Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL MINI

“Gambaran Big Five Personality Pada Mahasiswa Korban Broken Home”

Disusun untuk memenuhi syarat pengajuan judul skripsi

Disusun Oleh:
DWI LESTARI
160620036

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2020
GAMBARAN BIG FIVE PERSONALITY PADA MAHASISWA KORBAN
BROKEN HOME

I. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya seorang anak pasti menginginkan memiliki keluarga
yang utuh tanpa adanya permasalahan. Sebagai seorang anak yang
memiliki kewajiban membahagiakan keluarganya terutama orang
tuanya. Keluarga inti dari dimana seorang anak tinggal, tumbuh dan
berkembang secara fisik maupun psikologis (Retno, 2016). Tetapi
bagaimana jika masalah yang sering terjadi didalam sebuah keluarga
tidak bisa dihindari dan sulit menemukan solusinya justru pada
akhirnya mengakibatkan terjadinya broken home. Istilah “Broken
home ” merupakan suatu kondisi keluarga yang tidak harmonis dan
orang tua tidak lagi dapat menjadi tauladan yang baik untuk anak-
anaknya. Bisa jadi ketika orang tua bercerai, pisah ranjang atau
keributan yang terus menerus terjadi dalam keluarga (Sujoko, 2011).
Dalam kebanyakan kasus broken home anak selalu menjadi
korban, karena haknya mendapat lingkungan keluarga yang nyaman
menjadi dampak yang tidak baik bagi seorang anak. Wijaya (Heryanto,
2016) bahwa karakteristik anak dari keluarga bercerai adalah penakut,
pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka
melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas, dan menarik diri,
anak yang moody (labil, berubah-ubah), impulsive (menuruti kata hati),
aggressive (penyerang), kurang bertanggung jawab, tidak mau
mengalah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman. Kondisi ini
juga di rasakan setiap anak dari seorang anak mulai memahami tentang
broken home hingga ia menjadi seorang mahasiswa. Broken home
sangat berdampak juga bagi kehidupan seorang mahasiswa.
Karena pada usia mahasiswa ini pasti sudah banyak melewati
rintangan hidup sebagai anak dari korban broken home. Perasaan
marah, malu, minder dengan teman-teman yang masih berada pada
keluarga yang utuh dan merasa tersakiti akibat dari hubungan
orangtuanya yang sudah hancur memungkinkan mahasiswa memiliki
perasaan-perasaan tersebut. Kondisi-kondisi tersebut dapat membuat
suatu hubungan relasi mahasiswa menjadi buruk. Sebagai dampak dari
broken home ini seorang mahasiswa yang sudah cukup memahami dan
dewasa menerima keadaan keluarganya pasti tetap akan cenderung
bersikap lain dari orang biasanya. Selain itu sebagai korban broken
home seorang terkadang memiliki kepribadian negatif namun bisa juga
memiliki kepribadian positif dimana terdapat beberapa aspek yang bisa
diambil yaitu conscientiousness, extraversion, Agreebleness,
Neurotisme, Openess. Beberapa aspek tersebut merupakan bagian dari
salah satu teori kepribadian yaitu Big Five Personality.
J.Feist dan G.J Feist (2009) menyatakan bahwa big five
personality adalah satu kepribadian yang dapat memprediksi dan
menjelaskan perilaku. Suatu pendekatan yang digunakan dalam
psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang
tersusun dalam lima buah aspek kepribadian yang telah dibentuk
dengan menggunakan analisis faktor. Semua orang dapat di
gambarkan dengan kelima dimensi Big Five tetapi diantara kelima
faktor tersebut, manusia cenderung akan memiliki salah satu
faktor yang lebih dominan (McCrae dan Costa, dalam Friedman &
Schustack, 2008). Dalam kasus broken home memungkinkan akan ada
beberapa dampak yang terjadi pada kelima aspek dari teori Big five
personality tersebut. Seperti pada Extraversion pada aspek ini
seseorang cenderung membutuhkan kehangatan yang merujuk pada
hubungan personal yang bersahabat dan mudah bersosialisasi, dan
pada Conscientiousness seseorang yang tadinya kompeten, teratur dan
patuh akan tugasnya, bias saja menjadi bertolak belakang akibat
broken home yang dialami. Agreebleness sendiri berorientasi pada
interpersonal seseorang secara berkesinambungan dari perasaan
terharu sampai perasaan menentang dalam pikiran, perasaan dan
tindakan hal ini memungkinkan terjadinya sensitifitas akibat broken
home. Neurotisme penyesuaian diri dan ketidakstabilan emosi pada
seseorang anak atau mahasiswa korban broken home adalah hal utama
yang paling terlihat dampaknya. Dari dimensi ini dapat diidentifikasi
kecenderungan individu, apakah mudah tertekan tertekan secara
psikologis, mempunyai ide-ide yang tidak realistis, keinginan atau
dorongan yang berlebihan, dan kegagalan untuk memberikan respons-
respons yang tepat. Kemudian pada dimensi Openess yang memiliki
deskripsi tentang luas kerumitan mental individu dan pengalaman
hidup. Mereka cenderung bebas dalam menganut nilai-nilai, mengakui
bahwa benar atau salahnya suatu hal bagi satu orang mungkin akan
berbeda jika diterapkan pada orang lain yang menghadapi kondisi
berbeda.
Alasan utama peneliti ingin melakukan penelitian ini adalah karena
yang kita ketahui bahwa setiap individu pasi memiliki salah satu atau
beberapa dimensi kepribadian dari Big Five Personality ini. Kemudian
yang ingin diketahui dan dihasilkan peneliti adalah bagaimana
seseorang dengan korban broken home mengontrol dirinya atau
bahkan ada beberapa dimensi kepribadian yang dimiliki individu
tersebut menjadi terganggu akibat masalah broken home yang
dihadapinya. Peneliti memilih subjek mahasiswa karena mudah
ditemui dan mahasiswa sebagai pribadi yang sudah terbentuk untuk
dewasa dan peneliti ingin melihat kepribadian dari kelima factor atau
dimensi dari Big Five Personality mahasiswa yang terganggu atau
bermasalah sebagai dampak korban Broken Home yang dialami. Maka
dengan ini peneliti menarik sebuah judul “Gambaran Big Five
Personality pada Mahasiswa Korban Broken Home”.
1. Rumusan Masalah
a. Bagaimana gambaran big five personality pada mahasiswa sebagai korban
broken home?

2. Tujuan Penelitian
a. Tujuan penelitian ini adalah ingin melihat gambaran big five personality
pada mahasiswa korban broken home.

II. METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan di jelaskan mengenai metode penelitian yang


digunakan dalam penelitian, desain penelitian, lokasi penelitian
dilakukan, pemilihan subjek penelitian, metode pengumpulan data, dan
proses analisis data.

A. Desain Penelitian

Penelitian tentang Gambaran Big Five Personality pada


Mahasiswa Korban Broken Home dengan menggunakan penelitian
kualitatif Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan-tulisan dan
perilaku orang-orang yang telah diamati, Bogdan & Bikle (1992:21-
22).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan


pendekatan kualitatif Studi fenomenologi (John Creswell,1996) yang
merupakan studi yang berusaha mencari "esensi" makna dari suatu
fenomena yang dialami oleh beberapa individu. Karena judul dari
penelitian ini berdasarkan kejadian nyata yang terjadi pada setiap
korban broken home. Maksud dari menggunakan pendekatan
fenomenologi agar peneliti dapat menemukan makna dari suatu
kejadian yang dialami oleh mahasiswa korban broken home.

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Universitas Malikussaleh dimana
peneliti sudah menemukan dua orang mahasiswa korban broken
home. Kemudian demi mengakuratkan data nantinya peneliti akan
menambahkan subjek yang merupakan korban broken home di
Universitas Malikussaleh.

a. Objek dan Subjek Penelitian


Objek dan subjek pada penelitian ialah objek dari penelitian ini
merupakan big five personality pada mahasiswa korban broken
home. Kemudian Subjek penelitiannya ialah seorang mahasiswa
yang mengalami broken home dan berdampak bagi dirinya.

b. Karakteristik Subjek
Adapun karakteristik subjek yang di gunakan peneliti nantinya adalah:
1. Subjek tidak ditentukan Jenis kelaminnya, Bisa laki-laki ataupun
Perempuan
2. Subjek berusia 18 tahun keatas
3. Subjek merupakan seorang mahasiswa/mahasiswi
4. Subjek mengalami atau korban Broken Home.

Anda mungkin juga menyukai