden RI No. 25 / 1950 tentang pengesahan berdirinya PMI.
2. Tanggal 15 Juni 1950.
PMI diakui oleh ICRC.
3. Tanggal 16 Oktober 1950.
PMI diterima menjadi anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
dengan keanggotaan No. 68.
F. NAMA NAMA TOKOH YANG PERNAH MENJADI KETUA PMI
1. Ketua PMI ke 1 ( 1945 1946 ) : Drs. Moch. Hatta.

2. Ketua PMI ke 2 ( 1945 1948 ) : Soetarjo Kartohadikoesoemo.

3. Ketua PMI ke 3 ( 1948 1952 ) : BPH Bintoro.
4. Ketua PMI ke 4 ( 1952 1954 ) : Prof. Dr. Bahder Djohan.
5. Ketua PMI ke 5 ( 1954 1966 ) : P. A. A. Paku Alam VIII.
6. Ketua PMI ke 6 ( 1966 1969 ) : Letjen Basuki Rachmat.
7. Ketua PMI ke 7 ( 1970 1982 ) : Prof. Dr. Satrio.
8. Ketua PMI ke 8 ( 1982 1986 ) : Dr. H. Soeyoso Soemodimedjo.
9. Ketua PMI ke 9 ( 1986 1992 ) : Dr. H. Ibnu Sutowo.
10. Ketua PMI ke 10 ( 1992 1998 ) : Hj. Siti Hardianti Rukmana.
11. Ketua PMI ke 11 ( 1998 2004 ) : Marie Muhammad.
12. Ketua PMI ke 12 (2004 sekarang : Marie Muhammad
G. STRUKTUR ORGANISASI PMI
M U N A S PENGURUS PUSAT
M U S D A PENGURUS DAERAH
M U S C A B PENGURUS CABANG
M U S R A N PENGURUS RANTING

A N G G O T A
KETERANGAN : GARIS KOORDINASI
__________________ GARIS KOMANDO
Musyawarah Nasional adalah pemegang kekuasaan tertinggi didalam perhimpunan PMI, dihadiri
oleh utusan utusan Cabang, Daerah serta Pengurus Pusat. Diadakan tiap 4 tahun. Saat ini PMI
memiliki 306 Cabang dari 31 Propinsi ( Daerah ).
TUJUAN PMI :
Meringankan penderitaan sesama manusia apapun sebabnya, dengan tidak membedakan
golongan, bangsa, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
LAMBANG PMI :
1. PMI menggunakan lambang Palang Merah di atas dasar putih sebagai tanda
PERLINDUNGAN sesuai dengan ketentuan Palang Merah Internasional,
2. Lambang PMI sebagai anggota Palang Merah Internasional adalah Palang Merah di atas dasar
warna putih,
3. Lambang PMI sebagai Perhimpunan Nasional adalah Palang Merah di atas dasar putih
dilingkari bunga berkelopaklima
KEANGGOTAAN PALANG MERAH INDONESIA
Didalam Anggaran Dasar PMI pada Bab VII pasal 11 disebutkan : Organisaasi PMI mempunyai
anggota yaitu :
1. Anggota Remaja.
2. Anggota Biasa.
3. Anggota Kehormatan.
1. ANGGOTA REMAJA.
Wanita Pria usia di bawah 18 tahun Warga NegaraIndonesia
Mendaftarkan diri secara sukarela di sekolah masing masing.
Mendapat ijin atau persetujuan orang tua.
KEWAJIBAN :
A. Mengikuti pendidikan dan latihan dasar Kepalangmerahan.
B. Bersedia membantu tugas tugas Kepalangmerahan dan tergabung dalam wadah / kegiatan
Palang Merah Remaja.
C. Menjaga nama baik organisasi serta mempererat persahabatan baik nasional maupun
internasional.
D. Mempertinggi ketrampilan dan kecakapan dalam tugas Kepalangmerahan.
HAK :
A. Dapat menjadi Anggota Biasa PMI jika telah mencapai usia 18 tahun.
B. Mendapat kesempatan pendidikan Kepalangmerahan.
C. Ikut aktif dalam Palang Merah Remaja.
D. Dapat mengikuti kegiatan kegiatan sebagai Anggota Remaja baik di Dalam Negeri maupun
di Luar Negeri.
PALANG MERAH REMAJA
Palang Merah Remaja di bentuk oleh PMI pada bulan Maret 1950 yang merupakan perwujudan
dari keputusan Liga Palang Merah ( League of the Red Cross and Red Crescent Societies ).
Terbentuknya PMR di Indonesia ini dan juga PMR dibeberapa Palang Merah Nasional lainnya
dilatarbelakangi oleh pecahnya Perang Dunia ke 1, dimana pada waktu itu Palang Merah
Australia mengerahkan anak anak sekolah supaya turut membantu sesuai dengan
kemampuannya. Kepada mereka diberikan tugas ringan, seperti mengumpulkan pakaian bekas,
majalah majalah bekas dari dermawan, menggulung pembalut dan sebagainya. Anak anak ini
dihimpun dalam sebuah organisasi yang dinamakan Palang Merah Remaja , kemudian
prakarsa ini diikuti oleh negara negara lain.
Keanggotaan PMR dibagi dalam tiga tingkatan antara lain :
PMR MULA : Setingkat usia murid SD, 7 12 tahun, Badge warna HIJAU.
PMR MADYA : Setingkat usia murid SLTP, 13 16 tahun, Badge warna BIRU.
PMR WIRA : Setingkat usia murid SLTA, 17 21 tahun, Badge warna KUNING.
Walaupun PMR sesuai dengan tingkatnya, adakalanya diperbantukan pula dalam tugas tugas
Kepalangmerahan, seperti turut membantu memberikan pertolongan P3K, dan lain lain, namun
tugas kewajiban utama yang dibebankan kepada PMR adalah :
1. Berbakti kepada masyarakat.
2. Mempertinggi ketrampilan dan memelihara kebersihan dan kesehatan.
3. Mempererat persahabatan nasional dan internasional.
2. ANGGOTA BIASA PMI
Wanita Pria usia di atas 19 tahun Warga NegaraIndonesia
Mendaftarkan diri secara sukarela atas nama pribadi.
Mengetahui azas dan tujuan PMI dan bersedia mengikuti tata tertib organisasi PMI.
KEWAJIBAN :
A. Membayar iuran anggota.
B. Menyumbangkan pikiran, tenaga dan dana untuk menolong sesama yang menderita sesuai
dengan kemampuan.
C. Menjaga nama baik organisasi.
D. Memajukan organisasi.
HAK :
A. Hak suara dalam rapat organisasi.
B. Hak memilih dan dipilih, menjadi Pengurus PMI.
C. Mendapatkan informasi tentang organisasi.
D. Mendapatkan kesempatan pendidikan dan latihan Kepalangmerahan.
E. Ikut aktif dalam Korps Sukarela.
F. Mendapatkan kesempatan begotongroyong, dan saling menolong antara anggota PMI.
G. Menikmati kepuasan batin sebagai insan yang memperhatikan nasib sesama.
KETERANGAN :
Anggota PMI adalah kekuatan inti organisasi.
Anggota PMI adalah potensi sumberdaya dan dana organisasi.
Anggota PMI pada suatu saat dapat menjadi Pengurus PMI dengan status keanggotaannya
yang tetap.
ANGGOTA BI ASA DI HARAPKAN AKTI F DALAM TSR MAUPUN KSR
SESUAI DENGAN MINAT DAN KONDI SI NYA.
TSR (TENAGA SUKARELA), KSR (KORPS SUKARELA)
1. Setiap anggota biasa perhimpunan PMI pada dasarnya adalah tenaga sukarela ( TSR ) yang
menyumbangkan tenaga, waktu, pikiran dan dana, baik secara keseluruhan maupun bagian
bagiannya untuk tugas kemanusiaan.
2. KSR adalah kesatuan atau unit didalam perhimpunan PMI yang beranggotakan pribadi
anggota biasa perhimpunan PMI yang menyatakan diri menjadi KSR PMI.
3. Fungsi TSR dan KSR :
A. Fungsi TSR PMI adalah sebagai tenaga pelaksana perhimpunan PMI dalam melaksanakan
tugas kemanusiaan.
B. Dalam menjalankan fungsinya, TSR PMI dan KSR PMI berstatus sebagai tenaga sukarela.
C. Sebagai kesatuan maupun sebagai pribadi sukarelawan TSR PMI dan KSR PMI wajib
mengikuti tata aturan dan ketentuan yang ditetapkan.
4. Tugas operasional :
A. Tugas TSR / KSR PMI adalah melaksanakan pertolongan / bantuan secara pribadi atau secara
berkelompok yang terarah.
B. Setiap KSR dapat bertugas membantu tugas KSR dalam bidang bidang tertentu.
3. ANGGOTA KEHORMATAN PMI.
Wanita Pria tanpa batas usia.
Telah berbuat jasa bagi PMI dan diusulkan oleh Pengurus untuk diangkat.
Bersedia diangkat menjadi Anggota Kehormatan.
KEWAJIBAN :
A. Menjaga nama baik organisasi.
B. Memberi perhatian terhadap PMI.
HAK :
A. Memilih dan dipilih menjadi Pengurus PMI.
B. Mengikuti perkembangan organisasi.
C. Ikut mengembangkan dan memajukan PMI dengan menyampaikan saran kepada Pengurus.
KETERANGAN :
Anggota Kehormatan PMI merupakan tanda Penghargaan bagi seseorang karena jasa jasanya
dalam menyumbangkan pikiran, tenaga maupun dana yang luar biasa ( ekstra ordiner ).
Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang dapat mengusulkan seseorang untuk diangkat menjadi
Anggota Kehormatan dengan alasan yang sangat kuat.
Pengurus Pusat mengeluarkan Surat Keputusan Pengangkatan Anggota

Anda mungkin juga menyukai