Henry Dunant
Jean Henri Dunant (8 Mei 1828 – 30 Oktober 1910), yang juga dikenal dengan nama
Henry Dunant, adalah pengusaha dan aktivis sosial Swiss. Ketika melakukan perjalanan untuk
urusan bisnis pada tahun 1859, dia menyaksikan akibat-akibat dari Pertempuran Solferino,
sebuah lokasi yang dewasa ini merupakan bagian Italia. Kenangan dan pengalamannya itu dia
tuliskan dalam sebuah buku dengan judul A Memory of Solferino (Kenangan Solferino), yang
menginspirasi pembentukan Komite Internasional Palang Merah (ICRC) pada tahun 1863.
Konvensi Jenewa 1864 didasarkan pada gagasan-gagasan Dunant. Pada tahun 1901, dia
menerima Penghargaan Nobel Perdamaian yang pertama, bersama dengan Frédéric Passy.
Dunant lahir di Jenewa, Swiss, putra pertama dari pengusaha Jean-Jacques Dunant dan
istrinya Antoinette Dunant-Colladon. Keluarganya adalah penganut mashab Kalvin (''Calvinist'')
yang taat serta mempunyai pengaruh yang signifikan di kalangan masyarakat Jenewa. Kedua
orangtuanya menekankan pentingnya nilai kegiatan sosial. Ayahnya aktif membantu anak yatim-
piatu dan narapidana yang menjalani bebas bersyarat, sedangkan ibunya melakukan kegiatan
sosial membantu orang sakit dan kaum miskin.
Dunant tumbuh pada masa kebangkitan kesadaran beragama yang dikenal dengan nama
Réveil. Pada usia 18 tahun, dia bergabung dengan Perhimpunan Amal Jenewa (''Geneva Society
for Alms Giving''). Pada tahun berikutnya, bersama teman-temannya, dia mendirikan
perkumpulan yang disebut ”Thursday Association”, sebuah kelompok anak muda tanpa ikatan
keanggotaan resmi yang melakukan pertemuan rutin untuk mempelajari Bibel dan menolong
kaum miskin. Waktu senggangnya banyak dia habiskan untuk mengunjungi penjara dan
melakukan kegiatan sosial. Pada tanggal 30 November 1852, Dunant mendirikan cabang YMCA
di Jenewa. Tiga tahun kemudian, dia berpartisipasi dalam pertemuan Paris yang bertujuan
membentuk YMCA menjadi sebuah organisasi internasional.
Pada tahun 1849, ketika berusia 21, Dunant terpaksa meninggalkan Kolese Kalvin
(Collège Calvin) karena prestasi akademisnya buruk. Dia kemudian menjadi pekerja magang di
perusahaan penukaran uang bernama Lullin et Sautter. Setelah masa magangnya selesai dengan
prestasi baik, dia diangkat sebagai karyawan bank tersebut.
Aljazair
Pada tahun 1853, Dunant mengunjungi Aljazair, Tunisia, dan Sisilia karena ditugaskan
oleh perusahaan yang melayani “wilayah-wilayah jajahan Setif”, yaitu perusahaan bernama
Compagnie genevoise de Colonies de Sétif. Meskipun pengalamannya kurang, Dunant berhasil
menyelesaikan penugasan tersebut dengan memuaskan. Terinspirasi oleh pengalaman perjalanan
tersebut, Dunant untuk pertama kalinya menulis sebuah buku, yang dia beri judul Notice sur la
Régence de Tunis (Kisah tentang Regensi di Tunisia). Buku ini diterbitkan pada tahun 1858.
Pada tahun 1856, Dunant mendirikan perusahaan yang beroperasi di wilayah-wilayah
jajahan luar negeri dan, setelah memperoleh konsesi lahan dari Aljazair yang ketika itu berada di
bawah pendudukan Prancis, dia juga mendirikan perusahaan perkebunan dan perdagangan
jagung bernama Société financière et industrielle des Moulins des Mons-Djémila (Perusahaan
Keuangan dan Industri Penggilingan Mons-Djémila). Namun, lahan dan hak atas air yang
dijanjikan tidak kunjung ditetapkan dengan jelas, sedangkan otoritas kolonial di Aljazair juga
bersikap kurang kooperatif. Oleh karena itu, Dunant memutuskan untuk meminta bantuan secara
langsung kepada Kaisar Napoleon III dari Perancis, yang ketika itu sedang berada di Lombardi
bersama pasukannya. Prancis sedang berperang di pihak Piedmont-Sardinia melawan Austria,
yang ketika itu menduduki banyak dari wilayah yang dewasa ini bernama Italia. Markas
Napoleon terletak di kota kecil bernama Solferino. Dunant menulis sebuah buku yang isinya
penuh sanjungan dan pujian bagi Napoleon III untuk dia hadiahkan kepada kaisar tersebut.
Kemudian dia melakukan perjalanan ke Solferino untuk bertemu secara pribadi dengan
Napoleon III.
Pertempuran Solferino
Dunant tiba di Solferino pada petang hari tanggal 24 Juni 1859, tepat ketika pertempuran
antara kedua pihak tadi baru saja selesai. Sekitar 38 ribu prajurit bergeletakan di medan tempur
dalam keadaan terluka, sekarat, atau tewas, dan tidak tampak ada upaya yang berarti yang
dilakukan untuk memberikan perawatan kepada mereka. Dalam keadaan terguncang melihat
pemandangan itu, Dunant berinisiatif mengerahkan penduduk sipil setempat, terutama kaum
perempuan, untuk memberikan pertolongan kepada para prajurit yang terluka dan sakit. Karena
persediaan alat-alat dan obat-obatan yang diperlukan tidak memadai, Dunant sendiri mengatur
pembelian material yang dibutuhkan itu serta membantu mendirikan rumah sakit darurat. Dia
berhasil meyakinkan penduduk setempat untuk melayani para korban luka tanpa melihat di pihak
mana mereka bertempur, sesuai dengan slogan “Tutti fratelli” (Kita semua bersaudara) yang
diciptakan oleh kaum perempuan dari kota Castiglione delle Stiviere tak jauh dari tempat itu. Dia
juga berhasil membujuk pihak Prancis untuk membebaskan dokter-dokter Austria yang mereka
tawan.
Palang Merah
Sekembalinya ke Jenewa pada awal bulan Juli, Dunant memutuskan menulis sebuah buku
tentang pengalamannya itu, yang kemudian dia beri judul Un Souvenir de Solferino (Kenangan
Solferino). Buku ini diterbitkan pada tahun 1862 dengan jumlah 1.600 eksemplar, yang dicetak
atas biaya Dunant sendiri. Dalam buku ini, Dunant melukiskan pertempuran yang terjadi,
berbagai ongkos pertempuran tersebut, dan keadaan kacau-balau yang ditimbulkannya. Dia juga
mengemukakan gagasan tentang perlunya dibentuk sebuah organisasi netral untuk memberikan
perawatan kepada prajurit-prajurit yang terluka. Buku ini dia bagikan kepada banyak tokoh
politik dan militer di Eropa.
Dunant juga memulai perjalanan ke seluruh Eropa untuk mempromosikan gagasannya.
Buku tersebut mendapat sambutan yang sangat positif. Presiden Geneva Society for Public
Welfare (Perhimpunan Jenewa untuk Kesejahteraan Umum), yaitu seorang ahli hukum bernama
Gustave Moynier, mengangkat buku ini beserta usulan-usulan Dunant di dalamnya sebagai topik
pertemuan organisasi tersebut pada tanggal 9 Februari 1863. Para anggota organisasi tersebut
mengkaji usulan-usulan Dunant dan memberikan penilaian positif. Mereka kemudian
membentuk sebuah Komite yang terdiri atas lima orang untuk menjajaki lebih lanjut
kemungkinan mewujudkan ide-ide Dunant tersebut, dan Dunant diangkat sebagai salah satu
anggota Komite ini. Keempat anggota lain dalam Komite ini ialah Gustave Moynier, jenderal
angkatan bersenjata Swiss bernama Henri Dufour, dan dua orang dokter yang masing-masing
bernama Louis Appia dan Théodore Maunoir. Komite ini mengadakan pertemuan yang pertama
kali pada tanggal 17 Februari 1863, yang sekarang dianggap sebagai tanggal berdirinya Komite
Internasional Palang Merah (ICRC).
Dari awal, Moynier dan Dunant saling berbeda pendapat dan bertikai menyangkut visi
dan rencana mereka masing-masing, dan ketidaksepahaman mereka itu semakin lama semakin
besar. Moynier menganggap ide Dunant tentang perlunya ditetapkan perlindungan kenetralan
bagi para pemberi perawatan sebagai gagasan yang sulit diterima akal serta menasihati Dunant
untuk tidak bersikeras memaksakan konsep tersebut. Namun, Dunant terus menganjurkan
pendiriannya itu dalam setiap perjalanannya dan dalam setiap pembicaraannya dengan pejabat-
pejabat politik dan militer tingkat tinggi. Ini semakin mempersengit konflik pribadi antara
Moynier, yang memakai pendekatan pragmatis terhadap proyek tersebut, dan Dunant, yang
merupakan idealis visioner di antara kelima anggota Komite itu. Pada akhirnya, Moynier
berusaha menyerang dan menggagalkan Dunant ketika Dunant mencalonkan diri untuk posisi
ketua Komite.
Pada bulan Oktober 1863, 14 negara berpartisipasi dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh
Komite tersebut di Jenewa untuk membahas masalah perbaikan perawatan bagi prajurit terluka.
Namun, Dunant sendiri hanya menjadi ketua protokoler dalam pertemuan tersebut sebagai akibat
dari usaha Moynier untuk memperkecil perannya. Setahun kemudian, pada tanggal 22 Agustus
1864, sebuah konferensi diplomatik yang diselenggarakan oleh Parlemen Swiss membuahkan
hasil berupa ditandatanganinya Konvensi Jenewa Pertama oleh 12 negara. Untuk konferensi ini
pun, Dunant hanya bertugas sebagai pengatur akomodasi bagi peserta.
Bisnis Dunant di Aljazair mengalami kemunduran, sebagian karena devosinya pada cita-
cita humanistiknya sendiri. Pada bulan April 1867, bangkrutnya perusahaan keuangan Crédit
Genevois mengakibatkan sebuah skandal yang melibatkan Dunant. Dia dipaksa menyatakan
pailit dan divonis bersalah oleh Pengadilan Dagang Jenewa pada tanggal 17 Agustus 1868 atas
praktik penipuan dalam kasus kebangkrutan tersebut. Keluarganya dan banyak dari teman-
temannya sangat terkena dampak dari bankrutnya Crédit Genevois karena mereka banyak
berinvestasi dalam perusahaan ini. Masyarakat di Jenewa, sebuah kota dengan tradisi Kalvin
yang berakar mendalam, menjadi gusar dan heboh sehingga muncul seruan-seruan agar Dunant
mengundurkan diri dari Komite Internasional Palang Merah.
Pada tanggal 25 Agustus 1868, dia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Sekretaris
Komite dan, pada tanggal 8 September, dia dikeluarkan sepenuhnya dari Komite. Moynier, yang
menjadi Presiden Komite sejak 1864, berperan besar dalam menyingkirkan Dunant dari Komite.
Pada bulan Februari 1868, ibu Dunant meninggal dunia. Pada akhir tahun itu, Dunant
juga dikeluarkan dari YMCA. Pada bulan Maret 1867, dia meninggalkan kota kelahirannya,
Jenewa, dan tidak pernah kembali lagi ke sana. Pada tahun-tahun berikutnya, Moynier
tampaknya berusaha mempergunakan pengaruhnya untuk memastikan bahwa Dunant jangan
sampai menerima bantuan atau dukungan dari teman-temannya. Misalnya, hadiah medali emas
Sciences Morales di Pekan Raya Dunia Paris tidak jadi diberikan kepada Dunant sesuai rencana
semula, tetapi diberikan kepada Moynier, Dufour, dan Dunant bersama-sama sehingga seluruh
uang hadiah tersebut menjadi hak Komite. Tawaran Napoleon III untuk mengambilalih separuh
dari kewajiban utang Dunant dengan syarat teman-teman Dunant menjamin pelunasan yang
separuh lagi juga digagalkan oleh usaha Moynier.
Dunant pindah ke Paris dan hidup di sana dalam keadaan berkekurangan. Namun, dia
terus berupaya mewujudkan gagasan dan rencana kemanusiaannya. Selama berlangsungnya
Perang Prancis-Prusia (1870-1871), dia mendirikan Perhimpunan Bantuan Kemanusiaan
Bersama (''Allgemeine Fürsorgegesellschaft'') dan, tak lama setelah itu, dia mendirikan Aliansi
Bersama untuk Ketertiban dan Peradaban (''Allgemeine Allianz für Ordnung und Zivilisation'').
Dunant berargumen tentang perlunya diadakan perundingan perlucutan senjata dan perlunya
didirikan sebuah pengadilan internasional untuk memediasi konflik internasional. Kemudian, dia
mengupayakan terbentuknya perpustakaan dunia, sebuah gagasan yang mempunyai gema dalam
berbagai proyek di kemudian hari, antara lain UNESCO.
Dalam usahanya yang tak pernah berhenti untuk menganjurkan dan mewujudkan
gagasan-gagasannya, Dunant semakin mengabaikan situasi keuangan pribadinya sehingga dia
semakin terlilit utang dan dijauhi oleh kenalan-kenalannya. Meskipun diangkat sebagai anggota
kehormatan Perhimpunan Palang Merah Austria, Belanda, Swedia, Prusia, dan Spanyol, dia
nyaris dilupakan dalam perjalanan resmi Gerakan Palang Merah, pun ketika Gerakan ini
berkembang pesat ke negara-negara lain. Dunant hidup dalam kemiskinan dan berpindah-pindah
tempat antara 1874-1886, termasuk Stuttgart, Roma, Korfu, Basel, dan Karlsruhe. Di Stuttgart,
Dunant bertemu mahasiswa Universitas Tübingan (Tübingen University) bernama Rudolf Müller
dan kemudian bersahabat karib dengannya. Pada tahun 1881, bersama-sama dengan sejumlah
teman dari Stuttgart, Dunant untuk pertama kalinya pergi ke Heiden, sebuah desa peristirahatan
di Swiss. Pada 1887, ketika tinggal di London, dia mulai menerima bantuan keuangan bulanan
dari sejumlah kerabat jauh. Ini memungkinkan dia untuk hidup dalam kondisi keuangan yang
lebih aman. Dunant pindah ke Heiden pada bulan Juli 1887 dan tinggal di desa tersebut selama
sisa hidupnya. Sejak 30 April 1892, dia tinggal di rumah sakit dan panti jompo yang dipimpin
oleh Dr. Hermann Altherr.
Di Heiden, dia bertemu dengan seorang guru muda bernama Wilhelm Sonderegger dan
istrinya Susanna. Mereka mendorongnya untuk mencatat pengalaman hidupnya. Istri
Sonderegger mendirikan cabang Palang Merah di Heiden dan, pada tahun 1890, Dunant menjadi
presiden kehormatan cabang tersebut. Dengan adanya Sonderegger, Dunant berharap akan dapat
mempromosikan gagasan-gagasannya lebih lanjut, termasuk menerbitkan edisi baru bukunya.
Namun, persahabatan mereka di kemudian hari menjadi tegang karena Dunant melontarkan
tuduhan yang tak dapat dibenarkan bahwa Sonderegger, bersama Moynier di Jenewa,
berkonspirasi menentangnya. Sonderegger meninggal pada tahun 1904, di usianya yang baru
mencapai 42 tahun. Meskipun hubungan mereka tegang, Dunant sangat terharu dengan kematian
Sonderegger yang tak terduga-duga itu. Kekaguman Wilhelm dan Susanna Sonderegger atas
Dunant, yang tetap mereka rasakan walaupun Dunant melontarkan tuduhan tersebut, terwariskan
kepada anak-anak mereka. Pada tahun 1935, putra mereka, yaitu René, menerbitkan kumpulan
surat-surat yang ditulis Dunant kepada ayahnya.
Pada bulan September 1895, Georg Baumberger, editor kepala Die Ostschweiz, sebuah
surat kabar yang terbit di St. Gall, menulis sebuah artikel tentang pendiri Palang Merah tersebut,
yang pernah bertemu dan mengobrol dengannya ketika mereka sedang berjalan-jalan di Heiden
sebulan sebelumnya. Artikel ini berjudul “Henri Dunant, pendiri Palang Merah” (Henri Dunant,
the founder of the Red Cross) dan muncul di sebuah majalah bergambar terbitan Jerman, Über
Land und Meer. Dengan segera artikel ini direproduksi di berbagai media lain di seluruh Eropa.
Artikel tersebut mendapat sambutan hangat sehingga Dunant kembali memperoleh perhatian dan
dukungan khalayak. Dia kemudian menerima Hadiah Binet-Fendt Swiss dan sebuah surat dari
Paus Leo XIII. Berkat bantuan dari janda tsar Rusia, yaitu Maria Feodorovna, dan donasi lain
dari berbagai pihak, situasi keuangan Dunant sangat membaik.
Pada tahun 1897, Rudolf Müller, yang saat itu sudah bekerja sebagai guru di Stuttgart, menulis
sebuah buku tentang asal-mula Palang Merah. Isi buku ini mengubah sejarah resmi Palang
Merah dengan menekankan peran Dunant. Buku ini juga mengikutsertakan teks “Kenangan
Solferino.” Dunant mulai berkorespondensi dengan Bertha von Suttner dan menulis banyak
sekali artikel dan tulisan lain. Dia terutama aktif menulis tentang hak-hak kaum perempuan. Pada
tahun 1897, Dunant memfasilitasi pendirian “Green Cross” (Palang Hijau), sebuah organisasi
perempuan yang berumur singkat dan hanya aktif di Brussels.
Pada tahun 1901, Dunant menerima Hadiah Nobel Perdamaian pertama yang pernah
dianugerahkan, yaitu atas perannya dalam mendirikan Gerakan Palang Merah Internasional dan
mengawali proses terbentuknya Konvensi Jenewa. Dokter militer Norwegia, Hans Daae, yang
pernah menerima satu eksemplar buku tulisan Müller itu, mengadvokasikan kasus Dunant
kepada Panitia Nobel. Hadiah tersebut adalah hadiah bersama yang diberikan kepada Dunant dan
Frédéric Passy, seorang aktivis perdamaian Prancis yang mendirikan Liga Perdamaian dan yang
aktif bersama Dunant dalam Aliansi untuk Ketertiban dan Peradaban (Alliance for Order and
Civilization). Ucapan selamat resmi yang akhirnya diterima Dunant dari Komite Internasional
Palang Merah merepresentasikan rehabilitasi nama Dunant:
“Tak ada yang lebih layak untuk menerima kehormatan ini, karena Andalah yang empat
puluh tahun yang lalu mendirikan organisasi internasional bantuan kemanusiaan bagi korban
luka di medan tempur. Tanpa Anda, Palang Merah, yang merupakan prestasi kemanusiaan yang
agung abad kesembilan belas, barangkali tak akan pernah diusahakan.”
Moynier dan Komite Internasional Palang Merah secara keseluruhan juga dinominasikan
untuk Hadiah Nobel Perdamaian tersebut. Meskipun Dunant memperoleh dukungan dari
kalangan luas dalam proses seleksi, dia tetap merupakan calon yang kontroversial. Sejumlah
pihak berargumen bahwa Palang Merah dan Konvensi Jenewa justru membuat perang menjadi
lebih menarik dan menggoda dengan meringankan sebagian dari penderitaan yang ditimbulkan
perang. Oleh karena itu, Müller dalam suratnya kepada Panitia Nobel menyampaikan pendapat
bahwa hadiah tersebut perlu dibagi antara Dunant dan Passy, yang sempat menjadi calon utama
untuk menjadi satu-satunya penerima hadiah tersebut dalam perdebatan yang terjadi selama
berlangsungnya proses seleksi. Müller juga menyarankan bahwa sekiranya Dunant dianggap
layak untuk menerima Hadiah Nobel, hadiah tersebut perlu segera diberikan kepadanya
mengingat usianya yang telah lanjut dan kondisi kesehatannya yang sudah memburuk.
Keputusan Panitia Nobel untuk membagi hadiah tersebut antara Passy, seorang tokoh
perdamaian, dan Dunant, seorang tokoh kemanusiaan, menjadi preseden bagi persyaratan
mengenai seleksi penerima Hadiah Nobel Perdamaian yang berdampak signifikan pada tahun-
tahun berikutnya. Salah satu bagian dalam surat wasiat Nobel menyebutkan bahwa hadiah untuk
perdamaian diberikan kepada orang yang berupaya mengurangi atau menghapuskan pasukan
tetap (standing armies) atau berupaya untuk scara langsung mempromosikan konferensi
perdamaian. Inilah yang membuat Passy secara alamiah terpilih menjadi calon penerima hadiah
tersebut berkat usaha-usahanya di bidang perdamaian. Pemberian Hadiah Nobel untuk usaha-
usaha di bidang kemanusiaan saja akan menjadi hal yang sangat mencolok, dan hal tersebut
dianggap oleh sejumlah pihak sebagai penafsiran yang terlalu luas atas surat wasiat Nobel. Akan
tetapi, satu bagian lain dalam surat wasiat Nobel menetapkan hadiah bagi orang yang berprestasi
terbaik dalam meningkatkan “persaudaraan antarmanusia” (the brotherhood of people). Ini
secara lebih umum bisa ditafsirkan sebagai pesan bahwa usaha-usaha kemanusiaan seperti yang
dilakukan oleh Dunant itu juga terkait dengan usaha-usaha perdamaian. Penerima Hadiah Nobel
Perdamaian di tahun-tahun berikutnya yang banyak jumlahnya itu dimasukkan ke dalam salah
satu dari dua kategori yang untuk pertama kalinya ditetapkan oleh keputusan Panitia Nobel 1901
tersebut.
Hans Daae berhasil menaruh uang hadiah yang menjadi bagian Dunant, sebesar 104.000
franc Swiss, di sebuah bank di Norwegia dan mencegah uang tersebut diakses oleh para kreditor
Dunant. Dunant sendiri tak pernah memakai sedikit pun dari uang tersebut dalam hidupnya
Sejarah PMR
kepalang merahan
Sejarah kepalang merahan
SEJARAH KEPALANG MERAHAN
Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia
yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip
dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan,
kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah
berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat
kota/kabupaten) di seluruh Indonesia.
Palang Merah Indonesia tidak berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu.
Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi
mengutamakan objek korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan
jiwanya.
Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebetulnya sudah dimulai sebelum Perang Dunia II,
tepatnya 12 Oktober 1873.Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia
dengan nama Nederlandsche Roode Kruis Afdeeling Indië (NERKAI) yang kemudian
dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.
Perjuangan mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) diawali 1932. Kegiatan tersebut
dipelopori Dr. R. C. L. Senduk dan Dr. Bahder Djohan dengan membuat rancangan pembentukan
PMI. Rancangan tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia,
dan diajukan ke dalam Sidang Konferensi Narkei pada 1940, akan tetapi ditolak mentah-mentah.
Rancangan tersebut disimpan menunggu saat yang tepat. Seperti tak kenal menyerah pada saat
pendudukan Jepang mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional,
namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk
yang kedua kalinya rancangan tersebut kembali disimpan.
Proses pembentukan PMI dimulai 3 September 1945 saat itu Presiden Soekarno memerintahkan
Dr. Boentaran (Menkes RI Kabinet I) agar membentuk suatu badan Palang Merah Nasional.
Dibantu Panitia lima orang terdiri atas Dr. R. Mochtar sebagai Ketua, Dr. Bahder Djohan sebagai
Penulis dan tiga anggota panitia yaitu Dr. R. M. Djoehana Wiradikarta, Dr. Marzuki, Dr. Sitanala,
mempersiapkan terbentuknya Perhimpunan Palang Merah Indonesia. Tepat sebulan setelah
kemerdekaan RI, 17 September 1945, PMI terbentuk. Peristiwa bersejarah tersebut hingga saat
ini dikenal sebagai Hari PMI.
Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas
kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa
1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU
No 59.
Sebagai perhimpunan nasional yang sah, PMI berdiri berdasarkan Keputusan Presiden No 25
tahun 1925 dan dikukuhkan kegiatannya sebagai satu-satunya organisasi perhimpunan nasional
yang menjalankan tugas kepalangmerahan melalui Keputusan Presiden No 246 tahun 1963.
''''Teks tebal
Kemanusiaan dan Kerelawanan
Dalam berbagai kegiatan PMI komitmen terhadap kemanusiaan seperti Strategi 2010 berisi
tentang memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan melalui promosi prinsip nilai kemanusiaan,
penanggulangan bencana, kesiapsiagaan penanggulangan bencana, kesehatan dan perawatan di
masyarakat, Deklarasi Hanoi (United for Action) berisi penanganan program pada isu-isu
penanggulangan bencana, penanggulangan wabah penyakit, remaja dan manula, kemitraan
dengan pemerintah, organisasi dan manajemen kapasitas sumber daya serta humas dan promosi,
maupun Plan of Action merupakan keputusan dari Konferensi Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah ke-27 di Jenewa Swiss tahun 1999.
Dalam konferensi tersebut Pemerintah Indonesia dan PMI sebagai peserta menyatakan ikrar di
bidang kemanusiaan.
Hal ini sangat sejalan dengan tugas pokok PMI adalah membantu pemerintah Indonesia di
bidang sosial kemanusiaan terutama tugas-tugas kepalangmerahan yang meliputi: Kesiapsiagaan
Bantuan dan Penanggulangan Bencana, Pelatihan Pertolongan Pertama untuk Sukarelawan,
Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat, Pelayanan Transfusi Darah. Kinerja PMI
dibidang kemanusiaan dan kerelawanan mulai dari tahun 1945 sampai dengan saat ini antara lain
sebagai berikut:
Membantu saat terjadi peperangan/konflik. Tugas kemanusiaan yang dilakukan PMI pada masa
perang kemerdekaan RI, saat pemberontakan RMS, peristiwa Aru, saat gerakan koreksi daerah
melalui PRRI di Sumbar, saat Trikora di Irian Jaya, Timor Timur dengan operasi kemanusiaan di
Dilli, pengungsi di Pulau Galang.
Membantu korban bencana alam. Ketika gempa terjadi di Pulau Bali (1976), membantu korban
gempa bumi (6,8 skala Richter) di Kabupaten Jayawijaya, bencana Gunung Galunggung (1982),
Gempa di Liwa-Lampung Barat dan Tsunami di Banyuwangi (1994), gempa di Bengkulu dengan
7,9 skala Richter (1999), konflik horizontal di Poso-Sulteng dan kerusuhan di Maluku Utara
(2001), korban gempa di Banggai di Sulawesi Tengah (2002) dengan 6,5 skala Richter, serta
membantu korban banjir di Lhokseumawe Aceh, Gorontalo, Nias, Jawa Barat, Tsunami di
Nangroe Aceh Darussalam, Pantai Pangandaran, dan gempa bumi di DI Yogyakarta dan sebagian
Jawa Tengah. Semua dilakukan jajaran PMI demi rasa kemanusiaan dan semangat
kesukarelawanan yang tulus membantu para korban dengan berbagai kegiatan mulai dari
pertolongan dan evakuasi, pencarian, pelayanan kesehatan dan tim medis, penyediaan dapur
umum, rumah sakit lapangan, pemberian paket sembako, pakaian pantas pakai dan sebagainya.
Transfusi darah dan kesehatan. Pada tahun 1978 PMI memberikan penghargaan Pin Emas untuk
pertama kalinya kepada donor darah sukarela sebanyak 75 kali. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980 telah diatur tentang tugas dan peran PMI dalam pelayanan
transfusi darah. Keberadaan Unit Transfusi Darah PMI diakui telah banyak memberikan manfaat
dan pertolongan bagi para pasien/penderita sakit yang sangat membutuhkan darah. Ribuan atau
bahkan jutaan orang terselamatkan jiwanya berkat pertolongan Unit Transfusi Darah PMI.
Demikian pula halnya dengan pelayanan kesehatan, hampir di setiap PMI di berbagai daerah
memiliki poliklinik secara lengkap guna memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
murah.
untuk menjaga perdamaian dunia
Basis Masyarakat
Guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi pada saat-saat yang akan datang saat ini
PMI tengah mengembangkan Program Community Based Disarter Preparedness (Kesiapsiagaan
Bencana Berbasis Masyarakat). Program ini dimaksudkan mendorong pemberdayaan kapasitas
masyarakat untuk menyiagakan dalam mencegah serta mengurangi dampak dan risiko bencana
yang terjadi di lingkungannya. Hal ini sangat penting karena masyarakat sebagai pihak yang
secara langsung terkena dampak bila terjadi bencana.
Selain itu di Palang Merah Indonesia juga marak di selenggarakan pelatihan untuk Pertolongan
Pertama Berbasis Masyarakat (Community Based First Aid/ CBFA)
Pada dasarnya seluruh gerakan kepalangmerahan haruslah berbasis masyarakat, ujung tombak
gerakan kepalangmerahan adalah unsur unsur kesukarelaan seperti Korps Sukarela atau KSR
maupun Tenaga Sukarela atau TSR dan juga Palang Merah Remaja atau PMR dan seluruh unsur
ini selalu berbasis pada anggota masyarakat sesuai salah satu prinsip kepalangmerahan yaitu
kesemestaan
7 Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah Internasional
Kemanusiaan (humanity)
Kesamaan (impartiality)
Kenetralan (neutrality)
Kemandirian (independence)
Kesukarelaan (voluntary service)
Kesatuan (unity)
Kesemestaan (universality)
Hymne PMI
PMI
Siaga setiap waktu
Berbakti, dan mengabdi
Bagi hidup manusia
Agar sehat sejahtera di seluruh dunia
Mars Palang Merah Indonesia
Mars PMI
Lagu yang pertama kali dikumandangkan tahun 1967 ini adalah ciptaan Mochtar H. S. yang
adalah seorang tokoh PMI yang terkemuka waktu itu. Lagu ini juga menandai pembentukan
Palang Merah Remaja (PMR) Kudus. PMR Kudus merupakan yang kedua di Indonesia setelah
Bandung. Bisa dibayangkan, PMI Kudus pada masa itu adalah cabang terkemuka di Indonesia.
Mars Palang Merah Remaja
Bhakti Remaja
Pranala luar
kepalang merahan
kepramukaan
pendidikan
pengumuman
Download
Home
Nov
22
Sejarah kepalang merahan
Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia
yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip
dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan,
kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah
berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat
kota/kabupaten) di seluruh Indonesia.
Palang Merah Indonesia tidak berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu.
Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi
mengutamakan objek korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan
jiwanya.
TINGKATAN PMR
Di Indonesia dikenal ada 3 tingkatan PMR sesuai dengan jenjang pendidikan atau usianya
1. PMR Mula adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Dasar (10-12 tahun).
Warna emblem Hijau
2. PMR Madya adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Pertama
(12-15 tahun). Warna emblem Biru Langit
3. PMR Wira adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Atas (15-17
tahun). Warna emblem Kuning
Prinsip Dasar kepalang-merahan
Dalam PMR dikenalkan 7 Prinsip Dasar yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh setiap
anggotanya. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama"7 Prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan
Sabit Merah Internasional" (Seven Fundamental Principle of Red cross and Red Crescent).
Kemanusiaan
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah lahir dari keinginan untuk memberikan
pertolongan kepada korban yang terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka
dan untuk mencegah serta mengatasi penderitaan sesama. Tujuannya ialah melindungi jiwa dan
kesehatan serta menjamin penghormatan terhadap umat manusia. Gerakan menumbuhkan saling
pengertian, kerja sama dan perdamaian abadi antar sesama manusia.
Kesamaan
Gerakan memberi bantuan kepada orang yang menderita tanpa membeda-bedakan mereka
berdasarkan kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial atau pandangan politik. tujuannya semata-
mata ialah mengurangi penderitaan orang lain sesuai dengan kebutuhannya dengan
mendahulukan keadaan yang paling parah.
Kenetralan
Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama, atau
ideologi.
Kemandirian
Gerakan bersifat mandiri, setiap perhimpunan Nasional sekalipun merupakan pendukung bagi
pemerintah dibidang kemanusiaan dan harus mentaati peraturan hukum yang berlaku dinegara
masing-masing, namun gerakan bersifat otonom dan harus menjaga tindakannya agar sejalan
dengan prinsip dasar gerakan.
Kesukarelaan
Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela tanpa unsur keinginan untuk mencari keuntungan
apapun.
Kesatuan
Didalam satu Negara hanya boleh ada satu perhimpunan Nasional dan hanya boleh memilih
salah satu lembaga yang digunakan Palang merah Bulan Sabit Merah. Gerakan bersifat terbuka
dan melaksanakan tugas kemanusiaan diseluruh wilayah negara bersangkutan.
Kesemestaan
Gerakan bersifat semesta. Artinya, gerakan hadir diseluruh dunia. Setiap perhimpunan Nasional
mempunyai status yang sederajat, serta memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dalam
membantu sama lain.
Gl Buyung 05.38
MATERI DASAR KEPALANGMERAHAN DAN
PERTOLONGAN PERTAMA
PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL
- KEMANUSIAAN
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (Gerakan) lahir dari keinginan untuk memberikan
pertolongan kepada korban yang terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka dan
untuk mencegah serta mengatasi penderitaan sesama manusia yang terjadi dimanapun.Tujuannya
ialah melindungi jiwa dan kesehatan serta menjamin penghormatan terhadap umat manusia.
Gerakan menumbuhkan saling pengertian, persahabatan, kerjasama, dan perdamaian abadi antar
sesama manusia.
- KESAMAAN
Gerakan memberikan bantuan kepada orang yang menderita tanpa membeda-bedakan mereka
berdasarkan kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial atau pandangan politik.Tujuannya semata-mata
ialah mengurangi penderitaan orang-perorang serta sesuai dengan kebutuhannya dengan
mendahulukan keadaan yang paling parah.
- KENETRALAN
Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama atau ideologi
- KEMANDIRIAN
Gerakan bersifat mandiri. Setiap Perhimpunan Nasional sekalipun merupakan pendukung bagi
pemerintah dibidang kemanusiaan dan harus menaati peraturan hukum yang berlaku di negara
masing-masing, namun Gerakan bersifat otonom dan harus menjaga tindakannya agar sejalan
dengan prinsip dasar Gerakan.
- KESUKARELAAN
Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela atas unsur keinginan untuk mencari keuntungan
apapun.
- KESATUAN
Di dalam suatu negar hanya boleh ada satu Perhimpunan Nasional dan hanya boleh memilih salah
satu lambang yang digunakan : Palang Merah atau Bulan Sabit Merah.
Gerakan bersifat terbuka dan melaksanakan tugas kemanusiaan diseluruh wilayah negara
yang bersangkutan.
- KESEMESTAAN
Gerakan bersifat semesta, artinya Gerakan hadir diseluruh dunia. Setiap Perhimpunan Nasional
mempunyai status sederajat serta memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dalam membantu
satu sama lain.
MARS PMI
Syair : Djemalul AS
Lagu : Iskandar
HYMNE PMI
BAKTI REMAJA
6. Florence Nightingale
Tahun 1876 saat Balkan dilanda perang, sejumlah pekerja sosial yang tertangkap oleh Ottoman
dibunuh semata-mata karena mereka memakai ban lengan dengan gambar palang merah. Ketika
pemerintah Turki diminta penjelasan mengenai hal ini, mereka menekankan kepekaan tentara muslim
terhadap bentuk palang/salib dan mengajukan agar perhimpunan nasional serta
pelayanan medis militer mereka, diperbolehkan untuk menggunakan lambang yang berbeda yaitu Bulan
Sabit Merah.
Gagasan ini perlahan-pelahan mulai diterima, memperoleh semacam pengesahan dalam bentuk
'reservasi' dan diadopsi sebagai lambang yang sederajat dengan lambang palang merah dalam konvensi
tahun 1929. Lambang Bulan Sabit Merah di atas dasar putih yang saat itu dipilih oleh Persia (sekarang
Iran) diakui sebagai lambang pembeda dengan fungsi dan tujuan yang sama
dengan lambang palang merah, dan singa dan matahari merah sebagaimana tercantum pada Konvensi-
konvensi Jenewa 1949 dan protokol tambahan I dan II 1977.
4. Sejarah Gerakan
- 24 Juni 1859 di kota Solferino, Italia Utara, pasukan Perancis dan Italia bertempur melawan
pasukan Austria. Pada hari yang sama, seorang pemuda warga negara Swiss, Henry Dunant, berada di
sana dalam rangka perjalanannya untuk menjumpai Kaisar Perancis, Napoleon III. Puluhan ribu tentara
terluka, sementara bantuan medis militer tidak cukup untuk merawat 40.000 orang yang menjadi
korban pertempuran tersebut. Tergetar oleh penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant
bekerjasama dengan penduduk setempat, segera bertindak mengerahkan bantuan untuk menolong
mereka. Beberapa waktu kemudian, setelah kembali ke Swiss, dia menuangkan kesan dan pengalaman
tersebut kedalam sebuah buku berjudul "Un Souvenir de Solferino (Kenangan dari Solferino)", yang
menggemparkan seluruh Eropa. Dalam bukunya, Henry Dunant mengajukan dua gagasan;
* Pertama, membentuk organisasi kemanusiaan internasional , yang dapat dipersiapkan pendiriannya
pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cedera di medan perang.
* Kedua, mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera di medan perang
serta perlindungan sukarelawan dan organisasi tersebut pada waktu memberikan pertolongan pada
saat perang.
- Pada tahun 1863, empat orang warga kota Jenewa bergabung dengan Henry Dunant untuk
mengembangkan gagasan pertama tersebut. Mereka bersama-sama membentuk "Komite Internasional
untuk bantuan para tentara yang cedera", yang sekarang disebut Komite Internasional Palang Merah
atau International Committee of the Red Cross (ICRC).
- Dalam perkembangannya, kelak untuk melaksanakan kegiatan kemanusiaan di setiap negara maka
didirikanlah organisasi sukarelawan yang bertugas untuk membantu bagian medis angkatan darat pada
waktu perang. Organisasi tersebut yang sekarang disebut Perhimpunan Nasional Palang Merah atau
Bulan Sabit Merah. Berdasarkan gagasan kedua, pada tahun 1864, atas prakarsa pemerintah federal
Swiss diadakan Konferensi Internasional yang dihadiri beberapa negara untuk menyetujui adanya
"Konvensi perbaikan kondisi prajurit yang cedera di medan perang". Konvensi ini kemudian
disempurnakan dan dikembangkan menjadi Konvensi Jenewa I, II, III dan IV tahun 1949 atau juga
dikenal sebagai Konvensi Palang Merah . Konvensi ini merupakan salah satu komponen dari Hukum
Perikemanusiaan Internasional (HPI) suatu ketentuan internasional yang mengatur perlindungan dan
bantuan korban perang.
5. Organisasi-organisasi Kemanusiaan
- 16 Oktober 1950
PMI menjadi anggota anggota federasi internasional Palang Merah dan bulan sabit
merah. No keanggotaan 68.
- Sebagai badan penghubung, koordinator, dan pendidik diantara perhimpunan-perhimpunan nasional dan
memberikan bantuan yang mungkin dibutuhkan mereka.
- Mendorong dan memajukan berdirinya suatu perhimpunan nasional dari setiap negara.
- Memberikan bantuan dengan segala cara yang dapat dilakukan kepada para korban bencana.
- Membantu perhimpunan nasional dalam kesiagaan pertolongan terhadap korban bencana alam
termasuk pengaturannya.
- Mengatur dan mengoordinasikan bantuan internasional secara langsung dan sesuai denganketentuan
serta prinsip-prinsip internasional.
- Mendorong dan mengkoordinasikan keikutsertaan perhimpunan nasional dalam kegiatanpemeliharaan
kesehatan dan memajukan kesejahteraan sosial masyarakat dengan carakerjasama dengan pejabat-
pejabat yang berwenang setempat.
- Mendorong dan mengkoordinasikan pertukaran gagasan di antara perhimpunan nasional untukmendidik
anak-anak dan remaja demi tercapainya cita-cita kemanusiaan dan perkembanganpersahabatan di
antara mereka di semua negara.
- Membantu perhimpunan nasional dalam menanamkan prinsip-prinsip serta cita-cita dari GerakanPalang
Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.
- Memberikan pertolongan kepada para korban pertikaian bersenjata sesuai dengan persetujuanyang
ditandatangani dengan Komite Internasional Palang Merah.
- Membantu komite internasional dalam memajukan dan mengembangkan Hukum Perikemanusiaan
Internasional dan bekerjasama dengannya dalam menyebarluaskan HPI danPrinsip-prinsip Dasar
Gerakan pada Perhimpunan Nasional.
- Menjadi wakil resmi dari anggota perhimpunan nasional di kawasan internasional, antara
lainmengambil keputusan dan rekomendasi yang telah disetujui dalam musyawarah dan
menjagakeutuhan perhimpunan nasional serta melindungi kepentingannya.
- Menjalankan mandat yang dipercayakan padanya oleh Konferensi internasional.
Slogan :
Federasi mempunyai slogan yaitu ;”Per Humanitatem Ad Pacem”
(latin)=Perdamaian melalui kemanusiaan “Trough Humanity To
Peace” (inggris)
E. Perhimpunan Nasional
Markas : Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, yang didirikan hampir
di setiap negara di seluruh dunia, yang kini berjumlah 176 Perhimpunan Nasional, termasuk Palang
Merah Indonesia.
Mandat : Kegiatan perhimpunan nasional beragam seperti bantuan darurat pada bencana,
pelayanan kesehatan, bantuan sosial, pelatihan P3K dan pelayanan transfusi darah.
Persyaratan pendirian :
* mendapat pengakuan dari pemerintah negara yang sudah menjadi peserta Konvensi Jenewa
* menjalankan Prinsip Dasar Gerakan
Bila demikian ICRC akan memberi pengakuan keberadaan perhimpunan tersebut sebelum menjadi
anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
B. Konvensi-konvensi Jenewa yang merupakan International Humanitarian Law terdiri dari berbagai aturan
yang berlaku pada masa konflik bersenjata, dengan tujuan melindungi orang yang tidak, atau sudah tidak
lagi ikut serta dalam permusuhan, antara lain:
1. kombatan yang terluka atau sakit
2. tawanan perang
3. orang sipil
4. personel dinas medis dan dinas keagamaan
PERTOLONGAN PERTAMA
Pertolongan Pertama
Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau korban kecelakaan yang memerlukan
penanganan medis dasar untuk mencegah cacat atau maut.
Tujuan Pertolongan Pertama
1. Menyelamatkan jiwa penderita
2. Mencegah cacat
3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan
Masyarakat harus mengetahui kemana mereka harus meminta bantuan, baik yang umum maupun yang
khusus.
1. Pelayanan Pra Rumah Sakit
Dasar Hukum
Di dalam undang-undang ditemukan beberapa pasal yang mengatur mengenai Pertolongan Pertama,
namun belum dikuatkan dengan peraturan lain untuk melengkapinya. Beberapa pasal yang berhubungan
dengan Pertolongan Pertama antara lain :
Persetujuan Pertolongan
Saat memberikan pertolongan sangat penting untuk meminta izin kepada korban terlebih dahulu atau
kepada keluarga, orang disekitar bila korban tidak sadar. Ada 2 macam izin yang dikenal dalam
pertolongan pertama :
1. Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat (Implied Consent)
Persetujuan yang diberikan pendarita sadar dengan cara memberikan isyarat, atau penderita tidak sadar,
atau pada anak kecil yang tidak mampu atau dianggap tidak mampu memberikan persetujuan
2. Pesetujuan yang dinyatakan (Expressed Consent)
c. Baju pelindung
Mengamankan tubuh penolong dari merembesnya carian tubuh melalui pakaian.
d. Masker penolong
Mencegah penularan penyakit melalui udara
e. Masker Resusitasi Jantung Paru
Masker yang dipergunakan untuk memberikan bantuan napas
f. Helm
Mencegah benturan di kepala ketika melakukan pertolongan.
Pacitan,……………………………
Penolong
(……………………………………….)
________________________________________________________________________
ANATOMI
Pengertian – pengertian
Anatomi (susunan Tubuh)
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh
Fisiologi (faal tubuh)
Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat atau jaringan tubuh.
Posisi Anatomis
Tubuh manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal sebagai posisi anatomis, yaitu berdiri
tegak, ke dua lengan di samping tubuh, telapak tangan menghadap ke depan. Kanan dan kiri mengacu
pada kanan dan kiri penderita.
BIDANG ANATOMIS
Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3 buah bidang khayal:
1. Bidang Medial; yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan
2. Bidang Frontal; yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior)
3. Bidang Transversal; yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan bawah (inferior)
Istilah lain yang juga dipergunakan adalah untuk menentukan suatu titik lebih dekat ke titik referensi
(proximal) dan lebih jauh ke titik referensi (distal).
Pembagian tubuh manusia
Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis besar, tubuh manusia dibagi
menjadi :
a. Kepala
Tengkorak, wajah, dan rahang bawah
b. Leher
c. Batang tubuh
Dada, perut, punggung, dan panggul
d. Anggota gerak atas
Sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, siku, pergelangan tangan, tangan.
e. Anggota gerak bawah
Sendi panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki, kaki.
Rongga dalam tubuh manusia
Selain pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat di dalam tubuh yaitu :
a. Rongga tengkorak
Berisi otak dan bagian-bagiannya
b. Rongga tulang belakang
Berisi bumbung saraf atau “spinal cord”
c. Rongga dada
Berisi jantung dan paru
d. Rongga perut (abdomen)
Berisi berbagai berbagai organ pencernaan
Untuk mempermudah perut manusia dibagi menjadi 4 bagian yang dikenal sebagai kwadran sebagai
berikut:
i. Kwadran kanan atas (hati, kandung empedu, pankreas dan usus)
ii. Kwadran kiri atas (organ lambung, limpa dan usus)
iii. Kwadran kanan bawah (terutama organ usus termasuk usus buntu)
iv. Kwadran kiri bawah (terutama usus).
e. Rongga panggul
Berisi kandung kemih, sebagian usus besar, dan organ reproduksi dalam
Sistem dalam tubuh manusia
Agar dapat hidup tubuh manusia memiliki beberapa sistem:
1. Sistem Rangka (kerangka/skeleton)
a. Menopang bagian tubuh
b. Melindungi organ tubuh
c. Tempat melekat otot dan pergerakan tubuh
d. Memberi bentuk bangunan tubuh
2. Sistem Otot (muskularis)
Memungkinkan tubuh dapat bergerak
3. Sistem pernapasan (respirasi)
Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oskigen dari udara bebas ke dalam darah dan
mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.
4. Sistem peredaran darah (sirkulasi)
Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.
5. Sistem saraf (nervus)
Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari yang disadari sampai yang tidak disadari
6. Sistem pencernaan (digestif)
Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk dalam tubuh sehingga siap masuk ke dalam darah
dan siap untuk dipakai oleh tubuh
7. Sistem Klenjar Buntu (endokrin)
Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan
selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya.
Langkah – langkah penilaian pada penderita
a. Penilaian Keadaan
b. Penilaian Dini
c. Pemeriksaan Fisik
d. Riwayat Penderita
e. Pemeriksaan Berkala atau Lanjut
f. Serah terima dan pelaporan
Penilaian keadaan
Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu upaya pertolongan.
Sebagai penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya kita hadapai, apakah ada bahaya susulan
atau hal yang dapat membahayakan seorang penolong. Ingatlah selalu bahwa seorang atau lebih sudah
menjadi korban, jangan ditambah lagi dengan penolong yang menjadi korban. Keselamatan penolong
adalah nomor satu.
Keamanan lokasi
Pelaku pertolongan pertama saat mencapai lokasi kejadian, haruslah tanggap dan dengan serta merta
melakukan penilaian keadaan dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan seperti dibawah.
a. Bagaimana kondisi saat itu
b. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi
c. Bagaimana mengatasinya
Setelah keadaan di atasi barulah kita mendekati dan menolong korban. Adakalanya kedua ini berjalan
bersamaan.
Sumber Informasi
Informasi tambahan mengenai kasus yang kita hadapi dapat diperoleh dari :
· Kejadian itu sendiri.
· Penderita (bila sadar).
· Keluarga atau saksi.
· Mekanisme kejadian.
· Perubahan bentuk yang nyata atau cedera yang jelas.
· Gejala atau tanda khas suatu cedera atau penyakit.
Biasakanlah untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini berguna sebagai catatan anda, PMI
dan bukti medis.
Hal-hal yang sebaiknya dilaporkan adalah :
Umur dan jenis kelamin penderita
Keluhan Utama
Tingkat respon
Keadaan jalan napas
Pernapasan
Sirkulasi
Pemeriksaan Fisik yang penting
KOMPAK yang penting
Penatalaksanaan
Perkembangan lainnya yang dianggap penting
Bila ada formulirnya sertakan form laporan ini kepada petugas yang mengambil alih korban dari tangan
anda.
Serah terima dapat dilakukan di lokasi, yaitu saat tim bantuan datang ke tempat anda, atau anda yang
mendatangi fasilitas kesehatan.
i. Mulut/hidung
ii. Faring
iii. Larings
iv. Trakea
v. Bronkus
vi. Bronkiolus
vii. Alveolus (tempat pertukaran O2 dan CO2 di paru-paru).
KESALAHAN AKIBAT
Penderita tdk berbaring pd bidang keras PJL kurang efektif
Penderita tidak horisontal Bila kepala lbh tinggi, darah yg ke otak
berkurang
Tekan dahi angkat dagu, kurang baik Jalan napas terganggu
Kebocoran saat melakukan napas buatan Napas buatan tidak efektif
Lubang hidung kurang tertutup rapat dan Napas buatan tidak efektif
mulut penderita kurang terbuka saat
pernapasan buatan
Tekanan terlalu dalam/ terlalu cepat Patah tulang, luka dalam paru-paru
Rasio PJL dan napas buatan tidak baik Oksigenasi darah kurang
PENDARAHAN
Pengertian Perdarahan
Sistem peredaran darah yang terdiri dari 3 komponen utama yaitu jantung, pembuluh darah dan darah.
Dalam tubuh manusia darah relatif selalu berada dalam pembuluh darah kecuali pada saat masuk dalam
jaringan untuk melakukan pertukaran bahan makanan dan oksigen dengan zat sisa pembakaran tubuh
dan karbondioksida.
Jantung
Bagian sebelah kiri menerima darah yang kaya dengan oksigen setelah diproses dari paru – paru untuk
selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh.
Bagian sebelah kanan menerima darah dari tubuh dan meneruskan ke paru – paru untuk kembali
diperkaya dengan oksigen.
Arteri/Pembuluh Nadi
Adalah pembuluh darah yang mengangkut darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh tubuh. Darah
yang keluar berwarna merah segar dan memancar
Vena/Pembuluh Balik
Adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung. Darah yang
keluar mengalir dan berwarna merah gelap
Kapiler/Pembuluh Rambut
Arteri akan terbagi – bagi menjadi pembuluh yang lebih kecil sehingga dapat mencapai hingga lebih
dekat dengan kulit. Darah yang keluar sangat sedikit dan kadang hanya berupa titik-titik perdarahan
Denyut
Dapat dirasakan dengan mudah pada daerah dimana Arteri/Pembuluh Nadi berada dekat dengan kulit.
Lokasi pengecekan denyut yang paling mudah:
1. Radial – Berada di pergelangan tangan
2. Carotid – Berada di leher
3. Femoral – Berada di lipatan paha
4. Bracial – Berada di lipatan ketiak / lengan atas
Setiap kali jantung berdetak, anda dapat merasakan denyutnya pada sistem arteri.
Sumber Perdarahan
Perdarahan terjadi apabila darah keluar dari pembuluh darah oleh berbagai sebab seperti cedera atau
penyakit.
Berdasarkan sumber perdarahan:
a. Perdarahan nadi
b. Perdarahan pembuluh balik
c. Perdarahan pembuluh rambut
Jenis Perdarahan
Perdarahan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
Perdarahan luar (terbuka), bila kulit juga cedera sehingga darah bisa keluar dari tubuh dan terlihat ada
di luar tubuh.
Perdarahan dalam (tertutup), jika kulit tidak rusak sehingga darah tidak bisa mengalir langsung keluar
tubuh.
Perdarahan yang harus segera ditangani adalah perdarahan yang dapat mengancam nyawa.
Perdarahan luar
Untuk membantu memperkirakan berapa banyak darah yang telah keluar dari tubuh penderita,
hal yang dipakai adalah keluhan korban dan tanda vital. Bila keluhan korban sudah mengarah ke gejala
dan tanda syok seperti yang dibahas dalam topik ini maka penolong wajib mencurigai bahwa kehilangan
darah terjadi dalam jumlah yang cukup banyak.
Perawatan untuk Perdarahan luar
a. Tekanan Langsung
b. Elevasi
c. Titik Tekan
d. Immobilisasi
Menggunakan Torniket
Torniket hanya digunakan dalam keadaan gawat darurat dimana tidak ada cara lain utnuk menghentikan
perdarahan. Torniket diaplikasikan sedekat mungkin dengan titik perdarahan.
Perdarahan dalam
Perdarahan dalam dapat berkisar dari skala kecil hingga yang mengancam jiwa penderita. Kehilangan
darah tidak dapat diamati pada perdarahan dalam.
Gejala dan Tanda Pendarahan Dalam
Beberapa tanda perdarahan dalam dapat diidentifikasi. Beberapa adalah sbb.:
a. Batuk darah berwarna merah muda
b. Memuntahkan darah berwarna gelap (seperti ampas kopi)
c. Terdapat memar
d. Bagian Abdomen terasa lunak
Perawatan untuk Perdarahan dalam
Ingatlah untuk menggunakan standard universal, amankan lokasi kejadian dan hubungi tenaga terlatih.
a. Jaga jalan napas tetap terbuka dan berikan oksigen sesuai peraturan
b. Pertahankan panas tubuh penderita, tapi jangan sampai kepanasan
c. Atasi Syok
d. Pindahkan penderita secepatnya
Laporkan kemungkinan adanya perdarahan dalam kepada tenaga terlatih segera setelah mereka tiba
di lokasi.
Bahaya lain pada perdarahan adalah kemungkinan terjadinya penularan penyakit. Banyak kuman
penyakit bertahan hidup di dalam darah manusia, sehingga bila darah korban ini bisa masuk kedalam
tubuh penolong maka ada kemungkinan penolong dapat tertular penyakit.
Perdarahan dalam harus dicurigai pada beberapa keadaan seperti :
1. Riwayat benturan benda tumpul yang kuat
2. Memar
3. Batuk darah
4. Muntah darah
5. Buang air besar atau air kecil berdarah
6. Luka tusuk
7. Patah tulang tertutup
8. Nyeri tekan, kaku atau kejang dinding perut
Perawatan Perdarahan
1. Perlindungan terhadap infeksi pada penanganan perdarahan
a. Pakai APD agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban.
b. Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi perawatan
c. Cucilah tangan segera setelah selesai merawat
d. Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan tubuh korban.
1. Pada perdarahan besar:
SYOK
Syok terjadi bila sistem peredaran darah (sirkulasi) gagal mengirimkan darah yang mengandung oksigen
dan bahan nutrisi ke alat tubuh yang penting (terutama otak, jantung dan paru-paru).
Penyebab
Ø Kegagalan jantung memompa darah
Ø Kehilangan darah dalam jumlah besar
Ø Pelebaran ( dilatasi ) pembuluh darah yang luas, sehingga darah tidak dapat mengisinya dengan baik
Ø Kekurangan cairan tubuh yang banyak misalnya diare.
Gejala dan tanda syok
Ø Nadi cepat dan lemah
Ø Napas cepat dan dangkal
Ø Kulit pucat,dingin dan lembab
Ø Sering kebiruan pada bibir dan cuping telinga
Ø Haus
Ø Mual dan muntah
Ø Lemah dan pusing
Ø Merasa seperti mau kiamat, gelisah
Penanganan syok
Ø Bawa penderita ke tempat teduh dan aman
Ø Tidurkan telentang, tungkai ditinggikan 20 – 30 cm bila tidak ada kecurigaan patah tulang belakang atau
patah tungkai. Bila menggunakan papan spinal atau tandu maka angkat bagian kaki.
Ø Pakaian penderita dilonggarkan
Ø Cegah kehilangan panas tubuh dengan beri selimut penutup
Ø Tenangkan penderita
Ø Pastikan jalan napas dan pernapasan baik.
Ø Kontrol perdarahan dan rawat cedera lainnya bila ada
Ø Jangan beri makan dan minum.
Ø Periksa berkala tanda vital secara berkala
Ø Rujuk ke fasilitas kesehatan
Pengertian
Cedera jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan kulit, otot, saraf atau pembuluh darah
akibat suatu ruda paksa. Keadaan ini umumnya dikenal dengan istilah luka. Beberapa penyulit yang
dapat terjadi adalah perdarahan, kelumpuhan serta berbagai gangguan lainnya sesuai dengan penyebab
dan beratnya cedera yang terjadi.
Klasifikasi Luka
Luka secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Luka terbuka
Cedera jaringan lunak disertai kerusakan / terputusnya jaringan kulit yaitu rusaknya kulit dan bisa disertai
jaringan di bawah kulit.
b. Luka tertutup
Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan/terputusnya jaringan kulit, yang rusak hanya jaringan di bawah
kulit.
Pembagian ini tidak menjadi penentu berat ringannya suatu cedera.
Luka Terbuka
Luka terbuka dapat ditemukan dalam berbagai bentuk diantaranya :
a. Luka lecet
Terjadi biasanya akibat gesekan dengan permukaan yang tidak rata
b. Luka robek
Luka ini memiliki ciri tepi yang tidak beraturan, biasanya terjadi akibat tumbukan dengan benda yang
relatif tumpul. Merupakan luka yang paling banyak ditemukan.
c. Luka sayat
Diakibatkan oleh benda tajam yang mengenai tubuh manusia. Bentuk lukanya biasanya rapi. Sering
merupakan kasus kriminal
d. Luka tusuk
Terjadi bila benda yang melukai bisa masuk jauh ke dalam tubuh, biasanya kedalaman luka jauh
dibandingkan lebar luka. Bahayanya alat dalam tubuh mungkin terkena.
e. Luka avulsi
Luka ini ditandai dengan bagian tubuh yang terlepas, namun masih ada bagian yang menempel.
f. Luka amputasi
Bagian tubuh tertentu putus.
Luka Tertutup
Luka tertutup yang sering ditemukan adalah :
a. Luka memar
Terjadi akibat benturan dengan benda tumpul, biasanya terjadi di daerah permukaan tubuh, darah keluar
dari pembuluh dan terkumpul di bawah hulit sehingga bisa terlihat dari luar berupa warna merah
kebiruan
b. Hematoma (darah yang terkumpul di jaringan)
Prinsipnya sama dengan luka memar tetapi pembuluh darah yang rusak berada jauh di bawah
permukaan kulit dan biasanya besar, sehingga yang terlihat adalah bengkak, biasanya besar yang
kemerahan.
c. Luka remuk
Terjadi akibat himpitan gaya yang sangat besar. Dapat juga menjadi luka terbuka. Biasanya tulang
menajadi patah di beberapa tempat.
Penutup dan Pembalut Luka
Penutup luka
1. Membantu mengendalikan perdarahan
2. Mencegah kontaminasi lebih lanjut
3. Mempercepat penyembuhan
4. Mengurangi nyeri
Mekanisme Penutupan luka
Ø Penutup luka harus meliputi seluruh permukaan luka.
Ø Upayakan permukaan luka sebersih mungkin sebelum menutup luka, kecuali bila luka disertai
perdarahan, maka prioritasnya adalah menghentikan perdarahan tersebut.
Ø Pemasangan penutup luka harus dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan penutup yang
menempel pada bagian luka tidak terkontaminasi
Pembalut
Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Bahan pembalut dibuat
dari bermacam materi kain.
Fungsi pembalut
1. Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan.
2. Mempertahankan penutup luka pada tempatnya.
3. Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.
Yang membedakannya adalah lapisan kulit di atas bagian yang patah. Pada patah tulang terbuka, kulit di
permukaan daerah yang patah terluka. Pada kasus yang berat bagian tulang yang patah terlihat dari luar.
Perbedaannya adalah jika ada luka maka kuman akan dengan mudah sampai ke tulang, sehingga dapat
terjadi infeksi tulang. Patah tulang terbuka termasuk kedaruratan segera.
Pembidaian
Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan pembidaian. Pembidaian adalah
berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah.
Tujuan pembidaian
1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang
terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha
3. Bidai improvisasi.
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat
tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
4. Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan
tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan.
Pedoman umum pembidaian
Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap mengikuti pedoman umum.
1. Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita.
2. Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila ada.
3. Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka perhiasan di daerah
patah atau di bagian distalnya.
4. Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera sebelum melakukan pembidaian.
5. Siapkan alat-alat selengkapnya.
6. Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam posisi ketika
ditemukan.
7. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah.
8. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih dulu pada anggota
badan penderita yang sehat.
9. Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut. Upayakan juga
membidai sendi distalnya.
10. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.
11. Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis.
12. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
13. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian sendi atas dari tulang
yang patah.
14. Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan dengan
pemeriksaan GSS yang pertama.
15.Jangan membidai berlebihan.
LUKA BAKAR
Sebab :
v Panas
v Kimia
v Listrik
v Radiasi
PENGGOLONGAN
Berdasarkan dalamnya luka bakar dibagi menjadi :
1. Luka bakar superfisial (derajat satu)
Hanya meliputi lapisan kulit yang paling atas saja (epidermis).
Ditandai dengan kemerahan, nyeri dan kadang-kadang bengkak
2. Luka bakar derajat dua (sedikit lebih dalam)
Meliputi lapisan paling luar kulit yang rusak dan lapisan dibawahnya terganggu. Luka bakar jenis ini
paling sakit , ditandai dengan gelembung-gelembung pada kulit berisi cairan, bengkak, kulti kemerahan
atau putih, lembab dan rusak.
3. Luka bakar derajat tiga
Lapisan yang terkena tidak terbatas, bahkan dapat sampai ke tulang dan organ dalam. Luka bakar ini
paling berat dan ditandai dengan kulit biasanya kering, pucat atau putih, namun dapat juga gosong dan
hitam.Dapat diikuti dengan mati rasa karena kerusakan saraf. Daerah disekitarnya nyeri. Berbeda dengan
derajat satu dan dua luka bakar derajat tiga tidak menimbulkan nyeri
EVAKUASI
MEKANIKA TUBUH
Penggunaan tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan dan pemindahan korban untuk
mencegah cedera pada penolong.
Cara yang salah dapat menimbulkan cedera. Saat mengangkat ada beberapa hal yang harus
diperhatikan:
· Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat
· Gunakan tungkai jangan punggung
· Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh
· Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang
· Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui korban
· Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap
Hal-hal tersebut di atas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat korban. Kunci
yang paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang. Upayakan kerja berkelompok, terus
berkomunikasi dan lakukan koordinasi.
Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak siap secara fisik.
MEMINDAHKAN KORBAN
Kapan penolong harus memindahkan korban sangat tergantung dari keadaan. Secara umum, bila tidak
ada bahaya maka jangan memindahkan korban. Lebih baik tangani di tempat.
Pemindahan korban ada 2 macam yaitu darurat dan tidak darurat
Pemindahan Darurat
(Pemindahan ini hanya dilakukan bila ada bahaya langsung terhadap korban)
Contoh situasi yang membutuhkan pemindahan segera:
· Kebakaran atau bahaya kebakaran
· Ledakan atau bahaya ledakan
· Sukar untuk mengamankan korban dari bahaya di lingkungannya :
– Bangunan yang tidak stabil
– Mobil terbalik
– Kerumunan masa yang resah
– Material berbahaya
– Tumpahan minyak
– Cuaca ekstrim
· Memperoleh akses menuju korban lainnya
· Bila tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi korban, misalnya melakukan RJP
Bahaya terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya cedera spinal. Ini dapat dikurangi
dengan melakukan gerakan searah dengan sumbu panjang badan dan menjaga kepala dan leher
semaksimal mungkin
Beberapa macam pemindahan darurat
· Tarikan baju
· Tarikan selimut atau kain
· Tarikan bahu/lengan
· Menggendong
· Memapah
· Membopong
· Angkatan pemadam
Pemindahan Biasa
Bila tidak ada bahaya langsung terhadap korban, maka korban hanya dipindahkan bila semuanya telah
siap dan korban selesai ditangani.
Contohnya :
· Angkatan langsung
· Angkatan ekstremitas (alat gerak)
Posisi Korban
Bagaimana meletakkan penderita tergantung dari keadaannya.
· Korban dengan syok
· Tungkai ditinggikan
· Korban dengan gangguan pernapasan
· Biasanya posisi setengah duduk
· Korban dengan nyeri perut
· Biasanya posisi meringkuk seperti bayi
· Posisi pemulihan
· Untuk korban yang tidak sadar atau muntah
Tidak mungkin untuk membahas semua keadaan. Situasi di lapangan dan keadaan korban akan
memberikan petunjuk bagaimana posisi yang terbaik.
Peralatan Evakuasi
· Tandu beroda
· Tandu lipat
· Tandu skop / tandu ortopedi/ tandu trauma
· Vest type extrication device (KED)
· Tandu kursi
· Tandu basket
· Tandu fleksibel
· Kain evakuasi
· Papan spinal
KEDARURATAN MEDIS
Semua yang dialami korban yang tidak tergolong dalam kecelakaan dimasukan dalam kelompok
kedaruratan medis. Seseorang yang mengalami kasus medis mungkin juga dapat mengalami cedera
sebagai akibat dari gejala gangguan fungsi tubuh yang terjadi misalnya kehilangan kesadaran lalu
terjatuh sehingga terjadi suatu luka.
Dalam penatalaksanaan Pertolongan Pertama kasus medis tidak banyak berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Hal yang paling penting adalah mengenali kedaruratannya, terutama secara dini.
Kesimpulan mengenai keadaan yang dihadapi hampir 80% diperoleh berdasarkan wawancara dengan
penderita bila sadar, keluarganya atau saksi mata dan sumber informasi lainnya. Dalam penatalaksanaan
penderita yang paling penting adalah menjaga jalan napas dan memantau tanda vital penderita secara
teratur.
Gejala dan tanda pada kedaruratan medis.
Gejala dan tanda pada kedaruratan medis sangat beragam, khas maupun tidak khas. Perubahan yang
tidak normal dari tanda vital penderita sudah mengarah pada kedaruratan medis. Beberapa hal yang
dapat diamati pada penderita yang mengarahkan kecurigaan kita pada adanya masalah medis adalah :
Gejala :
1. Demam
2. Nyeri
3. Mual, muntah
4. Buang air kecil berlebihan atau tidak sama sekali
5. Pusing, perasaan mau pingsan, merasa akan kiamat
6. Sesak atau merasa sukar bernapas
7. Rasa haus atau lapar berlebihan, rasa aneh pada mulut
Tanda :
1. Perubahan status mental (tidak sadar, bingung)
2. Perubahan irama jantung : nadi cepat atau sangat lambat, tidak teratur, lemah atau sangat kuat.
3. Perubahan pernapasan: irama dan kualitas warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)
4. Perubahan keadaan kulit : suhu, kelembaban, keringat berlebihan, sangat kering, termasuk perubahan
warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)
5. Manik mata : sangat lebar, atau sangat kecil
6. Bau khas dari mulut atau hidung
7. Aktivitas otot misalnya kejang atau kelumpuhan
8. Gangguan saluran cerna : mual, muntah atau diare
9. Tanda-tanda lainnya yang seharusnya tidak ada.
Anggap semua keluhan penderita adalah benar. Bila penderita merasa tidak enak atau nyaman maka
perlakukan sebagai kasus medis
Beberapa gangguan medis yang umum ditemukan adalah :
1. Pingsan (Syncope/collapse) :
Terjadi karena peredaran darah yang ke organ otak berkurang, yang dapat terjadi akibat emosi yang
hebat, berada dalam ruangan yang penuh orang tanpa udara segar yang cukup, letih dan lapar, terlalu
banyak mengeluarkan tenaga.
Gejala dan tanda:
1. Perasaan limbung.
2. Pandangan berkunang-kunang dan telinga berdenging.
3. Lemas, keluar keringat dingin.
4. Menguap.
5. Dapat menjadi tidak ada respon, yang biasanya berlangsung hanya beberapa menit.
6. Denyut nadi lambat.
Penatalaksanaan :
1. Baringkan penderita dengan tungkai ditinggikan.
2. Longgarkan pakaian.
3. Usahakan penderita menghirup udara segar.
4. Periksa cedera lainnya.
5. Beri selimut, agar badannya hangat.
6. Bila pulih, usahakan istirahatkan beberapa menit.
7. Bila tidak cepat pulih, maka:
- periksa napas dan nadi.
- posisikan stabil.
- bawa ke fasilitas kesehatan
2. Paparan panas
Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi:
A. Kram panas
Terjadi akibat kehilangan garam tubuh yang berlebihan melalui keringat.
Gejala dan Tanda:
1. Kejang pada otot yang disertai nyeri
2. Tungkai dan perut.
3. Kelelahan.
4. Mual
5. Mungkin pingsan
Penatalaksanaan :
1. Baringkan penderita di tempat teduh.
2. Beri minum kepada penderita, bila perlu campur sedikit garam.
3. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
B. Kelelahan Panas
Terjadi akibat kondisi yang tidak fit pada saat melakukan aktivitas di lingkungan yang suhu udaranya
relatif tinggi, yang mengakibatkan terganggunya aliran darah.
C. Sengatan Panas
Merupakan keadaan yang mengancam nyawa. Suhu tubuh menjadi terlalu tinggi dan pada banyak kasus
penderita tidak lagi berkeringat. Bila tidak diatasi dengan segera, maka sel otak akan segera mati.
Udara dingin dapat menyebabkan suhu tubuh menurun. Suhu lingkungan tidak perlu sampai beku untuk
mencetuskan hipotermia. Ada beberapa keadaan yang memperburuk hipotermia yaitu faktor angin dan
kekurangan makanan.
Gejala dan tanda
Hipotermia sedang :
1. Menggigil.
2. Terasa melayang.
3. Pernapasan cepat, nadi lambat.
4. Gangguan penglihatan.
5. Reaksi mata lambat.
6. Gemetar.
Hipotermia berat :
1. Pernapasan sangat lambat.
2. Denyut nadi sangat lambat.
3. Tidak ada respon.
4. Manik mata melebar dan tidak bereaksi.
5. Alat gerak kaku.
6. Tidak menggigil.
Penanganan hipotermia:
Rawat penderita dengan hati hati, berikan rasa nyaman.
1. Penilaian dini dan pemeriksaan penderita.
2. Pindahkan penderita dari lingkungan dingin.
3. Jaga jalan napas dan berikan oksigen bila ada.
4. Ganti pakaian yang basah, selimuti penderita, upayakan agar tetap kering.
5. Bila penderita sadar dapat diberikan minuman hangat secara pelan pelan.
6. Pantau tanda vital secara berkala.
7. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
4. Keracunan
Pengertian:
Racun adalah suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan reaksi
tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Dalam keadaan sehari-hari ada beberapa zat yang sering digolongkan sebagai racun namun sebenarnya
bahan ini adalah korosif, yaitu dapat menyebabkan luka bakar pada bagian tubuh dalam bila masuk ke
dalam tubuh. Penatalaksanaan penderita pada kasus ini biasanya disamakan dengan keracunan.
Jalur masuknya racun dalam tubuh manusia
Gerak Juangnya ke seluruh Nusa
Mendharmakan bhakti bagi Ampera
Tunaikan tugas suci tujuan PMI
Di Persada Bunda Pertiwi
Untuk umat manusia
Di seluruh dunia
PMI menghantarkan jasa
7 PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN
SABIT MERAH INTERNATIONAL
disahkan di Wina ( Austria )oleh Konferensi International Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah XX tahun 1965.Terdiri atas :
1. Kemanusiaan ( Humanity ), Bahwa gerakan Palang Merah dan
Bulan sabit Merah didirikan berdasarkan keinginan untukmemberikan
pertolongan tanpa membedakan korban dalam pertempuran, berusaha
mencegah danmengatasi penderitaan sesama manusia.
2. Kesamaan ( Importiality ), Bahwa gerakan ini tidak membedakan
bangsa, suku, agama dan politik, tujuannya sematamata
untukmengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya
dan mendahulukan yang paling parah.
3. Kenetralan ( Neutrality ), Bahwa gerakan ini tidak boleh memihak
atau melibatkan diri dalam pertentangan Politik, agama, suku,atau
ideologi agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak.
4. Kemandirian ( Independence ), Bahwa gerakan ini bersifat mandiri,
tugasnya membantu pemerintah dalam bidang kemanusiaan,
harusmentaati peraturan negaranya dan harus menjaga otonomi
negaranya sehingga dapat bertindak sesuaidengan prinsip pelang
merah.
5. Kesukarelaan ( Voluntari Service ), Gerakan ini memberi bantuan
secara sukarela bukan keinginan mencari keuntungan.
6. Kesatuan ( Unity ), Gerakan ini dalam suatu negara hanya terdapat
satu perhimpunan palng merah atau bulan sabit merahyang terbuka
untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh
wilayah.
7. Kesemestaan ( Universality ), Bahwa gerakan ini bersifat semesta
dimana setiap perhimpunan mempunyai hak dan tanggung jawabyang
sama dalam menolong sesama.
Tri Bakti PMR (lama) :
1. Berbakti kepada masyarakat.
2. Mempertinggi ketrampilan dan memelihara kebersihan dan
kesehatan.
3. Mempererat persahabatan nasional dan internasional.
Tri Bakti PMR (sekarang) :
1. Meningkatkan keterampilan hidup sehat
2. Berkasya da berbakti dimasyrakat
3. Mempererat persahabatan nasional dan internasional
Palang Merah
ARTI PALANG MERAH : Suatu perhimpunan yang anggotanya
memberikan pertolongan secara sukarela kepada setiap manusia yang
sedang menderita tanpa membedabedakan bangsa, golongan, agama,
warna kulit dan politik.
SEJARAH PALANG MERAH INTERNASIONAL
Jean Henry Dunant
1. Membentuk organisasi Sukarelawan, yang akan disiapkan dimasa
damai untuk menolong para prajurityang terluka di medan perang.
2. Mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang
cidera di medan perang,sertasukarelawan dari organisasi tersebut pada
waktu memberikan perawatan.
9 Februari 1863 empat orang warga Jenewa bergabung dengan H.
Dunant untuk mengembangkan keduagagasan tersebut(Komite Lima).
Empat orang tersebut adalah :
1. General Dufour
2. Dr. Theodore
3. Dr. Louis Appia
4. Gustave Moynier
Yang kemudian mereka bersamasama membentuk Komite
Internasional Palang Merah (KIPM) atau International Committee Of the
Red Cross (ICRC).Berdasarkan gagasan pertama didirikanlah sebuah
Organisasi Sukarelawan di setiap negara, yangbertugas membantu
dinas medis angkatan darat pada waktu perang. Organisasi tersebut
sekarangdisebut LRCS (Loague Of The Red Cross Society) atau LPPMI
( Liga Perhimpunan Palang Merah) yangdibentuk tanggal 5 Mei Tahun
1919.Tahun 1992 berubah menjadi Federasi Internasional Palang
Merahdan Bulan Sabit Merah. Palang Merah lahir berdasarkan
keinginan untuk membantu korban perang, dan untuk
pelaksanaantugasnya pada tanggal 22 Agustus 1864 atas Prakarsa
ICRC, Pemerintah Swiss menyelenggarakan konferensi yang diikuti 12
negara yang dikenal denganKonvensi Genewa ( The Genewa Conventions
Of August 12 1949 )dengan hasil konfrensi sebagai berikut.
Fungsi Pokok Palang Merah :
- Perlindungan(proteksi)
- Perbantuan (asistensi)
- Kesehatan dan kesejahteraan
TUGAS PALANG MERAH :
Pada Waktu Perang
1. Membantu Jawatan Kesehatan angkatan Perang
2. Memberi Pertolongan pada waktu perang
Pada waktu damai
1. Membangkitkan perhatian umum terhadap azas dan tujuan Palang
Merah
2. Menyebarluaskan Citacita Palang Merah Berdasarkan
Prikemanusiaan
3. Menyiapkan tenaga dan sarana Kesehatan/bantuan lainnya untuk
menjamin kelancaran tugas palangMerah.
4. Memberi bantuan dan pertolongan pertama dalam setiap
musibah/kecelakaan.
5. Menyelenggarakan PMR
6. Turut memperbaiki Kesehatan rakyat
7. Membantu Mencari Korban Hilang ( TMS ).
Tiga macam Lambang Palang Merah yang resmi diakui
Internasional :
1. Palang Merah diatas warna dasar putihAdalah kebalikan dari bendera
Swiss sebagai lambang yang diakui untuk menghormati negara Swiss
ataukewarganegaraan Dunant.( 1864 )
2. Bulan sabit Merah diatas warna dasar putih digunakan dinegara
Arab ( 1876 )
3. Singa dan Matahari Merah diatas warna dasar putih digunakan
dinegara Iran.
Arti Pemakaian Tanda Palang Merah :
Pada Waktu Perang, Melindungi korban perang baik sipil atau militer,
kesatuan kesehatan dan RS yang ditunjuk sebagai RSPalang merah
oleh yang berwajib.
Pada Waktu Damai, Di pakai sebagai petunjuk oleh jawatan kesehatan
angkatan perang, Palang Merah Nasional danbeberapa Organisasi
yang diberi ijin untuk memakainya
Seperti Palang Merah Internasional, lahirnya PMI juga berkaitan
dengan kancah peperangan, diawali pada :
A. MASA SEBELUM PERANG DUNIA II
1. 21 Oktober 1873 Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie ( NERKAI ) didirikan Belanda.
2. Tahun 1932 Dr. RCL Senduk dan Dr. Bahder Djohan merencanakan mendirikan badan PMI.
3. Tahun 1940 pada sidang konperensi NERKAI, rencana diatas ditolak karena menurut
Pemerintah Belanda, rakyat Indonesia belum mampu mengatur Badan Palang Merah Nasional.
C. MASA KEMERDEKAAN RI
1. ANGGOTA REMAJA.
2. Anggota Biasa
3. Anggota Kehormatan
Wanita & Pria tanpa batasan umur.
Telah berbuat jasa kewpada PMI & diusulkan oleh pengurus untuk diangkat.
Bersedia diangkat menjadi anggota kehormatan.
Sumber Daya Manusia PMI :
- PMR : Tk. Mula (SD), 7-12 tahun, badge warna hijau.
Tk. Madya(SMP), 13-16 tahun, badge warna biru.
Tk. Wira(SMA/sederajat), 17-21 tahun, badge warna kuning.
- Tenaga Sukarela(TSR) : orang yang mau menyumbangkan tenaga, waktu, pikiran
dan dana, bak secara keseluruhan atau sebagian untuk tugas kemanusiaan.
- Korps Sukarela(KSR) : orang yang telah tercantum sebagai anggota biasa
perhimpunan PMI yang menyatakan diri sebagai KSR dengan syarat-syarat
tertentu.
- Pembina teknis PMR
- Pelatih
TANDU
Tandu adalah suatu alat yang terdiri dua buah tongkat panjang dan
dua buah tongkat pendek yang dipadukan dengan tambang dan kain
segingga membentuk suatu anyaman yang dipergunakan untuk
membawa korban kecelakaan.
Fungsi Tandu :
Sebagai alat bantu mengangkat korban yang bersifat darurat.
Untuk mengangkut barangbarang korban.
Alatnya Terdiri Atas :
Dua buah tongkat panjang (Longer) dengan ukuran 225 cm.
Dua buah tongkat pendek (Blander) dengan ukuran 60 cm.
Tali tambang dengan ukuran 28 meter atau 1314 meter
Ukuran :
Pegangan Panjang 2325 cm
Pegangan Pendek 35 cm
Jarak antar jangkar 1921 cm
Jumlah jangkar 14 buah
Lebar tandu 4045 cm
Sisa tali max. 5 cm
PERTOLONGAN PERTAMA
Pertolongan Pertama (PP) adalah pertolongan segera yang
diberikan kepada orang yang mendapat kecelakaan atau sakit sebelum
mendapatkan pertolongan dari tenaga medis.
Ini berarti :
Pertolongan Pertama harus diberikan secara cepat.
Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit
korban bukan menambah sakit korban
Tujuan utama pertolongan pertama adalah untuk :
Mempertahankan penderita tetap hidup atau terhindar dari maut
Membuat keadaan penderita tetap stabil
Mengurangi rasa nyeri, ketidaknyamanan dan rasa cemas
Menghindarkan kecacatan yang lebih parah
Pelaku pertolongan pertama adalah penolong yang pertama kali
tiba di tempat kejadian yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam
penanganan medis dasar. Secara umum semua orang boleh
memberikan pertolongan.
Prinsip Dasar Pertolongan Pertama
Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan adalah
sebagai berikut:
Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita
lengah atau kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu
kecelakaan. Sebelum kita menolong korban, periksa dulu apakah tempat
tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya
Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien.
Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun
sarana pendukung lainnya. Bila Anda bekerja dalam tim, buatlah
perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.
Biasakan membuat catatan tentang usahausaha pertolongan yang
telah Anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb.
Catatan ini berguna bila penderita mendapat rujukan atau pertolongan
tambahan oleh pihak lain.
Klasifikasi Penolong:
a. Orang Awam, Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan
pertolongan pertama
b. Penolong pertama, Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI
c. Tenaga Khusus/Terlatih, Tenaga yang dilatih secara khusus untuk
menanggulangi kedaruratan di Lapangan
Agar dapat menjalankan tugas, petugas penolong harus memiliki
kualifikasi sebagai berikut
Jujur dan bertanggungjawab.
Memiliki sikap profesional, kematangan emosi. dan Kemampuan
bersosialisasi.
Selalu dalam keadaan siap, khususnya secara fisik
Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi PMI.
Apa saja Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama ?
Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang
sekitarnya
Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa
Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan
keadaan korban
Meminta bantuan / rujukan
Melakukan komunikasi dengan petugas yang terlibat
Mempersiapkan untuk ditransportasikan
Menjaga kerahasiaan medis si penderita
Peralatan Dasar Pelaku Pertolongan Pertama (Alat Pelindung
Diri)
1. Sarung Tangan Lateks
2. Kacamata Pelindung
3. Baju pelindung
4. Masker Penolong
5. Masker RJP
6. Helm
Alat Bantu pada Pertolongan Pertama
1. Perban
Perban adalah bahan yang digunakan untuk
menutup luka dengan tujuan untuk membantu
menghentikan pendarahan dan menyerap cairan
yang keluar dari luka juga mencegah terjadinya
kontaminasi kuman.
2. Pembalut / bebat
Bebat atau balutan adalah bahan yang sering
digunakan untuk melapis luka sehabis diperban.
3. Mitella (pembalut segitiga)
Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga
sama kaki dengan berbagai ukuran.
4. Dasi (cravat)
Merupakan mitella yang dilipatlipat dari salah satu
ujungnya sehingga berbentuk pita dengan kedua
ujungujungnya lancip dan lebarnya antara 510 cm.
Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut
mata, dahi (atau bagian kepala yang lain), rahang,
ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki
yang terkilir.
5. Pita (pembalut gulung)
Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau
bahan elastis. Yang paling sering adalah kasa. Hal
ini dikarenakan kasa mudah menyerap air dan
darah, serta tidak mudah kendor
6. Plester (pembalut berperekat)
Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka,
untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk
merekatkan pada kelainan patah tulang. Cara
pembidaian langsung dengan lester disebut
strapping. Plester dibebatkan berlapislapis dari
distal ke proksimal dan untuk membatasi gerakan
perlu pita yang masingmasing ujungnya difiksasi
lengan plester.
7. Kassa Steril
Kasa steril ialah potonganpotongan pembalut kasa
yang sudah disterilkan dan dibungkus sepotong demi
sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum
digunakan. Digunakan untuk menutup lukaluka
kecil yang sudah didisinfeksi atau diobati (misalnya
sudah ditutupi sofratulle), yaitu sebelum luka
dibalut atau diplester.
8. Bidai
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman
kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang
digunakan untuk menahan atau menjaga agar
bagian tulang yang patah tidak bergerak
(immobilisasi), memberikan istirahat dan
mengurangi rasa sakit. Maksud dari immobilisasi
adalah:
1. Ujungujung dari ruas patah tulang yang tajam
tersebut tidak merusak jaringan lemah,
otototot, pembuluh darah, maupun syaraf.
2. Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat,
berarti pula mencegah terjadinya syok karena
rasa nyeri yang hebat.
3. Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang
yang patah sehingga mencegah terjadinya
infeksi tulang.
Pembidaian tidak hanya dilakukan untuk
immobilisasi tulang yang patah tetapi juga untuk
sendi yang baru direposisi setelah mengalami
dislokasi. Sebuah sendi yang pernah mengalami
dislokasi, ligamenligamennya biasanya menjadi
kendor sehingga gampang mengalami dislokasi
kembali, untuk itu setelah diperbaiki sebaiknya
untuk sementara waktu dilakukan pembidaian.
Pembidaian dan Pembalutan
Pembidaian
Pembidaian adalah suatu cara penyembuhan patah
tulang dengan menggunakan kain segitiga dan
beberapa kayu yang sudah di ukur.
Syaratsyarat pembidaian :
bidai dan kain harus steril.
bidai yang digunakan harus ringan dan kuat.
pembidaian jangan terlalu keras dan longgar.
pembidaian harus meliputi dua sendi diantara
dua tulang yang patah.
Tujuan pembidaian mencegah pergerakan atau
pergeseran dari ujung tulang dan mengurangi rasa
sakit.
Cara pembidaian :
menyiapkan peralatan.
mengukur panjang bidai yang digunakan.
masukkan pembalut pada selasela bawah.
ikat bidai dengan pembalut.
PEMBALUTAN
Pembalutan adalah suatu cara penyembuhan
dengan cara menutup luka untuk mencegah
pendarahan dan rasa sakit.
Fungsi pembalutan adalah mengurangi rasa sakit
dan mencegah terjadinya infeksi.
Macammacam pembalutan :
1. Pembalutan cepat: Pembalutan yang digunakan
dengan cepat dan tepat.
2. Pembalutan gulung : Pembalutan dengan cara
menggulung kain untuk menutupi luka.
3. Pembalutan mitella: Pembalutan dengan
menggunakan mitella (kain segitiga).
4. Pembalutan gips: Menutup luka dengan cara di
tutup dengan semen putih.
5. Pembalutan perban/kain kasa.
6. Pembalutan pundai.
Macammacam lipatan/slap :
1. Slap dua: Untuk membalut telapak tangan, kepala
bagian ubunubun, telapak kaki dan perut.
2. Slap empat: Untuk membalut siku, tangan dan kaki.
3. Slap delapan : Untuk membalut pelipis.
4. Slap enam belas: Untuk membalut ibu jari
ANATOMI & ILMU FAAL
Anatomi
Ilmu yang mempelajari susunan tubuh
Dan bentuk tubuh
Fisiologi (Faal Tubuh)
Ilmu yang mempelajari Faal (Fungsi )
Bagian dari alat atau jaringan tubuh
Posisi Anatomis
Yaitu : Berdiri tegak, kedua lengan disamping tubuh
telapak tangan menghadap kedepan.
Secara garis besar, tubuh manusia dibagi :
1. Kepala
2. Leher
3. Batang Tubuh ( Dada,Perut,Punggung & Panggul )
4. Anggota Gerak atas
5. Anggota Gerak bawah
Rongga Tubuh
1. Rongga Tengkorak
2. Rongga Tulang Belakang
3. Rongga Dada
4. Rongga Perut
5. Rongga Panggul
Perut ( Abdomen )
1. Kwadran kanan atas ( Organ hati, kandung empedu,
pankreas & usus )
2. Kwadran Kiri Atas ( Organ Lambung,Limpa & usus )
3. Kwadran kanan bawah ( terutama organ usus termasuk
usus buntu )
4. Kwadran kiri bawah ( terutama usus )
KEDARURATAN MEDIS
KEJANG
Merupakan kekakuan tubuh atau alat alat gerak akibat
kontraksi dan atau relaksi otot yang tidak terkontrol.
Penyebab :
a. Penyakit kronis tertentu
b. Epilepsi
c. Hipoglekimia ( kadar gula rendah )
d. Keracunan ( alkohol / obat )
e. Stroke
f. Demam ( umumnya balita )
g, Infeksi
h. Cedera kepala / tumor otak
i. Komplikasi kehamilan
Secara umum kejang akan terhenti dengan sendirinya
Dan sebagai penolong tidak banyak yang dilakukan
Yang terpenting adalah jaga pernafasan dan bahaya disekitar
AYAN ( EPILEPSI )
Kekakuan tubuh & anggota gerak untuk beberapa saat
yang disertai kejang dan diikuti hilangnya kesadaran.
Gejala & tanda :
1. Pandangan kosong
2. Teriakan tercekik
3. Jatuh tibatiba
4. Wajah & leher sianosis
5. Gerakan kejang otot
6. Tidak ada respon
7. Mulut berbuih
8. Bab & Bak secara spontan
9. Penderita sadar pada waktu yang tidak lama
Setelah kejang biasanya korban kelelahan dan tertidur
Pertolongan
• Lindungi Penderita dari Cidera lain
• Jangan menahan atau melawan kejang
• Lindungi lidah penderita dari tergigit
• Posisi miring stabil segera
• Bila serangan telah berlalu, istirahatkan penderita dengan nyaman
PINGSAN
terjadi karena peredaran darah yang keotak
berkurang.
Gejala & tanda :
1. Perasaan linglung
2. Pandangan berkunangkunang
3. Lemas, keluar keringat dingin
4. Menguap
5. dapat menjadi tidak respon
6. Denyut nadi lambat
Pertolongan
• Bawa penderita ketempat yang aman
• Usahakan penderita menghirup udara segar
• Baringkan Penderita dengan tungkai ditinggikan
• Longgarkan pakaian / yang mengikat
• Periksa cidera lainnya
• Beri selimut
• Beri rangsangan wangiwangian / posisi air way
• Bila pulih, usahakan istirahat beberapa menit
• Bila tidak pulih, maka : Periksa Nafas dan Nadi
Posisi Miring Stabil
Bawa ke RS/Dokter
Teknik Pertolongan Pertama (Pembalutan dan Pembidaian)
METODE PEMBALUTAN
Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.
Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan
pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi.
Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:
1. Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk
melindungi luka selama didesinfeksi.
2. Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat antiseptik.
3. Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk
membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
4. Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran
yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
5. Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di
atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
6. Kemudian berikan balutan yang menekan.
Prosedur Pembidaian
1. Siapkan alat-alat selengkapnya
2. Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat
lukanya dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
3. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur
dahulu pada sendi yang sehat.
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara
bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah,
atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
5. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dan sebagainya)
dimulai dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang
tepat di atas bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak
pada permukaan anggota tubuh yang dibidai.
6. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar
secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
7. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
8. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu
PENGERTIAN
Membalut adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian tubuh agar tidak bergeser
atau berubah dari posisi yang dikehendaki.
TUJUAN
1. Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya
2. Mencegah terjadinya pembengkakan
3. Menyokong bagian badan yang cidera dan mencegah agar bagian itu tidak bergeser
4. Menutup agar tidak kena cahaya, debu dan kotoran
2. Dasi adalah mitella yang berlipat – lipat sehingga berbentuk seperti dasi
a. Pembalut ini adalah mitella yang dilipat – lipat dari salah satu sisi segitiga agar beberapa lapis
dan berbentuk seperti pita dengan kedua ujung – ujungnya lancip dan lebarnya antara 5 – 10 cm
b. Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang lain),
rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis dan kaki terkilir
6. Kassa steril
a. Adalah kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup luka kecil yang sudah
diberi obat – obatan (antibiotik, antiplagestik)
b. Setelah ditutup kassa itu kemudian baru dibalut
PROSEDUR PEMBALUTAN
1. Perhatikan tempat atau letak yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini :
a. Bagian dari tubuh yang mana ?
b. Apakah ada luka terbuka atau tidak ?
c. Bagaimana luas luka tersebut ?
d. Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak ?
2. Pilih jenis pembalut yang akan dipergunakan ! dapat salah satu atau kombinasi
3. Sebelum dibalut jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang
mengandung desinfektan atau dislokasi perlu direposisi
4. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan :
a. Dapat membatasi pergeseran atau gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
b. Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain
c. Usahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita
d. Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya pada balutan berlapis, lapis yang paling bawah
letaknya disebelah distal
e. Tidak mudah kendor atau lepas
PEMBIDAIAN
PENGERTIAN
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan
yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak
(immobilisasi)
TUJUAN PEMBIDAIAN
1. Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang yang patah
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Mempercepat penyembuhan
2. Bidai traksi
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga
yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha
3. Bidai improvisasi
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya
sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
PRINSIP PEMBIDAIAN
1. Lakukan pembidaian pada tempat dimana anggota badan mengalami cidera ( korban yang
dipindahkan)
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan
dulu ada tidaknya patah tulang
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan
EVAKUASI
Saat tiba di lokasi kita mungkin menemukan bahwa seorang korban mungkin harus dipindahkan.
Pada situasi yang berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat penting. Penanganan korban
yang salah akan menimbulkan cedera lanjutan atau cedera baru.
MEKANIKA TUBUH
Penggunaan tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan dan pemindahan korban untuk
mencegah cedera pada penolong.
Cara yang salah dapat menimbulkan cedera. Saat mengangkat ada beberapa hal yang harus
diperhatikan :
• Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat
• Gunakan tungkai jangan punggung
• Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh
• Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang
• Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui korban
• Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap
Hal-hal tersebut di atas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat korban.
Kunci yang paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang. Upayakan kerja
berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi.
Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak siap secara fisik.
MEMINDAHKAN KORBAN
Kapan penolong harus memindahkan korban sangat tergantung dari keadaan. Secara umum, bila
tidak ada bahaya maka jangan memindahkan korban. Lebih baik tangani di tempat. Pemindahan
korban ada 2 macam yaitu darurat dan tidak darurat
1. Pemindahan Darurat
Pemindahan ini hanya dilakukan bila ada bahaya langsung terhadap korban
Contoh situasi yang membutuhkan pemindahan segera:
• Kebakaran atau bahaya kebakaran
• Ledakan atau bahaya ledakan
• Sukar untuk mengamankan korban dari bahaya di lingkungannya :
– Bangunan yang tidak stabil
– Mobil terbalik
– Kerumunan masa yang resah
– Material berbahaya
– Tumpahan minyak
– Cuaca ekstrim
• Memperoleh akses menuju korban lainnya
• Bila tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi korban, misalnya
melakukan RJP
Bahaya terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya cedera spinal. Ini dapat
dikurangi dengan melakukan gerakan searah dengan sumbu panjang badan dan menjaga kepala
dan leher semaksimal mungkin.
Beberapa macam pemindahan darurat
• Tarikan baju
• Tarikan selimut atau kain
• Tarikan bahu/lengan
• Menggendong
• Memapah
• Membopong
• Angkatan pemadam
2. Pemindahan Biasa
Bila tidak ada bahaya langsung terhadap korban, maka korban hanya dipindahkan bila semuanya
telah siap dan korban selesai ditangani.
Contohnya :
• Angkatan langsung
• Angkatan ekstremitas (alat gerak)
POSISI KORBAN
Bagaimana meletakkan penderita tergantung dari keadaannya.
• Korban dengan syok
• Tungkai ditinggikan
• Korban dengan gangguan pernapasan
• Biasanya posisi setengah duduk
• Korban dengan nyeri perut
• Biasanya posisi meringkuk seperti bayi
• Posisi pemulihan
• Untuk korban yang tidak sadar atau muntah
Tidak mungkin untuk membahas semua keadaan. Situasi di lapangan dan keadaan korban akan
memberikan petunjuk bagaimana posisi yang terbaik.
PERALATAN EVAKUASI
• Tandu beroda
• Tandu lipat
• Tandu skop / tandu ortopedi/ tandu trauma
• Vest type extrication device (KED)
• Tandu kursi
• Tandu basket
• Tandu fleksibel
• Kain evakuasi
• Papan spinal
1. Kemanusiaan
Gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan memberi
pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka di dalam pertempuran, mencegah dan mengatasi
penderitaan sesama manusia. Palang Merah menumbuhkan saling pengertian, persahabatan, kerjasama
dan perdamaian abadi bagi sesama manusia
.
2. Kesamaan
Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama atau pandangan politik.
Tujuannya semata-mata mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan
medahulukan keadaan yang paling parah.
3. Kenetralan
Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau
melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau ideologi.
4. Kemandirian
Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan nasional disamping membantu Pemerintahnya dalam bidang
kemanusiaan, juga harus mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga otonominya sehingga
dapat bertindak sejalan dengan prinsip-prinsip gerakan ini.
5. Kesukarelaan
Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari
keuntungan apa pun.
6. Kesatuan
Di dalam suatu negara hanya ada satu perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang terbuka
untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.
7. Kesemestaan
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap
Perhimpunan Nasional mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama
manusia.
PEMBALUTAN ,PATAH TULANG
DAN PEMBIDAIAN
PEMBALUTAN ,PATAH TULANG DAN PEMBIDAIAN
PEMBALUTAN
Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Bahan pembalut
dibuat dari bermacam materi kain.
Fungsi pembalut
1. Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan.
2. Mempertahankan penutup luka pada tempatnya.
3. Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.
Penutupan luka
Penutup luka harus meliputi seluruh permukaan luka.
Upayakan permukaan luka sebersih mungkin sebelum menutup luka, kecuali bila luka disertai
perdarahan, maka prioritasnya adalah menghentikan perdarahan tersebut.
Pemasangan penutup luka harus dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan penutup yang
menempel pada bagian luka tidak terkontaminasi
Pembalutan
Jangan memasang pembalut sampai perdarahan terhenti, kecuali pembalutan penekanan untuk
menghentikan perdarahan.
Jangan membalut terlalu kencang atau terlalu longgar.
Jangan biarkan ujung bahan terurai, karena dapat tersangkut pada saat memindahkan korban
Bila membalut luka yang kecil sebaiknya daerah yang dibalut lebih lebar untuk menambah
luasnya permukaan yang mengalami tekanan diperluas sehingga mencegah terjadinya kerusakan
jaringan.
Jangan menutupi ujung jari, bagian ini dapat menjadi petunjuk apabila pembalutan kita terlalu
kuat yaitu dengan mengamati ujung jari. Bila pucat artinya pembalutan terlalu kuat dan harus
diperbaiki.
Khusus pada anggota gerak pembalutan dilakukan dari bagian yang jauh lebih dahulu lalu
mendekati tubuh.
Lakukan pembalutan dalam posisi yang diinginkan, misalnya untuk pembalutan sendi jangan
berusaha menekuk sendi bila dibalut dalam keadaan lurus.
Bila ada kecurigaan perdarahan besar maka sebaiknya pederita dirawat seperti syok.
Gangguan yang paling sering dialami pada cedera otot rangka adalah Patah tulang. Pengertian
patah tulang ialah terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau hanya sebagian saja.
Penyebab
Pada dasarnya tulang itu merupakan benda padat, namun masih sedikit memiliki kelenturan. Bila
teregang melampau batas kelenturannya maka tulang tersebut akan patah.
Mekanisme terjadinya cedera harus diperhatikan pada kasus-kasus yang berhubungan dengan
patah tulang. Ini dapat memberikan gambaran kasar kepada kita seberapa berat cedera yang kita
hadapi.
Yang membedakannya adalah lapisan kulit di atas bagian yang patah. Pada patah tulang terbuka,
kulit di permukaan daerah yang patah terluka. Pada kasus yang berat bagian tulang yang patah
terlihat dari luar. Perbedaannya adalah jika ada luka maka kuman akan dengan mudah sampai ke
tulang, sehingga dapat terjadi infeksi tulang. Patah tulang terbuka termasuk kedaruratan segera.
Pembidaian
Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan pembidaian. Pembidaian
adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah.
Tujuan pembidaian
1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan
1. Bidai keras.
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan.
Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat.
Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
2. Bidai traksi.
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga
yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha
3. Bidai improvisasi.
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya
sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
4. Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan
memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan.
Pedoman umum pembidaian
Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap mengikuti pedoman umum.
1. Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita.
2. Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila ada.
3. Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka perhiasan di
daerah patah atau di bagian distalnya.
4. Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera sebelum melakukan
pembidaian.
5. Siapkan alat-alat selengkapnya.
1. 6. Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam posisi
ketika ditemukan.
6. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah.
7. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih dulu
pada anggota badan penderita yang sehat.
8. Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut. Upayakan
juga membidai sendi distalnya.
9. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.
10. Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis.
11. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
12. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian sendi atas
dari tulang yang patah.
13. Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan dengan
pemeriksaan GSS yang pertama.
14. Jangan membidai berlebihan.