Anda di halaman 1dari 16

NAMA : SAFFANA QURRATUL AINI

NIM : 212364201015

PRODI : HUBUNGAN INTERNASIONAL

SEMESTER : 3

DOSEN PENGAMPU : Drs. H. NAHROWI, MS.

KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH

INTERNATIONAL COMMITE of the RED CROSS

(ICRC)

Komite Internasional Palang Merah (International Comittee of the Red Cross, ICRC)


adalah lembaga kemanusiaan swasta yang berbasis di Jenewa, Swiss. Negara-negara peserta
(penanda tangan) keempat Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan 1977 dan 2005,
telah memberi ICRC mandat untuk melindungi korban konflik bersenjata internasional dan
non-internasional. Termasuk di dalamnya adalah korban luka dalam perang, tawanan,
pengungsi, warga sipil, dan non-kombatan lainnya. ICRC adalah salah satu dari tiga
komponen, sekaligus cikal bakal, Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional. Selain ICRC, komponen Gerakan antara lain:

 Komite internasional palang merah (International Committee of the Red Cross,


ICRC), sebuah komite yang berpusat di Jenewa, Swiss, yang memiliki kewajiban
khusus di bawah hukum perikemanusiaan/humaniter internasional.
 Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
(International Federation of Red Cross and Crescent Societies, IFRC), yang
merupakan badan keanggotaan perhimpunan dari palang merah dan bulan sabit merah
internasional dari setiap negara yang didirikan untuk mengkoordinasikan aksi bantuan
internasional dan mempromosikan aktivitas kemanusiaan internasional.
 Perhimpunan Palang Merah, Bulan Sabit Merah Nasional dari 186 negara.

TUGAS ICRC
Pernyataan misi resmi ICRC berbunyi: Komite Internasional Palang Merah (ICRC)
adalah organisasi yang tidak memihak, netral, dan mandiri, yang misinya semata-mata
bersifat kemanusiaan, yaitu untuk melindungi kehidupan dan martabat para korban konflik
bersenjata dan situasi-situasi kekerasan lain dan memberi mereka bantuan. ICRC
mengarahkan dan mengkoordinasi kegiatan bantuan kemanusiaan dan berupaya
mempromosikan dan memperkuat hukum humaniter dan prinsip-prinsip kemanusiaan
universal. Tugas utama ICRC bersumber pada Konvensi Jenewa dan Statuta Gerakan, di
mana dikatakan bahwa tugas ICRC antara lain:

 Memantau kepatuhan para pihak yang bertikai kepada Konvensi Jenewa

 Mengorganisir perawatan terhadap korban luka di medan perang

 Mengawasi perlakuan terhadap tawanan perang (Prisoners of War – POW) dan


melakukan intervensi yang bersifat konfidensial dengan pihak berwenang yang
melakukan penahanan.

 Membantu pencarian orang hilang dalam konflik bersenjata (layanan pencarian)

 Mengorganisir perlindungan dan perawatan penduduk sipil

 Bertindak sebagai perantara netral antara para pihak yang berperang.

STATUS HUKUM ICRC

ICRC adalah satu-satunya institusi yang disebut secara eksplisit menurut Hukum
Humaniter Internasional (HHI) sebagai otorita pengawas. Mandat hukum ICRC bersumber
pada empat Konvensi Jenewa 1949, serta Statuta Gerakan. ICRC juga menjalankan tugas-
tugas yang tidak secara khusus diamanatkan oleh hukum, seperti mengunjungi tahanan politik
di luar konflik dan memberikan bantuan kemanusiaan dalam bencana alam.

ICRC merupakan asosiasi swasta yang terdaftar di Swiss dan mendapat hak-hak
istimewa dan kekebalan hukum di wilayah Swiss selama bertahun-tahun. Hak-hak istimewa
itu dikatakan mendekati kedaulatan de facto. Pada tanggal 19 Maret 1993, landasan hukum
perlakuan khusus untuk ICRC ditetapkan melalui perjanjian resmi antara Pemerintah Swiss
dan ICRC. Perjanjian ini melindungi "kesucian" (sanctity) semua properti ICRC di Swiss
termasuk kantor pusat dan arsip-arsip, memberi kekebalan hukum kepada anggota dan staf,
membebaskan ICRC dari semua pajak dan biaya, menjamin pengiriman barang, jasa, dan
uang yang dilindungi dan bebas kepabeanan, memberi ICRC privilese komunikasi yang aman
setara dengan kedutaan asing, dan menyederhanakan perjalanan ke dalam dan ke luar Swiss
bagi ICRC. Sebaliknya Swiss tidak mengakui passport yang dikeluarkan ICRC.

Berbeda dengan keyakinan umum, ICRC bukan entitas berdaulat seperti Orde
Penguasa Militer Malta (Sovereign Military Order of Malta) dan juga bukan merupakan
organisasi internasional, baik non-pemerintah (LSM) maupun antar pemerintah. ICRC
membatasi keanggotaannya hanya warga negara Swiss, dan juga tidak seperti kebanyakan
LSM, ICRC tidak memiliki kebijakan keanggotaan yang terbuka dan tak terbatas bagi semua
orang karena anggota baru dipilih oleh Komite (melalui suatu proses yang disebut
cooptation/pemilihan). Akan tetapi, sejak awal 1990-an, ICRC mempekerjakan orang-orang
dari seluruh dunia untuk bekerja dalam misi lapangan dan di Kantor Pusat. Pada tahun 2007,
hampir setengah staf ICRC bukan warga negara Swiss. ICRC mendapat privilese dan
kekebalan hukum di banyak negara, berdasarkan hukum nasional di negara-negara tersebut,
berdasarkan perjanjian antara ICRC dan pemerintah, atau, dalam beberapa kasus, berdasarkan
yurisprudensi internasional (seperti hak delegasi ICRC untuk tidak memberi kesaksian di
depan pengadilan internasional).

SEJARAH BERDIRINYA KOMITE PALANG MERAH INTERNASIONAL

ICRC berawal dari visi dan tekad seseorang yaitu Henry Dunant. Tanggal: 24 Juni
1859. Tempat: Solferino, kota kecil di Italia utara. Pada waktu itu tengah pasukan Austria dan
Prancis bertempur sengit. Sore harinya, 40.000 prajurit bergeletakan tewas atau terluka.
Henry Dunant, seorang warga Swiss, kebetulan melewati daerah itu untuk suatu urusan
bisnis. Ia ngeri menyaksikan ribuan prajurit menderita tanpa pelayanan medis. Ia mengajak
penduduk setempat merawat mereka. Dia tekankan bahwa prajurit dari kedua belah pihak
harus diberi perawatan yang setara.

Sekembalinya ke Swiss, Dunant menerbitkan sebuah buku berjudul A Memory of


Solferino (Kenangan dari Solferino), yang berisi dua usulan:

 Agar pada masa damai didirikanperhimpunan - perhimpunan bantuan kemanusiaan


yang memiliki juru rawat yang siap untuk merawat korban luka pada waktu terjadi
perang;
 Agar para relawan ini, yang akan bertugas membantu dinas medis angkatan
bersenjata, diberi pengakuan dan perlindungan melalui sebuah perjanjian
internasional.

Pada tahun 1863, sebuah perkumpulan amal bernama Perhimpunan Jenewa untuk


Kesejahteraan Masyarakat membentuk sebuah komisi lima orang untuk mewujudkan gagasan
Dunant itu. Beranggotakan Gustave Moynier, Guillaume-Henri Dufour, Louis Appia,
Theodore Maunoir, dan Dunant sendiri, komisi ini kemudian mendirikan Komite
Internasional Pertolongan Korban Luka, yang kemudian menjadi Komite Internasional
Palang Merah atau ICRC. Mereka lalu terus mengembangkan gagasan Henry Dunant. Atas
undangan mereka, 16 negara dan empat lembaga filantropis menghadiri Konferensi
Internasional di Jenewa pada tanggal 26 Oktober 1863. Dalam konferensi ini sebuah lambang
pembeda, yaitu palang merah di atas dasar putih, diadopsi. Lahirlah Palang Merah.

SEBELUM PERANG DUNIA I

Untuk memformalkan perlindungan dinas medis angkatan bersenjata di medan tempur


dan untuk mendapatkan pengakuan internasional atas Palang Merah beserta cita-citanya,
Pemerintah Swiss mengundang pemerintah semua negara Eropa, serta Amerika Serikat,
Brasil, dan Meksiko, untuk menghadiri sebuah konferensi diplomatik resmi. Enam belas
negara mengirim total 26 delegasi ke Jenewa. Pada tanggal 22 Agustus 1864, konferensi ini
mengadopsi sebuah perjanjian bernama “Konvensi Jenewa untuk Perbaikan Kondisi Korban
Luka dalam Pertempuran Darat,” yaitu perjanjian pertama yang membentuk Hukum
Humaniter Internasional. Perwakilan dari 12 negara dan kerajaan menandatangani konvensi
ini: Baden, Belgia, Denmark, Prancis, Hesse, Italia, Belanda, Portugal, Prusia, Swiss,
Spanyol, dan Württemberg.

Konvensi ini berisi sepuluh pasal, menetapkan untuk pertama kali aturan-aturan yang
mengikat secara hukum dan menjamin netralitas dan perlindungan bagi tentara yang terluka,
personel medis lapangan, dan lembaga kemanusiaan khusus dalam konflik bersenjata. Selain
itu, konvensi juga menetapkan dua persyaratan terkait pengakuan perhimpunan bantuan
nasional oleh Komite Internasional:

 Perhimpunan nasional harus diakui oleh pemerintah nasionalnya sendiri sebagai


perhimpunan bantuan sesuai dengan konvensi, dan
 Pemerintah nasional dari masing-masing negara harus menjadi negara pihak dalam
Konvensi Jenewa.

Tidak lama setelah penetapan Konvensi tersebut, perhimpunan nasional pertama


didirikan di Belgia, Denmark, Prancis, Oldenburg, Prusia, Spanyol, dan Württemberg. Tahun
1864, Louis Appia dan Charles van de Velde, seorang kapten Angkatan Darat Belanda,
menjadi delegasi independen dan netral pertama yang bekerja di bawah simbol Palang Merah
dalam konflik bersenjata. Tiga tahun kemudian tepatnya pada tahun 1867, Konferensi
Internasional Perhimpunan Bantuan Nasional untuk Perawatan Korban Luka dalam Perang
diselenggarakan untuk pertama kali.

Pada tahun 1867, Henry Dunant terpaksa menyatakan bangkrut karena kegagalan
bisnis di Aljazair, sebagian karena dia mengabaikan kepentingan bisnisnya selama aktivitas
tak kenal lelah-nya untuk Komite Internasional. Kontroversi seputar masalah bisnis Dunant
dan opini publik negatif yang berkembang, ditambah dengan konflik berkepanjangan dengan
Gustave Moynier, menyebabkan pencopotan Dunant dari posisinya sebagai anggota dan
sekretaris. Dia didakwa memalsukan kebangkrutan dan surat perintah penangkapan
dikeluarkan. Dunant terpaksa meninggalkan Jenewa dan tidak pernah kembali ke kota
asalnya. Pada tahun-tahun berikutnya, perhimpunan nasional didirikan di hampir semua
negara di Eropa. Pada tahun 1876, komite mengadopsi nama "Komite Internasional Palang
Merah" (ICRC), yang masih menjadi nama resmi hingga saat ini. Lima tahun kemudian,
Palang Merah Amerika didirikan atas upaya dari Clara Barton. Semakin banyak negara
menandatangani Konvensi Jenewa dan mulai menghormatinya di lapangan selama konflik
bersenjata. Dalam waktu yang relatif singkat, Palang Merah mendapatkan momentum besar
sebagai sebuah gerakan yang dihormati secara internasional, dan perhimpunan nasional
menjadi kian populer sebagai tempat untuk bekerja secara sukarela.

Pada tahun 1906, Konvensi Jenewa 1864 direvisi untuk pertama kali. Satu tahun
kemudian, Konvensi Den Haag X, diadopsi pada Konferensi Perdamaian Internasional Kedua
di Den Haag, memperluas ruang lingkup Konvensi Jenewa untuk perang di laut. Sesaat
sebelum pecahnya Perang Dunia Pertama pada tahun 1914, 50 tahun setelah berdirinya ICRC
dan pengadopsian Konvensi Jenewa pertama, sudah ada 45 perhimpunan bantuan nasional di
seluruh dunia. Gerakan telah menjangkau luar Eropa dan Amerika Utara hingga ke Amerika
Tengah dan Selatan (Argentina, Brasil, Chili, Kuba, Meksiko, Peru, El Salvador, Uruguay,
Venezuela), Asia (Republik Tiongkok, Jepang, Korea, Siam), dan Afrika (Republik Afrika
Selatan).

PERANG DUNIA I

Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1922, menunjuk dua delegasi dari ICRC sebagai
deputinya. Setahun sebelum akhir perang, ICRC mendapat Hadiah Nobel Perdamaian pada
tahun 1917 atas pekerjaan yang luar biasa selama perang. Itu adalah satu-satunya Hadiah
Nobel Perdamaian yang diberikan pada periode 1914-1918. Pada tahun 1923, Komite
mengadopsi perubahan kebijakan mengenai pemilihan anggota baru. Hingga saat itu, hanya
warga dari kota Jenewa yang bisa bekerja di ICRC. Pembatasan ini diperluas untuk
mencakup warga negara Swiss. Sebagai konsekuensi langsung dari Perang Dunia I, satu
protokol tambahan dari Konvensi Jenewa diadopsi pada tahun 1925 yang melarang
penggunaan gas cekik atau gas racun dan unsur-unsur biologi sebagai senjata. Empat tahun
kemudian, Konvensi asli direvisi dan Konvensi Jenewa kedua mengenai "Perlakuan terhadap
Tawanan Perang" ditetapkan. Kejadian-kejadian selama Perang Dunia I dan kegiatan-
kegiatan ICRC secara signifikan meningkatkan reputasi dan kewenangan ICRC di antara
komunitas internasional dan membuat kompetensinya diperluas.

Di awal tahun 1934, rancangan usulan sebuah konvensi tambahan untuk perlindungan
penduduk sipil dalam konflik bersenjata diadopsi oleh Konferensi Internasional Palang
Merah. Sayangnya, mayoritas pemerintah kurang tertarik melaksanakan konvensi ini,
sehingga konvensi tersebut masih belum berlaku sebelum pecahnya Perang Dunia II.

PERANG DUNIA II

Akhirnya direhabilitasi oleh Presiden ICRC Cornelio Sommaruga. Contoh lain dari


spirit kemanusiaan yang luar biasa adalah Friedrich Born (1903-1963), seorang delegasi
ICRC di Budapest yang menyelamatkan 11.000 hingga 15.000 orang Yahudi di
Hongaria. Marcel Junod (1904-1961), seorang dokter dari Jenewa, adalah salah satu delegasi
terkemuka lainnya selama Perang Dunia Kedua. Cerita tentang pengalamannya, termasuk
kisahnya sebagai salah satu orang asing pertama yang mengunjungi Hiroshima setelah bom
atom dijatuhkan, bisa dibaca dalam buku Warrior without Weapon.

Pada tahun 1944, ICRC menerima Hadiah Nobel Perdamaian kedua. Seperti pada
Perang Dunia I, hadiah ini juga menjadi satu-satunya Nobel Perdamaian yang diberikan
selama periode utama Perang Dunia Kedua, 1939 sampai 1945. Di akhir perang, ICRC
bekerja sama dengan perhimpunan nasional Palang Merah untuk mengatur bantuan
kemanusiaan ke negara-negara yang paling parah kondisinya. Tahun 1948, Komite
mengeluarkan sebuah laporan kajian kegiatan-kegiatan selama perang, dari tanggal 1
September 1939 sampai 30 Juni 1947. Sejak Januari 1996, arsip ICRC untuk periode ini
dibuka untuk penelitian akademik dan publik.

PASCA PERANG DUNIA II

Pada tanggal 12 Agustus 1949 revisi lanjutan atas dua Konvensi Jenewa sebelumnya
diadopsi. Konvensi tambahan tentang "Perbaikan Kondisi Angkatan Perang di Laut yang
Luka, Sakit dan Korban Kapal Karam", kini disebut Konvensi Jenewa kedua, dibawa dalam
payung Konvensi Jenewa sebagai pengganti Konvensi Den Haag 1907 X. Konvensi Jenewa
1929 mengenai "Perlakuan terhadap Tawanan Perang" mungkin menjadi Konvensi Jenewa
kedua dari sudut pandang sejarah (karena konvensi itu sebenarnya dirumuskan di Jenewa),
tapi setelah 1949 disebut Konvensi ketiga karena secara kronologis dirumuskan setelah
Konvensi Den Haag. Merespon pengalaman Perang Dunia II, Konvensi Jenewa Keempat,
sebuah Konvensi baru tentang "Perlindungan Penduduk Sipil pada Masa Perang," ditetapkan.
Selain itu, Protokol Tambahan I dan Protokol Tambahan II tanggal 8 Juni 1977 dimaksudkan
untuk membuat konvensi tersebut berlaku dalam konflik internal seperti perang sipil.
Protokol Tambahan III Konvensi Jenewa 1949 yang mengatur mengenai lambang pembeda
tambahan dengan menambahkan lambang baru, kristal merah, diadopsi pada tahun 2005. Saat
ini, empat konvensi dan protokol tambahan berisi lebih dari 600 pasal, perluasan yang luar
biasa jika dibandingkan dengan hanya 10 pasal dalam konvensi pertama tahun 1864.

Dalam perayaan seabad ICRC pada tahun 1963, ICRC dan Liga Perhimpunan Palang
Merah, mendapat Hadiah Nobel Perdamaian ketiga. Sejak tahun 1993, orang-orang non-
Swiss diperbolehkan bekerja sebagai delegasi ICRC di luar negeri, tugas yang sebelumnya
dibatasi hanya untuk warga negara Swiss. Sejak saat itu, kuota staf yang bukan warga negara
Swiss telah meningkat sekitar 35%.

Pada tanggal 16 Oktober 1990, Majelis Umum PBB memutuskan untuk memberikan
status pengamat kepada ICRC untuk sesi-sesi sidang umum dan pertemuan-pertemuan sub-
komite, status pengamat pertama yang diberikan kepada organisasi non-pemerintah. Resolusi
tersebut diusulkan bersama oleh 138 negara anggota dan diperkenalkan oleh duta besar Italia,
Vieri Traxler, untuk mengenang asal mula organisasi tersebut dari Pertempuran Solferino.

ICRC untuk pertama kali mengakhiri sikap bungkam kepada media yang lazim
dilakukannya dengan mengutuk Genosida yang terjadi di Rwanda pada tahun 1994. ICRC
berupaya mencegah kejahatan yang terjadi di sekitar Srebrenica pada tahun 1995 tetapi
kemudian membuat pernyataan, "Kami harus akui kendati berbagai upaya yang kami lakukan
untuk membantu ribuan warga sipil yang diusir secara paksa dari kota dan meskipun dedikasi
rekan-rekan kami di lapangan, dampak ICRC terhadap tragedi yang terungkap sangat
terbatas". ICRC kembali sekali lagi muncul ke publik pada tahun 2007 untuk mengutuk
"pelanggaran hak asasi manusia"oleh pemerintah militer Myanmar termasuk kerja paksa,
kelaparan, dan pembunuhan pria, wanita, dan anak-anak.

ORGANISASI

ICRC berkantor pusat di kota Jenewa, Swiss dan memiliki kantor-kantor di luar
negeri yang disebut Delegasi di sekitar 80 negara. Setiap delegasi berada di bawah tanggung
jawab seorang Kepala delegasi yang adalah perwakilan resmi ICRC di suatu negara. Dari
2.000 karyawan profesionalnya, sekitar 800 orang bekerja di kantor pusat Jenewa dan 1.200
ekspatriat bekerja di lapangan. Setengah dari pekerja lapangan bertugas sebagai delegasi
(delegate) yang mengatur operasi ICRC di negara-negara berbeda sedangkah separuh lainnya
adalah tenaga spesialis seperti dokter, agronomis, insinyur atau penterjemah. Di kantor
delegasi, staf internasional dibantu oleh sekitar 13.000 staf nasional, sehingga jumlah total
staf yang bekerja untuk ICRC sekitar 15.000 orang. Delegasi juga sering bekerja sama
dengan Perhimpunan Nasional Palang Merah/Bulan Sabit Merah dimana delegasi berada
sehingga bisa memanfaatkan relawan Palang Merah/Bulan Sabit Merah Nasional untuk
membantu sebagian operasi ICRC.

Struktur organisasi ICRC sulit dipahami oleh orang luar. Hal ini sebagian karena
kerahasiaan organisasi, tetapi juga karena strukturnya yang berubah-ubah. Majelis (Assembly)
dan Presiden (Presidency) adalah dua institusi yang telah lama ada, sedangkan Dewan
Majelis (Assembly Council) dan Direktorat (Directorate) baru dibentuk pada paruh kedua
abad kedua puluh. Keputusan sering kali dibuat secara kolektif, sehingga kewenangan dan
hubungan kekuasaan tidak kaku. Saat ini, organ terpenting adalah Directorate dan Assembly.

MAJELIS
Majelis (juga disebut Komite) mengadakan pertemuan secara teratur dan bertanggung
jawab mendefinisikan tujuan, pedoman, dan strategi dan mengawasi masalah keuangan
ICRC. Majelis memiliki keanggotaan maksimum 25 warga Swiss. Anggota harus fasih
Bahasa Prancis, tetapi banyak yang juga berbahasa Inggris dan Jerman. Para anggota Majelis
dipilih untuk jangka waktu empat tahun, dan tidak ada batasan berapa kali seorang anggota
Majelis bisa dipilih. Tiga perempat suara dari semua anggota dibutuhkan untuk terpilih
kembali setelah masa ketiga, yang mana ini menjadi motivasi bagi anggota untuk tetap aktif
dan produktif.

Pada tahun-tahun awal, anggota ICRC adalah orang Jenewa, Protestan, putih, dan
laki-laki. Wanita pertama, Renée-Marguerite Cramer, terpilih pada tahun 1918. Sejak saat itu,
beberapa orang wanita telah menjabat sebagai Wakil Presiden, dan jumlah wanita setelah
Perang Dingin telah mencapai sekitar 15%. Anggota non-Jenewa diterima pertama kali pada
tahun 1923, dan satu orang keturunan Yahudi pernah bertugas di Majelis.

Kalau komponen-komponen lain Gerakan banyak yang multi-nasional, ICRC percaya


bahwa sifatnya yang satu negara (mono-national) merupakan aset karena
kewarganegaraannya adalah Swiss. Berkat netralitas permanen Swiss, pihak yang berkonflik
bisa yakin bahwa tidak seorangpun dari pihak "musuh" yang akan menentukan kebijakan di
Jenewa. Perang Prancis-Prusia 1870-1871 menunjukkan bahwa bahkan aktor Palang Merah
(dalam hal ini Perhimpunan Nasional) dapat begitu terikat dengan nasionalisme sehingga
mereka tidak dapat mempertahankan kemanusiaan yang netral.

DEWAN MAJELIS

Selanjutnya, Majelis memilih Dewan Majelis (assembly council) beranggotakan lima


orang yang merupakan inti aktif dari Majelis. Dewan bertemu setidaknya sepuluh kali setiap
tahun dan memiliki kewenangan untuk membuat keputusan atas nama Majelis dalam
beberapa hal. Dewan juga bertanggung jawab mengorganisir pertemuan Majelis dan
memfasilitasi komunikasi antara Majelis dan Direktorat. Dewan Majelis biasanya termasuk
presiden, dua wakil presiden dan dua anggota terpilih. Seorang wakil presiden dipilih untuk
masa jabatan empat tahun, sedangkan yang lainnya diangkat secara permanen di mana masa
jabatannya berakhir ketika yang bersangkutan pensiun dari jabatan wakil presiden atau dari
ICRC. Saat ini Olivier Vodoz dan Christine Beerli adalah wakil presiden ICRC.

PRESIDEN
Majelis juga memilih, untuk jangka waktu empat tahun, satu orang untuk menjadi
Presiden ICRC. Presiden adalah anggota Majelis dan pemimpin ICRC, dan presiden selalu
disertakan dalam Dewan Majelis sejak pembentukannya. Presiden secara otomatis menjadi
anggota kelompok tersebut setelah dia diangkat, tetapi ia tidak harus selalu berasal dari dalam
organisasi ICRC. Ada faksi yang kuat dalam Majelis yang ingin menjangkau ke luar
organisasi untuk memilih presiden dari pemerintah Swiss atau kalangan profesional seperti
perbankan atau kedokteran. Tiga presiden terakhir sebelumnya merupakan pejabat dalam
pemerintahan Swiss. Pengaruh dan peran presiden tidak terdefinisikan dengan baik, dan
perubahan tergantung pada waktu dan gaya pribadi masing-masing presiden. Sejak tahun
2000, presiden ICRC adalah Jakob Kellenberger, seorang penyendiri yang jarang membuat
penampilan diplomatik tetapi yang terampil dalam negosiasi pribadi dan nyaman dengan
dinamika Majelis. Pada bulan Februari 2007, dia diangkat oleh Majelis untuk periode empat-
tahun berikutnya yang akan berakhir pada tahun 2011. Presiden-presiden ICRC antara lain:

 1863–1864: Henri Dufour

 1864–1910: Gustave Moynier

 1910–1928: Gustave Ador

 1928–1944: Max Huber

 1944–1948: Carl Jacob Burckhardt

 1948–1955: Paul Ruegger

 1955–1964: Leopold Boissier

 1964–1969: Samuel Gonard

 1969–1973: Marcel Naville

 1973–1976: Eric Martin

 1976–1987: Alexandre Hay

 1987–1999: Cornelio Sommaruga

 2000-2012: Jakob Kellenberger


 2012-Sekarang: Peter Maurer

STAFF

Setelah ICRC berkembang dan kian terlibat secara langsung dalam konflik, terjadi
peningkatan jumlah staf dengan latar belakang profesional, bukan relawan, selama beberapa
tahun terakhir. ICRC hanya memiliki dua belas karyawan pada tahun 1914 dan 1.900 selama
Perang Dunia Kedua yang didukung 1.800 relawan. Jumlah staf yang dibayar menurun
setelah Perang Dunia I dan II, tetapi mengalami peningkatan kembali dalam beberapa
dasawarsa terakhir; secara rata-rata ada 500 staf lapangan tahun 1980-an dan lebih dari seribu
staff pada tahun 1990-an. Dimulai tahun 1970-an, ICRC menjadi lebih sistematis dalam
pelatihan untuk mengembangkan staf yang lebih profesional. ICRC menjadi karier yang
menarik bagi lulusan universitas terutama di Swiss, tetapi beban kerja sebagai karyawan
ICRC sukup menuntut. 15% dari staf keluar setiap tahun dan 75% karyawan bekerja kurang
dari tiga tahun. Staf ICRC multi-nasional dan sekitar 50% bukan warga negara Swiss pada
tahun 2004. Staf internasional ICRC dibantu dalam pekerjaan mereka oleh sekitar 13.000
karyawan nasional yang dipekerjakan di negara-negara di mana delegasi ada.

PENDANAAN

Anggaran ICRC pada tahun 2010 mencapai 1.156 juta franc Swiss (Rp11 triliun).
Seluruh dana yang diberikan kepada ICRC bersifat sukarela dan diterima sebagai sumbangan
berdasarkan dua jenis permintaan yang diajukan oleh Komite: Appeal Kantor Pusat yang
bersifat tahunan untuk menutup biaya-biaya internal dan Appeal Darurat untuk misi-misi
yang bersifat per kasus. Pendanaan ICRC berasal dari tiga kategori, yaitu negara, swasta dan
perhimpunan nasional. Negara-negara penyumbang ICRC antara lain Swiss, Amerika Serikat,
Australia, Kanada, Jepang, Selandia Baru, Negara-negara Eropa lainnya, dan Uni Eropa.
Negara-negara ini menyumbang sekitar 80-85% dari anggaran ICRC. Sekitar 3% berasal dari
hibah pihak swasta, dan sisanya berasal dari perhimpunan nasional.

EMBLEM / LAMBANG

Konferensi diplomatik yang diadakan di Jenewa pada tahun 1864 mengadopsi tanda
berupa palang merah di atas dasar putih, yang merupakan kebalikan dari bendera Swiss.
Namun, dalam perang Rusia-Turki 1876-1878, Kekaisaran Ottoman menyatakan akan
menggunakan tanda berupa bulan sabit merah, bukan palang merah, sebagai lambangnya dan
akan tetap menghormati lambang palang merah yang digunakan oleh pihak musuh. Setelah
itu, Persia juga memutuskan untuk menggunakan tanda yang lain, yaitu singa dan matahari
merah. Kedua lambang ini kemudian diakui oleh konferensi diplomatik yang diadakan pada
tahun 1929. Pada tahun 1980, Republik Islam Iran memutuskan untuk mengganti singa dan
matahari merah dengan bulan sabit merah. Lambang palang merah dan bulan sabit merah
berhak memperoleh penghormatan sepenuhnya berdasarkan hukum internasional. Namun,
kadang-kadang timbul persepsi di sementara kalangan bahwa kedua lambang ini memiliki
konotasi budaya, agama, atau politik tertentu. Hal ini dapat membahayakan pemberian
perlindungan bagi korban konflik bersenjata, dinas medis militer, dan pekerja kemanusiaan.

Selain itu, hingga belum lama ini, Perhimpunan Nasional yang tidak ingin
menggunakan lambang palang merah ataupun bulan sabit merah tidak dapat diakui sebagai
anggota penuh Gerakan. Ini mempersulit Gerakan mewujudkan prinsip kesemestaan
(universality), yang merupakan salah satu Prinsip Dasarnya, serta memperbesar kemungkinan
terus munculnya lambang-lambang baru. Untuk mengatasi masalah tersebut, diusulkan
pemberlakuan sebuah lambang baru yang bisa diterima oleh semua Perhimpunan Nasional
dan semua Negara. Gagasan ini sangat didukung oleh Gerakan dan kemudian terwujud pada
bulan Desember 2005, yaitu ketika sebuah konferensi diplomatik memutuskan untuk
mengakui kristal merah sebagai tanda pembeda bersama-sama dengan palang merah dan
bulan sabit merah.

PRINSIP-PRINSIP DASAR

Kegiatan ICRC dipandu oleh tujuh Prinsip Dasar yang ditaati bersama oleh ICRC dan
semua komponen lain Gerakan. Prinsip-prinsip tersebut –yaitu kemanusiaan, kesamaan,
kenetralan, kemandirian, kesukarelaan, kesatuan, dan kesemestaan– dikemukakan dalam
Statuta Gerakan dan menjadi nilai bersama yang membedakan Gerakan dari organisasi-
organisasi kemanusiaan lain. Gerakan telah memberi ICRC tugas menegakkan dan
mendiseminasikan prinsip-prinsip tersebut. Ketujuh Prinsip Dasar berikut ini
diproklamasikan dalam Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ke-20
(Wina, 1965): 

1. Kemanusiaan Gerakan, yang lahir dari keinginan untuk memberikan bantuan tanpa


diskriminasi kepada korban luka di medan pertempuran, berusaha dengan kemampuan
internasional maupun nasionalnya untuk mencegah dan meringankan penderitaan
manusia di mana saja. Tujuan Gerakan adalah untuk melindungi kehidupan dan
kesehatan serta memastikan penghormatan terhadap umat manusia. Gerakan
memajukan saling pengertian, persahabatan, kerja sama, dan perdamaian abadi di
antara semua bangsa. 
2. Kesamaan Gerakan tidak membeda-bedakan kebangsaan, ras, agama, status sosial,
atau pandangan politik korban. Gerakan membantu korban hanya atas dasar
kebutuhan mereka. Bantuan diprioritaskan bagi kasus penderitaan yang paling
mendesak. 
3. Kenetralan Agar tetap dipercaya oleh semua pihak, Gerakan tidak akan berpihak
dalam konflik yang terjadi dan tidak akan terlibat dalam pertentangan politik, ras,
keagamaan, ataupun ideologis. 
4. Kemandirian Gerakan bersifat independen. Setiap Perhimpunan Nasional, sekalipun
merupakan pendukung pemerintah masing-masing di bidang kemanusiaan dan tunduk
pada hukum nasional negaranya, harus mempertahankan otonominya supaya dapat
bertindak sesuai prinsip-prinsip Gerakan. 
5. Kesukarelaan Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah
sebuah gerakan yang memberikan bantuan atas dasar kesukarelaan, tidak didorong
dengan cara apapun oleh keinginan untuk memperoleh keuntungan tertentu. 
6. Kesatuan Hanya boleh ada satu Perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah
di suatu negara. Perhimpunan itu harus terbuka bagi semua orang. Perhimpunan itu
harus melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah negaranya. 
7. Kesemestaan Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, di mana
semua Perhimpunan Nasional mempunyai status yang setara dan tanggung jawab
serta kewajiban yang sama dalam membantu satu sama lain, ada di seluruh dunia.

GERAKAN

ICRC bertanggung jawab atas pengakuan secara hukum perhimpunan bantuan


kemanusiaan sebagai perhimpunan nasional Palang Merah/Bulan Sabit Merah dan dengan
demikian menerimanya ke dalam Gerakan. Aturan-aturan yang tepat terkait pengakuan itu
didefinisikan dalam Statuta Gerakan. Setelah pengakuan oleh ICRC, suatu perhimpunan
nasional diakui sebagai anggota Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan
Sabit Merah. ICRC dan Federasi bekerjasama dengan perhimpunan nasional dalam misi
internasional mereka, terutama dengan sumber daya manusia, material, dan keuangannya dan
mengatur logistik di lokasi. Menurut Perjanjian Sevilla 1997, ICRC adalah pimpinan lembaga
Palang Merah dalam konflik, sementara organisasi lain dalam Gerakan menjadi pimpinan
dalam situasi non-perang. Perhimpunan Nasional akan menjadi pimpinan terutama ketika
konflik terjadi di dalam negara mereka sendiri. Komite Internasional Palang Merah (ICRC)
adalah lembaga pendiri Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Selain
melaksanakan kegiatan-kegiatan operasional untuk melindungi dan membantu para korban
konflik bersenjata, ICRC juga berperan sebagai promotor dan pemelihara Hukum Humaniter
Internasional. Organisasi ini juga merupakan pelindung Prinsip-prinsip Dasar Gerakan.
Secara bekerja sama dengan Federasi Internasional, ICRC menyelenggarakan pertemuan-
pertemuan Gerakan sebagaimana yang ditetapkan dalam anggaran dasar Gerakan.

Perhimpunan-perhimpunan Nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah


mewujudkan pekerjaan dan prinsip-prinsip Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional di sekitar 180 negara. Perhimpunan-perhimpunan Nasional bertindak sebagai
pendukung (Auxiliaries) bagi pemerintah negara mereka masing-masing di bidang
kemanusiaan dan menyelenggarakan berbagai kegiatan pelayanan, termasuk program bantuan
darurat kemanusiaan bencana, program kesehatan, dan program sosial. Pada waktu perang,
Perhimpunan-perhimpunan Nasional membantu penduduk sipil yang terkena dampak dan,
bilamana diperlukan, memberikan dukungan kepada dinas medis angkatan bersenjata.

Federasi Internasional Perhimpunan-perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit


Merah bekerja berdasarkan Prinsip-prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah Internasional untuk mengilhami, memperlancar, dan meningkatkan semua kegiatan
kemanusiaan yang dilaksanakan oleh Perhimpunan-perhimpunan Nasional yang menjadi
anggotanya, dalam rangka memperbaiki situasi kelompok penduduk yang paling rentan.
Didirikan pada tahun 1919, Federasi Internasional mengarahkan dan mengkoordinasi bantuan
internasional yang diberikan oleh Gerakan kepada para korban bencana alam dan bencana
teknologi, kepada para pengungsi eksternal, dan dalam situasi darurat kesehatan. Federasi
Internasional bertindak sebagai wakil resmi di bidang internasional bagi perhimpunan-
perhimpunan yang menjadi anggotanya. Federasi Internasional memajukan kerja sama di
antara Perhimpunan-perhimpunan Nasional dan memperkuat kemampuan kemampuan
mereka untuk mempersiapkan diri secara efektif dalam menghadapi bencana dan untuk
melaksanakan program-program kesehatan dan sosial.

KEGIATAN
Kegiatan ICRC terbagi dalam empat kategori, yakni perlindungan (protection),
bantuan (assistance), pencegahan (prevention) dan kerjasama (cooperation).

1. Perlindungan ICRC berusaha untuk melindungi manusia dalam situasi konflik atau


kekerasan bersenjata, dan untuk dapat melakukan hal ini, ICRC harus terus berada di
dekat para korban dan menjalin dialog secara konfidensial dengan pihak-pihak yang
terlibat, baik Negara maupun non-Negara. Kegiatan perlindungan mencakup
kunjungan ke tempat-tempat penahanan dan pemulihan kembali hubungan keluarga.
2. Bantuan Krisis kemanusiaan sering kali terjadi secara bersamaan dengan, atau
menjadi penyebab tak langsung bagi, krisis-krisis lain seperti kelaparan, wabah
penyakit, dan kekacauan ekonomi. Dalam kondisi seperti itu, ICRC memberikan
bantuan yang dibutuhkan. Walaupun demikian, ICRC selalu berusaha untuk tetap
terarah pada tujuan utamanya, yaitu memulihkan kemampuan orang untuk mencukupi
kebutuhannya sendiri atau mandiri. Bantuan bisa bermacam-macam bentuknya,
seperti makanan dan/atau obat-obatan, pembangunan atau perbaikan sistem
penyediaan air atau sarana medis dan pemberian pelatihan kepada staf kesehatan
primer, ahli bedah, dan teknisi prostetik/ortotik.
3. Pencegahan Kegiatan ICRC yang bersifat preventif dirancang untuk membatasi efek
buruk dari konflik dan menjaga agar efek-efek semacam itu sekecil mungkin.
Semangat yang sesungguhnya dari Hukum Humaniter Internasional  ialah agar
penggunaan kekuatan dilakukan secara terkendali dan secara proporsional dengan
tujuannya. Karena itu, ICRC berusaha untuk menyebarluaskan seluruh rangkaian
prinsip-prinsip kemanusiaan dalam rangka mencegah atau sekurang-kurangnya
membatasi ekses-ekses terburuk dari peperangan.
4. Kerjasama Tujuan kegiatan kerja sama ICRC adalah untuk meningkatkan
kemampuan Perhimpunan-perhimpunan Nasional memenuhi tanggung jawab mereka
sebagai lembaga Palang Merah atau Bulan Sabit Merah dalam memberikan pelayanan
kemanusiaan di negara masing-masing. ICRC terutama membantu dan mendukung
Perhimpunan-perhimpunan Nasional dalam kegiatan mereka untuk memberikan
bantuan kepada para korban konflik dan ketegangan dalam negeri (kesiapan dan
tanggapan); mempromosikan Hukum Humaniter Internasional dan menyebarluaskan
pengetahuan mengenai Prinsip-Prinsip Dasar, cita-cita, dan kegiatan-kegiatan
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional; dan memulihkan
hubungan antara anggota keluarga yang tercerai berai sebagai bagian dari jaringan
kerja pencarian Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di seluruh dunia.

Anda mungkin juga menyukai