Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk sosial yang saling berhubungan serta
melakukan interaksi dengan individu lainnya, setiap individu mempunyai
keinginan untuk mendapatkan kasih sayang dari orang lain. Hal ini
mendorong individu untuk melakukan sentuhan fisik serta hubungan seksual
yang sejatinya di lakukan oleh laki-laki kepada perempuan ataupun
sebaliknya perempuan kepada laki-laki hal ini disebut sebagai orientasi
seksual (Iskandar, 2012). Sejalan dengan berkembangnya zaman
berkembang pulalah ilmu pengetahuan mengenai orientasi seksual, tidak
hanya laki-laki kepada perempuan melainkan perempuan kepada perempuan
(lesbi) dan laki-laki kepada laki-laki (homo).
Tarigan (2011) menjelaskan bahwa homoseksual atau lesbian adalah
perilaku menyimpang dan tidak sesuai dengan norma agama, sehingga
lesbian diposisikan sebagai kaum minoritas dalam kelompok masyarakat.
Lesbian berasal dari kata lesbos, sebuah pulau di tengah lautan Eigs yang
pada zaman dahulu hanya dihuni oleh kaum wanita dan mereka saling
melakukan hubungan seks di sana (Kartono,1989).
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang
mengambil keputusan untuk menjadi seorang lesbian, yaitu lingkungan
social, kelompok acuan, dan tokoh idola (Erikson, 1989). Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Devi Citra Yanti (2016), diketahui bahwa
faktor-faktor yang mempengarusi setiap subjek menjadi lesbian berbeda,
seperti pola asuh, dan pengalaman masa lalu yang pahit.
Ketika individu sudah menetapkan keputusan untuk menjadi seorang
lesbian maka mereka sudah memilih identitas diri mereka yaitu sebagai
seorang lesbian. Identitas diri merupakan prinsip kesatuan yang
membedakan diri seseorang dengan orang lain, individu harus memutuskan

1
2

siapakah dirinya sebenarnya dan bagaimanakah perannya dalam kehidupan


nanti (Kartono & Gulo, 2003). Sedangkan menurut Marcia & Waterman
(dalam Yusuf, 2004) menyatakan bahwa identitas diri merujuk kepada
pengorganisasian atau kemampuan memilih dan mengambil keputusan baik
menyangkut pekerjaan, orientasi seksual, dan filsafat hidup. Identitas diri
adalah kesadaran individu untuk menempatkan diri dan memberikan arti
pada dirinya dengan tepat di dalam konteks kehidupan yang akan datang
menjadi sebuah kesatuan gambaran diri yang utuh dan berkesinambungan
untuk menemukan jati dirinya (Erikson, 1989).
Dalam mengungkapkan identitas diri, mereka membutuhkan
keberanian dan pemikiran yang matang serta mempertimbangkan apa saja
dampak yang akan terjadi setelah mereka mengungkapkan identitas diri
mereka. Bukan hal yang mustahil mereka bisa saja ditolak dan
didiskriminasi oleh teman, kerabat, keluarga dan juga masyarakat namun
tidak menutup kemungkinan juga sebagian orang akan menghargai pilihan
mereka serta dapat menerima diri mereka dengan apa adanya. Seperti yang
dialami oleh salah satu informan dalam penelitian ini.
”di awal kakak aku tau dia sempat terkejut dan marah sama aku,
sempat diam-diaman tapi lama kelaman kakak aku bisa ngerti dengan
keadaan aku meskipun dia ngertiin aku tapi dia selalu bilang gitu buat
berubah jangan kayak gini terus pokoknya selalu bilangin buat aku tu
berubah jadi wanita asli gitu, ada juga sih beberapa temen yang menjauh
setelah tau aku itu lesbi, Cuma ya ya udah la mau gimana lagi kan”.

Berdasarkan uraian dan fenomena yang telah di jelaskan peneliti


tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam, terlebih lagi penelitian
mengenai fenomena ini lebih banyak dilakukan oleh mahasiswa komunikasi
dari pada mahasiswa psikologi, maka dari itu peneliti memutuskan untuk
melakukan penelitian dengan judul “Identitas Diri Lesbian“.
3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana identitas diri lesbian?.
1.2.1 Bagaimana proses pembentukan identitas diri lesbian?
1.2.2 Bagaimana pandangan diri seorang lesbian terhadap dirinya?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami
identitas diri lesbian.
1.3.1 Untuk menjelaskan proses pembentukan identitas diri lesbian
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana pandangan diri seorang lesbian
terhadap dirinya sendiri.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan terhadap pengembangan ilmu psikologi, sebagai
referensi yang dapat digunakan untuk mempeoleh gambaran
mengenai identitas diri lesbian, dan dapat menimbulkan ide-ide baru
untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Identitas diri


Identitas diri merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri
seseorang dengan orang lain, individu harus memutuskan siapakah dirinya
sebenarnya dan bagaimanakah perannya dalam kehidupan nanti (Kartono &
Gulo, 2003). Sedangkan menurut Marcia & Waterman (dalam Yusuf, 2004)
menyatakan bahwa identitas diri merujuk kepada pengorganisasian atau
kemampuan memilih dan mengambil keputusan baik menyangkut pekerjaan,
orientasi seksual, dan filsafat hidup. Identitas diri adalah kesadaran individu
untuk memberikan arti pada dirinya sendiri secara tepat dalam kehidupan
mendatang menjadi sebuah kesatuan gambaran diri yang utuh dan
berkesinambungan untuk menemukan jati dirinya (Erikson, 1989).
Menurut Erikson (1989) terbentuknya identitas diri dapat dipengaruhi
oleh beberapa sumber yaitu; 1) lingkungan sosial, dimana remaja tumbuh dan
berkembang seperti keluarga, tetangga dan kelompok teman sebaya. 2)
kelompok acuan, kelompok yang terbentuk pada remaja misalnya kelompok
agama atau kelompok yang memiliki minat yang sama dimana melalui
kelompok tersebut remaja dapat memperoleh nilai-nilai dan peran yang dapat
menjadi acuan bagi dirinya. 3) tokoh idola, seseorang yang sangat berarti
seperti sahabat, guru, kakak, atau orang yang mereka kagumi.
Terdapat beberapa dimensi yang terlibat dalam pembentukan identitas
diri individu menurut Erikson (1989), dimensi-dimensi tersebut meliputi;
1) subyektif, yakni berdasarkan pengalaman individu, dimana individu dapat
merasakan suatu perasaan kohesif ataupun tidak adanya kepastian dari dalam
dirinya. 2) genetik, berkaitan dengan suatu sifat yang diturunkan dari orang
tua. 3) dinamis, proses ini muncul dari identifikasi masa kecil individu
dengan orang dewasa yang kemudian membawa mereka ke dalam bentuk
identitas baru. 4) structural, berkaitan dengan perencanaan masa depan yang
disusun oleh individu, atau dengan kata lain individu telah menyusun masa
5

depannya. 5) adaptif, perkembangan identitas remaja dapat dilihat sebagai


hasil atau prestasi yang adaptif. Identitas merupakan suatu proses
penyesuaian remaja mengenai keterampilan-keterampilan khusus,
kemampuan, dan kekuatan kedalam masyarakat dimana mereka tinggal.
2.2 Lesbian
Lesbian berawal dari kata Lesbos, sebuah pulau yang terletak di tengah
lautan Eigs yang pada zaman kuno dahulu dihuni oleh para kaum wanita, dan
mereka saling melakukan hubungan seks sesama jenis di pulau tersebut
(Kartono, 1989). Sejalan dengan yang disampaikan oleh Supratiknya (1995)
lesbian merupakan perilaku seksual yang dilakukan dengan pasangan sesama
jenis. Perempuan yang mencintai perempuan lain baik secara fisik,
emosional, seksual, atau secara spiritual atau disebut juga perempuan yang
mengarahkan pilihan orientasi seksualnya kepada perempuan disebut sebagai
lesbian (Agustina, 2005).
Di dalam kelompok lesbi terdapat semacam label yang muncul karena
dasar karakter atau penampilan yang terlihat pada seorang lesbi yaitu, Butch,
Femme dan Andro. Istilah lesbi di bagi menjadi beberapa sebagai peran
mereka akan jadi apa antaranya sebagai berikut: Butch (B) adalah lesbi yang
berpenampilan tomboy, kelaki-lakian, lebih suka berpakaian laki-laki (kemeja
laki-laki, celana panjang, dan potongan rambut sangat pendek). Femme (F)
adalah lesbian yang memiliki tampilan feminim, lembut, seperti perempuan
heteroseksual pada umumnya, berpakaian gaun perempuan. Sedangkan Andro
atau Androgyne (A) adalah perpaduan penampilan antara butch dan femme.
Lesbi ini bersifat lebih fleksibel, artinya dia bisa saja bergaya tomboy tapi
tidak kehilangan sifat feminimnya, tidak risih berdandan dan mengenakan
make up, menata rambut dengan gaya feminim, dan sebagainya (Tan, 2005).
Dalam buku All About Lesbi ada dua termilogi yang sering di hubungkan
dengan menjadi seorang lesbi yaitu (Agustine, 2005); (a) Butch, Butch atau
lebih popular dengan istilah butchy seringkali mempunyai stereotype sebagai
pasangan yang lebih dominan dalam hubungan seksual. Terkadang dalam
hubungannya adalah satu arah sehingga butch lebih digambarkan sebagai
6

sosok yang tomboy, aktif, agresif, melindungi dan lain- lain. Butch dapat
dibagi atau diklarifikasi menjadi 2 tipe, tipe yang pertama adalah Soft Butch,
Sering digambarkan mempunyai kesan yang lebih feminim dalam cara
berpakaian dan potongan rambutnya. Secara emosional dan fisik tidak
mengesankan bahwa mereka adalah pribadi yang kuat atau tangguh. Dalam
kehidupan sehari-hari dalam kehidupan lesbi, istilah Soft Butch sering disebut
juga dengan Androgyne. Tipe yang kedua adalah Stone Butch, Sering
digambarkan lebih maskulin dalam cara berpakaian maupun potongan
rambutnya. Mengenakan pakaian laki- laki, terkadang membebat dadanya
agar terlihat lebih rata dan menggunakan sesuatu didalam pakaian dalamnya
sehingga menciptakan kesan berpenis. Butch yang berpakaian maskulin
seringkali lebih berperan sebagai seorang “laki- laki” baik dalam suatu
hubungan dengan pasangannya, maupun saat berhubungan seks. Stone Butch
sering kali disebut dengan Strong Butch dalam istilah lain untuk lebel lesbi
ini. (b) Femme, Femme atau popular dengan istilah femme lebih mengadopsi
peran sebagai “feminin” dalam suatu hubungan dengan pasangannya. Femme
yang berpakaian “feminin” selalu digambarkan mempunyai rambut panjang
dan berpakaian feminin. Femme sering kali digambarkan atau mempunyai
stereotype sebagai pasangan yang pasif dan hanya menunggu atau menerima
saja. (c) Andro, Andro yaitu perpaduan antara buchi dan femm yang
bercampur jadi satu, biasanya penampilan seorang andro rambut pendek
kelakuan setengah laki- laki setengah lagi perempuan. Pasangan yang di pilih
andro adalah femm.

BAB III
7

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan tipe fenomenologi. Pendekatan fenomenologis berusaha
memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa
dalam situasisituasi tertentu dengan kata lain fenomenologi menurut adalah
penelitian yang mendeskripsikan mengenai pengalaman atau fenomena yang
dialami oleh seseorang (Creswell, 2013)
3.2 Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah di
Langkat, Sumatra Utara. Peneliti memilih melakukan penelitian di Langkat,
Sumatra Utara dikarenakan subjek menemukan beberapa orang yang
melakukan lesbian dan mereka bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian
ini.
3.3 Objek dan Subjek Penelitian
Objek dalam penelitian ini meliputi (1) proses pembentukan identitas diri
lesbian, dan (2) pandangan seorang lesbian terhadap dirinya sendiri.
Adapun subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perempuan
yang melakukan lesbian, dengan jumlah 3 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara dan dokumentasi. Wawancara adalah pertemuan dua orang
untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Menurut Zuriah (2009),
wawancara ialah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah
pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Dokumentasi adalah
pengumpulan data melalui pengambilan gambar atau data arsip dengan
narasumber.
3.5 Analisis Data
8

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data dengan


model kualitatif seperti yang pernah dilakukan Miles dan Huberman (dalam
Iskandar, 2009) yang terdiri dari tiga kegiatan yaitu:

1. Reduksi data
Reduksi data yaitu pemilihan, pemusatan, perhatian, penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-
catatan lapangan. Reduksi data merupakan analisis yang menajam,
menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan kata
dengan sedimikian rupa. Data yang diperoleh dari lapangan yang tertuang
dalam uraian yang lengkap dan terperinci.
2. Penyajian data
Menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun dan memberikan
kemungkinan untuk mengadakan penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Dengan melihat penyajian data, maka peneliti dapat memahami
apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Maksud tersebut agar
mempermudah bagi peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan
atau bagian-bagian tertentu dari penelitian.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kegiatan menyimpulkan makna-makna yang muncul dari data yang
harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya. Kesimpulan-
kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung, makna-makna
yang muncul dari data harus selalu diuji kebenarannya dan kesesuaiannya
sehingga validitasnya terjamin.
9

Daftar Pustaka

Creswell, W. Jhon. (2013). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,


dan Mixed. Yogyakarta: Pusat Belajar.
Erikson, Erick, H. (1989). Identitas dan Siklus Hidup Manusia. Penerjemah: Agus
Cremers. Jakarta : PT. Gramedia.
Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada.
10

Iskandar, P. (2012). Hukum HAM Internasional: Sebuah Pengantar Kontekstual.


Jakarta: IMR Press.
Moleong, L. J. 1993. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung PT Remaja
Rosdakarya.
Pratama. M. R. A., Fahmi, R., & Fatmawati. (2018). Lesbian, Gay, Biseksual Dan
Transgender: Tinjauan Teori Psikoseksual, Psikologi Islam Dan
Biopsikologi. Psikis : Jurnal Psikologi Islami. 4(1).
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi.
Jakarta: Bumi Aksara. 2009.

Anda mungkin juga menyukai