Anda di halaman 1dari 46

1

BAB I
KEPALANGMERAHAN

1.1 Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah


1.1.1 Sejarah Gerakan Palang Merah Dan Bulan Sabit Merah
Internasional
Pada tanggal 24 Juni 1859 di Solferino, sebuah kota kecil yang
terletak di daratan rendah Provinsi Lambordi, sebelah utara italia,
berlangsung pertempuran sengit antara prajurit Perancis dan Austria.
Pertempuran yang berlangsung sekitar 16 jam dan melibatkan 320.000
orang prajurit. Pertempuran itu menelan puluhan ribu korban tewas dan 
luka-luka. Sekitar 40.000 orang meninggal dalam pertempuran tersebut.
Banyaknya prajurit yang menjadi korban, dimana pertempuran
berlangsung antar kelompok yang saling berhadapan, ini merupakan
karakteristik perang yang berlangsung pada masa itu. Tak ubahnya
seperti pembantaian massal yang menghabisi ribuan orang pada satu
waktu. Terlebih lagi, komandan militer tidak memperhatikan
kepentingan orang yang terluka untuk mendapatkan pertolongan dan
perawatan. Mereka hanya dianggap sebagai makanan meriam. Ribuan
manyat tumpang tindih dengan mereka yang terluka tanpa pertolongan.
Jumlah ahli bedah pun sangat tidak mencukupi. Saat itu, hanya ada
empat orang dokter hewan yang merawat seribu kuda serta seorang
dokter untuk seribu orang. Pertempuran tersebut pada akhirnya
dimenangkan oleh Perancis.
Akibat perang dengan pemandangan yang sangat mengerikan itu,
menggugah Jean Henry Dunant, seorang pengusaha berkebangsaan Swiss
(1828-1910) yang kebetulan lewat dalam perjalanannya untuk menemui
Kaisar Napoleon III (Charles Louis Napoleon Bonaparte) guna keperluan
bisnis. Namun menyaksikan pemandagan yang sangat mengerikan akibat
pertempuran membuat kesedihannya muncul dan terlupa akan tujuannya
bertemu dengan kaisar Perancis.

1
2

Peristiwa yang secara khusus yang membangkitkan perasaan Jean


Henry Dunant saat itu adalah menyaksikan ribuan orang yang terluka
tanpa perawatan dan dibiarkan mati di tempat karena pelayanan medis
militer yang tidak mencukupi jumlahnya serta tidak memadai dalam
tugas dan keterampilan di bidang medis. Jean Henry Dunant kemudian
mengumpulkan orang-orang dari desa-desa sekitarnya dan tinggal di sana
selama tiga hari untuk sungguh-sungguh menghabiskan waktunya guna
merawat orang yang terluka. Ribuan orang yang terluka tanpa perawatan
dan dibiarkan mati di tempat karena pelayanan medis yang tidak
mencukupi jumlahnya dan tidak memadai dalam tugas/keterampilan
membuatnya sangat tergugah. Kata-kata bijaknya yang di ungkapkan
saat itu, “Siamo tutti fratelli” (kita semua saudara), membuka hati para
relawan untuk melayani kawan maupun lawan tanpa membedakannya.
Sekembalinya Jean Henry Dunant ke Swiss, membuatnya terus
dihantui oleh mimpi buruk yang disaksikannya di Solferino. Untuk
menghilangkan bayangan buruk dalam pikirannya dan untuk menarik
perhatian dunia  akan kenyataan kejamnya perang, ditulisnya sebuah
buku dan diterbitkannya dengan biaya sendiri pada bulan November
1862. Buku itu diberi judul dalam bahasa Swiss “Un Souvenir De
Solferino” (A Memory of Solferino) yang artinya “Kenangan dari
Solferino.” Tujuan Dunant menulis buku tersebut adalah untuk menarik
perhatian dunia tentang kenyataan kejamnya peperangan. Dia mengirim
buku itu kepada keluarga-keluarga terkemuka di Eropa dan juga para
pemimin militer, politikus, dan teman-temannya. Rupanya, banyak pihak
yang tertarik dengan tulisannya itu. Dunant pun di undang kemana-mana
dan banyak orang yang mau mengikuti jejaknya. Buku itu mengandung
dua gagasan penting yaitu:
1. Perlunya mendirikan perhimpunan bantuan di setiap negara yang
terdiri dari sukarelawan untuk merawat orang yang terluka pada
waktu perang.
3

2. Perlunya kesepakatan internasional guna melindungi prajurit yang


terluka dalam medan perang dan orang-orang yang merawatnya serta
memberikan status netral kepada mereka.

Gambar 1.1 Buku A Memory of Solferino

Banyak orang tertarik dengan ide Jean Henry Dunant, termasuk


Gustave Moynier, seorang pengacara dan juga ketua dari Geneva Public
Welfare Society (GPWS). Gustave Moynier pun mengajak Jean Henry
Dunant untuk mengemukakan idenya dalam pertemuan GPWS yang
berlangsung pada 9 Februari 1863 di Jenewa. Ternyata, 160 dari 180
orang anggota GPWS mendukung ide Dunant. Pada saat itu juga ditunjuk
empat orang anggota GPWS dan dibentuk Komite Lima untuk
memperjuangkan terwujudnya ide Jean Henry Dunant Mereka adalah:
1. Gustave Moynier
2. Jean Henry Dunant
3. dr. Louis Appia
4. dr. Theodore Maunoir 
5. Jenderal Guillame-Hendri Dufour 
Adapun Jean Hendry Dunant, walaupun bukan anggota GPWS,
namun dalam komite tersebut ditunjuk menjadi sekretaris. Pada tanggal
17 Februari 1863, Komite Lima  berganti  nama menjadi  Komite Tetap
Internasional untuk pertolongan Prajurit yang Terluka sekaligus
mengangkat ketua baru yaitu Jenderal Guillame-Henri Dufour. Pada
4

tanggal 26 Oktober 1863, Komite Tetap Internasional untuk Pertolongan


Prajurit yang terluka, atas bantuan Pemerintah Swiss, berhasil
melangsungkan Konferensi Internasional pertama di Jenewa yang dihadiri
perwakilan dari 16 negara (Austria, Baden, Beierem, Belanda, Heseen-
Darmstadt, Inggris, Italia, Norwegia, Prusia, Perancis, Spanyol, Saksen,
Swedia, Swiss, Hannover dan Hutenberg). Beberapa Negara  tersebut 
saat  ini sudah menjadi Negara bagian dari Jerman.
Adapun hasil dari Konferensi tersebut, adalah disepakatinya satu
konvensi yang terdiri dari sepuluh pasal, beberapa diantaranya
merupakan pasal krusial yaitu digantinya nama Komite Tetap
Internasional untuk Menolong Prajurit yang Terluka menjadi Komite
Internasional Palang Merah atau ICRC (International Committe of the
Red Cross) dan ditetapkannya tanda khusus bagi sukarelawan yang
memberi pertolongan prajurit yang luka di medan pertempuran yaitu
Palang Merah diatas dasar putih.
Pada akhir koferensi internasional 1863, gagasan pertama Jean
Henry Dunant untuk membentuk perhimpunan para sukarelawan di setiap
negara pun menjadi kenyataan. Beberapa perhimpunan serupa dibentuk
beberapa bulan kemudian setelah berlangsunnya konferensi internasional
di Wurttemburg, Grand Duc hy of Oldenburg, Belgia dan Prusia.
Perhimpunan lain pun segera berdiri seperti di Denmark, Perancis, Italy,
Mwcklenburgh-schwerin, Spain, Hamburgh dan Hesse. Pada waktu itu
mereka disebut sebagai Komite Nasional atau Perhimpunan Pertolongan.
Selanjutnya, dengan dukungan pemerintah Swiss kembali, diadakanlah
Konferensi Diplomatik yang dilaksanakan di Jenewa pada tanggal 8-28
Augustus 1864. 16 negara dan empat institusi donor mengirimkan
wakilnya. Sebagai bahan diskusi, sebuah rancangan konvensi disiapkan
oleh Komite Internasional. Rancangan tersebut dinamakan “Konvensi 
Jenewa  untuk memperbaiki  kondisi  tentara  yang  terluka di medan
perang” dan di setujui pada tanggal 22 Agustus 1864.
5

Pada tanggal 22 Agustus 1864, lahurlah HPI modern, konfensi itu


mewujudkan ide Dunant yang kedua, yaitu untuk memperbaiki situasi
prajurit yang terluka pada saat peperangan dan membuat negara-negara
memberikan status netral pada prajurit yang terluka dan orang-orang
yang merawatnya yaitu personil kesehatan.

1.1.2 Komponen Gerakan

1. Liga Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah

Henry P. Davison, Presiden Komite Perang Palang Merah Amerika,


mengusulkan pada konferensi internasional medis (April 1919, Cannes,
Perancis) untuk memfederasikan perhimpunan palang merah dari
berbagai negara menjadi sebuah organisasi setara dengan liga bangsa-
bangsa, dalam hal peperangan dunia untuk memperbaiki kesehatan,
mencegah penyakit dan mengurangi penderitaan.

Liga Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah kemudian


secara formal terbentuk dengan markas besarnya di Paris oleh
Perhimpunan Palang Merah dari Perancis, Inggris, Itali, Jepang, Amerika
Serikat pada tanggal 5 Mei 1919. Sejak 1939 markas permanennya ada di
Jenewa. Pada tahun 1991, keputusan diambil untuk merubah nama Liga
Perhimpunan Palang Merah menjadi Federasi Internasional Perhimpunan
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah atau IFRC (International Federation
of the Red Cross and Red Crescent Societies).

2. Komite Internasional Palang Merah (International Committee of The


Red Cross/ICRC)
ICRC adalah lembaga kemanusiaan swasta yang berbasis di
Jenewa, Swiss. Negara-negara peserta (penanda tangan) keempat
Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan 1977 dan 2005, telah
memberi ICRC (International Committee of The Red Cross) mandat untuk
melindungi korban konflik bersenjata internasional dan non-
6

internasional. Termasuk di dalamnya adalah korban luka dalam perang,


tawanan, pengungsi, warga sipil, dan non-kombatan lainnya.

3. Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit


Merah (International Federation of Red Cross and Red Crescent
Socities/IFRC)
IFRC adalah suatu badan yang mendukung aktivitas kemanusiaan
yang dilaksanakan oleh perhimpunan nasional atas nama kelompok-
kelompok rentan dan bertindak sebagai juru bicara dan sebagai wakil
Internasional mereka. Federasi mendukung Perhimpunan Nasional dan
ICRC dalam usahanya untuk mengembangkan dan menyebarluaskan
pengetahuan tentang HPI dan mempromosikan Prinsip-prinsip Dasar
Gerakan.

4. Perhimpunan Nasional
Perhimpunan Nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah adalah
organisasi kemanusiaan yang ada di setiap negara anggota
penandatangan Konvensi Jenewa. Tidak ada negara yang dapat memiliki
lebih dari satu Perhimpunan Nasional.

1.1.3 Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional


1. Sejarah Lambang
a. Lambang Palang Merah
Konvensi Jenewa Tahun 1864 menetapkan lambang Palang Merah
dengan warna dasar putih  yang merupakan kebalikan dari
bendera negara Swiss sebagai penghormatan kepada Henry Dunant
yang berasal dari negara Swiss.
7

Gambar 1.2 Lambang Palang Merah

b. Lambang Bulan Sabit Merah


Pada tahun 1876 saat Balkan dilanda perang, sejumlah pekerja
kemanusiaan yang tertangkap oleh Kerajaan Ottoman (saat ini
Turki) dibunuh semata-mata karena mereka memakai ban lengan
dengan gambar Palang Merah. Ketika Kerajaan diminta penjelasan
mengenai hal ini, mereka menekankan mengenai kepekaan
tentara kerajaan terhadap Lambang berbentuk palang dan
mengajukan agar Perhimpunan Nasional dan pelayanan medis
militer mereka diperbolehkan untuk menggunakan Lambang yang
berbeda yaitu Bulan Sabit Merah. Gagasan ini perlahan-lahan
mulai diterima dan memperoleh semacam pengesahan dalam
bentuk “reservasi” dan pada Konferensi Internasional tahun 1929
secara resmi diadopsi sebagai Lambang yang diakui dalam
Konvensi, bersamaan dengan Lambang Singa dan Matahari Merah

Gambar 1.3 Lambang Bulan Sabit Merah


8

c. Lambang Kristal Merah


Konferensi Internasional yang mengesahkan Lambang Kristal Merah
tersebut, mengadopsi Protocol Tambahan III tentang penambahan
Lambang Kristal Merah untuk Gerakan, yang sudah disahkan
sebelumnya pada Konferensi Diplomatik tahun 2005. Penggunaan
Lambang Kristal Merah sendiri pada akhirnya memilliki dua pilihan
yaitu: dapat digunakan secara penuh oleh suatu Perhimpunan
Nasional, dalam arti mengganti Lambang Palang Merah atau Bulan
Sabit Merah yang sudah digunakan sebelumnya, atau menggunakan
Lambang Kristal Merah dalam waktu tertentu saja ketika Lambang
lainnya tidak dapat diterima di suatu daerah.

Gambar 1.4. Lambang Kristal Merah

d. Lambang Singa dan Matahari Merah


Lambang Singa dan Matahari Merah di atas dasar putih yang saat
itu dipilih oleh Persia (saat ini Iran). Tahun 1980, Republik Iran
memutuskan untuk tidak lagi menggunakan Lambang tersebut dan
memilih memakai Lambang Bulan Sabit Merah.

Gambar 1.5 Lambang Singa dan Matahari Merah


9

1.1.4 Ketentuan Lambang


1. Bentuk dan Penggunaan
Pada penggunaannya, penempatan Lambang Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah tidak boleh sampai menyentuh pinggiran dan dasar
putihnya. Lambang harus utuh dan tidak boleh ditambah lukisan, gambar
atau tulisan. Pada lambang Bulan Sabit Merah, arah menghadapnya (ke
kanan atau ke kiri) tidak ditentukan, terserah kepada Perhimpunan yang
menggunakannya. Peraturan yang diadopsi di Budapest bulan November
1991, mulai berlaku sejak 1992.

2. Fungsi Lambang
a. Tanda pengenal yang berlaku di waktu damai.
b. Tanda perlindungan yang berlaku diwaktu damai dan perang atau
konflik.
Apabila digunakan sebagai tanda pengenal, lambang tersebut
harus dalam ukuran kecil, berfungsi pula untuk mengingatkan bahwa
institusi di atas bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip dasar gerakan.
Pemakaian lambang sebagai tanda pengenal juga menunjukkan bahwa
seseorang, sebuah kendaraan atau bangunan berkaitan dengan gerakan.
Untuk itu, Gerakan secara organisasi dapat mengatur secara teknis
penggunaan tanda pengenal misalnya dalam seragam, bangunan,
kendaraan, dan sebagainya. Penggunaan lambang sebagai tanda
pengenal pun harus didasarkan pada undang-undang nasional mengenai
lambang untuk perhimpunan nasionalnya.
Apabila lambang digunakan sebagai tanda pelindung, lambang
tersebut harus menimbulkan sebuah reaksi otomatis untuk menahan diri
dan menghormati diantara peperangan. Lambang harus selalu
ditampakkan dalam bentuknya yang asli. Dengan kata lain, tidak boleh
ada suatupun yang ditambahkan padanya baik pada Palang Merah, Bulan
Sabit Merah ataupun pada dasarnya yang putih. Karena lambang tersebut
harus dapat dikenali dari jarak sejauh mungkin, ukurannya harus besar,
10

yaitu sebesar yang diperlukan dalam situasi perang. Lambang


menandakan adanya perlindungan bagi:
a. Personel medis dan keagamaan angkatan bersenjata.
b. Unit dan fasilitas medis angkatan bersenjata.
c. Unit dan transportasi medis Perhimpunan Nasional apabila
digunakan sebagai bantuan terhadap pelayanan medis angkatan
bersenjata.
d. Peralatan medis.

3. Penyalahgunaan Lambang
Pemakaian lambang yang tidak diperbolehkan oleh Konvensi
Jenewa dan protokol tambahan merupakan pelanggaran hukum. Bentuk-
bentuk penyalahgunaan lambang yaitu:
a. Peniruan (Imitation): Penggunaan tanda-tanda yang dapat disalah
mengerti sebagai lambang Palang Merah atau bulan sabit merah
(misalnya warna dan bentuk yang mirip). Biasanya digunakan
untuk tujuan komersial.
b. Penggunaan yang Tidak Tepat (Usurpation) : Penggunaan lambang
Palang Merah atau Bulan Sabit Merah oleh kelompok atau
perseorangan (perusahaan komersial, organisasi non-pemerintah,
perseorangan, dokter swasta, apoteker) atau penggunaan lambang
oleh orang yang berhak namun digunakan untuk tujuan yang tidak
sesuai dengan Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan (misalnya seseorang
yang berhak menggunakan lambang namun menggunakannya untuk
dapat melewati batas negara dengan lebih mudah pada saat tidak
sedang tugas).
c. Penggunaan yang Melanggar Ketentuan (Perfidy/Grave Misuse)
Penggunaan lambang Palang Merah atau bulan sabit merah dalam
masa perang untuk melindungi kombatan bersenjata atau
perlengkapan militer (misalnya ambulans atau helikopter ditandai
dengan lambang untuk mengangkut kombatan yang bersenjata,
11

tempat penimbunan amunisi dilindungi dengan bendera Palang


Merah) dianggap sebagai kejahatan perang.

1.1.5 Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah Dan Bulan Sabit


Merah Internasional
Semua kegiatan kemanusiaan dilandasi oleh 7 prinsip Dasar
Gerakan Palang Merah dan Bukan Sabit Merah Internasional. Ketujuh
prinsip ini disahkan dalam konferensi Internasional Palang Merah ke XX di
Wina tahun 1965. Ketujuh prinsip ini juga disahkan dalam Munas XIV
Palang Merah Indonesia di Jakarta pada tahun 1986.
1. Kemanusiaan (Humanity)
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan
berdasarkan keinginan memberi pertolongan tanpa membedakan
korban yang terluka di dalam pertempuran, mencegah dan mengatasi
penderitaan sesama manusia. Palang Merah menumbuhkan saling
pengertian, persahabatan, kerjasama dan perdamaian abadi bagi
sesama manusia.
2. Kesamaan (Impartiality)
Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan,
kesukuan, agama atau pandangan politik. Tujuannya semata-mata
mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan
mendahulukan keadaan yang paling parah.
3. Kenetralan (Neutrality)
Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan
ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan
politik, kesukuan, agama atau ideologi.
4. Kemandirian (Independence)
Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan Nasional di samping
membantu Pemerintahnya dalam bidang kemanusiaan, juga harus
mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga otonominya
sehingga dapat bertindak sejalan dengan prinsip-prinsip gerakan ini.
12

5. Kesukarelaan (Voluntary Service)


Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak
didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apapun.
6. Kesatuan (Unity)
Di dalam suatu negara hanya ada satu perhimpunan Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah yang terbuka untuk semua orang dan
melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.
7. Kesemestaan (Universality)
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah
bersifat semesta. Setiap Perhimpunan Nasional mempunyai hak dan
tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.

1.2 Organisasi Palang Merah Indonesia


1.2.1 Sejarah Singkat PMI
Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi
perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial
kemanusiaan. Upaya pendirian organisasi Palang Merah Indonesia sudah
dimulai semenjak Perang Dunia ke II oleh Dr. RCL Senduk dan Dr. Bahder
Djohan, di mana sebelumnya telah ada organisasi Palang Merah di
Indonesia yang bernama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (NERKAI)
yang didirikan oleh Belanda. Tetapi upaya–upaya ini masih ditentang oleh
pemerintah kolonial Belanda dan Jepang.
Pada tahun 1945, setelah Indonesia merdeka, atas Instruksi
Presiden Soekarno, maka dibentuklah Badan Palang Merah Indonesia oleh
Panitia Lima, yaitu :
1. Ketua : Dr. R. Mochtar.
2. Penulis : Dr. Bahder Djohan.
3. Anggota : Dr. Djoehana,
Dr. Marzuki,
Dr. Sitanala.
13

Sehingga pada tangal 17 September 1945 tersusun Pengurus Besar


PMI yang pertama dilantik oleh Wapres RI Moch. Hatta sekaligus beliau
sebagai Ketuanya.

1.2.2 Sistem dan Struktur Organisasi


Palang Merah Indonesia (PMI) adalah lembaga sosial kemanusiaan
yang netral dan mandiri, yang didirikan dengan tujuan untuk membantu
meringankan penderitaan sesama manusia akibat bencana, baik bencana
alam maupun bencana akibat ulah manusia, tanpa membedakan latar
belakang korban yang ditolong. Tujuannya semata–mata hanya untuk
mengurangi penderitaan sesama manusia sesuai dengan kebutuhan dan
mendahulukan keadaan yang lebih parah.
Suatu Perhimpunan Palang Merah Nasional, yang terikat dengan
Prinsip-prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional, maka PMI jelas merupakan lembaga yang independen serta
berstatus sebagai Orgnisasi Masyarakat, namun dibentuk oleh Pemerintah
serta mendapat tugas dari Pemerintah.

1.2.5 Sejarah Berdirinya KSR-PMI Unit 04 Unimal


Korps Suka Rela Palang Merah Indonesia (KSR-PMI) adalah
organisasi Kepalang Merahan yang ada diperguruan tinggi.
KSR-PMI Unit 04 Universitas Malikussaleh didirikan dengan SK
Rektor Universitas Malikussaleh No: 22/UM.H/Z/KEP/2000, pada tanggal
17 Mei 2000. Dengan pendirinya yaitu:
1. Khairil Akhyar,
2. Muliantri,
3. Darianto Manik,
4. Anuar Puteh,
5. Fitriani
Tujuan awal didirikan KSR-PMI Unit 04 Universitas Malikussaleh
adalah sebagai wadah bagi Mahasiswa untuk mempersiapkan para
14

anggotanya agar menjadi relawan yang bertanggungjawab, terampil,


propesional dalam bakti dan prestasi. Para anggota KSR-PMI Unit 04
Universitas Malikussaleh dididik untuk menjadi relawan yang selalu siap
untuk terjun ke lapangan.
Sejak didirikan pada tanggal 17 Mei 2000, KSR-PMI Unit 04
Universitas Malikussaleh telah banyak berjasa kepada masyarakat Aceh.
KSR-PMI Unit 04 Universitas Malikussaleh kerap terjun membantu
wilayah-wilayah yang terkena bencana alam dan rutin mengadakan
pelayanan sosial seperti pelaksanaan donor darah dan bakti sosial.
BAB II
KEPEMIMPINAN

2.1 Pengertian Kepemimpinan


Dalam setiap kelompok, grup atau organisasi, kepemimpinan
merupakan  salah satu faktor yang penting. Kepemimpinan yang ada
akan mempengaruhi kelompok di dalam mencapai tujuan. Cara
seseorang memimpin dapat membawa kelompok atau organisasi tersebut
ke arah keberhasilan atau ketidak berhasilan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Beberapa pengertian dalam kepemimpinan :
1. Pemimpin adalah seorang yang dapat  mempengaruhi kelompok yang
dipimpinnya untuk mengerahkan usaha bersama guna mencapai
sasaran atau tujuan yang telah ditentukan.
2. Kepemimpinan adalah proses menggerakkan dan mempengaruhi
orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Ketua adalah seorang yang dituaikan dalam kelompok untuk mewakili
dan bertanggung jawab atas kelompoknya dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
4. Kepala adalah seorang yang mengepalai suatu kelompok atau unit
untuk memimpin kelompok/unit mencapai tujuan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka kepemimpinan
berkaitan dengan:
a. Keterlibatan orang lain atau sekelompok orang dalam kegaitan
mencapai tujuan.
b. Terdapat faktor tertentu yang ada pada pemimpin sehingga orang
lain bersedia digerakkan atau dipengaruhi untuk mencapai tujuan.
c. Adanya usaha bersama serta pengerahan berbagai sumber daya,
baik tenaga, dana, waktu dan lain sebagainya.
Tugas pokok kepemimpinan yang berupa mengantarkan,
mempelopori, memberi petunjuk, mendidik, membimbing dan lain
sebagainya agar para bawahan mengikuti jejak pemimpin mencapai

15
16

tujuan organisasi hanya dapat dilaksanakan secara baik, bila seorang


pemimpin menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.

2.2 Fungsi Kepemimpinan


Fungsi–fungsi kepemimpinan adalah :
1. Fungsi perencanaan: seorang pemimpin perlu membuat perencanaan
yang menyeluruh bagi organisasi dan diri sendiri selaku penanggung
jawab tercapainya tujuan organisasi.
2. Fungsi memandang kedepan: seorang pemimpin  yang senantiasa
memandang ke depan berarti akan mampu meneropong apa yang
akan terjadi serta selalu waspada terhadap segala kemungkinan.
3. Fungsi pengembangan loyalitas: pengembangan kesetiaan ini tidak
saja diantara pengikut, tetapi juga untuk para pemimpin tingkat
rendah dan menengah dalam organisasi.
4. Fungsi pengawasan: pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk
senantiasa meneliti kemajuan pelaksanaan rencana.
5. Fungsi mengambil keputusan: pengambilan keputusan merupakan
fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu
banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan
keputusan. Bahkan ada pemimpin yang tidak berani mengambil
keputusan.
6. Fungsi pemeliharaan: fungsi ini mengupayakan kepuasan batin bagi
pemeliharaan dan pengembangan kelompok untuk kelangsungannya.
Seorang pemimpin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap
anak buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat,
membesarkan hati, mempengaruhi anak buahnya agar rajin bekerja
dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasi. Pemimpin
juga perlu memberikan penghargaan, pujian, hadiah dan
semacamnya kepada anak buah yang berprestasi, untuk menjalankan
fungsi ini.
17

7. Fungsi menjalankan tugas; pemimpin harus konsisten menjalankan


tugas dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.

2.3 Tipe Kepemimpinan


Tipe–tipe kepemimpinan yaitu :
1. Kepemimpinan diktatoris; Memimpin dengan cara menggertak,
menguasai.
2. Kepemimpinan otokratis; Pemusatan otoritas dan pengambilan
keputusan pada pimpinan.
3. Kepemimpinan demokratis; Berdasarkan pada desentralisasi
kekuasaan dan pengambilan keputusan.
4. Kepemimpinan laisez-faire; Membiarkan kelompoknya menetapkan
tujuan dan keputusannya.

2.4 Peran Relawan PMI dalam Kepemimpinan


Salah satu cara membangun kepemimpinan kita saat ini adalah
menjadi sukarelawan. Ini adalah peluang yang baik sekali untuk
mempertajam ketrampilan yang diperlukan sebagai seorang pemimpin,
memperoleh ketrampilan baru, atau belajar lebih banyak mengenai
masyarakat.
Relawan PMI dalam kepemimpinan kepalangmerahan yaitu :
1. Berikan komitmen.
2. Pimpin kegiatan/proyek/program lewat jalan sederhana
a. Bila belum ada sistem pendataan, tawarkan keahlian Anda
untuk membuat sistem pendataan yang sederhana.
b. Jika ruangan kantor suram dan berantakan, kerahkan kelompok
kecil untuk mendesain ruangan.
3. Membangun jaringan kerja sama untuk pengembangan organisasi.
18

BAB III
RESTORING FAMILY LINKS

3.1 Pengertian Restoring Family Links (RFL)

Restoring Family Links adalah pemulihan hubungan keluarga yang


terpisah akibat konflik, bencana dan alasan kemanusiaan lain (adopsi,
migran, dan permohonan kesejahteraan).

3.1.1 Makna Logo Restoring Family Links (RFL)

Gambar 3.1 Lambang Restoring Family Links

1. Gambar tiga orang berpelukan, menggambarkan keluarga yang


melepas rasa rindu setelah lama terpisah akibat konflik, bencana
ataupun karena kemanusiaan lain seperti migran atau adopsi.

2. Warna hijau melambangkan kasih sayang seorang ibu.

3. Warna biru melambangkan kerinduan anak akan kasih sayang orang


tua.

4. Warna jingga melambangkan kegigihan seorang ayah.

5. Lambang bunga melati menunjukkan bahwa PMI memiliki program


RFL yang bertujuan untuk memulihkan kembali komunikasi keluarga

18
19

yang terpisah karena bencana, konflik, atau alasan kemanusiaan


lainnya, seperti migran atau adopsi.

3.1.2 Tujuan Restoring Family Links (RFL)

1. Memulihkan kembali hubungan keluarga.

2. Mencegah perpisahan.

3. Memberikan kepastian mengenai nasib seseorang.

4. Mendata, memproses dan menyampaikan data untuk identifikasi.

5. Menyampaikan Berita Palang Merah/RCM.

6. Melakukan pencarian orang hilang.

7. Menyatukan kelompok rentan dengan keluarga.

3.1.3 Visi Restoring Family Links (RFL)

Ketika keluarga terpisah atau kehilangan berita dari orang yang


dikasihi alibat terjadinya konflik bersenjata, kekerasan, bencana alam,
atau situasi lainnya yang membutuhkan respon kemanusiaan, Gerakan
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional merespon secara
efisien dan efektif dengan memobilisasi kekuatannya dalam memulihkan
hubungan keluarga.

3.2 Dasar Hukum RFL


3.2.1 Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahannya
Pemulihan Hubungan Keluarga (RFL) dan pencarian orang-orang
hilang disebutkan dalam Hukum Perikemanusiaan Internasional (Konvensi
Jenewa 1949) isinya diantaranya;
1. Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik harus memberikan informasi
yang terperinci menyangkut orang-orang terluka dan anggota dari
angkatan bersenjata yang sakit dan mereka yang terbunuh dalam
tugas ke Biro Informasi Nasional yang didirikan oleh masing-masing
pihak, selanjutnya harus diteruskan kepada Badan Pusat Pencarian
20

(CTA) ICRC (Konvensi Jenewa pertama pasal 15, 16 dan Konvensi


Jenewa kedua pasal 18, 19).
2. Begitu ditangkap, seorang tawanan perang (POW) berhak untuk
mengirim kartu penahanan kepada keluarganya dan ke Badan Pusat
Pencarian (CTA) (konvensi Jenewa ketiga pasal 70).
3. Orang-orang sipil mempunyai hak untuk mengirim dan menerima
berita keluarga, pertukaran ini dibantu oleh Badan Pusat Pencarian
(CTA) bilamana pelayanan kantor pos umum tidak berfungsi (Konvensi
Jenewa keempat pasal 25).
4. Segera setelah penahanan, orang-orang sipil mempunyai hak untuk
mengirim kartu penahanan kepada keluarganya dan CTA (Konvensi
Jenewa keempat pasal 106).
5. Kedua belah pihak yang bertikai harus memudahkan permohonan para
anggota keluarga untuk memulihkan hubungan satu sama lain dan
mencoba untuk mempersatukan mereka (Konvensi Jenewa keempat
pasal 26).
6. Para keluarga mempunyai hak untuk diberitahu tentang nasib dari
anggota keluarganya yang hilang dan pada pihak yang bertikai harus
mencari anggota keluarga yang dilaporkan hilang (Protokol Tambahan
I pasal 32).
7. Negara-negara harus memudahkan penyatuan para anggota keluarga
yang terpisah karena pertikaian bersenjata dalam setiap
kemungkinan, dan mengundang organisasi kemanusiaan melakukan
tugas ini (Protokol Tambahan I pasal 74).

Kesimpulannya adalah:
1. Mengumpulkan, mendata, dan meneruskan informasi bagi keperluan
identifikasi tawanan perang atau tahanan sipil, korban terluka, sakit,
meninggal dan orang lain yang membutuhkan perlindungan.
21

2. Meneruskan berita keluarga; khususnya berkaitan dengan hak tawanan


perang dan tahanan sipil untuk mengirim dan menerima surat dan
kartu, dan menerima berita dari anggota keluarga.
3. Mencari orang hilang; berkaitan dengan hak keluarga untuk
mengetahui nasib saudaranya dan kewajiban parties untuk
menyediakan seluruh hal yang diperlukan bagi identifikasi orang yang
dilindungi jika meninggal dan informasi rinci makam mereka.
4. Pernyataan keluarga; khususnya tindakan evakuasi pada anak-anak,
penyatuan keluarga yang terpisah, dan pengiriman pulang tawanan
atau orang yang dilindungi.

3.2.2 Resolusi Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit


Merah
1. Resolusi XXI, Konferensi Internasional ke-24 di Manila tahun 1981.
2. Resolusi XV dan XVI, Konferensi Internasional ke-25 tahun 1968.
3. Resolusi 2D, Konferensi Internasional ke-26 di Jenewa tahun 1995.
Semua konferensi tersebut menjabarkan peran Gerakan dalam
bidang RFL dan peran Central Tracing Agency ICRC dalam melakukan
koordinasi dan memberikan nasihat teknis.

3.2.3 Rencana Strategis PMI 2004 – 2009

Meningkatkan kapasitas pelayanan RFL secara efektif dan


berkualitas sesuai dengan standard Gerakan Palang Merah dan Bulan
Sabit Merah Internasional.

3.3 Badan Pusat Pencarian (Central Tracing Agency/CTA)


Badan Pusat Pencarian (Central Tracing Agency/CTA) adalah
sebuah divisi di Markas Besar ICRC di Jenewa, Switzerland. Tugas
utamanya adalah:
22

1. Untuk mengsupervisi dan memberi petunjuk tujuan ICRC untuk


memulihkan hubungan keluarga yang hilang akibat konflik atau
kekerasan internal.

2. Untuk memberi kontribusi kepada Perhimpunan Nasional Palang Merah


dan Bulan Sabit Merah yang ingin mengadakan pelayanan tracing.

3. Untuk bertindak sebagai penasehat tehnik kepada Perhimpunan


Nasional melalui delegasi ICRC di lapangan.

CTA dimulai pada tahun 1870 bersamaan dengan perang Franco-


Prussia, dan sudah beroperasi di semua konflik besar di seluruh dunia.

CTA bertujuan untuk:

1. Memulihkan dan mempertahankan hubungan keluarga.

2. Mengabungkan kembali keluarga yang terpisah.

3. Mendapatkan apa yang telah terjadi terhadap para tahanan dan orang-
orang yang dilaporkan hilang.

CTA melaksanakan ini melalui:

1. Menerima berita dari wilayah konflik dan mengorganisir pertukaran


berita keluarga.
2. Mencari orang-orang yang hilang.
3. Mengklarifikasi nasib dari mereka yang dilaporkan hilang.
4. Registrasi individu.
5. Melindungi anak-anak di bawah umur dan orang-orang rentan lainnya.
6. Mempersatukan keluarga.

3.4 Restoring Family Links (RFL) Palang Merah Indonesia


Restoring Family Links atau Tracing and Mailing Service (TMS)
Palang Merah Indonesia didirikan pada tahun 1979 untuk membantu
pengungsi Vietnam yang datang ke Indonesia dengan jumlah yang terus
23

meningkat sejak Mei 1975 yang ditempatkan pemerintah di Pulau Galang,


Kepulauan Riau.

Dalam prakteknya TMS PMI bekerjasama dengan ICRC memberikan


kegiatan tracing dan memudahkan pertukaran surat-menyurat antara
para penggungsi dan anggota keluarganya.

Setelah itu kejadian demi kejadian di Indonesia RFL turut aktif


dalam membantu korban yang membutuhkan, seperti;

1. Perang Teluk

Selama perang Teluk pada tahun 1991, PMI bekerjasama dengan


Perhimpunan Bulan Sabit Merah di Arab Saudi untuk memudahkan
pertukaran lebih dari 7.000 Berita Keluarga Palang Merah (RCM) antara
para pekerja Indonesia di Arab Saudi dan keluarganya di Indonesia.

2. Gempa Bumi di Flores

Setelah gempa bumi dasyat mengguncang Maumere Flores pada


tahun 1992, para relawan TMS PMI melakukan tracing bagi orang-orang
yang dilaporkan hilang yang diyakini mereka adalah korban bencana. TMS
juga mengadakan pertukaran berita keluarga.

3. Konflik Internal di Ambon, Maluku Utara dan Kalimantan Barat

Setelah konflik terjadi di wilayah tersebut, ICRC dan PMI


bekerjasama untuk mengakses keperluan tracing bagi orang-orang lokal.
PMI Pusat memberikan dukungan dan menghimbau PMI Daerah dan
Cabang untuk menjawab keperluan yang timbul. Untuk Ambon dan
Maluku Utara karena jaringan pos tidak berfungsi, RCM yang dikirim ke
PMI Daerah dan Cabang disampaikan melalui kantor PMI Pusat yang
bekerjasama dengan perwakilan ICRC yang bertugas di Ambon dan
Maluku Utara.

4. Timor-Timur
24

Sejak tahun 1975, TMS sudah aktif dalam pembagian RCM untuk
masyarakat Timor-Timur. Konflik di Timor-Timur menyebabkan
perpisahan antara ribuan keluarga. Pada tahun 1999, setelah referendum
untuk kemerdekaan yang diakhiri konflik juga menyebabkan banyak
orang dari wilayah itu untuk meninggalkan tempatnya dan pergi ke Timor
Barat (NTT) dan wilayah lain di Indonesia.

Dalam kerjasamanya dengan ICRC, sebuah kantor TMS PMI dibuka


di Kupang dan Atambua, Timor Barat, untuk membantu ribuan pengungsi
Timor-Timur. Hingga saat ini, ICRC dan PMI masih melanjutkan
kegiatannya dalam pertukaran berita keluarga diantara orang-orang di
Timor-Timur dan di Indonesia.

5. Kejadian Bom di Bali

Segera setelah kejadian bom di Bali pada tanggal 12 Oktober 2002


di Bar Pady dan Sari Club di Kuta Legian, sebuah tim dari PMI Pusat dan
ICRC Jakarta ditugaskan ke Bali untuk mengkoordinir tarcing para korban
khususnya warga negara Indonesia yang dilaporkan hilang. Dalam
menjawab insiden ini merupakan sebuah pengalaman bagi TMS PMI.

6. Tsunami di Aceh

Peristiwa Tsunami Aceh yang sangat memilukan ini terjadi pada


hari Minggu pagi, 26 Desember 2004. Kurang lebih 200.000 nyawa
melayang dalam sekejab di seluruh tepian dunia yang berbatasan
langsung dengan samudra Hindia. Daerah Aceh merupakan korban jiwa
terbesar di dunia dan ribuan bangunan hancur, ribuan pula mayat hilang
dan tidak di temukan dan ribuan pula mayat yang di kuburkan secara
masal.

ICRC bekerjasama dengan PMI, membantu para korban untuk


memulihkan hubugan dengan keluarga mereka yang hilang. Bermacam
sarana pun digunakan seperti pertukaran Berita Palang Merah,
penggunaan telepon satelit, penggunaan formulir “Saya Selamat” dan
25

“Saya Mencari”, penggunaan website ICRC www.familylinks.org,


membantu anak-anak tanpa pendamping dan mempublikasi nama di
media. Tercatat hampir 26.500 nama dipublikasikan di media, dan lebih
dari 2.600 panggilan telepon dilakukan. Banyaknya korban yang
kehilangan keluarganya pada saat itu, membuat Biro Pusat Pencarian
(Central Tracing Agency) Komite Internasional Palang Merah (ICRC) turun
membantu Palang Merah Indonesia (PMI) dalam memberikan pelayanan
RFL kepada para korban Tsunami Aceh.

3.5 Jenis-jenis Pelayanan Restoring Family Links (RFL)

Kegiatan RFL ini disesuaikan dengan kondisi, apakah kondisi


normal/damai ataukah pada saat kondisi tanggap darurat bencana (TDB).
Dalam kondisi normal/damai, jenis kegiatan pelayanan RFL yang
ditawarkan adalah: penyampaian berita keluarga, permohonan
pencarian, permohonan kesejahteraan dan kunjungan tahanan. Apabila
kondisi dalam keadaan tanggap darurat bencana kegiatan yang
dilaksanakan adalah: saya selamat – saya mencari, satphone/hot line
service dan identifikasi jenazah. Sedangkan untuk kegiatan yang
dilaksanakan pada kedua kondisi adalah: penyatuan keluarga dan anak
tanpa pendamping.

3.5.1 Red Cross Message (RCM)

1. Pengertian Red Cross Messages (RCM)

Berita Keluarga Palang Merah atau yang sering dikenal dengan Red
Cross Messages (RCM) adalah pelayanan RFL yang dilaksanakan pada saat
normal/damai.

Dalam pengertiannya, RCM merupakan salah satu alat RFL yang


digunakan ketika semua sarana komunikasi tidak dapat berfungsi. RCM
juga merupakan surat terbuka, dan hanya diperuntukkan untuk anggota
keluarga serta hanya bisa dilaksanakan apabila terdapat jaringan Palang
26

Merah di daerah tujuan. Dan seperti halnya surat biasa, pada RCM juga
harus ada informasi yang jelas baik mengenai pemohon maupun
penerima.

2. Kriteria Red Cross Messages (RCM)

a. Adanya hubungan keluarga antara pengirim dan penerima (contoh;


antara ayah dengan anak, ibu dengan anak, kakak dengan adik dan
sebagainya).
b. Cukupnya alamat pengirim dan penerima agar berita dapat terkirim.
c. RCM hanya memuat berita keluarga (berita keadaan kesehatan,
kelahiran, kematian, pernikahan dan sebagainya).
d. Adanya akses Palang Merah memasuki wilayah dimana alamat
penerima berada.

3. Sensor pada Red Cross Messages (RCM)


Seperti namanya “Berita Keluarga”, jadi dalam RCM, hanya
diperbolehkan memuat berita keluarga saja, seperti kejadian yang
terjadi dalam keluarga atau keadaan keluarga (pernikahan, kelahiran,
kematian dan lain-lain), keberadaan anggota keluarga dan lain
sebagainya. Referensi atau ajakan terhadap politik, referensi mengenai
perlakuan seseorang khususnya anggota bersenjata serta kata-kata
hinaan tidak diperbolehkan ditulis dalam lembar RCM.

Bila terdapat tulisan yang tidak diperbolehkan, maka petugas RFL


Palang Merah berhak untuk melakukan pensensoran. Kata-kata yang
dianggap tidak lolos sensor akan dicoret sampai dengan tidak terbaca,
bila terlalu banyak yang harus disensor, petugas akan memberikan
lembaran RCM baru untuk ditulis ulang. Bila RCM tersebut sudah
dinyatakan lolos sensor, petugas akan memberikan stempel “READ” dan
RCM tersebut dapat ditindaklanjuti.
27

RCM adalah sebuah surat terbuka artinya isinya dapat dibaca oleh
pihak yang berwenang (petugas PMI atau penguasa setempat). Petugas
TMS PMI harus bertanggungjawab atas isi RCM tersebut, untuk itu;

Setiap RCM harus dibaca/disensor secara perorangan dan dicap


“dibaca” bagi RCM yang isinya memenuhi kriteria.

Berita yang tidak memenuhi kriteria dicoret sampai tidak terbaca


dan diberi paraf oleh yang membaca

Jika semua isinya tidak memenuhi kriteria, RCM tandai dengan


“tidak memenuhi kriteria hanya berita keluarga” dan kembalikan kepada
pengirim disertai formulir RCM baru.

4. Cara Menyampaikan Red Cross Messages (RCM)

Seperti bantuan PMI lainnya RCM juga harus disampaikan langsung


kepada penerima oleh petugas TMS PMI/relawan PMI dan diharapkan
mendapatkan balasan/jawaban dari penerima pada waktu menyerahkan
RCM tersebut. Berita-berita yang sensitif seperti; berita kematian,
perceraian dan sebagainya harus disampaikan dengan hati-hati.

Dalam hal mencari penerima petugas TMS/relawan PMI dapat saja;

a. Menghubungi para tetangga, pengurus RT/RW, tetua adat atau para


kepala suku.

b. Menempatkan daftar nama penerima di tempat umum seperti di kamp


pengungsi, posko PMI, dll. (biasanya RCM dalam jumlah banyak).

c. Menyiarkan di radio setempat (biasanya RCM dalam jumlah banyak).

5. Lama Waktu Pemrosesan Red Cross Messages (RCM)

Tenggat waktu tanggapan untuk RFL PMI Pusat harus memproses


RCM dalam waktu satu minggu. Koordinator RFL PMI Daerah harus
28

memproses RCM itu dalam waktu satu minggu sejak surat tersebut
dikirim dari PMI Pusat. Relawan RFL PMI Cabang punya waktu maksimum
lima belas hari untuk mengantarkan RCM tersebut kepada si penerima
dan mengirimkan kembali formulir konfirmasi penyerahan RCM (RCM
delivery confirmation form) kepada Koordinator RFL PMI Daerah sejak
tanggal RCM tersebut dikirimkan dari PMI Daerah. Alasan bahwa RCM
harus ditangani secara cepat dan profesional ialah demi kepentingan si
penerima bantuan. Ingatlah bahwa penerima bantuan sering kali sangat
tergantung pada RCM sebagai satu-satunya sarana untuk berkomunikasi
dengan keluarga.

Tenggat waktu tanggapan untuk RCM dinyatakan pada formulir


Konfirmasi Penyerahan RCM, Koordinator RFL PMI Daerah punya waktu
satu minggu untuk meneruskan RCM kepada Subdivisi RFL PMI Pusat
(untuk kasus internasional) atau kepada Koordinator RFL PMI Daerah
terkait (untuk kasus nasional). RFL PMI Pusat meneruskan RCM itu (untuk
kasus internasional) kepada Perhimpunan Nasional negara yang
bersangkutan atau kepada ICRC dalam waktu satu minggu Kadang-kadang
PMI Cabang mungkin butuh waktu lebih lama untuk mengantarkan RCM
kepada si penerima daripada yang disediakan oleh tenggat waktu
tersebut. Tanggung jawab Koordinator RFL PMI Daerah untuk memastikan
bahwa PMI Cabang memproses dan menanggapi kasus sesuai tenggat
waktu tanggung jawab Koordinator Tanggap Darurat RFL PMI Pusat
untuk Adalah memastikan bahwa Koordinator RFL PMI Daerah memproses
dan menanggapi kasus sesuai tenggat waktu .

6. Alur Proses Sebuah Red Cross Messages (RCM)

a. Permohonan dari Luar Negeri yang Masuk ke PMI untuk Diproses di


Dalam Negeri Untuk RCM, permohonan pencarian, dan permohonan
informasi kesejahteraan yang datang dari Perhimpunan Nasional
lain atau ICRC, maka prosedur berikut ini berlaku di RFL PMI
29

permohonan RCM, Perhimpunan Nasional yang membuka kasus RFL


atau ICRC meneruskan kasus tersebut ke Subdivisi RFL PMI Pusat,
Subdivisi RFL PMI Pusat menilai kasus RFL tersebut &
meneruskannya ke Koordinator RFL PMI Daerah, Koordinator RFL
PMI Daerah meneruskan kasus RFL tersebut ke PMI Cabang Relawan
RFL di PMI Cabang memproses kasus RFL. Hasil pencarian di
kirimkan kembali dengan cara yang sama.

b. Permohonan ke Luar Negeri untuk Diproses di Luar Negeri Untuk


RCM, permohonan pencarian, atau permohonan informasi
kesejahteraan dari RFL PMI ke Perhimpunan Nasional lain atau
ICRC, maka prosedur berikut ini berlaku: kasus RFL seperti
permohonan RCM, atau pencarian, atau permohonan informasi
kesejahteraan dibuka dan dinilai di PMI Cabang dan kemudian
dikirimkan, beserta surat pengantar kepada Koordinator RFL PMI
Daerah dalam waktu dua hari setelah permohonan tersebut
lengkap, Koordinator RFL PMI Daerah meneruskan RCM, permohonan
pencarian, atau permohonan informasi kesejahteraan ke Subdivisi
RFL PMI Pusat dalam waktu satu minggu (untuk RCM atau
permohonan pencarian) atau tiga hari (untuk permohonan
informasi kesejahteraan) sejak tanggal permohonan tersebut
dikirim dari PMI Cabang. Jika kasus yang bersangkutan memenuhi
kriteria penerimaan, Subdivisi RFL PMI Pusat mengirimkan RCM,
permohonan pencarian, atau permohonan informasi kesejahteraan
tersebut ke Perhimpunan Nasional negara tujuan atau ICRC dalam
satu minggu (untuk RCM atau permohonan pencarian) atau tiga hari
(untuk permohonan informasi kesejahteraan) dan menyimpan satu
salinan. Subdivisi RFL PMI Pusat menyampaikan laporan
perkembangan dan tanggapan kepada Koordinator RFL PMI Daerah,
yang kemudian meneruskannya ke PMI Cabang yang membuka kasus
pencarian, atau permohonan informasi kesejahteraan diterima di
30

Subdivisi RFL PMI Pusat. Subdivisi RFL PMI Pusat menilai RCM,
permohonan pencarian, atau permohonan informasi kesejahteraan
tersebut terhadap kriteria penerimaan yang berlaku. Jika RCM,
permohonan pencarian, atau permohonan informasi kesejahteraan
tersebut tidak memenuhi kriteria penerimaan, Subdivisi RFL PMI
Pusat menghubungi Perhimpunan Nasional terkait atau ICRC. Jika
RCM, permohonan pencarian, atau permohonan informasi
kesejahteraan tersebut memenuhi kriteria penerimaan, PMI Pusat
meneruskan kasusnya kepada Koordinator RFL PMI Daerah terkait,
yaitu dalam waktu sebagai berikut (sejak permohonan tersebut tiba
di PMI Pusat): Satu minggu untuk RCM , Satu minggu untuk
permohonan pencarian, Tiga hari untuk permohonan informasi
pencarian (yang harus dikirimkan melalui faks) Koordinator RFL
PMI Daerah meneruskan kasus tersebut kepada PMI Cabang terkait,
yaitu dalam waktu sebagai berikut (sejak tanggal permohonan
tersebut dikirim dari PMI Pusat): Satu minggu untuk RCM, Satu
minggu untuk permohonan pencarian, Tiga hari untuk permohonan
informasi kesejahteraan (yang harus dikirimkan melalui faks).

c. Permohonan dari Dalam Negeri untuk Diproses di Dalam Negeri


Untuk RCM, permohonan pencarian, dan permohonan informasi
kesejahteraan yang nasional (si pemohon/pengirim maupun orang
yang dicari / si penerima tinggal di Indonesia), maka prosedur
berikut ini berlaku: permohonan RCM, Relawan RFL PMI Cabang
menemui pemohon dan membuka kasus. Kasus diteruskan ke
Koordinator RFL PMI Daerah. Kasus-kasus intra-provinsi dapat
diteruskan langsung dari PMI Cabang ke PMI Cabang, dengan salinan
untuk Koordinator RFL PMI Daerah. Koordinator RFL PMI Daerah
meneruskan kasus kepada Koordinator RFL PMI Daerah terkait.
Koordinator RFL PMI Daerah penerima kasus meneruskan kasus
kepada PMI Cabang terkait.
31

Mendaftar Permohonan Semua RCM, permohonan pencarian, dan


permohonan informasi kesejahteraan, baik yang dari dalam negeri ke
luar negeri maupun yang dari luar negeri ke dalam negeri, harus
didaftar. Tujuan pendaftaran adalah sebagai berikut: Agar berkas/file
untuk setiap kasus dapat diidentifikasi dengan mudah.Berkas setiap
kasus disimpan di kantor PMI Cabang dan di kantor PMI Daerah, yaitu
dalam filing cabinet RFL dalam keadaan terkunci setiap saat bilamana
sedang tidak diproses agar data-data berikut ini dapat dicatat: nomor
kasus, jenis kasus, tahap perkembangan dalam pemrosesan kasus, dan
hasil pencarian. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan
sebaik-baiknya kepada pemohon dan untuk memungkinkan dilakukannya
analisis mengenai kegiatan RFL di PMI Pusat, PMI Daerah, dan PMI Cabang
Permohonan dari Luar Negeri untuk Diproses di Dalam Negeri Ketika
sebuah RCM, permohonan pencarian, atau permohonan informasi
kesejahteraan diterima dari luar negeri oleh Subdivisi RFL PMI Pusat,
maka: Subdivisi RFL PMI Pusat mendaftar RCM, permohonan pencarian,
atau permohonan informasi kesejahteraan tersebut pencarian, atau
permohonan informasi kesejahteraan dibuka dan diproses di PMI Cabang
dan kemudian dikirimkan, beserta surat pengantar dalam waktu dua hari
setelah permohonan tersebut lengkap Jika tempat tujuan untuk RCM,
permohonan pencarian, atau permohonan informasi kesejahteraan
tersebut berada di provinsi yang sama maka kasusnya diteruskan
langsung ke PMI Cabang tujuan, disertai dengan surat pengantar.

Salinan dari kasus dan surat pengantar tersebut dikirimkan kepada


Koordinator RFL PMI Daerah tempat tujuan RCM, permohonan pencarian,
atau permohonan informasi Jika kesejahteraan tersebut berada di
provinsi lain maka kasusnya diteruskan kepada Koordinator RFL PMI
Daerah, disertai surat pengantar. Koordinator RFL PMI Daerah kemudian
meneruskan kasus tersebut kepada Koordinator RFL PMI Daerah terkait
dalam waktu satu minggu (untuk RCM dan permohonan pencarian) atau
32

tiga hari (untuk permohonan informasi kesejahteraan). Koordinator RFL


PMI Daerah penerima meneruskan kasus tersebut kepada PMI Cabang
tujuan dalam waktu satu minggu (untuk RCM dan permohonan pencarian)
atau tiga hari (untuk permohonan informasi kesejahteraan) PMI Cabang
tujuan/penerima memproses kasus tersebut dengan tenggat waktu
sebagai berikut: Lima belas hari untuk RCM, Satu bulan untuk
permohonan pencarian, Satu minggu. untuk permohonan informasi
kesejahteraan PMI Cabang pembuka kasus (untuk kasus-kasus intra-
provinsi) atau Koordinator RFL PMI Daerah (untuk kasus-kasus antar-
provinsi perlu menerima balasan/tanggapan dari PMI Cabang penerima
kasus tentang hasil pencarian selambat-lambatnya pada tanggal tenggat
waktu tanggapan. Tanggal tenggat waktu tanggapan tertera di masing-
masing checklist terkait.

3.5.2 Permohonan Pencarian (Tracing Request/TR)


Permohonan tracing Palang Merah adalah sebuah permohonan
pencarian yang dibuat mengenai keberadaan seseorang yang dinyatakan
hilang. Suatu permohonan pencarian dapat dimulai bilamana semua
cara/metode dalam pemulihan hubungan keluarga dinyatakan tidak
berhasil. Sebagai contoh, ketika sebuah RCM tidak dapat disampaikan
dan telah dikembalikan. Permohonan pencarian dapat dibuat dalam
situasi konflik, bencana atau kebutuhan kemanusiaan lainnya.

1. Kriteria untuk Permohonan Pencarian


Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika menentukan
apakah sebuah permohonan pencarian dapat dimulai:

a. Adanya hubungan antara pemohon dan orang yang dicari.

b. Alasan perpisahan antara pemohon dan orang yang dicari.

c. Mempunyai alamat terakhir orang yang dicari. (harus suatu tempat


dimana Perhimpunan Nasional atau ICRC dapat memulai pencarian).
Bilamana tidak mempunyai alamat terakhir, suatu alamat alternatif
33

dari teman atau keluarga dari orang yang dicari harus disediakan,
diutamakan seseorang yang terakhir berhubungan dengan orang yang
dicari.

d. Sudah pernah berusaha dengan cara lain dan telah terbukti gagal.
Sebagai contoh, setelah sebuah RCM dikembalikan kepada pengirim,
atau alamat terkini dari orang yang dicari tidak diketahui.

e. Mempunyai informasi yang cukup untuk memulai permohonan


pencarian.

f. Untuk pencarian seseorang dengan latar belakang militer dapat


mencantumkan nama kesatuan, pangkat terakhir, NRP dan kapan dan
dimana tugas terakhir.
PMI akan menyetujui sebuah permohonan pencarian berdasarkan
hubungan keluarga, sebagai berikut:

a. Keluarga dekat (ayah, ibu, suami/istri, anak-anak kandung, saudara


kandung dan sepupu).

b. Bilamana pemohon dan orang yang dicari bukan keluarga dekat,


kasusnya dapat disetujui atas dasar “kemanusiaan.”

c. Dengan mengetahui hubungan keluarga antara pemohon dan orang


yang dicari akan membantu orang yang dicari untuk mengetahui siapa
si pemohon.

PMI akan menyetujui permohonan pencarian dengan alasan


perpisahan yang diakibatkan oleh:

a. Perang, konflik, bencana atau alasan kemanusiaan lainnya (seperti


perpindahan penduduk besar-besaran).

b. Bilamana seseorang dapat diyakinkan bahwa ia telah ditangkap,


diculik atau dedeportasi.

Tracing tidak dapat dimulai bilamana perpisahan dikarena


perselisihan keluarga, atau orang dinyatakan hilang di luar konflik atau
34

situasi bencana (masalah orang hilang dalam situasi seperti ini adalah
urusan polisi).

2. Atas Dasar Kemanusiaan

Jikalau Permohonan Pencarian tidak memenuhi salah satu kriteria


(perpisahan bukan akibat konflik/bencana), kasus tersebut dapat diakses
atas dasar kemanusiaan. Dasar Kemanusiaan adalah apabila:
a. Kasus tersebut berada pada tingkat yang membutuhkan bantuan
Palang Merah seperti, urusan kesehatan, seperti, seseorang dalam
keadaan emergensi.
b. Orang tersebut adalah hanya satu-satunya keluarga yang masih ada.
c. Faktor pemukiman kembali dalam skala besar yang menyababkan
kehilangan kontak atau komunikasi.
d. Pemohon telah berusaha dengan berbagai cara pencarian.
e. Ada informasi yang cukup untuk menyetujui kasus tersebut

3. Usaha Pencarian
Pencarian dapat dilakukan melalui;

a. Mendatangi alamat terakhir (rumah atau perusahaan).

b. Menghubungi tetangga atau keluarga.

c. Menghubungi para kepala suku.

d. Menghubungi pemimpin agama.

e. Menghubungi para penguasa pemerintah yabg berwenang (seperti


kantor catatan kelahiran, kematian dan pernikahan).

f. Menghubungi para utusan dari organisasi non-pemerintah baik


internasional maupun lokal (seperti; UNHCR bagi seseorang yang
dicari yang diketahui sedang meminta suaka).

g. Media (seperti; surat khabar dan radio)


35

Pemohon harus secara spesifik memberi ijin kepada TMS PMI


tentang apakah pencarian dapat disiarkan media. Di bagian 8 dalam
Formulir Permohonan Tracing PMI pemohon diminta untuk melengkapi:
“saya setuju/tidak setuju permohonan tracing ini dapat disiarkan di
media massa.”

4. Masalah Keamanan
Sangat penting bahwa nama dan alamat pencari tidak disebarkan
di luar jaringan Palang Merah selama proses tracing berlangsung. Nama
dan alamat pencari hanya diperbolehkan untuk disampaikan kepada
orang yang dicari bilamana identifikasi mereka telah secara positif
diteliti.

5. Prioritas untuk Permohonan Pencarian


Prioritas harus diberikan kepada kasus dimana:

a. Keselamatan dan kesehatan orang yang dicari dalam keadaan bahaya.


b. Orang yang dicari dianggap orang rentan;
- Anak-anak yang terpisah dari orangtua (anak-anak yang sendirian
tidak dibawah lindungan orang dewasa).
- Orang-orang cacat.
- Orang-orang tua
6. Meneliti Identitas Orang yang Dicari

Penting bahwa identitas orang yang dicari diverifikasi sebelum


informasi mengenai pemohon disampaikan. Jalan terbaik untuk meneliti
identitas orang yang dicari adalah membuat pemeriksaan silang
mengenai identitas pribadi, seperti tanggal lahir, nama ibu dan nama
ayah.

7. Kasus Dimana Orang yang Dicari Ditemukan


36

Dalam kasus dimana orang yang dicari ditemukan hidup, langkah-


langkah berikut ini harus diikuti (setelah identitas orang dicari telah
diverifikasi secara terperinci seperti diatas):

a. Memberitahu kepada orang yang dicari bahwa dia adalah subyek dari
pencarian.

b. Memberitahu identitas pemohon.

c. Tanyakan kepada orang yang dicari apakah mereka mengijinkan


alamatnya untuk disampaikan kepada pemohon.

d. Jikalau orang yang dicari tidak mengijinkan data-data tentang dirinya


disampaikan kepada pemohon, orang yang dicari agar ditanyakan
alasan apa yang harus disampaikan kepada pemohon, seperti:

- Orang yang dicari tidak mau berhubungan dengan pemohon.

- Orang yang dicari akan menghubungi pemohon.

Apapun keputusan orang yang dicari harus selalu dihormati. Dalam


kasus dimana orang yang dicari telah meninggal dunia, pemohon harus
segera diberitahu mengenai prosedur-prosedur yang dapat dilakukan
untuk mengambil sebuah surat kematian di Indonesia. Laporan tidak
resmi tentang kematian orang yang dicari tidak dapat disampaikan
kepada pencari kecuali ada bukti cukup dari sumber yang dapat
dipercaya yang dapat membuktikan.

Bilamana orang yang dicari tidak ditemukan berita harus


diteruskan kepada pemohon.

3.6 Saya Selamat – Saya Mencari


Layanan saya selamat – saya mencari adalah salah satu layanan
Restoring Family Links berupa layanan informasi mengenai keadaan
seseorang setelah terjadinya bencana. Apabila orang tersebut berhasil
selamat dari bencana ataupun sedang mencari seseorang baik keluarga
37

maupun kerabat yang hilang atau terpisah karena bencana, orang


tersebut dapat menggunakan pelayanan ini. Setelah mendapatkan
informasi, relawan RFL akan membuat daftar orang yang selamat dan
orang yang sedang mencari kerabatnya. Dengan begitu informasi
tersebut dapat dicocokkan antara orang yang selamat dengan orang yang
sedang mencarinya, sehingga mereka dapat dipertemukan kembali.
Keluarga atau kerabat orang yang selamat akan menerima informasi
tentang keselamatannya. Begitu juga orang yang mencari kerabatnya,
dia akan mendapatkan informasi apabila kerabatnya selamat.
Layanan saya selamat – saya mencari ini berfungsi untuk
memudahkan tersampainya informasi dan memberikan ketenangan
kepada orang-orang yang terpisah dengan keluarganya akibat terjadinya
bencana. Pelayanan saya selamat – saya mencari digunakan pada
musibah tsunami yang menimpa Aceh dan pulau Nias pada Desember
2004 sampai tahun 2005.

3.7 Satphone (Telepon Satelit)

3.7.1 Pengertian Satphone

Satphone adalah suatu layanan telekomunikasi berupa telepon


tanpa kabel yang menempatkan base transceiver station (BTS) nya di
udara sehingga memiliki jangkauan lebih luas dibanding telepon berbasis
GSM yang menempatkan BTS-nya di darat. Karena memiliki jangkauan
yang luas, telepon satelit dapat digunakan di derah pegunungan,
pedalaman hingga di tengah lautan. Berbeda dengan telepon GSM yang
jangkauannya terbatas. Telepon satelit tidak menggunakan infrastruktur
yang ada di bumi untuk melakukan panggilan.

3.7.2 Fungsi Satphone

1. Membuat suatu hubungan dengan orang-orang yang tinggal di daerah


terpencil dan yang tidak terhubung jaringan telepon GSM.
38

2. Telepon satelit memiliki jangkauan telepon yang tidak mudah terputus


oleh cuaca dan bencana alam sehingga mudah untuk memantau suatu
daerah yang sedang dalam kondisi porak poranda akibat bencana.

3. Untuk daerah berstatus militer sangat berbahaya, tetap dapat


membuat suatu hubungan dengan telepon satelit walaupun jaringan
telepon GSM diputus.

4. Menghubungkan dua lokasi yang sangat jauh dalam waktu yang sangat
singkat.

5. Menjangkau hingga ke tengah samudera.

6. Telepon satelit tahan terhadap air dan guncangan.

3.7.3 Peralatan Satphone

Gambar 3.2 Peralatan Satphone


39

Gambar 3.3 Peralatan Satphone

3.7.4 Alasan Menggunakan Satphone

Disaat terjadinya suatu bencana, baik bencana alam dan bencana


sosial ini bisa jadi membuat petugas tidak dapat menggunakan telpon
genggam dan telpon kabel karena dihalangi oleh beberapa hal.

Makanya disini petugas menggunakan satphone karena cara


kerjanya terhubung langsung dengan satelit yang memungkinkan untuk
menjangkau keseluruk pelosok dunia.

3.8 Manajemen Jenazah

3.8.1 Ruang Lingkup Manajemen Jenazah

Manajemen jenazah merupakan salah satu aspek tersulit di bidang


tanggap bencana. Padahal, bencana alam pada khususnya dapat
menimbulkan korban tewas dalam jumlah besar. Walaupun komunitas
kemanusiaan telah dua puluh tahun lebih menyadari tantangan tersebut,
besarnya jumlah korban tewas sebagai akibat tsunami Asia Tenggara
pada tahun 2004 lalu menunjukkan terbatasnya kapasitas yang saat ini
kita miliki untuk memberikan tanggap darurat.

Beberapa bencana alam besar yang terjadi tahun 2005, termasuk


Topan Katrina di Amerika Serikat, Topan Stan di Amerika Tengah, dan
gempa bumi di Pakistan Utara dan India, semakin memperlihatkan
perlunya pedoman praktis. Bencana alam sering kali membuat kewalahan
sistem-sistem lokal yang mengurusi korban tewas. Akibatnya, tanggung
jawab pemberian respon yang bersifat langsung, berada di tangan
organisasi dan masyarakat setempat. Tidak adanya petunjuk spesialis
40

atau skema penanganan korban tewas massal (mass fatality planning)


memperbesar masalah yang ada, sehingga sering kali terjadi
mismanajemen jenazah. Ini hal penting, karena cara penanganan korban
mempunyai pengaruh besar dan jangka panjang terhadap kesehatan
mental korban dan masyarakat secara keseluruhan. Di samping itu,
pengidentifikasian jenazah secara benar sangat penting dari segi hukum,
yakni terkait isu pewarisan dan pertanggungan (asuransi), yang dapat
memberikan dampak pada pihak keluarga dan kerabat selama bertahun-
tahun sesudah bencana terjadi.

3.8.2 Prosedur Pengambilan Jenazah

1. Jenazah harus dimasukkan ke dalam kantung jenazah. Bilamana tidak


tersedia kantung jenazah, gunakan lembaran plastik, kain kafan, kain
seprei, atau materi lain yang tersedia di lokasi.

2. Bagian jenazah (misalnya potongan tangan) perlu diperlakukan seperti


jenazah utuh. Tim pengambilan jenazah tidak boleh melakukan upaya
untuk mencocokkan bagian-bagian jenazah di lokasi bencana.

3. Tim pengambilan jenazah akan bekerja paling efektif jika dibagi


menjadi dua kelompok: satu kelompok untuk membawa jenazah ke
pos pengumpulan terdekat dan satu kelompok lagi untuk mengangkut
jenazah dari pos pengumpulan ke tempat pengidentifikasian atau
tempat penyimpanan.

4. Catat tempat dan tanggal diketemukannya jenazah, karena hal ini


membantu proses pengidentifikasian.

5. Barang-barang milik pribadi, perhiasan, dan surat-surat tidak boleh


dipisahkan dari jenazah yang bersangkutan selama proses
pengambilan. Pemisahan baru boleh dilakukan dalam tahap
pengidentifikasian.
41

6. Tandu, kantung jenazah, dan truk bak terbuka atau truk traktor dapat
dipakai untuk mengangkut jenazah. Ambulans tidak boleh dipakai
untuk tujuan tersebut karena ambulans berfungsi untuk membantu
korban selamat.

3.8.3 Peralatan dalam Manajemen Jenazah

1. Individu: sepatu boot, sarung tangan, dan masker.

2. Tim: tandu, kantung jenazah, dan ambulans.

3.8.4 Penemuan dan Identifikasi Jenazah

1. Penomoran Jenazah

Berikan nomor urut sebagai acuan tunggal kepada masing-masing


jenazah atau bagian jenazah. Nomor acuan tidak boleh ganda.

a. Tuliskan nomor acuan tunggal pada label yang anti-air (misalnya


kertas yang terbungkus rapat dengan plastik). Lekatkan label secara
aman pada jenazah atau bagian jenazah.

b. Label anti-air bertuliskan nomor acuan yang sama juga harus


dilekatkan pada pembungkus jenazah atau bagian jenazah (misalnya
kantung jenazah, sepréi, atau kantung untuk bagian jenazah).

2. Mengambil Foto

a. Nomor acuan tunggal harus terlihat di semua foto.

b. Jika ada, sebaiknya pergunakan kamera digital untuk memudahkan


penyimpanan dan pendistribusian foto.

c. Bersihkan jenazah seperlunya agar ciri-ciri wajah dan pakaian dapat


terlihat sebagaimana mestinya di foto.
42

d. Selain nomor acuan tunggal, foto-foto juga perlu memperlihatkan


sekurang-kurangnya keseluruhan panjang jenazah dari depan,
keseluruhan wajah dan setiap ciri yang khusus.

e. Jika keadaan memungkinkan, atau sesudahnya perlu dibuat foto-foto


tambahan yang memperlihatkan tubuh bagian atas dan tubuh bagian
bawah, semua pakaian, barang pribadi, dan ciri khusus, lengkap
dengan nomor acuan tunggalnya.

f. Ketika memotret, hal-hal berikut ini perlu diingat: foto kabur tidak
ada gunanya, pemotretan harus dilakukan di dekat jenazah, ketika
memotret wajah wajah harus memenuhi foto, pemotret harus berdiri
di tengah jenazah ketika memotret bukan di kepala atau di kaki, foto
harus memperlihatkan nomor acuan tunggal jenazah untuk
memastikan bahwa pengidentifikasian yang dilakukan dengan
menggunakan foto sesuai dengan jenazah yang sebenarnya untuk
menghitung ukuran fitur-fitur dalam foto.

3. Mengamankan Jenazah

a. Barang-barang pribadi perlu dikemas secara aman, dilabeli dengan


nomor acuan tunggal yang sama, dan disimpan bersama dengan
jenazah atau bagian jenazah yang bersangkutan.
b. Pakaian harus tetap dikenakan pada jenazah yang bersangkutan.

3.8.5 Penguburan Jenazah

Penguburan merupakan cara yang paling praktis karena cara


tersebut menjaga keutuhan barang bukti untuk tujuan penyelidikan
forensik di kemudian hari, bilamana diperlukan. Kremasi jenazah yang
belum teridentifikasi perlu dihindari karena beberapa alasan:

1. Kremasi akan menghancurkan barang bukti yang diperlukan untuk


pengidentifikasian di kemudian hari.
43

2. Memerlukan bahan bakar dalam jumlah besar (biasanya kayu).


3. Pembakaran sempurna sulit dilakukan sehingga bagian-bagian tertentu
dari jenazah sering kali tersisa.
4. Kremasi terhadap jenazah dalam jumlah besar sulit dilakukan dari segi
logistik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Palang Merah Internasional adalah suatu perhimpunan yang
anggotanya memberikan pertolongan secara sukarela kepada setiap
manusia yang sedang menderita tanpa membeda – bedakan bangsa,
golongan, agama dan politik.
Prinsip dasar dari gerakan Palang merah internasional adalah
Kemanusiaan, Kesamaan, Kenetralan, Kemandirian, Kesukarelaan,
Kesatuan, danKesemestaan.
Kepemimpinan adalah proses menggerakkan dan mempengaruhi
orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tugas pokok kepemimpinan berupa mengantarkan, mempelopori,
memberi petunjuk, mendidik, membimbing dan lain sebagainya agar
para bawahan mengikuti jejak pemimpin mencapai tujuan organisasi.
Restoring Family Links adalah pemulihan hubungan keluarga yang
terpisah akibat konflik, bencana dan alasan kemanusiaan lain (adopsi,
migran, dan permohonan kesejahteraan).
Dalam kondisi normal/damai, jenis kegiatan pelayanan RFL yang
ditawarkan adalah: penyampaian berita keluarga, permohonan
pencarian, permohonan kesejahteraan dan kunjungan tahanan. Apabila
kondisi dalam keadaan tanggap darurat bencana kegiatan yang
dilaksanakan adalah: saya selamat – saya mencari, satphone/hot line
service dan identifikasi jenazah. Sedangkan untuk kegiatan yang
44

dilaksanakan pada kedua kondisi adalah: penyatuan keluarga dan anak


tanpa pendamping.

4.2 Saran

Konflik, migran, peperangan, bencana alam ataupun peristiwa lain


yang dapat memisahkan individu dengan keluarganya tidak dapat
diprediksi kapan akan terjadi. Faktanya, banyak konflik, perang dan
bencana yang tengah terjadi pada detik ini. Dengan begitu, persentasi
angka anggota keluarga yang kehilangan informasi dan kontak dengan
keluarganya terhitung besar. 43

Restoring Family Links sangat dibutuhkan untuk mengatasi


masalah terpecahnya hubungan ataupun terputusnya komunikasi antara
anggota keluarga. Untuk itu sebagai relawan PMI harus senantiasa siap
menerima keluhan dan mengatasi masalah tersebut apabila suatu saat
terjadi, baik pada masa damai, tanggap darurat bencana, ataupun
keduanya.

Masyarakat juga perlu diberikan pengetahuan mengenai fungsi


RFL, agar saat situasi ini terjadi pada diri mereka, mereka mengerti
tindakan apa yang perlu dilakukan.
45

DAFTAR PUSTAKA

Nuchrawaty, Ulla. 2008. Pelatihan KSR Dasar Kumpulan Materi. Jakarta.


Palang Merah Indonesia.

http://ajtratnabudakbager.blogspot.co.id/p/kepemimpinan.html
diakses pada tanggal 10 Maret 2019.

https://palmersda.wordpress.com/2010/08/31/organisasi-pmi/
diakses pada tanggal 10 Maret 2019.

http://nimastamiranty.blogspot.co.id/2014/12/icrc-atau-ifrc-atau-pmi-
dan-tugas-pokok.html diakses pada tanggal 10 Maret 2019.

https://www.slideshare.net/AmininMuhammad/pengantar-rfl-update
diakses pada 10 Maret 2019.

https://amien07dps.wordpress.com/2012/02/15/restoring-family-liks-
rfl/ diakses pada 10 Maret 2019.

http://jatim.tribunnews.com/2018/10/03/berikut-panduan-mengakses-
aplikasi-restoring-family-links-dari-pmi-kota-surabaya diakses pada 31
Maret 2019.
46

http://pmidkijakarta.or.id/layanan/pemulihan diakses pada 31 Maret


2019.

https://blogs.icrc.org/indonesia/pemulihan-hubungan-keluarga-ketika-
tsunami-aceh/ diakses pada 31 Maret 2019.

45

Anda mungkin juga menyukai