Anda di halaman 1dari 46

Gangguan Terkait Zat

Oleh:
Nur Ilham Adha
Asfarina
Putri Debiyanti
Siska
1. Kriteria Pengunaan Zat
2. Gangguan Terkait Amfetamin
3. Gangguan Terkait Alkohol
4. Gangguan Terkait Kafein
5. Gangguan Terkait Kanabis
6. Gangguan Terkait Kokain
7. Gangguan Terkait Halusinogen
8. Gangguan Terkait Inhalan
9. Gangguan Terkait Nikotin
10. Gangguan Terkait Opioid
11. Gangguan Terkait Fensiklidin (Lir- Fensiklidin)
12. Gangguan Terkait Sedatif, -Hipnotik, Atau Ansiolitik
13. Penyalahgunaan Anabolik Steroid
DSM-V mengenali substance related disorders akibat dari digunakannya sepuluh
kelompok ZAT: alkohol, kafein, kanabis. Halusinogen (phencyclidine atau yang
serupa arylcyclohexylamines), halusinogen lainnya seperti LSD, inhalan, opioid, sedatif,
hipnotik, anxiolytik, stimulan (termasuk amphetamine-type substances, kokain, dan
stimualan lainnya), tembakau, dan zat lain yang tidak diketahui. Jadi ketika ditemui zat,
dan efeknya serupa dengan zat lainnya dalam kelompok, maka ia masuk dalam
gangguan terkait zat atau gangguan adiksi. DSM 5 menyatakan bahwa zat ini mengaktifkan sistem reward di otak,
disinilah masalah utamanya. Perasaan mendapatkan kesenangan sebagai umpan balik penggunaan demikian dirasakan,
sehingga
keinginan mengulang penggunaan menjadi besar, membesar dan kemudian sulit dikendalikan.
DSM 5 juga mengenali bahwa orang tidak serta merta berkembang menjadi pengguna
zat ketika ia menggunakannya. Beberapa individu cenderung meneruskan penggunaan ketika memulai, mereka adalah
kelompok yang kendali dirinya rendah,
berdasarkan adanya cacat dalam otaknya, sehingga mereka cenderung menjadi pengguna yang sulit lepas
penggunaannya. Ketika terpapar zat.
Ada dua kelompok substance-related
disorders: substance use disorders dan substance-induced disorders.
Substance use disorders merupakan pola penggunaan zat yang menghasilkan simtom
menggunakan zat yang diteruskan oleh individu, meski individu tahu dan mengalami
akibatnya. Substance-induced disorders termasuk intoksikasi, putus zat, gangguan mental yang diinduksi oleh
penggunaan zat termasuk psikosis akibat penggunaan zat, gangguan bipolar dan yang terkait penggunaan zat, gangguan
cemas akibat penggunaan zat, gangguan depresi akibat penggunaan zat, gangguan obsesif-kompulsif akibat penggunaan
zat, gangguan disfungsi seksual akibat penggunaan zat, delirium akibat penggunaan zat, dan gangguan neurpkognitif
akibat penggunaan zat.
Kriteria Pengunaan Zat
1. Menggunaan zat dalam jumlah yang makin lama makin banyak atau waktu penggunaannya lebih panjang daripada
yang dibayangkan
2. Ingin menurunkan atau menghentikan penggunaan, namun tidak kuasa memenuhinya
3. Menghabiskan banyak waktu untuk mendapatkan, menggunakan, atau mengurus diri untuk pulih dari penggunaan
4. Menagih dan meningkat dorongan untuk menggunakan
5. Tidak mampu mengelola diri atas kewajibannya: bekerja/sekolah, dirumah atau di tempat kerja karena penggunaan
6. Tetap meneruskan penggunaan, meski hubungan/relasi dengan orang sekitar menjadi bermasalah karenanya
7. Tidak lagi melakukan kewajiban utama social, okupasional ataub rekreasional karena penggunaan
8. Terus menggunakan zat, lagi dan lagi, meski tahu akan bahayanya
9. Melanjutkan penggunaan, meski ada masalah fisik dan psikologik yang diakibatkan atau diperburuk oleh
penggunaan zat
10. Meningkatkan jumlah pemakaian untuk mendapatkan efek yang sama dengan sebelumnya (toleransi)
11. Simptom putus zat, yang akan dapat diatasi dengan penggunaan zat yag makin banyak.
• Faktor Risiko Penggunaan Zat Remaja
Remaja berisiko tinggi menggunakan, karenanya secara rutin dapat
kita lakukan pemeriksaan ketika mereka datang ke klinik. Orangtuanya
pengguna Kekerasan dalam rumah/ kekerasan seksual/ kekerasan verbal-
nonverbal/ kekerasan fisk perokok keluarga disfungsi teman sebayanya
pengguna (SAMHSA, 1997) tanda fisik: jejas penggunaan berulang jarum
suntik, septum nasal perforasi.
• Kriteria DSM-5 Penggunaan Zat
Penggunaan Zat dalam Kriteria ini menggunakan diagnosis tunggal
yang mengkombinasi Substance Abuse and Substance Dependence. Kriteria
untuk diagnosis ini harus dipenuhi 2
dari 11 kriteria, Kriteria sama dengan DSM IV untuk abuse dan dependence.
Jika memenuhi 2-3 kriteria maka digolongkan dalam penggunaan ringan, 4-5
kriteria digolongkan dalam penggunaan sedang; 6-7 kriteria penggunaan berat
Gangguan Terkait Amfetamin
Amfetamin merupakan salah satu zat kimia yang berbahay yang dapat
menyebabkan kecanduan. Meskipun demikian amfetamin juga
digunakan untuk pengobatan. Amfetamin yang digunakan untuk
pengobatan adalah kelas d, amfetamin dan metamfetamin, digunakan di
beberapa negara untuk mengobati gangguan seperti ADHD, Narkolepsi,
dan obesitas.
Pengaruh amfetamin bagi tubuh
Amfetamin menyebabkan pelepasan monoamin melalui sitosol neuronal melalui
dopamin norepinefrin transporter, norepinefrin transporter, dan neuropinefrin
transporter. Salah satu mekanisme kerja yang diteliti dari amfetamin adalah
dengan menganggu aktivitas.
Efek amfetamin terhadap fungsi kognitif
Pengaruh amfetamin terhadap fungsi otak berhubungan dengan
pelepasan dopamin, norepineftrin, dan serotonin. Ketiga
neurostransmiter tersebut dihasilkan dalam sel-sel neuron yang terletak
di otak tengah dan batang otak serta terproyeksi hampir di seluruh otak.
Gejala yang muncul pada kondisi hiperdosis amfetamin
• Demam tinggi atau kemerahan pada wajah
• Nyeri kepala
• Nyeri dada
• Gangguan berjalan
• Kekakuan otot
• Panik, gelisah, sulit bernapas
• Gangguan status mental
Gangguan Terkait Alkohol
Alkohol yang terdapat dalam minuman beralkohol berasal dari biji-bijian dan
umbi-umbian sehingga sering dinamakan grain alcohol, sedangkan yang dimaksud
dengan wood alcohol adalah metil –alkohol atau metanol yang sangat toksik terutama
terhadap saraf mata. Alkohol adalah cairan tidak berwarna dan pahit rasanya. Alkohol
dapat diperoleh melalui fermentasi oleh mikroorganisme (sel ragi) dari gula, sari
buah, biji-bijian, madu, umbi-umbian, dan getah kaktus tertentu (Joewana, 2005).
Minuman berlkohol lazim disebut ‘minuman keras’ dan berdasarkan Peraturan
Menteri Kesahatan tentang Minuman Keras No. 86/Men.Kes/Per/IV/77, digolongkan
sebagai berikut:
Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % (misal : bir, shandy)
Golongan B : kadar etanol 5 – 20% (misal : anggur)
Golongan C : kadar etanol 20 – 55% (misal : whisky, brandy) (Depkes RI, 2000)
2. Gangguan Psikotik Akibat Penyalahgunaan Alkohol
GANGGUAN PSIKOTIK AKIBAT PENYALAHGUNAAN ALKOHOL
Gangguan Psikotik akibat Penyalahgunaan Alkohol adalah gangguan yang
ditandai dengan halusinasi yang menonjol atau waham akibat efek alkohol. Gejala
psikotik biasanya terjadi selama, atau dalam waktu 1 bulan setelah keadaan
intoksikasi alkohol atau episode putus alkohol dan pasien memiliki kesadaran dan
orientasi baik, tetapi tilikan diri terganggu bahwa gejala yang muncul akibat
alkohol. (First & Tasman, 2006, Babor et al, 2008).
Halusinasi yang paling sering adalah auditorik biasanya berupa suara-suara
tetapi sering kali tidak terstruktur. Suara-suara biasanya adalah memfitnah, mencela,
atau mengancam. Walaupun beberapa pasien dilaporkan bahwa suara-suara itu
adalah menyenangkan dan tidak mengganggu. Halusinasi biasanya selama kurang
dari satu minggu walaupun selama seminggu tersebut lazim didapatkan hendaya
menilai realitas adalah sering. Setelah episode, sebagian besar pasien meyadari sifat
halusinasi dari gejalanya. (Sadock dan sadock, 2007 ; Babor et al, 2008)
Pada gangguan psikotik akibat penyalahgunaan alkohol, gejala psikotik terjadi
selama atau segera setelah periode berat penggunaan alkohol. Gejala psikotik yang
didapatkan melebihi yang biasanya berhubungan dengan intoksikasi alkohol atau
putus alkohol dengan gangguan persepsi, dan cukup parah sehingga memerlukan
perhatian klinis. Gejala psikotik berlangsung minimal 1 hari, yang mana pada
gangguan psikotik singkat, gejala psikotik berlangsung minimal 1 hari. (Jonna, 2010)
Gangguan Psikotik Akibat Penyalahgunaan Alkohol
Gangguan psikotik akibat penyalahgunaan alkohol kemungkinan besar
berhubungan dengan dopamin dalam sistem limbik dan mungkin bagian lainnya.
Hipotesis dopamin sering digunakan untuk psikotik yang melibatkan aktivitas yang
berlebihan dari sistem dopaminergik. Penelitian pada hewan telah menunjukkan
peningkatan aktivitas neuron dopaminergik dan peningkatan pelepasan dopamin
ketika alkohol diberikan. Di sisi lain, keadaan putus alkohol menghasilkan penurunan
aktivitas dopaminergik di daerah tegmental ventral dan penurunan aktivitas neuron
PENANDA ALKOHOL
Darah dan napas alkohol
Peningkatan alkohol di darah atau alkohol napas (breath alcohol) adalah
bukti baru saja telah mengosumsi alkohol.
b. Mean Corpusucular Volume [MCV]MCV meningkat pada peminum berat yang kronis tetapi dapat juga
olehsebab lain
c. Gamma glutamil trasferase [GGT]
GGT adalah enzim hati yang meningkat pada peminum berat yang
kronis tetapi kembali level normal setelah pantang sekitar 5 minggu . Tetapi
dapat meningkat juga pada penderita penyakit hati non alkoholik yang
meminum obat yang mempengaruhi enzim hati. Kadar gamma-glutamyl
transpeptidase (GGT) meningkat kira-kira 80% pada pasien yang menderita
gangguan terkait alkohol
d. Asparte amino transferase [AST]
Suatu enzim hati yang meningkat pada peminum berat yang kronis
tetapi kembali normal dalam 48 jam. Dapat meningkat juga karena sebab
lain.
e. Carbohydrate deficient transferrin [CDT]
CDT meningkat pada peminum berat dan lebih spesifik daripada
AST, GGT, atau MCV .(Scottish Intercollegiate Guidelines Network,
2003; Wood, 2006; johnson dan Daoud, 2005; Sadock dan Sadock,
2007, Crome dan Bloor, 2008)
Gangguan Terkait Kafein
Kafein merupakan senyawa alkaloida turunan xantine (basa purin)
yang berwujud kristal berwarna putih. Kafein bersifat psikoaktif,
digunakan sebagai stimulan sistem saraf pusat dan mempercepat
metabolisme. Konsumsi kafein berguna untuk meningkatkan
kewaspadaan, menghilangkan kantuk dan menaikkan mood.
farkodinamik
• Jantung
• Pembuluh darah
• Sirkulasi otak
• Susunan saraf pusat
• Diuresis
farmakodinamik
• paraxanthine mempunyai efek meningkatkan liposis, mendorong
pengeluaran dan asam lemak bebas di plasma darah
• Theobromine, melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan volume
• Theopyline, melonggarkan otot saluran pernafasan, digunakan pada
pengobatan asma
Gangguan Terkait Kanabis
Ganja (Cannabis) adalah nama singkatan untuk tanaman Cannabis
sativa. Istilah ganja umumnya mengacu kepada pucuk daun, bunga dan
batang dari tanaman yang dipotong, dikeringkan dan dicacah biasanya
dibentuk menjadi rokok.
Diagnosis Penggunaan Ganja (Cannabis)
Penggunaan ganja memilki pengaruh yang buruk terhadap kesehatan
fisik (pada saluran pernafasan dan kardiovaskuler) maupun psikis
(mental). Ganja juga mempengaruhi fungsi kognitif, defisit dalam
pembelajaran verbal, penurunan daya ingat (memori), dan perhatian.
Selain menyebabkan masalah fisik ganja juga mempengaruhi kesehatan
mental, seperti gangguan bipolar, bunuh diri, depresi, kecemasan dan
psikotik (Halla & Degenhardt, 2014).
Gangguan Terkait Kokain
Kokaina atau juga disebut sebagai kokain adalah senyawa sintesis yang
memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat. Kokaina merupakan
alkaloid yang didapatkan dari tumbuhan koka yang berasal dari
perdalaman Amerika Selatan.
Ciri-ciri pengguna Kokain :
• Hyperaktif ,
• Jantung berdebar tidak stabil ,
• Kelopak mata mengecil ,
• Muka pucat ,
• Kaki dan Tangan menjadi dingin ,

Akibat Kokain :
• Menjadi lebih berpikiran negative
• Masa Bodoh / Tidak peduli
• Mental menjadi sangat terganggu
• Tidak berperi Kemanusiaan
• Ginjal rusak
• Sinus
• Pemikiran Melambat / Lola
• Mempercepat Penuaan
Gangguan Terkait Halusinogen
Halusinogen atau LSD (lysergic acid diethylamide) adalah jenis narkoba
yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat mengubah
perasaan, pikiran dan sering kali menciptakan daya pandang yang berbeda
sehingga seluruh perasaan dapat terganggu.
Obat ini biasanya ditemukan dalam bentuk pil, selain itu LSD juga dijual
dalam bentuk tablet kecil, kapsul, dan gelatin. Obat ini juga biasanya
ditambahkan dalam kertas penyerap kecil yang dibagi menjadi kotak-
kotak mirip seperti perangko dan dihiasi dengan aneka desain dan warna.
Biasanya obat ini dipakai dengan cara ditelan dan memberikan reaksi
bereaksi setelah 30-60 menit kemudian dan berakhir setelah 8-12 jam.
Gejala yang timbul pada saat pemakaian halusinogen  berupa:
• Kapala terasa pening
• Kondisi tubuh terasa lemah
• Merasa mual dan muntah
• Terjadi ilusi visual pada 2-3 jam pemakaian
• Terjadi gejala panik pada 4-5 jam pemakaian
Gangguan Terkait Inhalan
Inhalan merupakan suatu kelompok senyawa yang mudah menguap
yang menghasilkan efek toksin yang mirip dengan alkohol dan
biasanya ada dalam perangkat rumah tangga seperti lem, tiner untuk cat,
dan produk pembersih lainnya.
Simtom intoksikasi inhalan:
• Merasa sangat senang.
• Pening, gangguan koordinasi gerak, jalan mabuk seperti mabuk
alkohol
• Bicara cadel.
• Sangat lelah atau mengantuk
• Refleks menurun
• Gerak motorik menurun
• Otot lemas.
• Pandangan mata kabur
Gangguan Terkait Nikotin
Kecanduan nikotin adalah kondisi ketika seseorang mengalami
ketergantungan pada zat nikotin yang terdapat pada produk hasil
tanaman tembakau, seperti rokok. Kondisi kecanduan nikotin membuat
penderitanya tidak bisa lepas dari pengaruh nikotin.
Kriteria Kecanduan Nikotin
• Merokok dalam jumlah besar atau periode waktu yang lama.
• Keinginan untuk berhenti merokok, namun gagal.
• Membutuhkan waktu yang lama untuk mengerjakan sesuatu karena dilakukan sambil merokok.
• Memiliki keinginan yang mendesak untuk segera merokok.
• Merokok berulang-ulang hingga menyebabkan kegagalan dalam menyelesaikan pekerjaan.
• Terus merokok meski berulang kali menyebabkan masalah dengan lingkungan sosialnya,
misalkan berdebat dengan orang lain karena masalah rokok.
• Mengurangi interaksi sosial jika kegiatan itu mencegahnya untuk merokok.
• Tetap merokok meski di lingkungan yang memungkinkan munculnya bahaya, misalnya di
tempat tidur.
• Tidak berhenti merokok meski sudah mengetahui bahaya dan merasakan dampak buruk karena
merokok.
• Keinginan untuk terus merokok hingga mencapai efek yang diinginkan.
• Mengalami sindrom putus zat (gejala yang timbul jika seseorang yang terbiasa merokok mulai
berhenti merokok), atau merokok untuk menghindari gejala sindrom putus zat.
Gangguan Terkait Opioid
• Ketergantungan opioid merupakan suatu kumpulan gejala fisiologi, perilaku, dan
kognitif yang bersama-sama mengindikasikan penggunaan berulang-ulang dan
berkelanjutan zat opioid meski ada masalah signifikan yang berkaitan dengan
penggunaan tersebut.
• Penyalahgunaan Opioid mengarah kehendaya atau gangguan yang signifikan
secara klinis dan terjadi dalam periode 12 bulan.

Gangguan terinduksi opioid seperti yang disebut dalam DSM-IV-TR


mencakup intoksikasi opioid, keadaan putus opioid, gangguan tidur terinduksi
opiod, disfungsi seksual, gangguan mood.
Etiologi

Faktor Psikososial Faktor Biologis dan Genetik

• Ketergantungan opioid tidak hanya terbatas • Adanya bukti terdapat faktor kerentanan yang
pada sosioekonomi yang rendah, diturubkan secara genetik yang meningkatkan
ketergantungan opioid lebih besar pada kecenderungan mengalami ketergantungan
kelompok ini daripada kelas sosioekonomi obat.
tinggi. • Efek samping paling sering dan paling serius
yang dikaitkan dengan gangguan terkait
opioid adalah kemungkinan penularan
hepatitis dan HIV.
Gangguan Terkait Fensiklidin (Lir- Fensiklidin)
• PCP yang juga dikenal sebagai angel dust dikembangkan dan diklasifikasikan sebagai anestetik
disosiatif. Namun, pengunaannya sebagai anestetik pada manusia menimbulkan disorientasi,
agitasi, delirium, dan halusinasi yang tidak menyenangkan saat terbangun. Oleh sebab itu, PCP
tidak lagi digunakan pada manusia hanya dibeberapa negara menggunakan sebagai anestetik pada
hewan.
• Ketergantungan PCP dan Penyalahgunaan PCP
• Beberapa pengguna jangka apanjang PCP dikatakan terkristalisasi, suatu sindrom yang ditandai dengan
penumpulan pikiran, berkurangnya refleks, kehilangan memori, kehilangan pengendalian impuls, depresi,
letargi dan konsentrasi terganggu.
• Penanganan untuk masing-masing gangguan terkait PCP bersifat simtomatik.
Gangguan Terkait Sedatif, -Hipnotik, Atau Ansiolitik
• Obat yang dikaitkan dengan kelas gangguan terkait zat ini adalah golongan
benzodiazepin. Sedatif adalah obat yang mengurangi ketegangan subjektif dan
menginduksi ketegangan mental.
• Hipnotik adalah obat yang digunakan untuk menginduksi tidur
Penyalahgunaan Anabolik Steroid
• Anabolik steroid adalah famili obat-obatan yang mencakup hormon
alami laki-laki testosterondan sekelompok analog testosteron sintetik
yang disintetis sejak tahun 1940-an. Pobat ini memiliki beragam
derajat efek anabolik (pembangunan otot) dan androgenik
(maskulinisasi).
Etiologi Diagnosis

• Orang yang menggunakan • Steroid awalnya menginduksi


obat ini biasanya terlibat euforia dan hipektivitas, namun
setelah periode yang relatif
dalam aktivitas yang singkat, penggunaannya dapat
memerlukan kekuatan dan menyebaabkan peningkatan
ketahanan. Kerentanan kemarahan, mudah terangsang,
psikodinamik terhadap iritabilitas, hostilitas, ansietas,
penyalahgunaan anabolik somatisasi dan depresi.
steroid mencakup
rendahnya harga diri dan • Pria penyalahgunaan steroid
gangguan citra serta mungkin memiliki jerawat,
penampilan tubuh. kebotakan dini, penguningan
kulit dan mata, serta
berkurangnya ukuran testis
serta prostat.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai