Anda di halaman 1dari 45

Nama : Thiara Shintia Br Siregar

Nim : 160620041
Tugas : Review Jurnal

REVIEW JURNAL 1
Judul Jurnal Dukungan Sosial, Efikasi Diri Dan Resiliensi Pada Karyawan Yang
Terkena Pemutusan Hubungan Kerja
Nama Mochammad Rizki Aziz dan Igaa Noviekayati
Penggarang
Tentang Jurnal Persona, Jurnal Psikologi Indonesia
Januari 2016, Vol. 5, No. 01, hal 62 – 70
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan
sosial dan efiaksi diri terhadap karyawan yang terkena pemutusan
hubungan kerja. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
terdapat hubungan antara dukungan sosial dan efikasi diri terhadap
karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja. Penelitian ini
dilakukan terhadap karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja
dengan jumlah semple 70 orang dengan menggunakan teknik random
sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui skala dukungan sosial,
skala efikasi diri dan skala resiliensi pada karyawan yang terkena
pemutusan hubungan kerja. Data dianalisis dengan analisis regresi
menunjukkan terdapat korelasi yang signifikan antara dukungan sosial
dan efikasi diri dengan resiliensi pada karyawan yang terkena pemutusan
hubugan kerja, hipotesis ada hubungan (F Reg = 126.126 p= 0,000).
Selanjutnya hipotesis yang menyatakan dukungan sosial dengan
resiliensi pada karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja ada
hubungan ( F Reg = 4,667 p=0,495), sedangkan efikasi diri dengan
resiliensi pada karyawan yang terkena PHK ada hubungan (F Reg =
4,994 p= 0,517).
Teori 1. Resiliensi
Resiliensi merupakan proses merespon sesuatu dengan cara yang
sehat dan produktif ketika berhadapan dengan kesengsaraan
(adversity) atau trauma, terutama untuk mengendalikan tekanan
hidup sehari-hari (Reivich & Shatte, 2002).
2. Dukungan Sosial
Sarason dkk. (1983) mendefinisikan dukungan sosial sebagai adanya
pemberian informasi baik secara verbal maupun non verbal,
pemberian bantuan tingkah laku atau materi melalui hubungan sosial
yang akrab atau hanya disimpulkan dari keberadaan mereka yang
membuat seseorang merasa diperhatikan, bernilai dan dicintai.
3. Efikasi Diri
Efikasi-diri adalah keyakinan tentang sejauh mana individu
memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau
melakukan suatu tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu
hasil tertentu (Bandura,1986).
Fenomena Peneliti menceritakan Salah satu contoh kasus Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) yang terjadi pada seorang karyawan yang bernama Agus
Riyanto (30), ia ditemukan tewas gantung diri di lantai dua rumahnya di
Kampung Bugis Rt 8/Rw 3 Nomor 18, Kelurahan Cempaka Baru,
Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (4/11) tengah malam. Agus ditemukan
oleh istrinya sendiri, Wati (26). “Dia sedang sangat tertekan karena mau
di-PHK. Suami saya kerja sebagai kurir dengan upah Rp 300.000 per
bulan. Kami juga masih punya utang sebesar Rp 1 juta,” kata Wati di
rumahnya yang berupa rumah petak berukuran 3X2 dua lantai. Lantai
satu digunakan untuk dapur, lantai dua untuk tidur suami istri tersebut
bersama tiga anak mereka yang masih kecil-kecil”.
Salah satu contoh lainnya tentang individu yang mampu bangkit setelah
di PHK adalah Pak Wahyu yang terpaksa memutar otak mencari bisnis
baru setelah di PHK dari pekerjaannya. Ternyata dia berjodoh dengan
kopi dan menemukan nama bambung ketika melihat bambu dapat dia
jadikan cangkir kopi. Pak Wahyu yang menjual kopi bambung dan
memang daerah tongkrongannya di pojok kota Malang yang terkenal
dengan pojok Car Free Day. Kopinya dijual dengan harga murah dan
beraneka rasa tanpa meninggalkan ciri khasnya yaitu kopi asli denga
taburan gula jawa. Hanya dengan menjual kopi bambung ini dalam
sehari Pak Wahyu dapat mengantongi lebih dari setengah juta atau
sekitar 500 ribu.
Tahapan Tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengumpulkan
penelitian sampel penelitian sebanyak 70 orang dengan teknik purposive sampling
yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan oleh
peneliti yaitu karyawan yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK), karyawan yang mampu bangkit setelah terkena PHK, karyawan
yang mampu bangkit dari keterpurukan setelah memperoleh dukungan
social, dan karyawan yang mampu bangkit dari keterpurukan yang
memiliki efikasi diri.
Setelah itu peneliti melakukan pengumpulan data melalui skala
dukungan sosial, skala efikasi diri dan skala resiliensi pada karyawan
yang terkena pemutusan hubungan kerja. Setelah itu peneliti melakukan
analisis data dengan analisis Regresi.
Hasil 1. Dukungan sosial dengan Resiliensi pada karyawan yang terkena
Penelitian pemutusan hubungan kerja. Diperoleh hasil nilai t = 4, 667 dengan p
=0, 495 (p 0,001) berarti signifikan.
2. Efikasi diri dengan resiliensi pada karyawan yang terkena pemutusan
hubungan kerja. Diperoleh hasil nilai t = 4, 944 dengan p
=0, 517 (p 0,001) berarti signifikan.
3. Dukungan sosial dan efikasi diri terhadap resiliensi pada karyawan
yang terkena pemutusan hubungan kerja. Diperoleh hasil F=
126.126, R = 0,790 dengan p = 0,000 (p<0,01) yang berarti sangat
signifikan.
Kesimpulan Terdapat korelasi yang sangat signifikan antara Dukungan sosial dan
efikasi diri pada karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja,
artinya antara variable dukungan sosial, efikasi diri dan resiliensi pada
karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja sangat berhubungan.
REVIEW JURNAL 2
Judul Jurnal Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Psychological
Well-Being pada Narapidana Anak di Lapas Klas 1 Kutoarjo
Nama Yehezkiel Adi Nugroho1
Penggarang
Tentang Jurnal Cognicia, 2019, Vol. 7, No. 4, 465-474
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan
sosial dan kesejahteraan psikologis pada narapidana anak. Penelitian ini
dirancang dengan menggunakan teknik sampling jenuh dengan 53
partisipan. Variabel dukungan sosial keluarga menggunakan teori
Cutrona (1987) dan kesejahteraan psikologis variabel menggunakan teori
Ryff (1989). Metode penelitian dalam pengumpulan data menggunakan
metode skala. Yaitu skala dukungan sosial keluarga dan Skala
kesejahteraan psikologis Ryff. Analisis data menggunakan product
moment teknik analisis korelasi dan diperoleh koefisien perbandingan
sebesar 0,688 dengan nilai a sig.= 0,000 (p<0,001). Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan hubungan yang positif antara dukungan sosial
keluarga dan kesejahteraan psikologis pada narapidana anak di Lapas di
kutoarjo.
Teori 1. Psychological Well-Being, menurut Ryff (1989), adalah sebuah
istilah yang dapat digunakan untuk menggambarkan kesehatan
psikologis individu sesuai dengan pemenuhan kriteria fungsi
psikologi positif. Ryff (1989) juga menyatakan aspek dari
Psychological Well- Being di antaranya yaitu penerimaan diri
(self acceptance), hubungan positif dengan orang lain (positive
relationship with other), otonomi (autonomy), penguasaan
lingkungan (environmental mastery), tujuan hidup (purpose in
life), dan pertumbuhan pribadi (personal growth).
2. Dukungan Sosial. Weiss (dalam Cutrona, 1994) mendefinisikan
bahwa dukungan sosial adalah pertukaran interpersonal di mana
salah seorang memberikan bantuan atau pertolongan kepada
orang lain. Weiss (dalam Cutrona, 1994) mengemukakan adanya
enam komponen dukungan sosial yang disebut sebagai “The
Social Provision Scale”. Masing-masing komponen dapat berdiri
sendiri, namun saling berhubungan. Komponen tersebut adalah
Reliable alliance (ketergantungan yang dapat diandalkan),
guidance (bimbingan), reassurance of worth (pengakuan positif),
emotional attachment (kedekatan emosional), social integration
(integrasi sosial), dan opportunity to provide nurturance
(kesempatan untuk mengasuh).
Fenomena Dalam Lapas Kutoarjo, para narapidana memiliki kesejahteraan
yang kurang di karenakan karena di dalam lapas tidak tersedia penjual
makanan ringan ataupun minuman. Narapidana anak cenderung
makan dan minum seadanya dengan menu yang sama, sehingga
mereka merasa tidak sejahtera. Hubungan dukungan sosial keluarga
dengan Psychological Well-Being pada narapidana anak di Lapas
Kutoarjo adalah saat keluarga membesuk narapidana anak pada
jadwal yang sudah diberikan oleh pihak lapas. Saat dibesuk,
narapidana anak mendapatkan dukungan dari keluarga seperti nasihat
dan penguatan positif agar dirinya dapat menjalani masa
pidana/\pembinaan dengan baik. Narapidana anak juga mendapat
berbagai hal yang tidak disediakan pihak lapas dari keluarganya.
Ketika mereka mendapat dukungan social yang tinggi, maka akan
berpengaruh pada Psycohological-Well-Being. Kemudia didukung
dengan penelitian yang dilakukan oleh Millatina dan Yanuvianti
(2014) menunjukan hasil hubungan positif terhadap dukungan sosial
dengan Psychological Well-Being. Namun, penelitian yang dilakukan
oleh Sari dan Suprapti (2013) tentang pengaruh dukungan sosial
keluarga terhadap Psychological Well-Being pada masa pension
menunjukan hasil yang berbeda, yakni tidak terdapat pengaruh antara
dukungan keluarga dengan psychological Well-Being pada masa
pensiun. Dengan adanya fenomena dan pro-kontra yang sudah
dipaparkan maka peneliti tertarik melakukan penelitian tarkait
dukungan sosial keluarga dengan Psychological Well-Being.
Tahapan Subjek dalam penelitian ini berjumlah 53 orang dengan kriteria adalah
Penelitian narapidana anak Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas 1 Kutoarjo
yang tergolong dalam kategori remaja awal, atau dalam kisaran usia 12-
15 tahun (Soetjiningsih, 2012). Kriteria kedua adalah sedang menjalani
pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas 1 Kutoarjo.
Teknik pengumpulan data menggunakan sampling purposive. Metode
pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan skala
dukungan sosial keluarga dan skala Psychological Well-Being. Analisis
data yang digunakan adalah korelasi product moment dengan
menggunakan bantuan program SPSS versi 26.0.
Hasil Tingkat dukungan sosial keluarga terhadap 53 partisipan bervariasi,
Penelitian kategori sangat tinggi 45%, tinggi 47%, rendah 8%, dan sangat rendah
0%, nilai Mean 73,87 dengan standar deviasi 10,33. Tingkat
Psychological Well-Being terhadap 53 partisipan berbeda-beda, kategori
sangat tinggi 30%, kategori tinggi 58%, kategori rendah 11%, dan sangat
rendah 0%. Mean yang diperoleh adalah 74,70 dengan standar deviasi
9,44. Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov- Smirnov Test yaitu
variabel dukungan sosial keluarga memiliki nilai signifikansi sebesar
0,731 (p >0,05). Hasil dari variabel Psychological Well-Being memiliki
nilai signifikasi sebesar 0,964 (p > 0,05). Pengujian linearitas pada
variabel dukungan sosial keluarga dan Psychological Well-Being
menunjukan nilai 0,669 dengan nilai signifikan 0,846 (p > 0,05). Hasil
uji korelasi product moment-pearson adalah nilai koefisien korelasi
sebesar r = 0,688 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) bahwa
terdapat hubungan positif antara dukungan sosial keluarga dengan
psychological well-being pada narapidana anak di Lapas Kutoarjo.
Kesimpulan Terdapat hubungan positif yang signifikan antara variabel dukungan
sosial dengan Psychological Well-Being pada narapidana anak di Lapas
Kutoarjo. Semakin tinggi dukungan sosial keluarga maka semakin tinggi
pula tingkat Psychological Well-Being, begitu juga sebaliknya.
Narapidana anak memiliki dukungan sosial keluarga paling banyak
dalam kategori tinggi sebanyak 57%, sedangkan persentase
Psychological Well-Being pada kategori tinggi adalah 51%.
REVIEW JURNAL 3
Judul Jurnal Psychological Well-Being Pada Kepala Keluarga Yang
Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Perusahaan
Batu Bara Di Desa Bukit Pariaman
Nama Nurindah Atika Sari
Penggarang
Tentang Jurnal Psikoborneo, Vol 3, No 2, 2015: 213-223
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran kepala
keluarga yang mengalami pemutusan hubungan kerja pada perusahaan
batubara hingga mampu menghadapi kenyataan, menerima keadaan dan
menjalani hidup serta tetap memenuhi peran sebagai kepala keluarga dan
seorang individu. Penelitian ini juga bertujuan untuk memperoleh
gambaran kesejahteraan psikologis seorang kepala keluarga setelah
mengalami pemutusan hubungan kerja. Penelitian yang digunakan
bersifat kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan observasi dan
wawancara. Subjek dalam penelitian ini sebanyak dua kepala keluarga
dalam rentang usia produktif bekerja. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemutusan hubungan kerja menimbulkan perasaan kecewa,
bingung, dan sedih pada kepala keluarga yang mengalaminya. Namun
hal tersebut juga membuat kedua subjek menjadi lebih religius setelah
mengalami pemutusan kerja. Ditemukan pula bahwa dukungan sosial,
kemampuan bersyukur dan prinsip hidup nrimo atau nompo membantu
subjek menghadapi masa-masa sulit dalam mencapai kesejahteraan
psikologis. Salah satu subjek mengatakan rasa nyaman di hati dan
kehadiran pasangan sebagai kunci kesejahteraan psikologis sedangkan
subjek yang lain menyatakan kesejateraan psikologis berupa perasaan
bahagia dan tercukupi namun tidak berlebihan serta keadaan rumah
tangga yang baik dan diimbangi dengan kesehatan fisik.
Teori 1. Psychological Well-being
Carol D. Ryff (dalam Ryff dan Singer, 2006), penggagas teori
psychological well-being menjelaskan teori ini sebagai
pencapaian utuh dari potensi psikologis seseorang dan suatu
keadaan di mana seseorang tersebut dapat menerima kekuatan dan
kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan hidup yang
bermakna, mengembangkan hubungan yang positif dengan orang
lain, menjadi pribadi yang mandiri, memiliki akses yang memadai
akan sumber-sumber kehidupan, dan mampu mengendalikan diri
dengan lingkungan dan terus berkembang secara personal.
Fenomena Adanya pembatasan ekspor dan penurunan harga batubara yang
terjadi sejak tahun 2012, menyebabkan perusahaan-perusahaan
pertambangan batu bara di Kalimantan Timur mengambil tindakan
merumahkan karyawan hingga pemutusan hubungan kerja. Ketika
seorang kepala keluarga diberhentikan dari pekerjaannya, mereka
kehilangan sumber mata pencaharian dan mereka menganggur. Hal
tersebut mengakibatkan kesulitan ekonomi pada keluarga mantan
pekerja. Dengan kondisi dan situasi finansial yang tidak menentu
setelah di PHK dikhawatirkan dapat memicu timbulny gangguan-
gangguan pada kesejahteraan psikologis mereka yang jika tidak
ditangani dengan tepat dan cepat bisa berakibat pada keharmonisan
serta kelangsungan hidup seluruh anggota keluarga.
Tahapan Penelitian ini bersifat kualitatif dengan jumlah subjek 2 orang.
Penelitian Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik
purposive sampling, dimana peneliti menentukan kriteria yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Kemudian peneliti melakukan wawancara dan
observasi kepada para subjek.
Hasil Diketahui bahwa kedua subjek yaitu BS dan WO sama-sama mengalami
Penelitian pemutusan hubungan kerja, awalnya keduanya merasa sedih dan kevewa
dengan keputusan yang di ambil oleh perusahaan. Pada subjek BS
terkena PHK memiliki dampak yang besar pada hubungan dengan
istrinya, dimana istrinya sering marah karena faktor kondisi keuangan
mereka yang tidak stabil detelah BS di PHK. Konflik yang sering terjadi
antara BS dan istrinya pun membuat BS merasa tidak betah berada
dirumah. Selama kurang lebih 2 bulan pertengkaran sering terjadi di
dalam rumah tangga BS, sebagai seorang suami subjek mencoba
mengalah agar pertengkatan tidak semakin parah. Awalnya BS
mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan hal ini disebebkan
setelah subjek di PHK dan perannya sebagai kepala keluarga tidak
berfungsi secara utuh hingga pada akhirnya subjek memutuskan kembali
mencari nafkah dengan berjualan di kantin sekolah. Dengan
bertambahnya usia subjek berharap dapat menjadi lebih matang dalam
menghadapi persoalan hidup. Subjek merasa sejahtera dengan banyak
bersyukur dan menerima apa yang dikehendaki oleh Tuhan untuknya.
Berbeda dengan subjek BS, subjek WO menerima masa lalunya dengan
positif subjek WO memiliki determinasi diri yang bebas, subjek mampu
memutuskan dengan mandiri dan menentukan nasibnya sendiri. Setelah
di PHK, WO mulai kembali membuka bengkel motor dan menggunakan
kompetensi yang subjek dulu dapatkan di sekolah otomotif. Walaupun
secara ekonomi subjek belum merasakan sejahtera, namun kesejahteraan
psikologis subjek dapatkan dari rasa nyaman di hati dan kehadiran
pasangan atau istri serta keluarganya yang selalu ada untuk subjek.
Kesimpulan Pemutusan hubungan kerja menimbulkan perasaan sedih, kecewa dan
bingung pada kepala keluarga atau kedua subjek. Mereka merasa frustasi
dan tertekan karena perubahan kondisi ekonomi. Pada subjek WO,
dirinya mendapat dukungan yang penuh dari istri dan orangtua subjek.
Dukungan yang diberikan berupa dukungan emosional dan instrumental
serta saran-saran yang dibutuhkan subjek. Sikap hangat istri dan keluarga
subjek membuat subjek merasa nyaman. Subjek diberikan semangat dan
motivasi untuk bertahan dan bangkit dari masa-masa sulit. Pada subjek
BS, awal masa penganggurannya banyak mengalami pertengkaran
dengan istri. Walaupun subjek di rumah menggantikan tugas istrinya
sebagai ibu rumah tangga, istri subjek menjadi mudah marah saat subjek
tidak bekerja lagi di perusahaan. Hal itu memicu banyak konfrontasi
dalam kehidupan rumah tangga sejak subjek mengalami pemutusan
hubungan kerja.
REVIEW JURNAL 4
Judul Jurnal Hubungan Dukungan Sosial Dengan Psychological Well-Being Pada
Remaja Korban Sexual Abuse
Nama Suryani Hardjo & Eryanti Novita
Penggarang
Tentang Jurnal ISSN : 2085-6601
EISSN : 2502-4590
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan
sosial dengan psychological well-being pada remaja korban kekerasan
seksual. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif korelasional. Populasi penelitian adalah remaja korban
kekerasan seksual di kabupaten Langkat yang diketahui berjumlah 32
orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total
sampling yaitu seluruh anggota populasi dijadikan sampel penelitian.
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan skala
psikologi, yaitu skala psychological well-being dan skala dukungan
sosial yang dikembangkan peneliti berdasarkan teori yang relevan.
Analisa terhadap data penelitian yang terkumpul dilakukan dengan
menggunakan teknik analisa korelasi pearson product moment.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan
antara dukungan sosial dengan psychological well-being pada remaja
korban kekerasan seksual. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima
oleh remaja korban kekerasan seksual maka akan semakin tinggi
psychological well-being yang mereka miliki. Sebaliknya, semakin
rendah dukungan sosial yang diterima oleh remaja korban kekerasan
seksual maka akan semakin rendah psychological well-being yang
mereka miliki.
Teori 1. Psychological well-being
Psychological well-being adalah tingkat kemampuan individu
dalam menerima dirinya apa adanya, membentuk hubungan yang
hangat dengan orang lain, mandiri terhadap tekanan sosial,
mengontrol lingkungan eksternal, memiliki arti dalam hidup, serta
merealisasikan potensi dirinya secara kontinyu (Ryff & Keyes,
dalam Flannery, 2009).
2. Dukungan sosial
Lin, Woefel dan Light (1985) mengemukakan bahwa dukungan
sosial merupakan kebutuhan, seperti persetujuan, esteem, dan
pertolongan yang diperoleh dari orang-orang yang mempunyai
arti bagi dirinya
Fenomena Maraknya kasus kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia hingga
mencapai 93.960 kasus. Jenis kekerasan seksual terbanyak adalah
pemerkosaan yang diketahui mencapai 4845 kasus. Pada tahun 2014,
terjadi 140 kasus pemerkosaan dengan 172 korban, dan 4 orang di
antaranya meninggal. Hal ini menunjukkan betapa banyaknya kasus
pemerkosaan dan sexual abuse di Indonesia (Suara Merdeka, 5
Januari 2015). Sexual abuse menjadi salah satu bahasan yang cukup
menantang pada berbagai permasalahan kehidupan saat ini.
Permasalahan sexual abuse semakin banyak ditemui dan dialami
anak-anak dan permasalahan tersebut menimbulkan efek yang dapat
dirasakan pula sampai usia dewasa. Kajian klinis dengan dasar
teroritis, didukung oleh kalangan praktisi yang menangani kasus
sexual abuse, perlu menyajikan berbagai informasi yang mudah
diakses tentang intervensi dan treatmen untuk menangani kasus-kasus
tersebut.Pedoman intervensi pelecehan seksual perlu diformat secara
ringkas dan konsisten sehingga mudah digunakan oleh praktisi dan
profesional yang tertarik menangani kasus sexual abuse. Saat ini
penelitian yang mengeksplorasi anak-anak korban kekerasan seksual
tergolong cukup banyak. Hal inilah yang membuat peneliti terarik
untuk melakukan penelitian ini.
Tahapan Penelitian ini dilakukan kepada 32 orang remaja korban sexual abuse di
Penelitian kabupaten Langkat berdasarkan data yang diperoleh dari P2TP2A
Langkat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala
psychological well-being dan skala dukungan sosial yang kemudian
dilakukan uji coba dan mendapatkan hasil 18 aitem skala psychological
well-being dan 45 aitem skala dukungan sosial. Kemudian peneliti
melakukan uji asumsi normalitas dan linieritas, dan teknik analisa
korelasi Pearson product moment.
Hasil Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa variabel dukungan sosial
Penelitian memiliki standar deviasi sebesar 121,49 dan variabel psychological well-
being memiliki standar deviasi sebesar 5,804.
Koefisien determinan (r2) dari hubungan dukungan sosial dengan
psychological well-being adalah sebesar r2 = 0,461. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa kontribusi dukungan sosial terhadap
psychological well-being adalah sebesar sebesar 46,1% sementara
sisanya (53,9%) dipengaruhi oleh variabel lain yang diteliti dalam
penelitian ini.
Kesimpulan Adanya hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan
psychological well-being pada remaja korban sexual abuse di kabupaten
Langkat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
dukungan sosial yang diterima remaja korban sexual abuse, maka akan
semakin tinggi psychological well-being yang dimilikinya. Sebaliknya,
semakin rendah dukungan sosial yang diterima remaja korban sexual
abuse, maka akan semakin rendah pula psychological well-being yang
dimilikinya.
REVIEW JURNAL 5
Judul Jurnal Harga Diri, Dukungan Sosial dan Psychological Well Being Perempuan
Dewasa yang Masih Lajang
Nama Lutfita Mami dan Suharnan
Penggarang
Tentang Jurnal Persona, Jurnal Psikologi Indonesia, September 2015, Vol. 4, No. 03, hal
216 -224
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara harga
diri dan dukungan sosial dengan Psychological Well Being Pada
Perempuan Dewasa Yang Masih Lajang, Metode penelitian ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik analisis data
regresi berganda. Subjek penelitian adalah para perempuan lajang
dengan jumlah subjek sebanyak 50 orang. Hasil penelitian berdasarkan
uji statistic menunjukan nilai F regresi = 5,062 ; p = 0,010 < 0,05. Berarti
ada hubungan yang signifikan antara harga diri dan dukungan sosial
dengan psychological well being, hal ini berarti harga diri dan dukungan
sosial secara simultan dapat menjadi prediktor naik turunnya
Psychological well being.
Teori 1. Psychological Well-Being
Ryff (1996) menjelaskan bahwa psychological well-being sebagai
pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang dimana
individu tersebut dapat menerima kekuatan dan kelemahan yang
ada pada dirinya, menciptakan hubungan positif dengan orang
lain yang ada di sekitarnya, memiliki kemampuan untuk
mengambil keputusan dan mandiri, mampu dan berkompetensi
untuk mengatur lingkungan, memiliki tujuan hidup, dan merasa
mampu untuk melalui tahapan perkembangan dalam
kehidupannya.
2. Dukungan sosial
Menurut Effendi dan Tjahyono (1999) dukungan sosial
merupakan transaksi interpersonal yang ditunjukkan dengan
memberi bantuan kepada individu lain dan bantuan itu diperoleh
dari orang yang berarti bagi individu yang bersangkutan.
3. Harga diri
Baroon dan Byrne (1994) mendefinisikan harga diri sebagai
penilaian terhadap diri sendiri yang dibuat individu dan
dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki orang lain yang
menjadi pembanding.
Fenomena Adanya stigma masyarakat mengenai pernikahan yang menjadi
hal penting bagi seorang perempuan membuat masyarakat memiliki
pandangan yang negatif pada perempuan yang belum menikah dan
tidak ingin menikah. Kerap kali masyarakat memberikan label pada
perempuan yang belum menikah atau tidak ingin menikah sebagai
perawan tua, tidak laku, terlalu banyak memilih dan lain-lain. Menjadi
perawan tua masih dianggap sebagai hal yang hina bagi masyarakat,
karena menurut masyarakat lewat pernikahan seorang perempuan
dapat meraih kehidupannya. Pernikahan juga dipandang
mempengaruhi harga diri, hal ini didukung dengan penelitian
Mandara, Johnston, Murray dan Vanner (2008), pada keluarga
Amerika Afrika, menyebutkan pula pernikahan merupakan sumber
dukungan sosial dan membawa pengaruh yang signifikan pada harga
diri. Bagi perempuan lajang, ketiadaan pasangan hidup
mengindikasikan kurangnya dukungan sosial yang turut berimplikasi
terhadap kesejahteraan psikologisnya. Bahkan, beberapa literatur
menunjukkan bahwa dukungan sosial secara signifikan memberikan
manfaat langsung terhadap kesejahteraan lanjut usia dan pernikahan
merupakan sumber utama dukungan sosial (House, dkk, 1996, dalam
Dush & Amato, 2005).
Tahapan Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian korelasional,
Penelitian subyek penelitian adalah wanita lajang berusia 30-40 tahun sejumlah 50
orang. Pemilihan subjek dilakukan dengan metode purposive sampling
kemudian data diolah menggunakanSPSS 20.00 dengan teknik analisis
regresi.
Hasil 1. Hubungan Antar Variabel Secara Simultan Hasil perhitungan
statistik SPSS 20.00 dengan teknik analisis regresi diperoleh F
Penelitian
regresi = 5,062 ; p = 0,010 < 0,05. Berarti ada hubungan yang
signifikan antara harga diri dan dukungan sosial dengan
psychological well being.
2. Hubungan Antar Variabel Secara Parsial Hasil perhitungan statistik
SPSS 20.0, diperoleh Y=22,730 + (0,979X1), yang berarti bahwa
setiap penambahan satu nilai harga diri turut menambah nilai
psychological well being pada perempuan lajang.
Kesimpulan 1. Hipotesis pertama penelitian yang berbunyi “ada hubungan antara
harga diri dengan psychological well-being pada perempuan dewasa
yang masih lajang” diterima. Artinya harga diri dapat dijadikan
prediktor naik turunnya psychological well being.
2. Hipotesis kedua penelitian yang berbunyi “ada hubungan antara
dukungan sosial dengan psychological well-being pada perempuan
dewasa yang masih lajang” diterima. Artinya dukungan sosial dapat
dijadikan prediktor naik turunnya psychological well being.
3. Hipotesis ketiga yang berbunyi “Ada hubungan antara harga diri dan
dukungan sosial secara simultan dengan psychological well-being
pada perempuan dewasa yang masih lajang” diterima. Hal ini berarti
harga diri dan dukungan sosial secara simultan dapat menjadi
prediktor naik turunnya Psychological Well Being.

REVIEW JURNAL 6
Judul Jurnal Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kesejahteraan Psikologis
Pada Mahasiswa Rantau
Nama Said Robby Kurniawan dan Nur Eva
Penggarang
Tentang Jurnal Prosiding Seminar Nasional Dan Call Paper “Psikologi Positif Menuju
Mental Wellness” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri
Malang Bersama Asosiasi Psikologi Positif Indonesia (AP2I) Malang,
17-18 Juni 2020
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antata
dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis pada mahasiswa rantau.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional,
dengan analisis korelasi menggunakan spearman-brown formula. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive
sampling, yang terdiri dari 375 mahasiswa rantau. Instrumen penelitian
yang digunakan adalah Multidimensional Scale of Perceived Social
Support dan Psychological Wellbeing Scales yang telah diadaptasi
sebelumnya oleh Eva & Bisri. Hasil penelitian menunjukkan adanya
hubungan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis pada
mahasiswa rantau, dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (p<0.005) dan
koefisien korelasi sebesar 0.405 yang artinya terdapat hubungan positif
dan signifikan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis.
Teori 1. Psychological Well Being
Kesejahteraan psikologis adalah keadaan dimana seseorang bisa
berfungsi secara positif dalam kehidupan sehari-hari, mengarah ke
aktualisasi, dan kedewasaan (maturity) (Ryff & Singer, 1966).
2. Dukungan Sosial
Dukungan sosial adalah perilaku yang dilakukan oleh orang lain
agar seseorang merasakan atau memiliki persepsi kalau rasa
nyaman, kepedulian, dan pertolongan akan selalu ada jika
dibutuhkan. Dukungan ini dapat bersumber dari mana saja, bisa
dari pasangan, keluarga, teman, komunitas, ataupun organisasi
(Sarafino, 2010).
Fenomena Dari 7636 mahasiswa aktif yang terdaftar di Universitas Negeri
Malang (UM), 5944 di antaranya adalah mahasiswa yang berasal dari
luar kota atau mahasiswa rantau. Dengan merantau dari kota atau
pulau lain dapat menyebabkan beberapa masalah bagi mahasiswa,
salah satunya adalah gegar budaya (culture shock) yang akan
membuat mahasiswa rantau merasa terisolasi (Devinta, 2016), dan
juga loneliness yang mengindikasikan rendahnya kesejahteraan
psikologis (Halim & Dariyo, 2016). Studi awal yang dilakukan pada
tiga puluh mahasiswa rantau UM mengindikasikan rendahnya
kesejahteraan psikologis pada mahasiswa rantau, terutama pada
dimensi otonomi yang disebabkan karena kurangnya manajemen uang
dan manajemen waktu ketika berpisah dari keluarga, kemudian pada
penguasaan lingkungan yang disebabkan karena perbedaan budaya di
Kota Malang yang membuat mereka tidak nyaman, dan juga pada
dimensi membangun hubungan positif dengan orang lain yang
disebabkan karena adanya perbedaan bahasa ketika berkomunikasi
sehingga menyulitkan mereka berbicara.
Tahapan Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
Penelitian rancangan penelitian berupa deskriptif korelasional. Formula spearman
brown digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel dukungan
sosial (X) dengan kesejahteraan psikologis (Y) pada mahasiswa rantau.
Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa rantau di Universitas
Negeri Malang yang berjumlah 5944 (angkatan 2019 per februari 2020).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,
adapun karakteristik populasi & sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah mahasiswa tahun pertama, usia dari mahasiswa berkisar 18-22
tahun, asal domisili tidak dari Kota Malang, dan tidak berasal dari
sekolah yang berlokasi di Kota Malang. Uji validitas dilakukan dengan
korelasi pearson product moment dengan bantuan SPSS 25 for Microsoft
Windows. Reliabilitas diukur menggunakan SPSS 25 for Microsoft
Windows dengan rumus alpha cronbach

Hasil Hasil analisis deskriptif yang diperoleh dari skala kesejahteraan


Penelitian psikologis adalah nilai skor terendah sebesar 77, sedangkan skor
tertingginya sebesar 252. Rata-rata yang didapat adalah 188.432, dengan
standar deviasi 27.197. Sebanyak 50.13% atau 188 mahasiswa rantau
memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi sementara 187 atau
49.87% mahasiswa rantau yang memiliki kesejahteraan psikologis yang
rendah. Pada dimensi penerimaan diri terdapat 195 atau 52% mahasiswa
rantau yang mendapat nilai tinggi dan 180 atau 48% mahasiswa rantau
yang mendapat nilai rendah, pada dimensi hubungan positif dengan
orang lain terdapat 192 atau 51.2% mahasiswa rantau yang mendapat
nilai tinggi dan 183 atau 48.8% mahasiswa rantau yang mendapat nilai
rendah, pada dimensi otonomi terdapat 190 atau 50.67% mahasiswa
rantau yang mendapat nilai tinggi dan 185 atau 49.33% dan 188 atau
50.13% mahasiswa rantau yang mendapat nilai rendah. Hasil dari uji
normalitas data kesejahteraan psikologis menunjukkan nilai statistik
sebesar 0.038 dan nilai signifikansi 0.200>0.05 yang menunjukkan
bahwa data kesejahteraan psikologis normal. Kemudian hasil uji
normalitas data dukungan sosial menunjukkan nilai statistik sebesar
0.088 dan nilai signifikansi 0.000<0.05 yang menunjukkan bahwa data
dukungan sosial tidak normal. Hasil dari uji linearitas menunjukkan nilai
signifikansi 0.312>0.05 yang menunjukkan kedua variabel tersebut
berhubungan secara linear. Hasi uji korelasi menunjukkan hasil
signifikansi sebesar 0.000<0.05 dan koefisien korelasi 0.405 yang
menandakan bahwa dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis
berhubungan secara signifikan dengan arah yang positif.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat
diambil kesimpulan bahwa adanya hubungan yang signifikan dan positif
antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis pada mahasiswa
rantau.

REVIEW JURNAL 7
Judul Jurnal Peran Dukungan Sosial Bagi Kesejahteraan Psikologis Family Caregiver
Orang Dengan Skizofrenia (Ods) Rawat Jalan.
Nama Atikah Amalia dan Rina Rahmatika
Penggarang
Tentang Jurnal Jur. Ilm. Kel. & Kons., September 2020, p : 228-238 Vol. 13, No.3
Abstrak Ketidakmampuan memenuhi fungsi secara optimal merupakan
tantangan yang harus dihadapi oleh family caregiver dalam melakukan
perawatan pada pasien orang dengan skizofrenia (ODS) sehingga
dibutuhkan dukungan sosial yang dapat meningkatkan kesejahteraan
psikologis dari family caregiver ODS. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis peranan dari dukungan sosial terhadap kesejahteraan
psikologis family caregiver ODS rawat jalan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pemilihan contoh
menggunakan non-probability purposive sampling. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 57 partisipan. Data penelitian dikumpulkan
dengan kuesioner multidimensional perceived social support (ά=0,659-
0,757) dan Ryff Psychological well-being (ά=0,855-0,914) yang telah
disesuaikan dengan subjek penelitian. Dukungan sosial diukur dari
persepsi partisipan tentang dukungan sosial yang diperoleh. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dimensi friends berperan signifikan
terhadap dimensi personal growth, positive relationship, dan purpose in
life dari kesejahteraan psikologis family caregiver ODS; sementara
dimensi family berperan terhadap dimensi environtmental mastery. Hasil
penelitian juga menemukan bahwa dimensi significant others tidak
berperan signifikan terhadap semua dimensi dari kesejahteraan
psikologis family caregiver ODS. Berdasarkan hasil penelitian,
dukungan sosial yang dipersepsikan oleh family caregiver ODS rawat
jalan berperan penting karena dapat meningkatkan kesejahteraan
psikologisnya. Hal ini akan dapat mengoptimalkan perawatan yang
diberikan oleh family caregiver yang akan berdampak pada proses
pemulihan dari anggota keluarga yang mengalami skizofrenia.
Teori 1. Kesejahteraan Psikologis
Kesejahteraan psikologis diartikan sebagai kebahagiaan, yang
berarti individu merasakan kebebasan dari distres yang
dicerminkan oleh adanya keseimbangan antara aspek positif dan
aspek negatif (Diener & Larsen, 1993).
2. Dukungan Sosial
Penelitian ini akan fokus pada perceived social support karena
menurut Cohen dan Wills (1985) dukungan sosial yang
dipersepsikan berhubungan positif dengan kesejahteraan
psikologis. perceived social support adalah persepsi individu akan
dukungan yang dapat diperoleh pada saat individu sedang berada
dalam suatu situasi sulit dan pada umumnya dukungan ini bersifat
subjektif.
Fenomena ODS yang telah kembali ke rumah (rawat jalan) seringkali justru
menimbulkan masalah dan beban bagi family caregiver. Permasalahan
yang dihadapi tidak hanya biaya pengobatan yang memang relatif
tinggi, beban lain yaitu kesehatan fisik dan mental caregiver dalam
memberikan perawatan dan pengawasan bagi anggota keluarga yang
menderita skizofrenia. Perawatan dan pengawasan yang dilakukan
dapat mencapai 24 jam sehari (Ambarsari & Puspitasari, 2012).
Schulz dan Sherwood (2008) mengatakan bahwa proses
pendampingan dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan
pengalaman stres yang kronis serta menimbulkan ketegangan fisik
serta psikologis. Family caregiver juga mengalami beban subjektif
seperti merasakan ketidaknyamanan dari adanya pandangan yang
kurang menyenangkan dari masyarakat dikarenakan mempunyai
anggota keluarga dengan gangguan mental (Suryenti, 2017). Beban
dan masalah yang dimiliki keluarga sebagai caregiver akan
mengakibatkan diri caregiver tidak dapat memenuhi fungsi dirinya
secara optimum sehingga hal ini berkaitan dengan kesejahteraan
psikologisnya. Keluarga mengalami kejenuhan dalam merawat pasien,
keletihan yang mendalam, menurunnya minat hidup, menurunnya
harga diri, dan kehilangan empati terhadap ODS (Suaidy, 2006).
Tahapan Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe
Penelitian pengujian korelasional. Partisipan penelitian berjumlah 57 family
caregiver dari ODS rawat jalan. Teknik pengambilan contoh dalam
penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan karakteristik
contoh yaitu: family caregiver dari ODS rawat jalan, tinggal bersama
ODS dalam satu rumah, bersedia menjadi partisipan dari penelitian,
mengetahui informasi mengenai gangguan yang diderita oleh anggota
keluarga yang mengalami skizofenia. Pengambilan data dilakukan di dua
tempat, yaitu RSJ Marzoeki Mahdi Bogor dan KPSI (Komunitas Peduli
Skizofrenia Indonesia) Jatinegara. Proses pengambilan data dilakukan
secara online dan offline. Secara online digunakan google form dan
secara offline dilakukan dengan memberikan kuesioner secara langsung
kepada family caregiver ODS rawat jalan di lokasi pengambilan data.
Analisis yang dilakukan terkait dengan data informasi umum dan khusus
dari partisipan, uji normalitas, uji linearitas dan uji regresi ganda secara
parsial.
Hasil Berdasarkan data khusus dari partisipan penelitian, persentase tertinggi
Penelitian dari lamanya merawat pasien ODS yang telah dilakukan oleh family
caregiver adalah lima tahun (36,84%). Jenis skizofrenia yang diderita
oleh ODS rawat jalan pada penelitian ini didominasi oleh jenis
skizofrenia paranoid (59,64%). Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa sebesar 63,15 persen terdapat anggota keluarga lainnya yang
mengalami gangguan skizofrenia. Selain itu, sebesar 59,64 persen family
caregiver memiliki anggota keluarga lainnya yang membantu dalam
perawatan ODS. Persentase anggota keluarga lain yang ikut membantu
dalam merawat ODS adalah keluarga besar (35,08%). Selain anggota
keluarga, sebesar 52,63 persen family caregiver juga mendapatkan
bantuan dari orang di luar keluarga yang ikut membantu merawat ODS.
Kebanyakan dari orang di luar keluarga yang ikut membantu adalah
teman (31,57%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
bentuk bantuan yang diberikan oleh orang di luar keluarga adalah berupa
dukungan instrumental (70,17%). Hasil lain juga menunjukkan bahwa
sebesar 55,38 persen family caregiver dari penelitian ini mempunyai
kebutuhan yang spesifik dalam melakukan perawatan terhadap ODS.
Berdasarkan hasil riset, kebutuhan paling banyak dalam melakukan
perawatan ODS adalah waktu, biaya dan kesabaran (31,57%).
Hasil yang tersaji pada Tabel 1 menunjukkan bahwa data pada
penelitian ini berdistribusi secara normal karena setiap dimensi-dimensi
pada variabel perceived social support memiliki nilai signifikansi p>0,05
terhadap dimensi-dimensi pada kesejahteraan psikologis. Hasil yang
tersaji pada Tabel 2 menunjukkan bahwa dimensi-dimensi pada
perceived social support yang berperan secara parsial (secara terpisah)
terhadap dimensi-dimensi pada kesejahteraan psikologis, Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dimensi friends memiliki peranan yang cukup besar
terhadap dimensi positive relationship dari kesejahteraan psikologis
(R2=36,5). Artinya, subjek penelitian yang memiliki keluarga ODS
memersepsikan adanya dukungan sosial yang berasal dari teman,
sehingga membentuk aspek hubungan positif.
Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan hanya perceived social support dari
keluarga yang berperan signifikan terhadap environmental mastery dan
dimensi perceived social support dari teman berperan signifikan terhadap
personal growth, positive relationship, dan purpose in life. Sementara
tidak ada peran perceived social support yang bersumber dari significant
others terhadap semua dimensi kesejahteraan psikologis family caregiver
ODS rawat jalan.

REVIEW JURNAL 8
Judul Jurnal Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami Dengan Psychological Well-
Being Pada Ibu Yang Memiliki Anak Autisme
Nama Adi Prasetyo Pradana dan Erin Ratna Kustanti
Penggarang
Tentang Jurnal Jurnal Empati, April 2017 Volume 6 (Nomor 2), halaman 83 - 90
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dukungan sosial suami dengan psychological wellbeing pada ibu yang
memiliki anak autisme. Psychological well-being merupakan gambaran
kesehatan psikologi individu berdasarkan pemenuhan fungsi psikologis
positif. Populasi pada penelitian ini adalah ibu dari siswa - siswi SLB
yang mengalami gangguan autis di kota Semarang, Magelang dan
Salatiga. Sampel penelitian berjumlah 60 orang. Teknik sampling yang
digunakan adalah teknik cluster random sampling. Alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala psychological well-being (37
Aitem, α = .933) dan skala dukungan sosial suami (44 Aitem, α = .963).
Analisis data menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian
ini menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan
sosial suami dengan psychological wellbeing (rxy) = .485 dengan p = .
000 (p< .05). Dukungan sosial suami memberikan sumbangan efektif
sebesar 23,6% terhadap psychological well-being.
Teori 1. Psychological Well Being
Psychological well-being atau kesejahteraan psikologis
merupakan gambaran kesehatan psikologi yang berdasarkan pada
pemenuhan fungsi psikologi positif (Ryff dalam Dewi, 2012).
2. Dukungan Sosial
Dukungan sosial merupakan faktor penting dalam merawat anak
dengan gangguan autisme. Dukungan sosial mengacu pada
kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau ketersedian bantuan
kepada seseorang dari orang lain atau suatu kelompok (Uchino
dalam Sarafino dan Smith, 2011).
Fenomena Memiliki anak dengan gangguan autisme merupakan sebuah
beban berat bagi orang tua baik secara fisik maupun mental. Menurut
Safaria (2005), sebagian besar orang tua mengalami shock, sedih,
khawatir, cemas, dan marah ketika mendengar anaknya mengalami
gangguan autisme. Emosi yang muncul tentu saja akan membawa
dampak negatif bagi orang tua. Menurut Safira (2005), efek negatif
yang muncul dapat berupa depresi, kecemasan, gejala somatisasi dan
stres. Pisula (dalam Mohammadi, 2011) menjelaskan bahwa ibu dari
anak autisme memperlihatkan tingkat stres yang lebih tinggi
dibandingkan ibu dengan anak Down Syndrome. Ibu merasa stres
karena perilaku yang ditampilkan oleh anaknya seperti tantrum,
hiperaktif, kesulitan bicara, perilaku yang tidak lazim,
ketidakmampuan bersosialisasi dan berteman (Cohen & Volkmar
dalam Hadis, 2006). Secara umum, ibu dengan anak autisme lebih
tertekan, cemas, dan stres karena kendala finansial, kurangnya
fasilitas, kurangnya tenaga professional, tekanan sosial dan keluarga
dibandingkan ayah dari anak dengan gangguan autisme (Iftikar dan
Butt, 2013).
Tahapan Populasi dalam penalitian ini adalah ibu dari siswa-siswi SLB yang
Penelitian mengalami gangguan autis di kota Semarang, Magelang dan Salatiga.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster
random sampling. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 117 orang.
Jumlah sampel uji coba sebanyak 34 orang dan jumlah sampel penelitian
sebanyak 60 orang.
Hasil Hasil uji normalitas terhadap variabel dukungan sosisal suami dan
Penelitian psychological well-being diperoleh signifikansi nilai Kolmograv-
Smirnov masing-masing 0.892 dan 0.857 dengan p = 0.403 dan p =
0.455. Nilai probabilitas kedua variabel lebih besar dari 0.05 (p>0.05)
yang berarti bahwa sebaran data kedua variabel adalah normal.
Berdasarkan hasil uji linearitas diperoleh hasil koefisiensi F = 17.870
dengan tingkat signifikansi p = 0.000 (p<0.05). Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang linier antara dukungan sosial suami
dengan psychological well-being. Hasil uji normalitas dan uji linieritas
yang menunjukan bahwa data yang diperoleh dari penelitian ini adalah
normal dan linier, maka dalam penelitian ini dapat menggunakan metode
analisis regresi sederhana. Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana
diperoleh koefisien korelasi antara dukungan sosial suami dengan
psychological well-being pada ibu yang memiliki anak autisme sebesar
(rxy) = .485 dengan p = .000 (p< .05) yang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara dukungan sosial suami dengan
psychological well-being pada ibu yang memiliki anak autisme.
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
dukungan sosial suami dengan psychological well-being pada ibu yang
memiliki anak autisme. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin
tinggi dukungan sosial suami yang dirasakan oleh ibu maka semakin
tinggi psychological well-being pada ibu yang memiliki anak autisme.

REVIEW JURNAL 9
Judul Jurnal Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Psychological
Well-Being Pada Pekerja Seks Komersial Di Panti Rehabilitasi
Nama Welhelmina Maria Yuniaputry Hailitik dan Maggareta Erna
Penggarang Setianingrum
Tentang Jurnal Jurnal Psikohumanika, Volume XI, No2 Desember 2019 Hal 137-150
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dukungan sosial dengan psychological well-being pada pekerja seks
komersial. Penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh dengan
partisipan berjumlah 55 orang. Variabel dukungan sosial keluarga
menggunakan teori Cutrona (1987) yang terdiri dari 24 item dan variabel
psychological well-being menggunakan teori Ryff (1989) yang terdiri
dari 42 item. Metode penelitian yang dipakai dalam pengumpulan data
dengan metode skala, yaitu skala dukungan sosial keluarga dan ryff’s
psychological well-being scale. Analisis data menggunakan teknik
analisis korelasi product moment dan diperoleh koefisien korelasi 0,290
dengan nilai sig. = 0, 000 (p < 0,001). Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan positif antara dukungan sosial keluarga dengan psychological
well-being pada pekerja seks komersial di panti rehabilitasi
Teori 1. Psychological Well Being
Ryff (1989) berpendapat psychological well-being merupakan
keadaan dimana individu dapat menerima dirinya dalam situasi
apapun dan mampu merealisasikan potensi yang ada dalam diriya.
2. Dukungan Sosial
Menurut Johnson dan Johnson (Saputri & Indrawati, 2011),
dukungan sosial ialah keberadaan orang lain yang dapat
diandalkan untuk memberi bantuan, semangat, penerimaan dan
perhatian sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan hidup bagi
individu yang bersangkutan.
Fenomena Menurut Jones et al (dalamChristie&Purwandari, 2008) ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang menjadi
PSKyaitu kegagalan dalam rumahtangga, kekecewaan karena
percintaan yanggagal, kurangnya kesempatan kerja, sertaadanya
kebutuhan yang mendesak untukmemenuhi kebutuhan hidup diri
sendirimaupun keluarga, ada empat hal yang dapat melatarbelakangi
individu menjadi PSK yaitu kebutuhan ekonomi yang meningkat,
pendidikan yang rendah, sakit hati dengan kehidupan masa lalu dan
adanya pihak ketiga yang menawarkan solusi. Adanya tuntutan
ekonomi membuat para narasumber akhirnya memilih jalan menjadi
PSK untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Berdasarkan hasil
wawancara diketahui bahwa para narasumber memiliki jalur yang
berbeda ketika masuk ke dalam panti rehabilitas ada yang dengan
sukarela mendaftarkan diri sendiri ke panti rehabilitas da nada juga
yang karena di razia oleh satpol PP.
Tahapan Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif jenis korelasional,
Penelitian Partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ini yaitu 55 orang PSK yang
sedang mengikuti rehabilitasi di Panti Pelayanan Sosial Wanita
“Wanodyatama” Surakarta. Karakteristik partisipan yang ditentukan
yaitu wanita dewasa menengah atau dewasa konsolidasi yang berusia 30-
40 tahun (Hurlock, 2004) yang sudah mengikuti rehabilitasi selama 2
bulan. Teknik sampling yang digunakan untuk pemilihan partisipan
adalah sampling jenuh. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan skala pengukuran psikologi berupa kuisioner. analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
product moment. Kuisioner yang telah disebar dan diisi oleh subjek
kemudian diuji reliabilitas dan analisis perhitungan seleksi item dengan
menggunakan bantuan SPSS 20.0 for windows.
Hasil Hasil uji hipotesis berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan
Penelitian diperoleh korelasi sebesar 0,290. Hasil analisis statistic yang diperoleh
menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara
Dukungan Sosial Keluarga dengan Psychological Well-being pada
Pekerja Seks Komersial di Panti Rehabilitasi, artinya hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
diterima.
Kesimpulan Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa adanya
hubungan yang positif antara dukungan sosial keluarga dengan
psychological well-being pada pekerja seks komersial di panti
rehabilitasi. Rata-rata dukungan sosial keluarga 71,98 dan psychological
well-being 110,95 dengan besarnya sumbangan efektif dukungan sosial
terhadap psychological well-being 8,41%

REVIEW JURNAL 10
Judul Jurnal Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Psychological Well-Being
Pada Karyawan
Nama Khalidan Rahama dan Umi Anugerah Izzati
Penggarang
Tentang Jurnal Volume 8 Nomor 7 Tahun 2021, Character: Jurnal Penelitian Psikologi
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dukungan sosial dengan psychological wellbeing pada perusahaan X.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif. Terdapat 90 subjek pada penelitian ini. Teknik sampling yang
digunakan pada penelitian yaitu sampel jenuh. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Pearson Product Moment
Correlation dengan bantuan program SPSS for windows. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini berupa skala dukungan sosial dan
skala psychological well-being yang disusun peneliti menggunakan skala
likert. Hasil dari analisis pada penelitian ini menunjukkan taraf
signifikansi 0,000 (p<0,05) dengan koefisien korelasi 0,443 (r=0,433).
Hal tersebut dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara dukungan
social dengan psychological well being. Hubungan antara kedua variable
tersebut menunjukkan hubungan yang memiliki arah sama. Hubungan
yang searah memiliki arti bahwa apabila variable dukungan social
mengalami peningkatan, maka akan diikuti dengan peningkatan variabel
psychological well being. Begitu pula sebaliknya apabila variabel
dukungan social mengalami penurunan, maka variabel psycgological
well being juga akan menurun.
Teori 1. Psychological Well Being
Menurut Ryff dan Singer (2008) psychological wellbeing
didefinisikan sebagai suatu pemenuhan dari pertumbuhan
manusia yang dipengaruhi oleh konteks kehidupan manusia
disekitarnya.
2. Dukungan Sosial
Smet (1994) dukungan sosial murujuk pada bantuan secara
emosional, instrumental, dan finansial yang diterima dari dari
lingkungan sosial individu.
Fenomena Ketika suatu organisasi dapat memberikan peningkatan pada
kesejahteraan karyawannya, maka hal tersebut dapat menyebabkan
karyawan dapat menempatkan diri dengan sebaik mungkin pada
pekerjaan mereka, menghasilkan keuntungan untuk perusahaan, dan
menciptakan karya yang kreatif dan inovatif sehingga dapat
menghasilkan kemajuan pada perusahaan (Davis, 2012). Secara
umum fenomena mengenai kesejahteraan psikologis yang dapat
dijabarkan dalam hasil observasi dan studi pendahuluan pada
perusahaan x adalah rasa nyaman pada setiap karyawan dalam
melakukan pekerjaan, kesejahteraan psikologis yang dimiliki oleh
para karyawan seharusnya dapat menyebabkan karyawan merasakan
bahagia dalam bekerja dan bahagia ketika melakukan interaksi dengan
karyawan lainya. Maksud dari kesejahteraan disini tidak adanya sikut
menyikut antara karyawan satu dengan karyawan lain dan tidak ada
karyawan yang saling menjatuhkan. Penjabaran singkat dari fenomena
diatas didukung dengan hasil wawancara dengan 2 karyawan bagian
produksi pada perusahaan x, yaitu sebagai berikut : “dengan adanya
pandemi seperti ini, perusahaan sangat memperhatikan kebutuhan
serta kesehatan karyawan, seperti diberikan vitamin secara rutin,
seringkali menanyakan kesehatan, dukungan-dukungan sederhana
seperti itulah yang membuat para karyawan disini juga merasa aman
dan nyaman ketika melakukan tugas pekerjaan walaupun dalam
suasana pandemi.” Faktanya kesejahteraan psikologis itu sangat
penting bagi setiap karyawan. Kesejahteraan psikologis senantiasa
mempengaruhi seluruh kondisi dasar dan perilaku individu dalam
perusahaan,
Tahapan Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan
Penelitian sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh. Karyawan
perusahaan x yang manjadi subyek penelitian berjumlah 120 orang,
dengan rincian yang mengisi instrument skala untuk uji coba (try out)
sebanyak 30 orang dan 90 orang sebagai subyek penelitian. Pada
penelitian ini telah dilaksanakan uji coba skala dan telah didapatkan hasil
uji realibiltas dan validitas guna menguji skala sebelum diterjunkan ke
proses penelitian. Pada penelitian ini, juga akan dilakukan uji asumsi
yaitu uji normalitas dan linearitas. Selanjurnya, untuk menguji hipotesis
pada penelitian, peneliti menggunakan rumusan dari Korelasi Pearson
Product Moment dengan bantuan program SPSS 24.0
Hasil Hasil uji statistic deskriptif diketahui bahwa hasil dari 90 subjek
Penelitian yang digunakan dalam penelitian, diketahui nilai rata-rata (mean) pada
variabel psychological well-being adalah sebesar 111, diketuahi nilai
max/tertinggi pada penelitian sebesar 130 dan nilai min/terendah pada
penelitian telah diketahui sebesar 94, selanjutnya juga dapat diketahu
nilai rata-rata (mean) pada penelitian untuk variabel dukungan sosial
adalah sebesar 96 dengan nilai min/terendah 80 dan nilai max/tertinggi
sebesar 111. Nilai dari standar deviasi pada hasil penelitian, dari kedua
variabel, variabel psychological well-being memiliki nilai standart
deviasi sebesar 8,885 sedangkan variabel dukungan sosial memiliki nilai
standart deviasi 6,092. Maka dapat disumpulkan hasil dari penelitian
memiliki data yang bervariasi atau beragam, karena hasil dari data
penelitian menunjukan nilai lebih dari 1 SD (1 SD=6) serta menunjukkan
hasil yang normal dan tidak bias.
Kesimpulan Hasil analisis data yang telah dilakukan pada penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan yang signifikan
dengan psychological wellbeing pada karyawan di perusahan X. Hal
tersebut berarti bahwa apabila variabel dukungan sosial tinggi, maka
akan diikuti dengan tingginya variabel psychological wellbeing. Begitu
pula sebaliknya apabila variabel dukungan sosial bernilai rendah, maka
variabel psychological wellbeing juga akan rendah.

REVIEW JURNAL 11
Judul Jurnal Family’s Social Support and Psychological Well-Being of the Elderly in
Tembalang
Nama Dinie Ratri Desiningrum
Penggarang
Tentang Jurnal Anima, Indonesian Psychological Journal 2010, Vol. 26, No.1, 61-68
Abstrak Kebahagiaan serta kesuksesan di masa tua melalui kesejahteraan
psikologis, merupakan dambaan setiap individu yang memasuki masa
dewasa akhir. Kekuatan dukungan sosial dari keluarga merupakan hal
yang penting. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan antara dukungan
sosial keluarga dan kesejahteraan psikologis pada para lanjut usia
(lansia). Populasi penelitian adalah sejumlah lansia di Tembalang,
Semarang Selatan. Sampel (N = 80) diperoleh dengan purposive random
sampling. Metode pengumpulan data adalah Self-Administered
Questionnaire. Korelasi dihitung dengan product moment dan kontribusi
dengan teknik analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden merasakan dukungan sosial yang tinggi dari keluarganya
dengan kesejahteraan psikologis yang cukup tinggi. Dukungan sosial dari
keluarga memberikan kontribusi yang tinggi terhadap kesejahteraan
psikologis lansia, lalu dukungan emosional dan dukungan penghargaan
memberikan kontribusi yang lebih tinggi dibandingkan kedua dimensi
dukungan sosial lainnya.
Teori 1. Kesejahteraan psikologis
Menurut Ryff dan Keyes (1995) mencapai kesejahteraan
psikologis adalah berfungsinya psikologis positif.
2. Dukungan sosial
House (dikutip dalam Vaux, 1988, h.18) mendefinisikan
dukungan sosial sebagai hubungan interpersonal dalam
mengambil informasi, perhatian emosional, evaluasi, dan bantuan
instrumental melalui interaksi dengan lingkungan. Hubungan ini
memiliki manfaat emosional atau efek perilaku pada pengambil,
untuk membantunya untuk mengatasi masalahnya.
Fenomena Kebahagiaan dan kesuksesan di masa tua bisa dicapai dengan
kesejahteraan psikologis (Poulin & Perak, 2007). Wawancara
sebelumnya pada 26 Agustus 2010 pada 10 lama orang-orang yang
tinggal bersama keluarganya di Tembalang, Semarang Selatan, tiga
orang cenderung kesepian meskipun di tengah keluarga mereka dan
merasa kecewa karena tidak diberi banyak perhatian, lima lagi merasa
bahagia karena dukungan keluarga, perhatian dan biaya
hidup. Mereka merasa senang melihat putra, putri, dan cucu. Dua
orang merasa cukup bahagia tapi khawatir karena mereka harus
bertanggung jawab mengambil perawatan cucu. Perhatian dan
dukungan dari keluarga dianggap sebagai dukungan sosial. Sayangnya
tidak banyak orang tua mengerti bahwa, bahkan jika didukung, orang
tua masih mengungkapkan kekecewaannya dengan marah, frustasi,
dan mengeluh. Pemahaman keluarga tentang keberadaan, makna, dan
kelayakan dukungan sosial dari sudut pandang orang tua, sehingga
mereka bisa merasa dihargai dan dihormati. Di Tembalang, meski
banyak orang tua tinggal bersama keluarga mereka, beberapa dari
mereka merasa sangat kesepian dan kecewa dengan perawatan
keluarga mereka (wawancara 26 Agustus, 2010). Kekecewaan pada
lansia Tembalang mencerminkan stress dan keterampilan koping
mereka dalam membentuk kesejahteraan psikologis.
Tahapan Populasi penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Temalang,
Penelitian Semarang Selatan yang tinggal bersama keluarga. Beberapa dari mereka
milik organisasi Salsabila sebanyak 36 orang, organisasi Bina Lansia,
Semarang 40 orang dan di rumah keluarga 84 orang. Acak proporsional
teknik sampling digunakan karena banyaknya subjek berbeda di
beberapa lokasi. Sampel adalah dipilih secara acak sekitar 50% dari
populasi, menggunakan rumus Slovin. Dari Salsabila, dipilih 18 orang,
Bina Lansia 20 orang, dan 42 orang dari rumah keluarga di Tembalang
42 orang, 80 orang semuanya. Uji coba instrumen dilakukan pada 30
subjek. Keandalan dihitung melalui Alpha Cronbach. Korelasi antara
dukungan sosial dan kesejahteraan psikologis dianalisis menggunakan
momen produk Pearson, sedangkan kontribusi antar dimensi dukungan
sosial terhadap kesejahteraan psikologis dianalisis menggunakan regresi
analisis melalui program SPSS 17 for window.
Hasil Tabel 1 mengungkapkan jawaban responden terhadap kedua
Penelitian instrumen. Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dapat
dilihat pada Tabel 2, dan hasil validitas dan reliabilitas instrumen sosial
dukungan dan kesejahteraan psikologis dapat dilihat di Tabel 3. Uji
normalitas dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Distribusi frekuensi
dukungan sosial dari keluargadapat dilihat pada Tabel 4, dan
kesejahteraan psikologis diTabel 5. Berdasarkan Tabel 4 dapat
disimpulkan bahwa umumnya orang tua di Semarang memiliki rasa
sosial yang tinggi dukungan dari keluarga. Tabel 5 menunjukkan bahwa
secara umum kesejahteraan psikologis lansia di Semarang adalah dalam
kategori sedang. Koefisien korelasi product moment sosial dukungan dan
kesejahteraan psikologis adalah 0,739 dengan signifikansi .000. Ini
berarti ada positif yang kuat dan korelasi yang signifikan antara
dukungan sosial dan kesejahteraan psikologis pada orang tua di Selatan
Semarang. R-Square adalah 0,546, artinya dukungan sosial dari keluarga
memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan psikologis menjadi
sebesar 54,6%. Korelasi dan kontribusi masing-masing aspek sosial
dukungan dari keluarga untuk kesejahteraan psikologis dapat terlihat
pada Tabel 6. Hasil analisis regresi antara dimensi dukungan sosial dari
keluarga atas senior kesejahteraan psikologis warga di Semarang Selatan
dapat dilihat pada Tabel 7. Uji ANOVA menunjukkan bahwa dimensi
dukungan sosial dari keluarga sama-sama berkontribusi pada
kesejahteraan psikologis.
Kesimpulan Lansia di Semarang Selatan merasa sosialnya tinggi dukungan dari
keluarga. Secara umum, kesehatan psikologis keberadaan lansia di
Semarang Selatan relative tinggi. Lansia yang memiliki tingkat
kesejahteraan psikologis yang tinggi menjadi lebih menguasai
lingkungan. Mereka lebih cukup, dan memiliki hubungan positif dengan
orang lain. Lansia yang memiliki kesejahteraan psikologis rendah merasa
bahwa hidup mereka tidak berarti, sulit untuk diterima sendiri, dan
perkembangan pribadinya rendah. Berdasarkan empat dimensi dukungan
sosial dari keluarga,dukungan emosional dan dukungan apresiatif
memberi lebih tinggi kontribusi daripada dukungan instrumental dan
informatif.

REVIEW JURNAL 12
Judul Jurnal Relationship Between Perceived Social Support and Psychological Well-
Being Among Students Based On Mediating Role of Academic
Motivation
Nama Leila Emadpoor, Masoud Gholami Lavasani dan, Seyyed Mahdi
Penggarang Shahcheraghi.
Tentang Jurnal Int J Ment Health Addiction DOI 10.1007/s11469-015-9608-4
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan
antara dukungan sosial yang dirasakan dan kesejahteraan psikologis di
kalangan siswa berdasarkan peran mediasi motivasi akademik. Peserta
adalah 371 perempuan SMA siswa dari siswa kelas dua dan tiga yang
dipilih secara acak dengan menerapkan teknik sampling cluster multi-
tahap di Teheran, Iran. Untuk memeriksa penelitian variabel,
Psychological Well-being Questionnaire of Ryff ( 1989 ). Dukungan
sosial Skala Penilaian Vaux et al. ( 1986 ). dan Ukuran Motivasi
Akademik Harter ( 1981) telah dipakai. Analisis data dilakukan dengan
menghitung koefisien korelasi dan analisis jalur. Temuan menunjukkan
bahwa dukungan sosial yang dirasakan secara langsung dan berpengaruh
positif signifikan terhadap kesejahteraan psikologis dan motivasi
akademik. NS analisis jalur mengungkapkan bahwa dukungan sosial
yang dirasakan mungkin secara tidak langsung berpengaruh pada
kesejahteraan psikologis melalui peran mediasi motivasi
akademik. dukungan sosial yang diterima menjelaskan 13% dari variasi
motivasi akademik, dan motivasi akademik memprediksi 37% variasi
dalam kesejahteraan psikologis.
Teori 1. Kesejahteraan psikologis
Menurut Ryff dan Singer( 2006). kesejahteraan psikologis berada
di luar kesejahteraan mental, dan merupakanindikator ketika
mempertimbangkan kesehatan.
2. Dukungan sosial
Kaplan dkk. ( 1977 )menganggap dukungan sosial sebagai
keterikatan yang dengannya kemampuan dikembangkan,
pedoman disediakan, dan umpan balik konfirmasi pada perilaku
dilakukan.
Fenomena Ketika individu memanfaatkan kesehatan mental dan
kesejahteraan, mereka mampu mengambil tindakan terhadap masalah
yang mungkin muncul, dan memilih solusi yang sesuai. Tian dkk.
( 2013) dan Ratelle dkk.( 2013) mengemukakan bahwa dukungan
sosial berkaitan erat dengan kesejahteraan remaja. Banyak penelitian
telah menunjukkan bahwa orientasi independen atau motivasi
intrinsik berkorelasi positif dengan indikator kesehatan psikologis,
sedangkan orientasi terkontrol atau motivasi ekstrinsik adalah
negative berkorelasi dengan indikator kesehatan mental. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa motivasi intrinsic memprediksi
kesejahteraan, namun, motivasi ekstrinsik secara negatif memprediksi
kesejahteraan. Tinjauan studi sebelumnya menunjukkan bahwa minat
pada kesejahteraan psikologis dan komponen yang berkontribusi telah
meningkat dalam beberapa tahun terakhir, tetapi sebuah studi tentang
kontribusi tetapi dukungan sosial (sebagai variabel kontekstual) dan
motivasi akademik (sebagaivariabel pribadi) dalam kesejahteraan
psikologis siswa kurang.
Tahapan Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA perempuan dari
Penelitian siswa kelas dua dan tiga di sekolah umum kota Teheran di Iran selama
sekolah periode antara tahun 2013 dan 2014. Statistik kependudukan
diperoleh daripusat perencanaan pendidikan di Teheran, yang
melaporkan 49.9919 siswa. Menurut rumus ukuran sampel Cochran,
ukuran sampel yang sama dengan 371 adalah dipilih berdasarkan teknik
sampling cluster multistage acak. Mengingat fakta bahwa desain
penelitian ini adalah non-eksperimental (deskriptif) dan sampel individu
dipilih secara acak dari kelompok siswa normal, tidak ada kriteria
eksklusi telah dipakai. Namun, mengenai variabel kontrol, kriteria
inklusi adalah kelas,bidang studi, dan jenis kelamin Alat Pengumpul
menggunakan Kuesioner kesejahteraan psikologis (Ryff 1989), Skala
Penilaian Dukungan Sosial (Vaux et al. 1986), Kuesioner Motivasi
Akademik (Harter 1981 ). Analisis data menggunakan Statistik
deskriptif dan statistik inferensial (koefisien korelasi Pearson dan analisis
jalurysis untuk memeriksa variabel mediasi) digunakan untuk
menganalisis data dalam penelitian ini. Data Analisis dilakukan dengan
menghitung koefisien korelasi dan analisis jalur.
Hasil Kesejahteraan psikologis (koefisien kemiringan regresi = 0,53, P <
Penelitian 0,01), dan akademikmotivasi (koefisien kemiringan regresi = 0,35, P <
0,01). Efek langsung dari motivasi akademik terhadap kesejahteraan
psikologis (koefisien kemiringan regresi = 0,24,P <0,01) secara statistik
cukup besar. Dukungan sosial yang dirasakan secara tidak langsung
dapatmempengaruhi kesejahteraan psikologis (koefisien kemiringan
regresi = 0,08, P < 0,01) dengan bantuan peran mediasi motivasi
akademik.
Kesimpulan Temuan menunjukkan bahwa dukungan sosial yang dirasakan
secara langsung dan berpengaruh positif signifikan terhadap
kesejahteraan psikologis dan motivasi akademik. Analisis jalur
mengungkapkan bahwa dukungan sosial yang dirasakan mungkin secara
tidak langsung berpengaruh pada kesejahteraan psikologis melalui peran
mediasi motivasi akademik. per-dukungan sosial yang diterima
menjelaskan 13% dari variasi motivasi akademik, dan motivasi akademik
memprediksi 37% variasi dalam kesejahteraan psikologis.
REVIEW JURNAL 13
Judul Jurnal Determining the Perceived Social Support and Psychological Well-Being
Levels of Nursing Students
Nama Adeviye AYDIN, Nilgün KAHRAMAN, Duygu HİÇDURMAZ
Penggarang
Tentang Jurnal Psikiyatri Hemşireliği Dergisi - Journal of Psychiatric Nursing
2017;8(1):40-47
Abstrak Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
persepsi dukungan sosial dan tingkat kesejahteraan psikologis mahasiswa
keperawatan. Metode: Sampel penelitian deskriptif ini terdiri dari 300
perawat mahasiswa tahun ajaran 2015-2016. Sebagai alat pengumpulan
data, dan formulir identifikasi pengantar, Skala Dukungan Sosial yang
Dirasakan dan Skala Kesejahteraan Psikologis (Bentuk Pendek)
digunakan dalam hal ini belajar. Penelitian ini menggunakan uji Kruskal-
Wallis dan Mann-Whitney U, Analisis korelasi Pearson dan analisis
regresi untuk menganalisis data. Hasil: Dari subskala dukungan sosial
yang dirasakan, dukungan a orang istimewa (23.00) memiliki median
tertinggi, dan median terendah dian adalah dukungan dari seorang teman
(21.00). Menurut psikolog- skala kesejahteraan kal, hubungan positif
dengan orang lain memiliki yang tertinggi median (5,43), dan subskala
otonomi memiliki nilai median terendah ue (4.43). Studi ini menemukan
bahwa siswa tahun ketiga memiliki skor yang lebih tinggi untuk keluarga
(KW=8,37, p=0,039), teman (KW=13,29, p=0,004) dan special orang
(KW=20.14, p=0.000) dukungan, dan bahwa siswa tahun keempat
memiliki median yang lebih tinggi untuk pengembangan pribadi
(KW=13.30, p=0.004) dan hubungan positif dengan orang lain
(KW=7.87, p=0.049) dari yang pertama siswa tahun. Sebuah hubungan
positif ditentukan antara tingkat dukungan yang dirasakan mahasiswa
keperawatan dan psikologis mereka kesejahteraan (p<0,01).
Kesimpulan: Penelitian ini menentukan bahwa dukungan sosial yang
dirasakan dan kesejahteraan psikologis siswa tahun yang lebih tinggi
lebih baik. Dia juga menemukan bahwa sebagai tingkat dukungan sosial
yang dirasakan mahasiswa keperawatan meningkatkan kesejahteraan
psikologis mereka juga meningkat.
Teori 1. Dukungan sosial
House (dikutip dalam Vaux, 1988, h.18) mendefinisikan
dukungan sosial sebagai hubungan interpersonal dalam
mengambil informasi, perhatian emosional, evaluasi, dan bantuan
instrumental melalui interaksi dengan lingkungan.
2. Kesejahteraan psikologis
Menurut Keyes et al., kesejahteraan mewakili kebahagiaan dan
kepuasan hidup, tujuan hidup, hubungan positif kapal dengan
orang lain dan penerimaan diri.
Fenomena Ada kemungkinan bahwa mahasiswa memiliki peningkatan
kebutuhan akan dukungan dari orang lain yang khusus untuk
mereka. Telah terbukti bahwa memenuhi kebutuhan ini mengurangi
kelelahan dan meningkatkan kompetensi sosial. Studi dukungan sosial
mahasiswa mengungkapkan bahwa tingkat dukungan yang dirasakan
mempengaruhi prestasi akademik, ketahanan psikologis dan
kemampuan untuk mengatasi stres. Telah ditemukan bahwa
universitas siswa yang memiliki tingkat dukungan sosial yang tinggi
juga memiliki kepuasan hidup yang lebih tinggi, dan mengalami lebih
sedikit keputusasaan dan kesendirian. Khusus untuk remaja,
dukungan sosial yang dirasakan port mengurangi perilaku, seperti
kekerasan, berdasarkan ide bahwa, "Jika saya merasa buruk, semua
orang harus merasa buruk”. Sebuah studi baru-baru ini yang
dilakukan dengan mahasiswa keperawatan menunjukkan bahwa
kemampuan siswa untuk mengatasi stres sangat terpengaruh oleh
sistem dukungan sosial dan bahwa dukungan sosial memiliki posisi
efek tive pada kesehatan umum siswa. Studi lain memiliki
melaporkan bahwa sistem dukungan sosial mahasiswa keperawatan
dan hubungan interpersonal penting untuk akademik mereka yang
optimal kesuksesan dan kesehatan mental yang positif. Ini
membuatnya penting tant untuk menentukan dukungan sosial yang
mahasiswa keperawatan re-diterima dan faktor-faktor yang
berhubungan dengannya. Dukungan sosial yang dirasakan mungkin
juga secara positif mempengaruhi kesejahteraan psikologis. Sebuah
studi dengan mahasiswa keperawatan telah menunjukkan bahwa
dukungan sosial yang dirasakan lebih tinggi tingkat pelabuhan dapat
mempengaruhi kesejahteraan psikologis.
Tahapan Populasi penelitian ini adalah 700 siswa: 217 siswa tahun pertama,
Penelitian 271 siswa tahun kedua, 130 tahun ketiga mahasiswa dan 82 mahasiswa
tahun keempat di universitas keperawatan fakultas pada tahun ajaran
2015-2016. Penelitian ini menggunakan rumus sampel dengan populasi
yang diketahui untuk menghitung sampel ukuran. [23] Ukuran sampel
ditemukan setidaknya 260 siswa pada selang kepercayaan
95%. Mengingat bahwa mungkin ada kerugian, penelitian ini mencapai
total 300 siswa tetapi, ada tidak ada kerugian. Jadi, 300 siswa yang
menyelesaikan data koleksi alat sepenuhnya dimasukkan dalam
penelitian ini. Alat Pengumpul Data: Untuk mengumpulkan data,
penelitian ini menggunakan formulir identifikasi pengantar, skala multi-
dimensi dukungan sosial yang dirasakan, dan skala kesejahteraan
psikologis. Penelitian ini menggunakan software SPSS 20.0 untuk
menilai data. nomor- bers, persentase dan median digunakan. Data tidak
memenuhi asumsi uji parametrik, maka penelitian ini menggunakan Tes
Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney U. Kor- Analisis relasi digunakan
untuk menentukan hubungan antara antara dukungan sosial yang
dirasakan dan kesejahteraan psikologis, dan analisis regresi digunakan
untuk mengungkapkan sosiodemografi variabel dan
prediktor. Signifikansi data diuji pada p<0,05 dan p<0,01.
Hasil Dari subskala dukungan sosial yang dirasakan, dukungan a orang
Penelitian istimewa (23.00) memiliki median tertinggi, dan median terendah dian
adalah dukungan dari seorang teman (21.00). Menurut psikolog- skala
kesejahteraan kal, hubungan positif dengan orang lain memiliki yang
tertinggi median (5,43), dan subskala otonomi memiliki nilai median
terendah ue (4.43). Studi ini menemukan bahwa siswa tahun ketiga
memiliki skor yang lebih tinggi untuk keluarga (KW=8,37, p=0,039),
teman (KW=13,29, p=0,004) dan special orang (KW=20.14, p=0.000)
dukungan, dan bahwa siswa tahun keempat memiliki median yang lebih
tinggi untuk pengembangan pribadi (KW=13.30, p=0.004) dan hubungan
positif dengan orang lain (KW=7.87, p=0.049) dari yang pertama siswa
tahun. Sebuah hubungan positif ditentukan antara tingkat dukungan yang
dirasakan mahasiswa keperawatan dan psikologis mereka kesejahteraan
(p<0,01).
Kesimpulan Penelitian ini menentukan bahwa dukungan sosial yang dirasakan
dan kesejahteraan psikologis siswa tahun yang lebih tinggi lebih
baik. Dia juga menemukan bahwa sebagai tingkat dukungan sosial yang
dirasakan mahasiswa keperawatan meningkatkan kesejahteraan
psikologis mereka juga meningkat.

REVIEW JURNAL 14
Judul Jurnal Social Support, Spirituality and Psychological Wellbeing of Working
Students
Nama Syvil B. Mediante and Vicky C. Mergal
Penggarang
Tentang Jurnal Abstract Proceedings International Scholars Conference Volume 7 Issue
1, October 2019, pp. 868-880
Abstrak Beberapa orang memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih baik
daripada yang lain; dengan demikian, mereka lebih berfungsi
individu. Di sisi lain, mahasiswa yang bekerja dihadapkan pada berbagai
tantangan yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis
mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan
dukungan sosial dan spiritualitas dengan kesejahteraan psikologis kerja
siswa. Penelitian deskriptif-korelasi ini menggunakan 302 perguruan
tinggi sampel yang nyaman mahasiswa yang bekerja dari tiga institusi
pendidikan tinggi Advent di Luzon, Filipina. Kuesioner empat bagian
yang divalidasi oleh ahli digunakan untuk mengumpulkan
data. Berdasarkan temuannya, responden memiliki dukungan sosial yang
rendah namun sangat spiritual. Mereka juga memiliki kesejahteraan
psikologis yang cukup tinggi. Dukungan sosial dan spiritualitas adalah
signifikan terhadap semua dimensi kesejahteraan psikologis responden.
Di sisi lain, tidak ada perbedaan yang signifikan pada semua dimensi
psikologis kesejahteraan ketika usia, jenis kelamin, dan lama tinggal
dipertimbangkan. Apalagi dekan asrama dukungan adalah prediktor
signifikan dari kesejahteraan psikologis responden dalam hal penerimaan
diri, tujuan hidup, penguasaan lingkungan, dan hubungan positif dengan
orang lain sedangkan dukungan dari teman/rekan adalah prediktor
signifikan dari responden kesejahteraan psikologis dalam hal tujuan
hidup. Akhirnya, spiritualitas adalah signifikan prediktor kesejahteraan
psikologis responden dalam hal penerimaan diri, pribadi pertumbuhan,
tujuan hidup, penguasaan lingkungan, otonomi, dan hubungan positif
dengan orang lain tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan lama
tinggal. Direkomendasikan bahwa studi ulangan dilakukan antara siswa
yang tidak bekerja dan/atau lembaga non-SDA.
Teori 1. Dukungan sosial
Dukungan sosialStek (2010) menyebutkan bahwa dukungan
sosial memberikan kontribusi yang kuat terhadap penguatansikap
dan keterampilan mengatasi.
2. Spiritualitas
Spiritualitas mencakup semua aspek menjadi manusia dan
merupakan sarana untuk mengalami kehidupan.Young dan
Koopsen (2011) berpendapat bahwa orang yang berkomitmen
pada hubungan pribadidengan Tuhan memiliki kesempatan untuk
mengalami transendensi mereka menjalani kerajaan Tuhandi
dunia.
3. Kesejahteraan psikologis
Kesejahteraan psikologis adalah suatu konsep yang mencakup
kehidupan yang utuh, seimbang, danpengalaman hidup yang
komprehensif. Meliputi kesehatan sosial, fisik, mental,
emosional,karir, dan domain spiritual. Tidak ada yang lebih
penting daripada memiliki kepedulian, kepercayaan,dan
hubungan cinta dalam hidup (Wilner, 2008).Center for Bhutan
Studies (2009) menyatakan bahwa kesejahteraan psikologis
mengacu pada bagaimana orangmengevaluasi hidup mereka.
Fenomena Walker (2009) melaporkan bahwa siswa yang memiliki
kesejahteraan psikologis rendah sering mabuk, memiliki kebiasaan
kesehatan yang lebih buruk, dan memiliki spiritualitas yang lebih
lemah. Lederman (2009) menyatakan bahwa siswa yang bekerja yang
bekerja lebih dari 20 jam seminggu mengalami efek negatif tidak
hanya pada kinerja akademik mereka tetapi juga pada kesejahteraan
psikologis. Siswa yang bekerja yang mengalami kesulitan dalam
menangani pekerjaan mereka dan penelitian menemukan rendahnya
tingkat penguasaan lingkungan, tujuan hidup, pertumbuhan pribadi,
dan konsep. Oleh karena itu, dukungan sosial, spiritualitas, dan
kesejahteraan psikologis siswa yang bekerja mempengaruhi
kehidupan sehari-hari mereka.
Tahapan Penelitian kuantitatif ini bersifat deskriptif-korelasi untuk
Penelitian mengetahui hubungan antara dukungan sosial dan spiritualitas dengan
kesejahteraan psikologis. Sebanyak 302 siswa yang bekerja dari tiga
lembaga pendidikan tinggi sektarian dengan mudah dijadikan sampel.
Empat bagian kuesioner didistribusikan dan diambil oleh para peneliti,
dikodekan melalui MicrosoftExcel, dan dianalisis menggunakan
Predictive Analysis Software (PASW). Baik deskriptif maupun statistik
inferensial digunakan untuk menganalisis, menafsirkan, dan menentukan
implikasi daridata yang dikumpulkan.
Hasil Hasil dari Tabel 1 mengungkapkan bahwa responden memiliki
Penelitian tingkat dukungan sosial sedang dari orang tuanya (m = 3,35; SD = 1,04),
saudara kandung (m = 2,57; SD = 1,17), dan teman/rekan (m = 2.92; SD
= 0,88). Mereka mendapat dukungan rendah dari guru (m = 1,92; SD =
0,75), pekerjaan pengawas (m = 2,16; SD = 0,85), dekan asrama (m =
1,87; SD = 0,80), dan kerabat (m = 2.09; SD = 0,88). Tabel 2 menyajikan
item individual yang menilai spiritualitas responden yang diikuti dengan
rata-rata keseluruhan untuk menentukan luasnya. Tabel tersebut
menunjukkan bahwa sejauh mana spiritualitas responden tinggi (m =
4,14; SD = 1,07). Item “Ketika saya memeriksa hidup saya, saya
menyadari kebutuhan saya yang besar akan Tuhan untuk bekerja di
dalam saya” memperoleh rata-rata tertinggi (m = 4,50; SD = 0.87) dan
itu adalah satu-satunya item dengan respon selalu. Di sisi lain, responden
terkadang mengalami kesulitan memahami suara Tuhan melalui musik
religi yang diperoleh rata-rata terendah (m = 3,25; SD = 1,45).
Responden cukup tinggi dalam semua komponen kesejahteraan
psikologis seperti:pertumbuhan pribadi (m = 4,19; SD = 0,65), tujuan
hidup (m = 4,09; SD = 0,70),penerimaan (m = 4,03; SD = 0,60),
hubungan positif dengan orang lain (m = 3,94; SD = 0,56),penguasaan
lingkungan (m = 3,89; SD = 0,60), dan kemandirian (m = 3,58; SD =
0,49). Tabel 3menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat
kesejahteraan psikologis responden cukup tinggidengan grand mean 3,95
dan standar deviasi 0,60.
Kesimpulan Berdasarkan temuan, responden pada umumnya memiliki
dukungan sosial yang rendah, namun sangat spiritual dan memiliki
kesejahteraan psikologis yang cukup tinggi. Dukungan sosial dan
spiritualitas secara signifikan berhubungan dengan kesejahteraan
psikologis responden.

REVIEW JURNAL 15
Judul Jurnal The Relationship Between Social Support And Academic Stress Among
First Year Students At Syiah Kuala University
Nama Fauzah Marhamah and Hazalizah binti Hamzah.
Penggarang
Tentang Jurnal Jurnal Psikoislamedia Volume 1, Nomor 1, April 2016.
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara
dukungan sosial dan akademik stres di kalangan mahasiswa tahun
pertama Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH). Data dikumpulkan
melalui kuesioner. Respondennya adalah mahasiswa tahun pertama di
UNSYIAH (n = 364) dengan rentang usia dari 16 hingga 21. Responden
menyelesaikan Skala Multi Dimensi Dukungan Sosial yang Dirasakan
(MSPSS) dan Student Life Stress Inventory (SLSI). Analisis Korelasi
Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan antara dukungan sosial
dan stres akademik di kalangan mahasiswa tahun pertama. NS hasil
mengungkapkan bahwa sampel melaporkan tingkat moderat dukungan
sosial dan stres akademik. Siswa dengan tingkat dukungan sosial yang
tinggi, melaporkan tingkat stres akademik yang rendah.
Teori 1. Dukungan sosial
Menurut Sarafino (1998) dukungan sosial mengacu pada
kenyamanan yang dirasakan, kepedulian, harga diri,atau bantuan
yang diterima seseorang dari orang atau kelompok lain.
2. Stress
Lazarus dan Folkman (1984) menyatakan bahwa stres adalah
keadaan kecemasan yang dihasilkan ketika peristiwadan tanggung
jawab melebihi kemampuan koping seseorang.
Fenomena Kehidupan siswa, terutama selama tahun pertama, adalah
periode kerentanan di mana siswa muda membangun, menguji dan
menyesuaikan identitas psikologis baru (Bitz, 2010). Transisi ke
universitas melibatkan adaptasi ke lingkungan akademik dan sosial
yang baru, transisi ini dapat membuat siswa stres (Dalziel & Gambut,
1998). Transisi ke kehidupan universitas sering dipandang sebagai
peristiwa positif tetapi perubahan dalam kehidupan universitas
terkadang bisa membuat stres bagi siswa. Menurut Dwyer dan
Cummings (2001), Siswa tahun pertama membutuhkan dukungan
sosial untuk menjadi dapat berhasil dalam mengejar akademik
mereka. Dukungan sosial mungkin sangat penting dalam buffering
stresor, karena siswa mengalami serangkaian stres dalam domain
akademik dan pribadi (Parrack & Preyde, 2009). Selain itu, dukungan
sosial sangat penting bagi individu dalam kehidupan mereka dan juga
telah diakui memiliki dampak yang signifikan terhadap prestasi siswa
(Yasin &Dzulkifli, 2010). Faktanya, dukungan sosial yang dirasakan
tampaknya menjadi moderator yang efektif dari stres yang dialami
oleh mahasiswa universitas. Dukungan sosial yang diterima siswa
membantu koping siswa yang sangat stres (Lawson & Fuehrer, 2001).
Untuk siswa, dukungan sosial dapat berasal dari orang tua, teman,
teman sekelas dan guru (Bokhorst, Sumter, & Westenberg, 2009).
Tahapan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Penelitian kuantitatif. Kuantitatif didasarkan pada ide bahwa fenomena sosial dapat
dikuantifikasi, diukur, dan diungkapkan secara numerik (Azwar, 2010).
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah dukungan sosial dan
variabel terikatnya adalah akademik menekankan. Selanjutnya dalam
penelitian ini digunakan metode survei dan kuesioner. Survei secara luas
metode pengukuran yang digunakan dalam penelitian sosial yang
melibatkan penggunaan kuesioner untuk mengumpulkan data (Bungin,
2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tahun
pertama Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH) di Banda Aceh fakultas
berikut: Fakultas Ekonomi, Fakultas Kedokteran Hewan Kedokteran,
Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas
Keguruan Diklat, Fakultas Kedokteran, Fakultas MIPA, Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik, serta Fakultas Kelautan dan Perikanan. Teknik dalam
sampling penelitian dan cara pengambilan sampel yang representatif
disebut metode sampling. Di dalampenelitian convenience sampling
digunakan. Partisipan dalam penelitian ini dipilih dari mahasiswa tahun
pertama yang tergabung dalamfakultas yang berbeda dari UNSYIAH.
analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Paket
Statistik untuk SosialPerangkat lunak sains (SPSS) 17.0.
Hasil Dalam penelitian ini, dukungan sosial secara operasional
Penelitian didefinisikan sebagai skor MSPSS. semakin rendah skor menunjukkan
tingkat kepuasan yang tinggi dalam dukungan sosial yang dirasakan dan
skor yang lebih tinggi menunjukkan tingkat kepuasan yang rendah dalam
dukungan sosial yang dirasakan. Skor maksimum yang dapat diperoleh
adalah 48, sedangkan skor minimum adalah 12. Sebagian besar
responden melaporkan tingkat dukungan sosial sedang,M = 24,72 ( SD =
4,48). Dalam penelitian ini, stres akademik secara operasional
didefinisikan sebagai skor SLSI. semakin rendah skor menunjukkan
tingkat stres yang tinggi di bidang akademik dan skor yang lebih tinggi
menunjukkan tingkat rendah stres di bidang akademik. Skor maksimum
yang dapat diperoleh adalah 204, sedangkan skor minimum adalah 51.
Mayoritas responden melaporkan tingkat stres akademik sedang, M =
146,98 ( SD= 18,27). Hubungan antara kedua variabel ini dinyatakan
pada Bab I karena tidak ada hubungan yang signifikankorelasi antara
dukungan sosial dan stres akademik di antara siswa tahun pertama.
Untuk menguji Ho , maka analisis regresi digunakan. Hasil analisis
regresi menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan( r =
-.46, p < .01) antara dukungan sosial dan stres akademik. Artinya, siswa
dengan tingkat tinggi dukungan sosial, melaporkan tingkat stres
akademik yang rendah. Karena itu, Ho ditolak.
Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan mahasiswa tahun pertama di
UNSYIAH mengalami tingkat sedang dari stres akademik. Tingkat stres
akademik sedang berarti bahwa stresor akademik dan reaksi stresor yang
dialami mahasiswa tahun pertama di UNSYIAH berada pada level
sedang.

Anda mungkin juga menyukai