Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH PALANG MERAH INTERNASIONAL

Oleh
Egi Lela Yunisa

Jean Henry Dunant adalah Bapak Palang merah sedunia karena beliaulah
pendiri dan pelopor berdirinya Palang Merah. J.H. Dunant lahir di Swiss pada tanggal
8 Mei 1828 (ditetapkan sebagai Hari Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional) Ayahnya bernama Jean Jacques Dunant dan Ibunya bernama
AntoinetteColladon.
Jean Henry Dunant

SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA PALANG MERAH


GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL
SEJARAH LAHIRNYA GERAKAN
• Pertempuran Solferino
Pada tanggal 24 Juni 1859 di Solferino, sebuah kota kecil yang terletak di daratan
rendah Propinsi Lambordi, sebelah utara Italia, berlangsung pertemburan sengit
antara prajurit Perancis dan Austria. Pertempuran yang berlangsung sekitar 16 jam
dan melibatkan 320.000 orang prajurit itu, menelan puluhan ribu korban tewas dan
luka-luka. Sekitar 40 ribu orang meninggal dalam pertempuran tersebut.

1
Banyaknya prajurit yang menjadi korban, dimana pertempuran berlangsung antar
kelompok yang saling berhadapan, memang merupakan karakteristik perang yang
berlangsung pada jaman itu. Tak ubahnya seperti pembantaian massal yang
menghabisi ribuan orang pada satu waktu. Terlebih lagi, komandan militer tidak
memperhatikan kepentingan orang yang terluka untuk mendapatkan pertolongan
dan perawatan. Mereka hanya dianggap sebagai ” makanan meriam”. Jumlah ahli
bedahpun sangat tidak mencukupi. Saat itu, hanya ada empat orang dokter hewan
yang merawat seribu kuda serta seorang dokter untuk seribu orang. Pertempuran
tersebut akhirnya dimenangkan oleh Perancis.
Akibat perang dengan pemandangannya yang sanggat mengerikan itu,
menggugah Henry Dunant, seorang pengusaha berkebangsaan Swiss, yang
kebetulan lewat dalam perjalannya untuk menemui Kaisar Napoleon III guna
keperluan bisnis. Namun menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan
akibat pertempuran, membuat kesedihannya muncul dan terlupa akan tujuannya
bertemu dengan Kaisar. Henry Dunant mengumpulkan orang-orang dari desa-desa
sekitarnya, dan tinggal di sana selama tiga hari untuk dengan sungguh-sungguh
menghabiskan waktunya untuk merawat orang yang terluka.
Ribuan orang yang terluka tanpa perawatan dan dibiarkan mati di tempat karena
pelayanan medis yang tidak mencukupi jumlahnya dan tidak memadai dalam
tugas/ketrampilan, membuatnya sangat tergugah. Kata-kata bijaknya yang
diungkapkan saat itu , Siamo tutti fratelli ( Kita semua Saudara ), membuka hati para
sukarelawan untuk melayani kawan maupun lawan tanpa membedakannya.
1. Henry Dunant :
Jean Henry Dunant dilahirkan pada tanggal 8 Mei 1828 di Jenewa – Swiss. Ayahnya
seorang Anggota Dewan Republik di Swiss, bernama Jean Jacques Dunant. Ibunya
bernama Antoinette Colladon. Colladon melarikan diri ke Jenewa ketika di Prancis
ada pengejaran terhadap kaum Nasrani penganut paham Calvijn.

2
Sejak kecil Henry Dunant mendapat pendidikan cara Kristen. Ia dipupuk benih-benih
cinta terhadap sesama hidup, yang merupakan cermin hidupnya kemudian. Ayahnya
ketika itu menjabat sebagai Ketua Yayasan Perawatan Anak –anak Yatim Piatu,
ibunya juga aktif dalam perawatan anak-anak perempuan piatu.
Pengalaman Henry Dunant bertambah setelah dia pergi ke Afrika Utara. Kemudian
Henry Dunant menulis sebuah buku yang menentang perbudakan dan penjualan
budak. Buku yang ditulisnya ini terbitkan tahun 1857 bersamaan dengan buku yang
ditulis oleh Harriet Beecher yang menggambarkan kekejaman perbudakan di
Amerika Serikat. Kejadian-kejdian perang Krim juga cukup menusukhatinya. Henry
Dunant terharu dan semangatnya berkobar ketika mendengar putri bangsawan
Inggris Florence Nightingale betolak memberikan pertolongan dengan merawat dan
meringankan beban penderitaan para prajurit yang luka.
Musim panas tahun 1859, Henry Dunant pergi ke Itali menuju solferino. Di Solferino
sedang berkobar peperangan mati – matian antara tentara Prancis – Sardinia
melawan tentara Kerajaan Austria – tentara Raja Franz Josef. Peperangan yang
hebat terjadi 24 Juni 1859. Dunant menyaksikan dengan mata kepala sendiri
pertepuran yang dahsyat di bawah terik matahari lebih dari 5 jam. Ia menyaksikan
kekuasaan dan kekuatan senjata. Lebih dari 40.000 prajurit diantara 309.000 yang
luka-luka dan tewas. Dua bulan kemudian ternyata meningkat dua kali lipat, karena
kurang sempurnanya perawatan bagi yang luka. Mereka dibiarkan tersebar merebah
di mana-mana. Darah mengalir dan jerit kesakitan tidak dihiraukan. Para dokter dan
pembantu yang ikut dalam peperangan kewalahan. Semangat menolong Jean Henry
Dunant berkobar, namun ia hanya mempunyai 2 buah tangan yang harus
berhadapan dengan puluhan ribu penderita. Ketika itu menangislah ia sambil
berlutut menghadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pekerjaan yang berat dihadapi oleh Henry Dunant, dengan inisiatif meminta bantuan
tenaga dari penduduk asli, pemuda dan pemudi merawat prajurit – prajurit yang
luka-luka dengan semangat dan tulus hati. Ia juga mengusahakan agar para dokter

3
Austria dikeluarkan dari tawanan untuk dapat membantu para korban di berbagai
rumah sakit.
Dari pengalaman dan penghayatan di Solferino, Henry Dunant membuat buku yang
diterbitkan pada tahun 1862 dengan judul ” UN SOUVENIR DE SOLFERINO “
(Kenangan Solferino). Buku tersebut menarik perhatian seluruh dunia dan
diterjemahkan ke berbagai bahasa. Buku tersebut merupakan seruan kepada dunia
untuk memberikan bantuan terhadap suatu pekerjaan luhur yang dapat dilakukan
oleh setiap orang dalam sebuah perkumpulan.
Pada tahun 1899 Henry Dunant mendapat penghargaan dan tahun 1901 mendapat
hadiah Nobel untuk perdamaian. Pada tanggal 30 Oktober 1910 ia menutup mata
untuk selama-lamanya di Heeden,yaitu Desa Appenzellez.
1. Buku Kenangan dari Solferino (gagasan Henry Dunant)
• Komite internasional
Sekembalinya Dunant ke Swiss, membuatnya terus dihantui oleh mimpi buruk yang
disaksikannya di Solferino. Untuk menghilangkan bayangan buruk dalam pikirannya
dan untuk menarik perhatian dunia akan kenyataan kejamnya perang, ditulisnya
sebuah buku dan diterbitkan dengan biaya sendiri pada Bulan Nopember 1862 “
Kenangan dari Solferino “ (Un Souvenir De Solferino )
Buku itu mengandung dua gagasan penting yaitu :
a. perlunya mendirikan perhimpunan bantuan di setiap negara yang terdiri dari
sukarelawan untuk merawat orang yg terluka pada waktu perang.
b. Perlunya kesepakatan internasional guna melindungi prajurit yang terluka
dalam medan perang dan orang-orang yg merawatnya serta memberikan
status netral kepada mereka
Selanjtnya Dunant mengirimkan buku tersebut kepada keluarga-keluarga terkemuka
di Eropa, para pemimpin Militer, politikus, dermawan & teman-temannya.
Usaha tersebut membuahkan hasil yang tak terduga, Dunant diundang kemana-
mana dan dipuji dimana-mana.

4
Banyak orang tertarik dengan ide Henry Dunant termasuk Gustave Moynier seorang
pengacara dan Ketua The Geneva Public Welfare Society ( GPWS ) mengajak Dunant
mengemukakan idenya dalam pertemuan GPWS tgl. 9 Februari 1863 di Jenewa

2. Komite Lima
160 dari 180 orang anggota GPWS mendukung ide Henry Dunant. Pada saat itu juga
ditunjuklah Empat Orang anggota GPWS dan dibentuklah KOMITE LIMA untuk
memperjuangkan terwujudnya ide Henry Dunant, mereka adalah :
• GUSTAVE MOYNIER
• Dr. LOUIS APPIA
• Dr. Theodore Maunier
• Jenderal Guillame-Hendri Dufour
• Henry Dunant

Adapun Henry Dunant, walaupun bukan anggota GPWS, namun dalam


Komite tersebut ditunjuk menjadi Sekretaris. Pada tanggal 17 Februari 1863 Komite
Lima berganti nama menjadi KOMITE TETAP INTERNASIONAL UNTUK PERTOLONGAN
PRAJURIT YANG TERLUKA sekaligus mengangkat ketua baru yaitu Jendral Guillame
Henri Dufour.
Dalam rapat tanggal 25 Agustus 1863 Komite Tetap memutuskan untuk
menyelenggarakan suatu Komperensi Internasional.

5
Sebagai suatu lembaga yang bersifat Internasional, sebutan PALANG MERAH
INTERNASIONAL, barulah dikenal pada tahun 1867 pada Konperensi Palang Merah
ke I di Paris dengan komponen-komponen : KOMITE INTERNASIONAL PALANG
MERAH dan PERHIMPUNAN – PERHIMPUNAN NASIONAL PALANG MERAH.
Konperensi diikuti utusan-utusan dari : Austria, Belgia, Belanda, Italy, Norwegia,
Portugal, Rusia, Spanyol, Sudan, Swedia dan Swiss.
Setelah terbentuknya LIGA PERHIMPUNAN NASIONAL PALANG MERAH DAN BULAN
SABIT MERAH pada tahun 1919, barulah kedudukan PALANG MERAH
INTERNASIONAL sebagai lembaga yang mempunyai statuta sendiri, dikukuhkan
melalui Konperensi Internasional pada tahun 1928 di Den Haag dengan komponen-
komponennya terdiri dari :
• LIGA PERHIMPUNAN NASIONAL PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH
• KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH
• PERHIMPUNAN-PERHIMPUNAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH
NASIONAL

PALANG MERAH INTERNASIONAL


1. Komite Internasional Palang Merah / International Committee of the Red
Cross (ICRC), yang dibentuk pada tahun 1863 dan bermarkas besar di Swiss.
ICRC merupakan lembaga kemanusiaan yang bersifat mandiri, dan sebagai
penengah yang netral. ICRC berdasarkan prakarsanya atau konvensi-konvensi
Jenewa 1949 berkewajiban memberikan perlindungan dan bantuan kepada
korban dalam pertikaian bersenjata internasional maupun kekacauan dalam
negeri. Selain memberikan bantuan dan perlindungan untuk korban perang,
ICRC juga bertugas untuk menjamin penghormatan terhadap Hukum
Perikemanusiaan internasional.
2. Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, yang didirikan
hampir di setiap negara di seluruh dunia, yang kini berjumlah 176

6
Perhimpunan Nasional, termasuk Palang Merah Indonesia. Kegiatan
perhimpunan nasional beragam seperti bantuan darurat pada bencana,
pelayanan kesehatan, bantuan sosial, pelatihan P3K dan pelayanan transfusi
darah.
Persyaratan pendirian suatu perhimpunan nasional diantaranya adalah :
• mendapat pengakuan dari pemerintah negara yang sudah menjadi
peserta Konvensi Jenewa
• menjalankan Prinsip Dasar Gerakan Bila demikian ICRC akan memberi
pengakuan keberadaan perhimpunan tersebut sebelum menjadi
anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
3. Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah /
International Federation of Red Cross and Red Crescent (IFRC), Pendirian
Federasi diprakarsai oleh Henry Davidson warganegara Amerika yang
disahkan pada suatu Konferensi Internasional Kesehatan pada tahun 1919
untuk mengkoordinir bantuan kemanusiaan, khususnya saat itu untuk
menolong korban dampak paska perang dunia I dalam bidang kesehatan dan
sosial. Federasi bermarkas besar di Swiss dan menjalankan tugas koordinasi
anggota Perhimpunan Nasional dalam program bantuan kemanusiaan pada
masa damai, dan memfasilitasi pendirian dan pengembangan organisasi
palang merah nasional.

PERTEMUAN ORGANISASI PALANG MERAH INTERNASIONAL


Sesuai dengan Statuta dan Anggaran Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah menyebutkan empat tahun sekali diselenggarakan Konferensi Internasional
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (Internasional Red Cross Conference) .
Konferensi ini dihadiri oleh seluruh komponen Gerakan Palang Merah Internasional
(ICRC, perhimpunan nasional dan Federasi Internasional ) serta seluruh negara
peserta Konvensi Jenewa. Konferensi ini merupakan badan tertinggi dalam Gerakan

7
dan mempunyai mandat untuk membahas dan memutuskan semua ketentuan
internasional yang berkaitan dengan kegiatan kemanusiaan kepalangmerahan yang
akan menjadi komitmen semua peserta. Dua tahun sekali , Gerakan Palang Merah
Internasional juga mengadakan pertemuan Dewan Delegasi (Council of Delegates) ,
yang anggotanya terdiri atas seluruh komponen Gerakan. Dewan Delegasi akan
membahas permasalahan yang akan dibawa dalam konferensi internasional. Suatu
tim yang dibentuk secara khusus untuk menyiapkan pertemuan selang antar
konferensi internasional yaitu Komisi Kerja ( Standing Commission). Bersamaan
dengan pertemuan tersebut khusus untuk Federasi Internasional dan anggota
perhimpunan nasional juga mengadakan pertemuan Sidang Umum (General
Assembly) sebagai forum untuk membahas program kepalangmerahan dan
pengembangannya.

KOMITMEN KEMANUSIAAN
Berikut adalah garis besar program kemanusiaan kepalangmerahan yang
terakomodasi antara lain dalam kesepakatan Federasi Internasional ( Strategi 2010) ;
Komitmen Regional anggota Perhimpunan ( Deklarasi Hanoi ) dan kesepakatan
Konferensi Internasional ( Plan of Action ).
1. STRATEGI TAHUN 2020
Strategi 2010 (S-2010) adalah seperangkat strategi Federasi Internasional
dalam menghadapi tantangan kemanusiaan pada dekade menantang.
Dokumen yang diadopsi Sidang Umum pada tahun 1999 ini menjabarkan misi
Federasi yaitu: “memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan dengan
memobilisasi kekuatan kemanusiaan”.
Tiga tujuan utama yang strategis adalah:
1. Memperbaiki Hajat Hidup masyarakat Rentan
Strategi ini terfokus melalui empat bidang inti, yaitu:

8
+ Promosi Prinsip-Prinsip dasar Gerakan dan nilai-nilai kemanusiaan;
+ Penanggulangan Bencana;
+ Kesiapsiagaan penanggulangan bencana; dan
+ Kesehatan dan perawatan di masyarakat.Keempat bidang ini adalah suatu
paket yang integral dan saling terkait satu sama lain, yang memiliki dua
dimensi yaitu pelayanan dan advokasi.
2. Memobilisasi Kekuatan Kemanusiaan
Pengerahan kapasitas organisasi untuk pelayanan ini akan terjadi bila
perhimpunan nasional berfungsi dengan baik. Artinya ada mekanisme
organisasi, pengembangan kapasitas, memobilisi sumber keuangan dengan
mengembangkan kemitraan dan mengoptimalkan komunikasi dalam
Perhimpunan Nasional.
3. Bekerjasama Secara Efektif
Adanya perhimpunan nasional yang kuat akan membentuk sebuah Federasi
yang kuat , efektif dan efisien yaitu dengan mengembangkan kerjasama
subregional dan mengimplementasikan strategi gerakan, kemitraan dengan
organisasi internasional lain, memobilisasi publik dan advokasi penentu
kebijakan serta mengkomunikasikan pesan-pesan dan misi Federasi
Internasional.

2. DEKLARASI HANOI “United for Action”


Dokumen ini disahkan melalui Konferensi Regional V di Hanoi, Vietnam pada
tahun 1998, yang disepakati oleh 37 perhimpunan nasional se Asia Pasifik
dan Timur Tengah yang bertekad , walau beragam budaya, geografis dan
latar belakang lain, untuk bersatu demi suatu aksi kemanusiaan.
Kecenderungan bencana alam serta krisis moneter secara global telah
melanda wilayah regional dan berdampak pada permasalahan imigrasi
penduduk karena menghendaki perbaikan hidup, krisis ekonomi yang

9
menyebabkan angka pengangguran yang semakin meningkat serta
berjangkitnya wabah penyakit. Hal ini menjadi tantangan bagi Palang Merah
untuk membantu meringankan penderitaan umat manusia.
Deklarasi Hanoi memfokuskan penanganan program pada isu-isu berikut:
+ Penanggulangan bencana
+ Penanganan wabah penyakit
+ Remaja dan Manula
+ Kemitraan dengan pemerintah
+ Organisasi dan Manajemen kapasitas sumber daya
+ Hubungan masyarakat dan promosi

3. PLAN OF ACTION 2000 – 2003


Plan of Action 2000 – 2003 merupakan keputusan Konferensi Internasional
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ke-27 di Jenewa pada tahun 1999 .
Pemerintah Indonesia dan PMI sebagai peserta menyatakan ikrarnya di
bidang kemanusiaan.
-Komitmen Pemerintah Indonesia
* Memenuhi komitmen untuk meratifikasi Protokol Tambahan I dan II dari
Konvensi-Konvensi Jenewa 1949
* Memperkuat Legislasi yang berkaitan dengan penggunaan Lambang Palang
Merah
* Memperkuat aspek-aspek kelembagaan dalam perencanaan kesiapsiagaan
penanggulangan bencana
* Mengintensifkan pendidikan dan diseminasi Hukum Humaniter
Internasional dan karya-karya organisasi kemanusiaan kepada masyarakat
sipil dan militer
* Memperkuat kemitraan dengan lembaga-lembaga nasional untuk
membantu masyarakat rentan

10
-Komitmen Palang Merah Indonesia
* Program diseminasi nilai-nilai kemanusiaan kepada anggota dan kelompok
sasaran tertentu serta mendorong pemerintah untuk menyusun peraturan
nasional mengenai lambang dan perjanjian terkait.
* Mengintensifkan program kesiapsiagaan penanggulangan bencana di
daerah-daerah yang rawan bencana melalui program “community based”
dan meningkatkan kemampuan manajemen bencana dan pelatihan
sukarelawan serta penyediaan peralatan standar operasional.
* Melaksanakan program sosial dan kesehatan dalam hal pelayanan darah,
pendidikan remaja sebaya sebagai upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS
atau kegiatan-kegiatan yang berorientasikan pada pelayanan P3K yang
berbasis masyarakat, masalah air dan sanitasi, kesejahteraan kelompok
masyarakat rentan di daerah tertinggal dan memperbaiki pelayanan ambulan
dan pos P3K.

LAMBANG PALANG MERAH

Pada 1864, Lambang Palang Merah sebagai Tanda Pengenal dan Tanda Pelindung
bagi anggota kesatuan medis militer diadopsi ke dalam Konvensi Jenewa I tentang
“Perlindungan bagi anggota militer yang luka dan sakit di meda pertempuran darat”.

Setelah diadopsi, Lambang Palang Merah diartikan sebagai:


• Lambang Pembeda; ada pembedaan yang nyata antara kesatuan tempur
(kombatan) dan kesatuan medis (non kombatan).
• Lambang yang netral; pemberian satu tanda yang sama bagi seluruh anggota
kesatuan medis militer di setiap negara, memberikan mereka status netral

11
Penggunaan Lambang

Lambang Palang Merah, Bulan Sabit Merah, dan Kristal Merah mempunyai dua
tujuan. Mereka dapat dipakai sebagai:

1. Penggunaan Lambang Sebagai Tanda Perlindungan

Pada masa konflik bersenjata, lambang-lambang tersebut merupakan tanda yang


terlihat mengenai perlindungan yang diberikan oleh Konvensi-konvensi Jenewa dan
Protokol-protokol Tambahannya kepada pekerja pertolongan dan kepada personil,
sarana, dan transportasi medis. Sebagai tanda pelindung, lambang-lambang
tersebut harus berukuran sebesar mungkin dan harus dipajang tanpa tambahan
informasi apa-apa.

Pada masa konflik bersenjata:

• Personil dinas medis dan personil keagamaan dari angkatan bersenjata,


• Personil medis dan unit serta alat transportasi medis dari Perhimpunan
Nasional yang diperbantukan pada dinas medis angkatan bersenjata dan
tunduk pada hukum dan peraturan militer
• Dengan izin tertulis dari pemerintah dan dengan pengawasan pemerintah:
rumah sakit sipil, semua unit medis sipil, dan perjimpunan-perhimpunan
bantuan serta sarana-sarana medis sukarela lainnya, staf mereka, dan alat

12
transportasi yang ditugasi untuk merawat dan mengangkut korban luka,
korban sakit, dan korban karam.

Pada masa damai:


• Personil dinas medis dan personil keagamaan angkatan bersenjata
• Sarana dan alat transportasi medis Perhimpunan Nasional yang difungsikan
sebagai sasrana dan alat transportasi medis pada masa konflik bersenjata,
dengan persetujuan dari pihak berwenang.

ICRC dan IFRC boleh menggunakan lambang ini (Palang Merah, Bulan Sabit Merah,
dan Kristal Merah) di setiap saat (pada masa damai maupun pada masa konflik
bersenjata), tanpa pembatasan. Protokol Tambahan III menetapkan bahwa demi
meningkatkan perlindungan, personil dinas medis dan personil keagamaan angkatan
bersenjata boleh menggunakan penggunaan sementara waktu atas lambang yang
mana saja dari lambang-lambang yang telah diakui, dengan cara yang tidak
merugikan lambang yang selama ini telah mereka pakai. ICRC, IFRC, dan personil
mereka yang telah memperoleh izin secara semestinya harus tetap memakai nama
dan lambang yang selama ini mereka pakai. Namun, dalam keadaan
pengecualian/luar biasa dan untuk memperlancar kegiatan mereka, mereka boleh
menggunakan Kristal Merah.

2. Penggunaan Lambang Sebagai Tanda Pengenal

13
Sebagai tanda pengenal, lambang-lambang tersebut menunjukkan bahwa orang
atau objek yang mengenakannya ada kaitannya dengan Gerakan. Dalam hal ini,
lambang-lambang tersebut harus diberi tambahan informasi (misalnya nama atau
inisial Perhimpunan Nasional yang bersangkutan). Lambang-lambang tersebut harus
berukuran kecil dan tidak boleh dikenakan pada ban lengan atau dipajang pada atap
gedung, supaya tidak dirancukan dengan lambang yang digunakan sebagai tanda
pelindung.

Pada masa konflik bersenjata:


• Perhimpunan Nasional
• IFRC
• ICRC
Pada masa damai:
• Badan-badan, individu-individu, dan objek-objek yang ada kaitannya dengan
salah satu komponen Gerakan (yaitu Perhimpunan Nasional, ICRC, dan IFRC)
• Ambulans dan posko pertolongan pertama yang berfungsi semata-mata
untuk menyediakan perawatan gratis bagi korban luka dan korban sakit
dalam situasi pengecualian/luar biasa, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan nasional dan dengan izin tertulis dari Perhimpunan Nasional.

7 PRINSIP DASAR PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH

1. Kemanusiaan
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan
berdasarkan keinginan memberi pertolongan tanpa membedakan korban
yang terluka didalam pertempuran, berupaya dalam kemampuan bangsa
dan antar bangsa, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama.

2. Kesamaan

14
Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan,
agama/kepercayaan, tingkatan, atau pandangan politik. Tujuannya semata-
mata hanyalah mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan
kebutuhannya dan mendahulukan keadaan.

3. Penetralan
Agar senantiasa mendapatkan kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini
tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan,
agama, atau ideologi.

4. Kemandirian
Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan nasional disamping membantu
pemerintahnya dalam bidang kemanusiaan juga harus menaati peraturan
negaranya, harus selalu menjaga otonominya sehingga dapat sejalan dengan
gerakan ini.

5. Kesukarelaan
Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak didasari
oleh keinginan untuk mencari keuntungan apapun.

6. Kesatuan
Didalam suatu negara hanya ada satu gerakan Palang Merah atau Bulan Sabit
Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas
kemanusiaan diseluruh wilayah.
7. Kesemestaan
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat
semesta. Setiap perhimpunan mempunyai hak dan tanggung jawab yang
sama didalam menolong sesama manusia.

15
16

Anda mungkin juga menyukai