Anda di halaman 1dari 73

Sejarah Henry Dunant

Henry Dunant
Jean Henri Dunant (8 Mei 1828 – 30 Oktober 1910), yang juga dikenal dengan nama
Henry Dunant, adalah pengusaha dan aktivis sosial Swiss. Ketika melakukan perjalanan untuk
urusan bisnis pada tahun 1859, dia menyaksikan akibat-akibat dari Pertempuran Solferino,
sebuah lokasi yang dewasa ini merupakan bagian Italia. Kenangan dan pengalamannya itu dia
tuliskan dalam sebuah buku dengan judul A Memory of Solferino (Kenangan Solferino), yang
menginspirasi pembentukan Komite Internasional Palang Merah (ICRC) pada tahun 1863.
Konvensi Jenewa 1864 didasarkan pada gagasan-gagasan Dunant. Pada tahun 1901, dia
menerima Penghargaan Nobel Perdamaian yang pertama, bersama dengan Frédéric Passy.

 Masa muda dan pendidikan Dunant

Dunant lahir di Jenewa, Swiss, putra pertama dari pengusaha Jean-Jacques Dunant dan
istrinya Antoinette Dunant-Colladon. Keluarganya adalah penganut mashab Kalvin (''Calvinist'')
yang taat serta mempunyai pengaruh yang signifikan di kalangan masyarakat Jenewa. Kedua
orangtuanya menekankan pentingnya nilai kegiatan sosial. Ayahnya aktif membantu anak yatim-
piatu dan narapidana yang menjalani bebas bersyarat, sedangkan ibunya melakukan kegiatan
sosial membantu orang sakit dan kaum miskin.
Dunant tumbuh pada masa kebangkitan kesadaran beragama yang dikenal dengan nama
Réveil. Pada usia 18 tahun, dia bergabung dengan Perhimpunan Amal Jenewa (''Geneva Society
for Alms Giving''). Pada tahun berikutnya, bersama teman-temannya, dia mendirikan
perkumpulan yang disebut ”Thursday Association”, sebuah kelompok anak muda tanpa ikatan
keanggotaan resmi yang melakukan pertemuan rutin untuk mempelajari Bibel dan menolong
kaum miskin. Waktu senggangnya banyak dia habiskan untuk mengunjungi penjara dan
melakukan kegiatan sosial. Pada tanggal 30 November 1852, Dunant mendirikan cabang YMCA
di Jenewa. Tiga tahun kemudian, dia berpartisipasi dalam pertemuan Paris yang bertujuan
membentuk YMCA menjadi sebuah organisasi internasional.
Pada tahun 1849, ketika berusia 21, Dunant terpaksa meninggalkan Kolese Kalvin
(Collège Calvin) karena prestasi akademisnya buruk. Dia kemudian menjadi pekerja magang di
perusahaan penukaran uang bernama Lullin et Sautter. Setelah masa magangnya selesai dengan
prestasi baik, dia diangkat sebagai karyawan bank tersebut.

 Aljazair

Pada tahun 1853, Dunant mengunjungi Aljazair, Tunisia, dan Sisilia karena ditugaskan
oleh perusahaan yang melayani “wilayah-wilayah jajahan Setif”, yaitu perusahaan bernama
Compagnie genevoise de Colonies de Sétif. Meskipun pengalamannya kurang, Dunant berhasil
menyelesaikan penugasan tersebut dengan memuaskan. Terinspirasi oleh pengalaman perjalanan
tersebut, Dunant untuk pertama kalinya menulis sebuah buku, yang dia beri judul Notice sur la
Régence de Tunis (Kisah tentang Regensi di Tunisia). Buku ini diterbitkan pada tahun 1858.
Pada tahun 1856, Dunant mendirikan perusahaan yang beroperasi di wilayah-wilayah
jajahan luar negeri dan, setelah memperoleh konsesi lahan dari Aljazair yang ketika itu berada di
bawah pendudukan Prancis, dia juga mendirikan perusahaan perkebunan dan perdagangan
jagung bernama Société financière et industrielle des Moulins des Mons-Djémila (Perusahaan
Keuangan dan Industri Penggilingan Mons-Djémila). Namun, lahan dan hak atas air yang
dijanjikan tidak kunjung ditetapkan dengan jelas, sedangkan otoritas kolonial di Aljazair juga
bersikap kurang kooperatif. Oleh karena itu, Dunant memutuskan untuk meminta bantuan secara
langsung kepada Kaisar Napoleon III dari Perancis, yang ketika itu sedang berada di Lombardi
bersama pasukannya. Prancis sedang berperang di pihak Piedmont-Sardinia melawan Austria,
yang ketika itu menduduki banyak dari wilayah yang dewasa ini bernama Italia. Markas
Napoleon terletak di kota kecil bernama Solferino. Dunant menulis sebuah buku yang isinya
penuh sanjungan dan pujian bagi Napoleon III untuk dia hadiahkan kepada kaisar tersebut.
Kemudian dia melakukan perjalanan ke Solferino untuk bertemu secara pribadi dengan
Napoleon III.

 Pertempuran Solferino

Dunant tiba di Solferino pada petang hari tanggal 24 Juni 1859, tepat ketika pertempuran
antara kedua pihak tadi baru saja selesai. Sekitar 38 ribu prajurit bergeletakan di medan tempur
dalam keadaan terluka, sekarat, atau tewas, dan tidak tampak ada upaya yang berarti yang
dilakukan untuk memberikan perawatan kepada mereka. Dalam keadaan terguncang melihat
pemandangan itu, Dunant berinisiatif mengerahkan penduduk sipil setempat, terutama kaum
perempuan, untuk memberikan pertolongan kepada para prajurit yang terluka dan sakit. Karena
persediaan alat-alat dan obat-obatan yang diperlukan tidak memadai, Dunant sendiri mengatur
pembelian material yang dibutuhkan itu serta membantu mendirikan rumah sakit darurat. Dia
berhasil meyakinkan penduduk setempat untuk melayani para korban luka tanpa melihat di pihak
mana mereka bertempur, sesuai dengan slogan “Tutti fratelli” (Kita semua bersaudara) yang
diciptakan oleh kaum perempuan dari kota Castiglione delle Stiviere tak jauh dari tempat itu. Dia
juga berhasil membujuk pihak Prancis untuk membebaskan dokter-dokter Austria yang mereka
tawan.

 Palang Merah

Sekembalinya ke Jenewa pada awal bulan Juli, Dunant memutuskan menulis sebuah buku
tentang pengalamannya itu, yang kemudian dia beri judul Un Souvenir de Solferino (Kenangan
Solferino). Buku ini diterbitkan pada tahun 1862 dengan jumlah 1.600 eksemplar, yang dicetak
atas biaya Dunant sendiri. Dalam buku ini, Dunant melukiskan pertempuran yang terjadi,
berbagai ongkos pertempuran tersebut, dan keadaan kacau-balau yang ditimbulkannya. Dia juga
mengemukakan gagasan tentang perlunya dibentuk sebuah organisasi netral untuk memberikan
perawatan kepada prajurit-prajurit yang terluka. Buku ini dia bagikan kepada banyak tokoh
politik dan militer di Eropa.
Dunant juga memulai perjalanan ke seluruh Eropa untuk mempromosikan gagasannya.
Buku tersebut mendapat sambutan yang sangat positif. Presiden Geneva Society for Public
Welfare (Perhimpunan Jenewa untuk Kesejahteraan Umum), yaitu seorang ahli hukum bernama
Gustave Moynier, mengangkat buku ini beserta usulan-usulan Dunant di dalamnya sebagai topik
pertemuan organisasi tersebut pada tanggal 9 Februari 1863. Para anggota organisasi tersebut
mengkaji usulan-usulan Dunant dan memberikan penilaian positif. Mereka kemudian
membentuk sebuah Komite yang terdiri atas lima orang untuk menjajaki lebih lanjut
kemungkinan mewujudkan ide-ide Dunant tersebut, dan Dunant diangkat sebagai salah satu
anggota Komite ini. Keempat anggota lain dalam Komite ini ialah Gustave Moynier, jenderal
angkatan bersenjata Swiss bernama Henri Dufour, dan dua orang dokter yang masing-masing
bernama Louis Appia dan Théodore Maunoir. Komite ini mengadakan pertemuan yang pertama
kali pada tanggal 17 Februari 1863, yang sekarang dianggap sebagai tanggal berdirinya Komite
Internasional Palang Merah (ICRC).
Dari awal, Moynier dan Dunant saling berbeda pendapat dan bertikai menyangkut visi
dan rencana mereka masing-masing, dan ketidaksepahaman mereka itu semakin lama semakin
besar. Moynier menganggap ide Dunant tentang perlunya ditetapkan perlindungan kenetralan
bagi para pemberi perawatan sebagai gagasan yang sulit diterima akal serta menasihati Dunant
untuk tidak bersikeras memaksakan konsep tersebut. Namun, Dunant terus menganjurkan
pendiriannya itu dalam setiap perjalanannya dan dalam setiap pembicaraannya dengan pejabat-
pejabat politik dan militer tingkat tinggi. Ini semakin mempersengit konflik pribadi antara
Moynier, yang memakai pendekatan pragmatis terhadap proyek tersebut, dan Dunant, yang
merupakan idealis visioner di antara kelima anggota Komite itu. Pada akhirnya, Moynier
berusaha menyerang dan menggagalkan Dunant ketika Dunant mencalonkan diri untuk posisi
ketua Komite.
Pada bulan Oktober 1863, 14 negara berpartisipasi dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh
Komite tersebut di Jenewa untuk membahas masalah perbaikan perawatan bagi prajurit terluka.
Namun, Dunant sendiri hanya menjadi ketua protokoler dalam pertemuan tersebut sebagai akibat
dari usaha Moynier untuk memperkecil perannya. Setahun kemudian, pada tanggal 22 Agustus
1864, sebuah konferensi diplomatik yang diselenggarakan oleh Parlemen Swiss membuahkan
hasil berupa ditandatanganinya Konvensi Jenewa Pertama oleh 12 negara. Untuk konferensi ini
pun, Dunant hanya bertugas sebagai pengatur akomodasi bagi peserta.

 Masa yang terlupakan

Bisnis Dunant di Aljazair mengalami kemunduran, sebagian karena devosinya pada cita-
cita humanistiknya sendiri. Pada bulan April 1867, bangkrutnya perusahaan keuangan Crédit
Genevois mengakibatkan sebuah skandal yang melibatkan Dunant. Dia dipaksa menyatakan
pailit dan divonis bersalah oleh Pengadilan Dagang Jenewa pada tanggal 17 Agustus 1868 atas
praktik penipuan dalam kasus kebangkrutan tersebut. Keluarganya dan banyak dari teman-
temannya sangat terkena dampak dari bankrutnya Crédit Genevois karena mereka banyak
berinvestasi dalam perusahaan ini. Masyarakat di Jenewa, sebuah kota dengan tradisi Kalvin
yang berakar mendalam, menjadi gusar dan heboh sehingga muncul seruan-seruan agar Dunant
mengundurkan diri dari Komite Internasional Palang Merah.
Pada tanggal 25 Agustus 1868, dia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Sekretaris
Komite dan, pada tanggal 8 September, dia dikeluarkan sepenuhnya dari Komite. Moynier, yang
menjadi Presiden Komite sejak 1864, berperan besar dalam menyingkirkan Dunant dari Komite.
Pada bulan Februari 1868, ibu Dunant meninggal dunia. Pada akhir tahun itu, Dunant
juga dikeluarkan dari YMCA. Pada bulan Maret 1867, dia meninggalkan kota kelahirannya,
Jenewa, dan tidak pernah kembali lagi ke sana. Pada tahun-tahun berikutnya, Moynier
tampaknya berusaha mempergunakan pengaruhnya untuk memastikan bahwa Dunant jangan
sampai menerima bantuan atau dukungan dari teman-temannya. Misalnya, hadiah medali emas
Sciences Morales di Pekan Raya Dunia Paris tidak jadi diberikan kepada Dunant sesuai rencana
semula, tetapi diberikan kepada Moynier, Dufour, dan Dunant bersama-sama sehingga seluruh
uang hadiah tersebut menjadi hak Komite. Tawaran Napoleon III untuk mengambilalih separuh
dari kewajiban utang Dunant dengan syarat teman-teman Dunant menjamin pelunasan yang
separuh lagi juga digagalkan oleh usaha Moynier.
Dunant pindah ke Paris dan hidup di sana dalam keadaan berkekurangan. Namun, dia
terus berupaya mewujudkan gagasan dan rencana kemanusiaannya. Selama berlangsungnya
Perang Prancis-Prusia (1870-1871), dia mendirikan Perhimpunan Bantuan Kemanusiaan
Bersama (''Allgemeine Fürsorgegesellschaft'') dan, tak lama setelah itu, dia mendirikan Aliansi
Bersama untuk Ketertiban dan Peradaban (''Allgemeine Allianz für Ordnung und Zivilisation'').
Dunant berargumen tentang perlunya diadakan perundingan perlucutan senjata dan perlunya
didirikan sebuah pengadilan internasional untuk memediasi konflik internasional. Kemudian, dia
mengupayakan terbentuknya perpustakaan dunia, sebuah gagasan yang mempunyai gema dalam
berbagai proyek di kemudian hari, antara lain UNESCO.
Dalam usahanya yang tak pernah berhenti untuk menganjurkan dan mewujudkan
gagasan-gagasannya, Dunant semakin mengabaikan situasi keuangan pribadinya sehingga dia
semakin terlilit utang dan dijauhi oleh kenalan-kenalannya. Meskipun diangkat sebagai anggota
kehormatan Perhimpunan Palang Merah Austria, Belanda, Swedia, Prusia, dan Spanyol, dia
nyaris dilupakan dalam perjalanan resmi Gerakan Palang Merah, pun ketika Gerakan ini
berkembang pesat ke negara-negara lain. Dunant hidup dalam kemiskinan dan berpindah-pindah
tempat antara 1874-1886, termasuk Stuttgart, Roma, Korfu, Basel, dan Karlsruhe. Di Stuttgart,
Dunant bertemu mahasiswa Universitas Tübingan (Tübingen University) bernama Rudolf Müller
dan kemudian bersahabat karib dengannya. Pada tahun 1881, bersama-sama dengan sejumlah
teman dari Stuttgart, Dunant untuk pertama kalinya pergi ke Heiden, sebuah desa peristirahatan
di Swiss. Pada 1887, ketika tinggal di London, dia mulai menerima bantuan keuangan bulanan
dari sejumlah kerabat jauh. Ini memungkinkan dia untuk hidup dalam kondisi keuangan yang
lebih aman. Dunant pindah ke Heiden pada bulan Juli 1887 dan tinggal di desa tersebut selama
sisa hidupnya. Sejak 30 April 1892, dia tinggal di rumah sakit dan panti jompo yang dipimpin
oleh Dr. Hermann Altherr.
Di Heiden, dia bertemu dengan seorang guru muda bernama Wilhelm Sonderegger dan
istrinya Susanna. Mereka mendorongnya untuk mencatat pengalaman hidupnya. Istri
Sonderegger mendirikan cabang Palang Merah di Heiden dan, pada tahun 1890, Dunant menjadi
presiden kehormatan cabang tersebut. Dengan adanya Sonderegger, Dunant berharap akan dapat
mempromosikan gagasan-gagasannya lebih lanjut, termasuk menerbitkan edisi baru bukunya.
Namun, persahabatan mereka di kemudian hari menjadi tegang karena Dunant melontarkan
tuduhan yang tak dapat dibenarkan bahwa Sonderegger, bersama Moynier di Jenewa,
berkonspirasi menentangnya. Sonderegger meninggal pada tahun 1904, di usianya yang baru
mencapai 42 tahun. Meskipun hubungan mereka tegang, Dunant sangat terharu dengan kematian
Sonderegger yang tak terduga-duga itu. Kekaguman Wilhelm dan Susanna Sonderegger atas
Dunant, yang tetap mereka rasakan walaupun Dunant melontarkan tuduhan tersebut, terwariskan
kepada anak-anak mereka. Pada tahun 1935, putra mereka, yaitu René, menerbitkan kumpulan
surat-surat yang ditulis Dunant kepada ayahnya.

 Kembali diingat publik

Pada bulan September 1895, Georg Baumberger, editor kepala Die Ostschweiz, sebuah
surat kabar yang terbit di St. Gall, menulis sebuah artikel tentang pendiri Palang Merah tersebut,
yang pernah bertemu dan mengobrol dengannya ketika mereka sedang berjalan-jalan di Heiden
sebulan sebelumnya. Artikel ini berjudul “Henri Dunant, pendiri Palang Merah” (Henri Dunant,
the founder of the Red Cross) dan muncul di sebuah majalah bergambar terbitan Jerman, Über
Land und Meer. Dengan segera artikel ini direproduksi di berbagai media lain di seluruh Eropa.
Artikel tersebut mendapat sambutan hangat sehingga Dunant kembali memperoleh perhatian dan
dukungan khalayak. Dia kemudian menerima Hadiah Binet-Fendt Swiss dan sebuah surat dari
Paus Leo XIII. Berkat bantuan dari janda tsar Rusia, yaitu Maria Feodorovna, dan donasi lain
dari berbagai pihak, situasi keuangan Dunant sangat membaik.
Pada tahun 1897, Rudolf Müller, yang saat itu sudah bekerja sebagai guru di Stuttgart, menulis
sebuah buku tentang asal-mula Palang Merah. Isi buku ini mengubah sejarah resmi Palang
Merah dengan menekankan peran Dunant. Buku ini juga mengikutsertakan teks “Kenangan
Solferino.” Dunant mulai berkorespondensi dengan Bertha von Suttner dan menulis banyak
sekali artikel dan tulisan lain. Dia terutama aktif menulis tentang hak-hak kaum perempuan. Pada
tahun 1897, Dunant memfasilitasi pendirian “Green Cross” (Palang Hijau), sebuah organisasi
perempuan yang berumur singkat dan hanya aktif di Brussels.

 Hadiah Nobel Perdamaian

Pada tahun 1901, Dunant menerima Hadiah Nobel Perdamaian pertama yang pernah
dianugerahkan, yaitu atas perannya dalam mendirikan Gerakan Palang Merah Internasional dan
mengawali proses terbentuknya Konvensi Jenewa. Dokter militer Norwegia, Hans Daae, yang
pernah menerima satu eksemplar buku tulisan Müller itu, mengadvokasikan kasus Dunant
kepada Panitia Nobel. Hadiah tersebut adalah hadiah bersama yang diberikan kepada Dunant dan
Frédéric Passy, seorang aktivis perdamaian Prancis yang mendirikan Liga Perdamaian dan yang
aktif bersama Dunant dalam Aliansi untuk Ketertiban dan Peradaban (Alliance for Order and
Civilization). Ucapan selamat resmi yang akhirnya diterima Dunant dari Komite Internasional
Palang Merah merepresentasikan rehabilitasi nama Dunant:
“Tak ada yang lebih layak untuk menerima kehormatan ini, karena Andalah yang empat
puluh tahun yang lalu mendirikan organisasi internasional bantuan kemanusiaan bagi korban
luka di medan tempur. Tanpa Anda, Palang Merah, yang merupakan prestasi kemanusiaan yang
agung abad kesembilan belas, barangkali tak akan pernah diusahakan.”
Moynier dan Komite Internasional Palang Merah secara keseluruhan juga dinominasikan
untuk Hadiah Nobel Perdamaian tersebut. Meskipun Dunant memperoleh dukungan dari
kalangan luas dalam proses seleksi, dia tetap merupakan calon yang kontroversial. Sejumlah
pihak berargumen bahwa Palang Merah dan Konvensi Jenewa justru membuat perang menjadi
lebih menarik dan menggoda dengan meringankan sebagian dari penderitaan yang ditimbulkan
perang. Oleh karena itu, Müller dalam suratnya kepada Panitia Nobel menyampaikan pendapat
bahwa hadiah tersebut perlu dibagi antara Dunant dan Passy, yang sempat menjadi calon utama
untuk menjadi satu-satunya penerima hadiah tersebut dalam perdebatan yang terjadi selama
berlangsungnya proses seleksi. Müller juga menyarankan bahwa sekiranya Dunant dianggap
layak untuk menerima Hadiah Nobel, hadiah tersebut perlu segera diberikan kepadanya
mengingat usianya yang telah lanjut dan kondisi kesehatannya yang sudah memburuk.
Keputusan Panitia Nobel untuk membagi hadiah tersebut antara Passy, seorang tokoh
perdamaian, dan Dunant, seorang tokoh kemanusiaan, menjadi preseden bagi persyaratan
mengenai seleksi penerima Hadiah Nobel Perdamaian yang berdampak signifikan pada tahun-
tahun berikutnya. Salah satu bagian dalam surat wasiat Nobel menyebutkan bahwa hadiah untuk
perdamaian diberikan kepada orang yang berupaya mengurangi atau menghapuskan pasukan
tetap (standing armies) atau berupaya untuk scara langsung mempromosikan konferensi
perdamaian. Inilah yang membuat Passy secara alamiah terpilih menjadi calon penerima hadiah
tersebut berkat usaha-usahanya di bidang perdamaian. Pemberian Hadiah Nobel untuk usaha-
usaha di bidang kemanusiaan saja akan menjadi hal yang sangat mencolok, dan hal tersebut
dianggap oleh sejumlah pihak sebagai penafsiran yang terlalu luas atas surat wasiat Nobel. Akan
tetapi, satu bagian lain dalam surat wasiat Nobel menetapkan hadiah bagi orang yang berprestasi
terbaik dalam meningkatkan “persaudaraan antarmanusia” (the brotherhood of people). Ini
secara lebih umum bisa ditafsirkan sebagai pesan bahwa usaha-usaha kemanusiaan seperti yang
dilakukan oleh Dunant itu juga terkait dengan usaha-usaha perdamaian. Penerima Hadiah Nobel
Perdamaian di tahun-tahun berikutnya yang banyak jumlahnya itu dimasukkan ke dalam salah
satu dari dua kategori yang untuk pertama kalinya ditetapkan oleh keputusan Panitia Nobel 1901
tersebut.
Hans Daae berhasil menaruh uang hadiah yang menjadi bagian Dunant, sebesar 104.000
franc Swiss, di sebuah bank di Norwegia dan mencegah uang tersebut diakses oleh para kreditor
Dunant. Dunant sendiri tak pernah memakai sedikit pun dari uang tersebut dalam hidupnya

 Kematian dan warisan

Di antara beberapa penghargaan lain yang diterima oleh Dunant di tahun-tahun


berikutnya ialah gelar doktor kehormatan dari Fakultas Kedokteran University of Heidelberg,
yang diterimanya pada tahun 1903. Dunant tinggal di panti jompo di Heiden hingga akhir
hayatnya. Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, dia menderita depresi dan ketakutan (paranoia)
bahwa dia terus dicari-cari oleh para kreditornya dan Moynier. Bahkan Dunant kadang-kadang
mendesak juru masak panti jompo tersebut untuk mencicipi terlebih dulu jatah makanannya di
hadapan dia agar dia terlindung dari kemungkinan diracuni. Meskipun mengaku tetap
berkeyakinan Kristen, Dunant pada tahun-tahun terakhir hidupnya menolak dan menyerang
Kalvinisme dan agama terorganisasi (organized religion) pada umumnya.
Menurut para juru rawatnya, tindakan terakhir yang dilakukan Dunant dalam hidupnya
ialah mengirimkan satu eksemplar buku tulisan Müller kepada ratu Italia disertai surat pengantar
dari Dunant sendiri. Dunant meninggal dunia pada tanggal 30 Oktober 1910, dan kata-kata
terakhirnya ialah “Kemana lenyapnya kemanusiaan?” Dunant meninggal hanya dua bulan setelah
musuh bebuyutannya, Moynier. Meskipun ICRC menyampaikan ucapan selamat kepada Dunant
atas penganugerahan Hadiah Nobel tersebut, kedua rival ini tak pernah berrekonsiliasi.
Sesuai keinginannya, Dunant dikuburkan tanpa upacara di Kompleks Pemakaman
Sihlfeld di Zurich. Dalam surat wasiatnya, dia mendonasikan sejumlah uang untuk menyediakan
satu “ranjang gratis” di panti jompo di Heiden tersebut, yang harus selalu tersedia untuk warga
miskin kawasan itu. Dia juga memberikan sejumlah uang, melalui akte notaris, kepada teman-
temannya dan kepada organisasi amal di Norwegia dan Swiss. Sisa uangnya dia berikan kepada
para kreditornya sehingga sebagian utangnya lunas. Ketidakmampuan Dunant untuk sepenuhnya
melunasi utang-utangnya menjadi beban besar baginya hingga hari kematiannya.
Hari ulang tahunnya, 8 Mei, dirayakan sebagai Hari Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah Sedunia (''World Red Cross and Red Crescent Day''). Panti jompo di Heiden yang dulu
menampungnya itu sekarang menjadi Museum Henry Dunant. Di Jenewa dan sejumlah kota lain
ada banyak sekali jalan, lapangan, dan sekolah yang dinamai dengan namanya. Medali Henry
Dunant, yang dianugerahkan setiap dua tahun oleh Komisi Tetap Gerakan Palang Merah dan
Palang Merah Internasional, merupakan penghargaan tertinggi yang dianugerahkan oleh
Gerakan.
Kisah hidup Dunant diceritakan, dengan sejumlah unsur fiksi, dalam film D'homme à
hommes (1948) yang dibintangi oleh Jean-Louis Barrault. Masa hidup Dunant ketika Palang
Merah didirikan ditampilkan dalam film produksi bersama internasional yang berjudul Henry
Dunant: Red on the Cross (2006). Pada tahun 2010, Takarazuka Revue menggelar drama musikal
berdasarkan pengalaman Dunant di Solferino dan proses pendirian Palang Merah. Drama
musikal ini berjudul ソルフェリーノの夜明け (Fajar di Solferino, atau Kemana Lenyapnya
Kemanusiaan?).

Sejarah PMR
kepalang merahan
Sejarah kepalang merahan
SEJARAH KEPALANG MERAHAN
Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia
yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip
dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan,
kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah
berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat
kota/kabupaten) di seluruh Indonesia.
Palang Merah Indonesia tidak berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu.
Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi
mengutamakan objek korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan
jiwanya.
Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebetulnya sudah dimulai sebelum Perang Dunia II,
tepatnya 12 Oktober 1873.Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia
dengan nama Nederlandsche Roode Kruis Afdeeling Indië (NERKAI) yang kemudian
dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.
Perjuangan mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) diawali 1932. Kegiatan tersebut
dipelopori Dr. R. C. L. Senduk dan Dr. Bahder Djohan dengan membuat rancangan pembentukan
PMI. Rancangan tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia,
dan diajukan ke dalam Sidang Konferensi Narkei pada 1940, akan tetapi ditolak mentah-mentah.
Rancangan tersebut disimpan menunggu saat yang tepat. Seperti tak kenal menyerah pada saat
pendudukan Jepang mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional,
namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk
yang kedua kalinya rancangan tersebut kembali disimpan.
Proses pembentukan PMI dimulai 3 September 1945 saat itu Presiden Soekarno memerintahkan
Dr. Boentaran (Menkes RI Kabinet I) agar membentuk suatu badan Palang Merah Nasional.
Dibantu Panitia lima orang terdiri atas Dr. R. Mochtar sebagai Ketua, Dr. Bahder Djohan sebagai
Penulis dan tiga anggota panitia yaitu Dr. R. M. Djoehana Wiradikarta, Dr. Marzuki, Dr. Sitanala,
mempersiapkan terbentuknya Perhimpunan Palang Merah Indonesia. Tepat sebulan setelah
kemerdekaan RI, 17 September 1945, PMI terbentuk. Peristiwa bersejarah tersebut hingga saat
ini dikenal sebagai Hari PMI.
Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas
kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa
1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU
No 59.
Sebagai perhimpunan nasional yang sah, PMI berdiri berdasarkan Keputusan Presiden No 25
tahun 1925 dan dikukuhkan kegiatannya sebagai satu-satunya organisasi perhimpunan nasional
yang menjalankan tugas kepalangmerahan melalui Keputusan Presiden No 246 tahun 1963.
''''Teks tebal
Kemanusiaan dan Kerelawanan

Dalam berbagai kegiatan PMI komitmen terhadap kemanusiaan seperti Strategi 2010 berisi
tentang memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan melalui promosi prinsip nilai kemanusiaan,
penanggulangan bencana, kesiapsiagaan penanggulangan bencana, kesehatan dan perawatan di
masyarakat, Deklarasi Hanoi (United for Action) berisi penanganan program pada isu-isu
penanggulangan bencana, penanggulangan wabah penyakit, remaja dan manula, kemitraan
dengan pemerintah, organisasi dan manajemen kapasitas sumber daya serta humas dan promosi,
maupun Plan of Action merupakan keputusan dari Konferensi Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah ke-27 di Jenewa Swiss tahun 1999.
Dalam konferensi tersebut Pemerintah Indonesia dan PMI sebagai peserta menyatakan ikrar di
bidang kemanusiaan.
Hal ini sangat sejalan dengan tugas pokok PMI adalah membantu pemerintah Indonesia di
bidang sosial kemanusiaan terutama tugas-tugas kepalangmerahan yang meliputi: Kesiapsiagaan
Bantuan dan Penanggulangan Bencana, Pelatihan Pertolongan Pertama untuk Sukarelawan,
Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat, Pelayanan Transfusi Darah. Kinerja PMI
dibidang kemanusiaan dan kerelawanan mulai dari tahun 1945 sampai dengan saat ini antara lain
sebagai berikut:
Membantu saat terjadi peperangan/konflik. Tugas kemanusiaan yang dilakukan PMI pada masa
perang kemerdekaan RI, saat pemberontakan RMS, peristiwa Aru, saat gerakan koreksi daerah
melalui PRRI di Sumbar, saat Trikora di Irian Jaya, Timor Timur dengan operasi kemanusiaan di
Dilli, pengungsi di Pulau Galang.
Membantu korban bencana alam. Ketika gempa terjadi di Pulau Bali (1976), membantu korban
gempa bumi (6,8 skala Richter) di Kabupaten Jayawijaya, bencana Gunung Galunggung (1982),
Gempa di Liwa-Lampung Barat dan Tsunami di Banyuwangi (1994), gempa di Bengkulu dengan
7,9 skala Richter (1999), konflik horizontal di Poso-Sulteng dan kerusuhan di Maluku Utara
(2001), korban gempa di Banggai di Sulawesi Tengah (2002) dengan 6,5 skala Richter, serta
membantu korban banjir di Lhokseumawe Aceh, Gorontalo, Nias, Jawa Barat, Tsunami di
Nangroe Aceh Darussalam, Pantai Pangandaran, dan gempa bumi di DI Yogyakarta dan sebagian
Jawa Tengah. Semua dilakukan jajaran PMI demi rasa kemanusiaan dan semangat
kesukarelawanan yang tulus membantu para korban dengan berbagai kegiatan mulai dari
pertolongan dan evakuasi, pencarian, pelayanan kesehatan dan tim medis, penyediaan dapur
umum, rumah sakit lapangan, pemberian paket sembako, pakaian pantas pakai dan sebagainya.
Transfusi darah dan kesehatan. Pada tahun 1978 PMI memberikan penghargaan Pin Emas untuk
pertama kalinya kepada donor darah sukarela sebanyak 75 kali. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980 telah diatur tentang tugas dan peran PMI dalam pelayanan
transfusi darah. Keberadaan Unit Transfusi Darah PMI diakui telah banyak memberikan manfaat
dan pertolongan bagi para pasien/penderita sakit yang sangat membutuhkan darah. Ribuan atau
bahkan jutaan orang terselamatkan jiwanya berkat pertolongan Unit Transfusi Darah PMI.
Demikian pula halnya dengan pelayanan kesehatan, hampir di setiap PMI di berbagai daerah
memiliki poliklinik secara lengkap guna memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
murah.
untuk menjaga perdamaian dunia
Basis Masyarakat
Guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi pada saat-saat yang akan datang saat ini
PMI tengah mengembangkan Program Community Based Disarter Preparedness (Kesiapsiagaan
Bencana Berbasis Masyarakat). Program ini dimaksudkan mendorong pemberdayaan kapasitas
masyarakat untuk menyiagakan dalam mencegah serta mengurangi dampak dan risiko bencana
yang terjadi di lingkungannya. Hal ini sangat penting karena masyarakat sebagai pihak yang
secara langsung terkena dampak bila terjadi bencana.
Selain itu di Palang Merah Indonesia juga marak di selenggarakan pelatihan untuk Pertolongan
Pertama Berbasis Masyarakat (Community Based First Aid/ CBFA)
Pada dasarnya seluruh gerakan kepalangmerahan haruslah berbasis masyarakat, ujung tombak
gerakan kepalangmerahan adalah unsur unsur kesukarelaan seperti Korps Sukarela atau KSR
maupun Tenaga Sukarela atau TSR dan juga Palang Merah Remaja atau PMR dan seluruh unsur
ini selalu berbasis pada anggota masyarakat sesuai salah satu prinsip kepalangmerahan yaitu
kesemestaan
7 Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah Internasional
Kemanusiaan (humanity)
Kesamaan (impartiality)
Kenetralan (neutrality)
Kemandirian (independence)
Kesukarelaan (voluntary service)
Kesatuan (unity)
Kesemestaan (universality)

Hymne PMI

Palang merah Indonesia


Wujud kepedulian nyata
Nurani yang suci
Untuk membantu menolong sesama

PMI
Siaga setiap waktu
Berbakti, dan mengabdi
Bagi hidup manusia
Agar sehat sejahtera di seluruh dunia
Mars Palang Merah Indonesia

Mars PMI

Palang Merah Indonesia


Sumber kasih umat manusia
Warisan luhur, nusa dan bangsa
Wujud nyata pengayom Pancasila

Gerak juangnya keseluruh nusa


Mendarmakan bhakti bagi ampera
Tunaikan tugas suci tujuan PMI
Di Persada Bunda Pertiwi

Untuk umat manusia


Di seluruh dunia
PMI menghantarkan jasa

Lagu yang pertama kali dikumandangkan tahun 1967 ini adalah ciptaan Mochtar H. S. yang
adalah seorang tokoh PMI yang terkemuka waktu itu. Lagu ini juga menandai pembentukan
Palang Merah Remaja (PMR) Kudus. PMR Kudus merupakan yang kedua di Indonesia setelah
Bandung. Bisa dibayangkan, PMI Kudus pada masa itu adalah cabang terkemuka di Indonesia.
Mars Palang Merah Remaja

Bhakti Remaja

Palang Merah Remaja Indonesia warga Palang Merah sedunia


Berjuang berbakti penuh kasih sayang untuk rakyat semua
Bekerja dengan rela tulus ikhlas untuk yang tertimpa sengsara
Puji dan puja tidak dikejar… mengabdi tuk sesama…

Putra Putri Palang Merah Remaja Indonesia


Abdi rakyat sedunia luhur budinya
Putra Putri Palang Merah Remaja Indonesia
Abdi rakyat sedunia mulya citanya
Lihat pula

PMI Cabang Surakarta


PMRmania Indonesia
PMR Cabang Surakarta
Transfusi darah
Donor darah

Pranala luar

(Indonesia) Palang Merah Indonesia (PMI)


PMI Cabang Surakarta
(Indonesia) Palang Merah Indonesia Kabupaten Kapuas
Posted Yesterday by Single Sudrajat
0
Add a comment
PMR Sudrajat
blog ini adalah berisi tentang kehidupan seseorang dan perjuangan serta kepalang merahan.
Semoga blog ini bermanfaat bagi kita semua......

kepalang merahan
kepramukaan
pendidikan
pengumuman
Download
Home

Nov
22
Sejarah kepalang merahan

SEJARAH KEPALANG MERAHAN

Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia
yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip
dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan,
kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah
berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat
kota/kabupaten) di seluruh Indonesia.

Palang Merah Indonesia tidak berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu.
Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi
mengutamakan objek korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan
jiwanya.

TRI BAKTI PMR


dalam PMR ada tugas yang harus dilaksanakan, dalam PMR dikenal tri bakti yang harus
diketahui, dipahami dan dilaksanakan oleh semua anggota. TRIBAKTI PMR tersebut adalah:
1. Taqwa kepada tuhan yang maha Esa
2. Berkarya dan berbakti kepada masyarakat
3. Mempererat persahabatan nasional dan internasional.

TINGKATAN PMR
Di Indonesia dikenal ada 3 tingkatan PMR sesuai dengan jenjang pendidikan atau usianya
1. PMR Mula adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Dasar (10-12 tahun).
Warna emblem Hijau
2. PMR Madya adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Pertama
(12-15 tahun). Warna emblem Biru Langit
3. PMR Wira adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Atas (15-17
tahun). Warna emblem Kuning
Prinsip Dasar kepalang-merahan
Dalam PMR dikenalkan 7 Prinsip Dasar yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh setiap
anggotanya. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama"7 Prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan
Sabit Merah Internasional" (Seven Fundamental Principle of Red cross and Red Crescent).
 Kemanusiaan

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah lahir dari keinginan untuk memberikan
pertolongan kepada korban yang terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka
dan untuk mencegah serta mengatasi penderitaan sesama. Tujuannya ialah melindungi jiwa dan
kesehatan serta menjamin penghormatan terhadap umat manusia. Gerakan menumbuhkan saling
pengertian, kerja sama dan perdamaian abadi antar sesama manusia.
 Kesamaan

Gerakan memberi bantuan kepada orang yang menderita tanpa membeda-bedakan mereka
berdasarkan kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial atau pandangan politik. tujuannya semata-
mata ialah mengurangi penderitaan orang lain sesuai dengan kebutuhannya dengan
mendahulukan keadaan yang paling parah.
 Kenetralan

Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama, atau
ideologi.
 Kemandirian

Gerakan bersifat mandiri, setiap perhimpunan Nasional sekalipun merupakan pendukung bagi
pemerintah dibidang kemanusiaan dan harus mentaati peraturan hukum yang berlaku dinegara
masing-masing, namun gerakan bersifat otonom dan harus menjaga tindakannya agar sejalan
dengan prinsip dasar gerakan.
 Kesukarelaan

Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela tanpa unsur keinginan untuk mencari keuntungan
apapun.
 Kesatuan

Didalam satu Negara hanya boleh ada satu perhimpunan Nasional dan hanya boleh memilih
salah satu lembaga yang digunakan Palang merah Bulan Sabit Merah. Gerakan bersifat terbuka
dan melaksanakan tugas kemanusiaan diseluruh wilayah negara bersangkutan.
 Kesemestaan

Gerakan bersifat semesta. Artinya, gerakan hadir diseluruh dunia. Setiap perhimpunan Nasional
mempunyai status yang sederajat, serta memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dalam
membantu sama lain.

MODUL MATERI DASAR KEPALANGMERAHAN DAN PERTOLONGAN


PERTAMA PMR WIRA UNIT SMK NEGERI 2 PACITAN

Gl Buyung 05.38
MATERI DASAR KEPALANGMERAHAN DAN
PERTOLONGAN PERTAMA

PALANG MERAH REMAJA INDONESIA


UNIT SMK NEGERI 2 PACITAN
Sekretariat: Jl. Walanda Maramis No. 2 PacitanTelp / Fax: (0357 ) 881078
Website: smkn2pacitan.sch.id, E-mail :info@smkn2pacitan.sch.id
KEPALANGMERAHAN
1. Dasar Kepalangmerahan

PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL
- KEMANUSIAAN
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (Gerakan) lahir dari keinginan untuk memberikan
pertolongan kepada korban yang terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka dan
untuk mencegah serta mengatasi penderitaan sesama manusia yang terjadi dimanapun.Tujuannya
ialah melindungi jiwa dan kesehatan serta menjamin penghormatan terhadap umat manusia.
Gerakan menumbuhkan saling pengertian, persahabatan, kerjasama, dan perdamaian abadi antar
sesama manusia.
- KESAMAAN
Gerakan memberikan bantuan kepada orang yang menderita tanpa membeda-bedakan mereka
berdasarkan kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial atau pandangan politik.Tujuannya semata-mata
ialah mengurangi penderitaan orang-perorang serta sesuai dengan kebutuhannya dengan
mendahulukan keadaan yang paling parah.
- KENETRALAN
Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama atau ideologi
- KEMANDIRIAN
Gerakan bersifat mandiri. Setiap Perhimpunan Nasional sekalipun merupakan pendukung bagi
pemerintah dibidang kemanusiaan dan harus menaati peraturan hukum yang berlaku di negara
masing-masing, namun Gerakan bersifat otonom dan harus menjaga tindakannya agar sejalan
dengan prinsip dasar Gerakan.
- KESUKARELAAN
Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela atas unsur keinginan untuk mencari keuntungan
apapun.
- KESATUAN
Di dalam suatu negar hanya boleh ada satu Perhimpunan Nasional dan hanya boleh memilih salah
satu lambang yang digunakan : Palang Merah atau Bulan Sabit Merah.
Gerakan bersifat terbuka dan melaksanakan tugas kemanusiaan diseluruh wilayah negara
yang bersangkutan.
- KESEMESTAAN
Gerakan bersifat semesta, artinya Gerakan hadir diseluruh dunia. Setiap Perhimpunan Nasional
mempunyai status sederajat serta memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dalam membantu
satu sama lain.

TRI BAKTI PALANG MERAH REMAJA

1. MENINGKATKAN KETERAMPILAN HIDUP SEHAT


2. BERKARYA DAN BERBAKTI DI MASYARAKAT
3. MEMPERERAT PERSAHABATAN NASIONAL DAN INTERNASIONAL

MARS PMI
Syair : Djemalul AS
Lagu : Iskandar

Palang Merah Indonesia


Sumber Kasih Umat Manusia
Warisan Luhur Nusa dan Bangsa
Wujud Nyata Pengayom Pancasila
Gerak Juangnya Keseluruh Dunia
Mendarmakan Bakti Bagi Ampera
Tunaikan Tugas Suci, Tujuan PMI
Dipersada Bunda Pertiwi
Untuk Umat Manusia
Diseluruh Dunia
PMI Mengantarkan Jasa

HYMNE PMI

Lagu & Syair : A. Zurith Adjie


Ide dasar : Drs. H. Soetedjo, M.Si

Palang Merah Indonesia, Wujud


kepedulian nyata
Nurani yang suci, untuk mengabdi
Untuk Membantu Menolong Sesama
P…M…I…
Siaga Setiap Waktu
Berbhakti dan Mengabdi
Bagi Umat Manusia
Agar Sehat Sejahtera di Seluruh Dunia

BAKTI REMAJA

Palang Merah Remaja Indonesia


Warga Palang Merah Sedunia
Berjuang Berbakti Penuh Kasih Sayang
Untuk rakyat semua
Bekerja Dengan Rela Tulus Ikhlas
Untuk yang tertimpa sengsara
Puji dan Puja tidak dikejar
Mengabdi tuk sesama
Putra Putri Palang Merah Remaja Indonesia
Abdi rakyat sedunia, luhur budinya
Putra Putri Palang Merah Remaja Indonesia
Abdi rakyat sedunia, mulia citanya

2. Tokoh-Tokoh Palang Merah

Panitia 5 (International red cross founding fathers)

1. Jean Henry Dunant


(8 Mei 1828-30 Oktober 1910)
2. Henry Dufour
3. Gustave Moynier
4. Dr. Theodore Maunoir
5. Dr. Louis Appia

6. Florence Nightingale

o Lahir : Arnostad – Inggris 12 mei 1820


o Julukan yang di berikan : “The Lady With The Lamp “ (Putri yang Membawa lampu)
o Penghargaan :
 Tahun 1883 “The Royal Red Cross”
 Tahun 1907 “Order Of Merf”

o Mendirikan Sekolah : 1888 “Nightingale found”


o Meninggal : 3 Agustus 1910 – Inggris
3. Lambang Gerakan

Latar Belakang Lambang Palang Merah :


1. Menghormati Pemerintah Negara Swiss
2. Pelopor pendiri Palang Merah adalah warga Negara Swiss
3. Agar Palang Merah benar-benar netral karena Swiss adalah
Negara netral.

Sejarah terbentuknya lambang

1. Lambang Palang Merah

Tahun 1863, konferensi Internasional diselenggarakan di Jenewa dan mengadopsi Lambang


Palang Merah di atas dasar putih sebagai tanda pengenal Perhimpunan Nasional Palang Merah yang
merupakan kebalikan dari bendera nasional Swiss.
Tahun 1864, Konvensi Jenewa yang pertama menyatakan bahwa lambang Palang Merah diatas
dasar putih secara resmi diakui sebagai tanda pengenal pelayanan medis angkatan bersenjata. Pada
Konvensi Jenewa tahun 1906, waktu peninjauan kembali terhadap Konvensi Jenewa Tahun 1864, barulah
ditetapkan lambang Palang Merah tersebut sebagai penghormatan terhadap Negara Swiss.
Pada Konferensi Internasional 1949 masalah lambang akhirnya diputuskan hanya 3 (tiga) macam
lambang saja yang digunakan bagi perhimpunan nasional yaitu; PALANG MERAH, BULAN SABIT MERAH,
dan SINGA MATAHARI MERAH.
Fungsi Lambang
1.Sebagai tanda Perlindungan (di waktu perang )
2.Sebagai tanda Pengenal (diwaktu perang dan di waktu damai)
2. Lambang Bulan Sabit Merah

Tahun 1876 saat Balkan dilanda perang, sejumlah pekerja sosial yang tertangkap oleh Ottoman
dibunuh semata-mata karena mereka memakai ban lengan dengan gambar palang merah. Ketika
pemerintah Turki diminta penjelasan mengenai hal ini, mereka menekankan kepekaan tentara muslim
terhadap bentuk palang/salib dan mengajukan agar perhimpunan nasional serta
pelayanan medis militer mereka, diperbolehkan untuk menggunakan lambang yang berbeda yaitu Bulan
Sabit Merah.
Gagasan ini perlahan-pelahan mulai diterima, memperoleh semacam pengesahan dalam bentuk
'reservasi' dan diadopsi sebagai lambang yang sederajat dengan lambang palang merah dalam konvensi
tahun 1929. Lambang Bulan Sabit Merah di atas dasar putih yang saat itu dipilih oleh Persia (sekarang
Iran) diakui sebagai lambang pembeda dengan fungsi dan tujuan yang sama
dengan lambang palang merah, dan singa dan matahari merah sebagaimana tercantum pada Konvensi-
konvensi Jenewa 1949 dan protokol tambahan I dan II 1977.

3. Lambang Kristal Merah


Tahun 2005 Kristal Merah diatas dasar putih diadopsi menjadi lambang alternatif apabila di
suatu negara terjadi konflik bersenjata/perang atau bencana, maka negara yang menggunakan Lambang
Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, ICRC dan IFRC dapat menggunakannya secara khusus untuk
kegiatan kepalangmerahan yang dilaksanakan di daerah tersebut.

4. Sejarah Gerakan
- 24 Juni 1859 di kota Solferino, Italia Utara, pasukan Perancis dan Italia bertempur melawan
pasukan Austria. Pada hari yang sama, seorang pemuda warga negara Swiss, Henry Dunant, berada di
sana dalam rangka perjalanannya untuk menjumpai Kaisar Perancis, Napoleon III. Puluhan ribu tentara
terluka, sementara bantuan medis militer tidak cukup untuk merawat 40.000 orang yang menjadi
korban pertempuran tersebut. Tergetar oleh penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant
bekerjasama dengan penduduk setempat, segera bertindak mengerahkan bantuan untuk menolong
mereka. Beberapa waktu kemudian, setelah kembali ke Swiss, dia menuangkan kesan dan pengalaman
tersebut kedalam sebuah buku berjudul "Un Souvenir de Solferino (Kenangan dari Solferino)", yang
menggemparkan seluruh Eropa. Dalam bukunya, Henry Dunant mengajukan dua gagasan;
* Pertama, membentuk organisasi kemanusiaan internasional , yang dapat dipersiapkan pendiriannya
pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cedera di medan perang.
* Kedua, mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera di medan perang
serta perlindungan sukarelawan dan organisasi tersebut pada waktu memberikan pertolongan pada
saat perang.
- Pada tahun 1863, empat orang warga kota Jenewa bergabung dengan Henry Dunant untuk
mengembangkan gagasan pertama tersebut. Mereka bersama-sama membentuk "Komite Internasional
untuk bantuan para tentara yang cedera", yang sekarang disebut Komite Internasional Palang Merah
atau International Committee of the Red Cross (ICRC).
- Dalam perkembangannya, kelak untuk melaksanakan kegiatan kemanusiaan di setiap negara maka
didirikanlah organisasi sukarelawan yang bertugas untuk membantu bagian medis angkatan darat pada
waktu perang. Organisasi tersebut yang sekarang disebut Perhimpunan Nasional Palang Merah atau
Bulan Sabit Merah. Berdasarkan gagasan kedua, pada tahun 1864, atas prakarsa pemerintah federal
Swiss diadakan Konferensi Internasional yang dihadiri beberapa negara untuk menyetujui adanya
"Konvensi perbaikan kondisi prajurit yang cedera di medan perang". Konvensi ini kemudian
disempurnakan dan dikembangkan menjadi Konvensi Jenewa I, II, III dan IV tahun 1949 atau juga
dikenal sebagai Konvensi Palang Merah . Konvensi ini merupakan salah satu komponen dari Hukum
Perikemanusiaan Internasional (HPI) suatu ketentuan internasional yang mengatur perlindungan dan
bantuan korban perang.

5. Organisasi-organisasi Kemanusiaan

A. PMI (Indonesian Red Cross)

a. Masa Penjajahan Belanda


- 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan
nama Nederlandsch Roode Kruis Afdeling Indie (NERKAI) yang dipimpin oleh orang Belanda.
- 1939, Dr. RCL SENDUK dan BAHDER DHOHAN berkeinginan untuk mendirikan PMI, namun
usaha tersebut mendapat penolakan dari pemerintah Belanda.
- 1940 cita-cita tersebut dikemukakan kembali dalam Konferensi NERKAI, namun ditolak
kembali sampai akhirnya terjadi perang dunia 2, cita-cita mendirikan PMI belum terlaksana.
b. Masa Penjajahan Jepang
- 1942-1944 Pada penjajahan Jepang, gagasan ini dirintis kembali oleh kedua tokoh tersebut
- Namun rencana tersebut masih belum juga terlaksana karena mendapat penolakan dari DAI
NIPON
c. Setelah Prokamasi Kemerdekaan RI
- 3 September 1945 dikeluarkan perintah Presiden RI Soekarno kepada Dr. Boentaran
Martoatmodjo (Menkes RI) untuk membentuk PMI
- 5 September 1945 Dr. Boentaran membentuk
Panitia 5 Indonesia : Ketua : dr. R. Mochtar
Penulis : dr. Bahder Djohan
Anggota : dr. Djuhana
dr. Mardjoeki
dr. Sitanala
- 17 September 1945 PMI berdiri, Panitia 5 berhasil menyusun Pengurus Besar PMI. Mereka
dilantik oleh Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta atas nama Pemerintah bertempat di Jl. Surya No.
1 Jakarta
o Kepengurusan PMI periode awal

Ketua : Drs. Moh Hatta


Wakil Ketua : dr. R. Boentaran Martoatmodjo
Badan Penulis : dr. R. Mochtar
dr. Bahder Djohan
Mr. Santoso
Bendahara : Mr. Saubari
Penasehat : K. H Rd. Adenan
Kantor pertama bertempat di Departemen Kesehatan (sekarang Kementerian Dalam Negeri),
hanya dengan satu kamar, satu mesin tik, dan satu kursi.
- 25 September 1945
Atas ijin tuan A.S Alatas, kantor pindah ke Jl. Ryswijk 27(kemudian menjadi Hotel Du
Pavillon, lalu menjadi Hotel Mojopahit, sekarang Komplek Perkantoran Sekretariat
Negara Bagian Barat) Jakarta
- 16 Januari 1950
Keppres RI No. 25/1950 tentang pengesahan PMI
- 20 Mei 1950
Nerkai menyerahkan RS Kedung Halang ke-PMI yang sekarang dikenal dengan nama RSU
PMI Bogor.
- 15 Juni 1950
PMI diakui ICRC dengan Surat Keputusan No.392

- 16 Oktober 1950
PMI menjadi anggota anggota federasi internasional Palang Merah dan bulan sabit
merah. No keanggotaan 68.

B. PMR (Youth Red Cross)


Terbentuknya Palang Merah Remaja dilatar belakangi oleh Perang Dunia I (1914-1918) pada waktu
itu Australia sedang mengalami peperangan. Karena Palang Merah Australia kekurangan tenaga untuk
memberikan bantuan, akhirnya mengerahkan anak-anak sekolah untuk membantu sesuai dengan
kemampuannya. Mereka diberikan tugas-tugas ringan seperti mengumpulkan pakaian-pakaian bekas dan
majalah-majalah serta Koran bekas. Anak-anak tersebut terhimpun dalam suatu badan yang disebut
Palang Merah Remaja (Youth Red Cross).
Tahun 1919 di Wina Swiss dalam sidang Liga diputuskan bahwa Palang Merah Remaja menjadi satu
bagian dari perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Kemudian usaha tersebut diikuti oleh
Negara-negara lain. Dan tahun 1960, dari 145 Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
sebagian besar sudah memiliki Palang Merah Remaja.
Di Indonesia pada Kongres PMI ke-IV tepatnya bulan Januari 1950 di Jakarta, PMI membentuk Palang
Merah Remaja yang dipimpin oleh Ny. Siti Dasimah dan Paramita Abdurrahman. Pada tanggal 1 Maret
1950 berdirilah Palang Merah Remaja secara resmi di Indonesia. Sebelumnya pada awal pendirian
bernama Palang Merah Pemuda (PMP) kemudian menjadi Palang Merah Remaja (PMR).

C. ICRC (International Committee of the Red Cross)

Tahun berdiri : 1863


Markas : Geneva (Swiss)
Mandat :
- Memelihara dan menyebarluaskan Prinsip Dasar.
- Memberikan pengakuan terhadap setiap Perhimpunan Nasional.
- Melaksanakan tugas yang dibebankan oleh Konvensi-konvensi Jenewa.
- Setiap saat berupaya sebagai suatu lembaga netral yang melaksanakan kegiatan kemanusiaan.
- Menjamin bekerjanya Kantor Pusat Pelacakan (The Central Tracing Agency) yang diitetapkandalam
Konvensi Jenewa.
- Membantu melatih petugas kesehatan dan menyediakan alat-alat kesehatan.
- Menyebarluaskan pengertian dan diseminasi HPI yang berlaku pada saat terjadi konflik bersenjata.
- Menjalankan mandat yang dipercayakan oleh Konferensi Internasional .
ICRC mempunyai slogan yaitu:” Inter Arma Caritas” (latin) = Bantuan diantara pertikaian atau “Amid
Conflict Charity” (Inggris)

D. IFRC (International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies)


Tahun berdiri : 1919
Pemrakarsa : Henry Davidson (Warga Negara Amerika)
Markas : Geneva (Swiss)
Mandat : Fungsi dan Tugas Federasi

- Sebagai badan penghubung, koordinator, dan pendidik diantara perhimpunan-perhimpunan nasional dan
memberikan bantuan yang mungkin dibutuhkan mereka.
- Mendorong dan memajukan berdirinya suatu perhimpunan nasional dari setiap negara.
- Memberikan bantuan dengan segala cara yang dapat dilakukan kepada para korban bencana.
- Membantu perhimpunan nasional dalam kesiagaan pertolongan terhadap korban bencana alam
termasuk pengaturannya.
- Mengatur dan mengoordinasikan bantuan internasional secara langsung dan sesuai denganketentuan
serta prinsip-prinsip internasional.
- Mendorong dan mengkoordinasikan keikutsertaan perhimpunan nasional dalam kegiatanpemeliharaan
kesehatan dan memajukan kesejahteraan sosial masyarakat dengan carakerjasama dengan pejabat-
pejabat yang berwenang setempat.
- Mendorong dan mengkoordinasikan pertukaran gagasan di antara perhimpunan nasional untukmendidik
anak-anak dan remaja demi tercapainya cita-cita kemanusiaan dan perkembanganpersahabatan di
antara mereka di semua negara.
- Membantu perhimpunan nasional dalam menanamkan prinsip-prinsip serta cita-cita dari GerakanPalang
Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.
- Memberikan pertolongan kepada para korban pertikaian bersenjata sesuai dengan persetujuanyang
ditandatangani dengan Komite Internasional Palang Merah.
- Membantu komite internasional dalam memajukan dan mengembangkan Hukum Perikemanusiaan
Internasional dan bekerjasama dengannya dalam menyebarluaskan HPI danPrinsip-prinsip Dasar
Gerakan pada Perhimpunan Nasional.
- Menjadi wakil resmi dari anggota perhimpunan nasional di kawasan internasional, antara
lainmengambil keputusan dan rekomendasi yang telah disetujui dalam musyawarah dan
menjagakeutuhan perhimpunan nasional serta melindungi kepentingannya.
- Menjalankan mandat yang dipercayakan padanya oleh Konferensi internasional.
Slogan :
Federasi mempunyai slogan yaitu ;”Per Humanitatem Ad Pacem”
(latin)=Perdamaian melalui kemanusiaan “Trough Humanity To
Peace” (inggris)

E. Perhimpunan Nasional
Markas : Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, yang didirikan hampir
di setiap negara di seluruh dunia, yang kini berjumlah 176 Perhimpunan Nasional, termasuk Palang
Merah Indonesia.

Tahun Berdiri : 1864

Mandat : Kegiatan perhimpunan nasional beragam seperti bantuan darurat pada bencana,
pelayanan kesehatan, bantuan sosial, pelatihan P3K dan pelayanan transfusi darah.
Persyaratan pendirian :
* mendapat pengakuan dari pemerintah negara yang sudah menjadi peserta Konvensi Jenewa
* menjalankan Prinsip Dasar Gerakan
Bila demikian ICRC akan memberi pengakuan keberadaan perhimpunan tersebut sebelum menjadi
anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

6. THE LAW OF HUMANITER

A. Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI)


Hukum Perikemanusiaan Internasional adalah seperangkat aturan yang karena alasan kemanusiaan
dibuat untuk membatasi akibat-akibat dari pertikaian bersenjata. Hukum ini melindungi mereka yang
tidak atau tidak lagi terlibat dalam pertikaian dan membatasi cara-cara dan metode peperangan. Hukum
Perikemanusiaan Internasional adalah istilah yang digunakan oleh Palang Merah Indonesia untuk Hukum
Humaniter Internasional (International Humanitarian Law). Istilah lain dari Hukum Humaniter
Internasional ini adalah "Hukum Perang" (Law of War) dan "Hukum Konflik Bersenjata" (Law of Armed
Conflict).

B. Konvensi-konvensi Jenewa yang merupakan International Humanitarian Law terdiri dari berbagai aturan
yang berlaku pada masa konflik bersenjata, dengan tujuan melindungi orang yang tidak, atau sudah tidak
lagi ikut serta dalam permusuhan, antara lain:
1. kombatan yang terluka atau sakit
2. tawanan perang
3. orang sipil
4. personel dinas medis dan dinas keagamaan

C. Konvensi Geneva 1949


1. Konvensi Jenewa Pertama, mengenai Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan Bersenjata yang Terluka dan
Sakit di Darat, 1864
2. Konvensi Jenewa Kedua, mengenai Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan Bersenjata yang Terluka, Sakit,
dan Karam di Laut, 1906
3. Konvensi Jenewa Ketiga, mengenai PerlakuanTawanan Perang, 1929
4. Konvensi Jenewa Keempat, mengenai Perlindungan Orang Sipil di Masa Perang, 1949

D. Protokol Tambahan Konvensi Geneva 1977


1. Protokol I (1977), mengenai Perlindungan Korban Konflik Bersenjata Internasional
2. Protokol II (1977), mengenai Perlindungan Konflik Bersenjata Non-internasional
3. Protokol III (2005), mengenai Adopsi Lambang Pembeda Tambahan
*)Konvensi Geneva dan Protokol Tambahan memiliki 600 pasal.

PERTOLONGAN PERTAMA
Pertolongan Pertama
Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau korban kecelakaan yang memerlukan
penanganan medis dasar untuk mencegah cacat atau maut.
Tujuan Pertolongan Pertama
1. Menyelamatkan jiwa penderita
2. Mencegah cacat
3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan

Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu


Dalam perkembangannya tindakan pertolongan pertama diharapkan menjadi bagian dari suatu sistem
yang dikenal dengan istilah Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, yaitu sistem pelayanan
kedaruratan bagi masyarakat yang membutuhkan, khususnya di bidang kesehatan.
Komponen Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu:
1. Akses dan Komunikasi

Masyarakat harus mengetahui kemana mereka harus meminta bantuan, baik yang umum maupun yang
khusus.
1. Pelayanan Pra Rumah Sakit

Secara umum semua orang boleh memberikan pertolongan.


Klasifikasi Penolong:
a. Orang Awam
Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan pertolongan pertama
b. Penolong pertama
Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI
c. Tenaga Khusus/Terlatih
Tenaga yang dilatih secara khusus untuk menanggulangi kedaruratan di Lapangan
1. Transportasi

Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi

Dasar Hukum

Di dalam undang-undang ditemukan beberapa pasal yang mengatur mengenai Pertolongan Pertama,
namun belum dikuatkan dengan peraturan lain untuk melengkapinya. Beberapa pasal yang berhubungan
dengan Pertolongan Pertama antara lain :
Persetujuan Pertolongan
Saat memberikan pertolongan sangat penting untuk meminta izin kepada korban terlebih dahulu atau
kepada keluarga, orang disekitar bila korban tidak sadar. Ada 2 macam izin yang dikenal dalam
pertolongan pertama :
1. Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat (Implied Consent)

Persetujuan yang diberikan pendarita sadar dengan cara memberikan isyarat, atau penderita tidak sadar,
atau pada anak kecil yang tidak mampu atau dianggap tidak mampu memberikan persetujuan
2. Pesetujuan yang dinyatakan (Expressed Consent)

Persetujuan yang dinyatakan secara lisan maupun tulisan oleh penderita.


Alat Perlindungan Diri
Keamanan penolong merupakan hal yang sangat penting, sebaiknya dilengkapi dengan peralatan yang
dikenal sebagai Alat Perlindungan Diri antara lain :
a. Sarung tangan lateks
b. Kaca mata pelindung
Mata juga termasuk pintu gerbang masuknya penyakit kedalam tubuh manusia

c. Baju pelindung
Mengamankan tubuh penolong dari merembesnya carian tubuh melalui pakaian.

d. Masker penolong
Mencegah penularan penyakit melalui udara
e. Masker Resusitasi Jantung Paru
Masker yang dipergunakan untuk memberikan bantuan napas

f. Helm
Mencegah benturan di kepala ketika melakukan pertolongan.

FUNGSI ALAT PELINDUNG DIRI


Untuk mencegah penularan penyakit melalui cairan tubuh:
1. Mencuci Tangan
2. Membersihkan peralatan
v Mencuci
Membersihkan perlatan dengan sabun dan air
v Desinfeksi
Menggunakan bahan kimia seperti alkohol untuk membunuh bakteri patogen
v Sterilisasi
Proses menggunakan bahan kimia atau pemanasan untuk membunuh semua mikroorganisme.
3. Menggunakan APD

Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama


Dalam menjalankan tugasnya ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan :
a. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya.
b. Dapat menjangkau penderita.
c. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa.
d. Meminta bantuan/rujukan.
e. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban
f. Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.
g. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita.
h. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat.
i. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi.
Kualifikasi Pelaku Pertolongan Pertama
Agar dapat menjalankan tugas seorang petugas penolong harus memiliki kualifikasi sebagai berikut :
a. Jujur dan bertanggungjawab.
b. Memiliki sikap profesional.
c. Kematangan emosi.
d. Kemampuan bersosialisasi.
e. Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi PMI. Secara berkesinambungan mengikuti kursus
penyegaran.
f. Selalu dalam keadaan siap, khususnya secara fisik
g. Mempunyai rasa bangga.

Peralatan Pertolongan Pertama

- Alat pelindung diri


 Helm pelindung
 Kaca mata pelindung
 Kaus tangan lateks
 Baju pelindung
 Masker penolong
 Masker resusitasi
- Isi tas pertolongan pertama
Pinset 2 buah
Gunting 1 buah
Kasa gulung / kasa steril standard 1 pack
Kapas 1 pack
Plaster gulung 1 roll
Plaster standard 3 buah
Stetoskop 1 buah
Spigmomanometer 1 buah
Senter 1 buah
Selimut 1 buah
Mitela 12 buah
Pembalut cincin 1 buah
Pembalut gulung 3 buah
Kartu penderita + bolpoint 1 buah
Alkohol / revanol 1 botol
Betadine 1 botol
Bantalan kasa 2 buah
Peniti 1 lusin
Plastik tempat sampah 2 buah
Air bersih (sterilisasi manual dan alternatif) 1 botol
Cotton bud 1 pack
Alas peralatan 1 buah
Jam tangan 1 buah
Lembar list peralatan pp 1 lembar
- Tandu 1 set
- Bidai 1 set
- Bendera PMI ( 40 x 60 cm ) 1 buah
- Tongkat caraka 1 buah

catatan : jumlah dan kebutuhan menyesuaikan

contoh laporan penata laksanaan korban

LAPORAN PENATALAKSANAAN KORBAN

1. Nama : Jeniskelamin: P/L


2. Umur :
3. Alamat :
4. Kesan umum : (Kasus Trauma / KasusMedis / Kasus Trauma Medis)
5. Penyebab :
6. Penilaian dini
a. Tingkat respon : ( Awas/Suara/Nyeri/TidakRespon )
b. Keadaan jalur nafas : ( Terbuka/ Tertutup )
c. Keadaan pernafasan : ( Ada / Tidak Ada )
d. Keadaan sirkulasi : ( Ada / Tidak Ada )
7. Penatalaksanaan BHD :
8. Hasil pemeriksaan fisik :
a. …………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………...
c. ……………………………………………………………………...…………
d. ………………………………………………………………………....……..
e. ………………………………………………………………………………..
f. ……………………………………………………………………...………..
g. …………………………………………………………………...…………..
9. Penatalaksanaan
a. ………………………………………………………………………………
b. …………………………………………………………………………….....
c. ……………………………………………………………………………....
d. ……………………………………………………………………………....
e. ………………………………………………………………………....……
f. ………………………………………………………………………...……
g. …………………………………………………………………………...…
10. Tanda Vital
a. Frekwensi Nafas :
b. Frekwensi Nadi :
c. Suhu :
d. Tekanan Darah :
e. Keadaan kulit :
11. Riwayat Penderita
a. Keluhan utama :
b. Obat Yang Diminum :
c. Makanan/Minuman Terakhir :
d. Penyakit Yang Diderita :
e. Alergi Yang Dialami :
f. Kejadian :
12. Hasil Pemeriksaan Berkala
KEADAAN TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3 TAHAP 4
Jam: ……….. Jam: ……….. Jam: ……….. Jam: ……….
a. Respon
b. Frekwensi nafas
c. Frekwensi nadi
d. Tekanan Darah
e. Suhu
Keadaan Kulit

13. Korban di rujuk ke :

Pacitan,……………………………
Penolong

(……………………………………….)

________________________________________________________________________

ANATOMI

Pengertian – pengertian
Anatomi (susunan Tubuh)
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh
Fisiologi (faal tubuh)
Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat atau jaringan tubuh.
Posisi Anatomis
Tubuh manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal sebagai posisi anatomis, yaitu berdiri
tegak, ke dua lengan di samping tubuh, telapak tangan menghadap ke depan. Kanan dan kiri mengacu
pada kanan dan kiri penderita.
BIDANG ANATOMIS
Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3 buah bidang khayal:
1. Bidang Medial; yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan
2. Bidang Frontal; yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior)
3. Bidang Transversal; yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan bawah (inferior)
Istilah lain yang juga dipergunakan adalah untuk menentukan suatu titik lebih dekat ke titik referensi
(proximal) dan lebih jauh ke titik referensi (distal).
Pembagian tubuh manusia
Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis besar, tubuh manusia dibagi
menjadi :
a. Kepala
Tengkorak, wajah, dan rahang bawah
b. Leher
c. Batang tubuh
Dada, perut, punggung, dan panggul
d. Anggota gerak atas
Sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, siku, pergelangan tangan, tangan.
e. Anggota gerak bawah
Sendi panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki, kaki.
Rongga dalam tubuh manusia
Selain pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat di dalam tubuh yaitu :
a. Rongga tengkorak
Berisi otak dan bagian-bagiannya
b. Rongga tulang belakang
Berisi bumbung saraf atau “spinal cord”
c. Rongga dada
Berisi jantung dan paru
d. Rongga perut (abdomen)
Berisi berbagai berbagai organ pencernaan
Untuk mempermudah perut manusia dibagi menjadi 4 bagian yang dikenal sebagai kwadran sebagai
berikut:
i. Kwadran kanan atas (hati, kandung empedu, pankreas dan usus)
ii. Kwadran kiri atas (organ lambung, limpa dan usus)
iii. Kwadran kanan bawah (terutama organ usus termasuk usus buntu)
iv. Kwadran kiri bawah (terutama usus).
e. Rongga panggul
Berisi kandung kemih, sebagian usus besar, dan organ reproduksi dalam
Sistem dalam tubuh manusia
Agar dapat hidup tubuh manusia memiliki beberapa sistem:
1. Sistem Rangka (kerangka/skeleton)
a. Menopang bagian tubuh
b. Melindungi organ tubuh
c. Tempat melekat otot dan pergerakan tubuh
d. Memberi bentuk bangunan tubuh
2. Sistem Otot (muskularis)
Memungkinkan tubuh dapat bergerak
3. Sistem pernapasan (respirasi)
Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oskigen dari udara bebas ke dalam darah dan
mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.
4. Sistem peredaran darah (sirkulasi)
Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.
5. Sistem saraf (nervus)
Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari yang disadari sampai yang tidak disadari
6. Sistem pencernaan (digestif)
Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk dalam tubuh sehingga siap masuk ke dalam darah
dan siap untuk dipakai oleh tubuh
7. Sistem Klenjar Buntu (endokrin)

8. Sistem Kemih (urinarius)


9. Kulit
10. Panca Indera
11. Sistem Reproduksi

TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA

Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan
selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya.
Langkah – langkah penilaian pada penderita
a. Penilaian Keadaan
b. Penilaian Dini
c. Pemeriksaan Fisik
d. Riwayat Penderita
e. Pemeriksaan Berkala atau Lanjut
f. Serah terima dan pelaporan
Penilaian keadaan
Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu upaya pertolongan.
Sebagai penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya kita hadapai, apakah ada bahaya susulan
atau hal yang dapat membahayakan seorang penolong. Ingatlah selalu bahwa seorang atau lebih sudah
menjadi korban, jangan ditambah lagi dengan penolong yang menjadi korban. Keselamatan penolong
adalah nomor satu.

Keamanan lokasi
Pelaku pertolongan pertama saat mencapai lokasi kejadian, haruslah tanggap dan dengan serta merta
melakukan penilaian keadaan dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan seperti dibawah.
a. Bagaimana kondisi saat itu
b. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi
c. Bagaimana mengatasinya
Setelah keadaan di atasi barulah kita mendekati dan menolong korban. Adakalanya kedua ini berjalan
bersamaan.

Tindakan saat tiba di lokasi


Bila anda sudah memastikan bahwa keadaan aman maka tindakan selanjutnya adalah :
1. Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang di sekitar lokasi kejadian.
2. Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan:
· Nama Penolong
· Nama Organisasi
· Permintaan izin untuk menolong dari penderita / orang
3. Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai melakukan penilaian dini dari
penderita.
4. Mengenali dan mengatasi gangguan / cedera yang mengancam nyawa.
5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.
6. Minta bantuan.

Sumber Informasi
Informasi tambahan mengenai kasus yang kita hadapi dapat diperoleh dari :
· Kejadian itu sendiri.
· Penderita (bila sadar).
· Keluarga atau saksi.
· Mekanisme kejadian.
· Perubahan bentuk yang nyata atau cedera yang jelas.
· Gejala atau tanda khas suatu cedera atau penyakit.

Melakukan Penilaian Dini


Penolong harus mampu segera mampu untuk mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam
nyawa korban.
Langkah-langkah penilaian dini
a. Kesan umum
Seiring mendekati penderita, penolong harus mementukan apakah situasi penderita tergolong kasus
trauma atau kasus medis.
Kasus Trauma – Mempunyai tanda – tanda yang jelas terlihat atau teraba.
Kasus Medis – Tanpa tanda – tanda yang terlihat atau teraba
b. Periksa Respon
Cara sederhana untuk mendapatkan gambaran gangguan yang berkaitan dengan otak penderitaTerdapat
4 tingkat Respons penderita
A = Awas
Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
S = Suara
Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.
N = Nyeri
Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong, misalnya dicubit,
tekanan pada tulang dada.
T = Tidak respon
Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh penolong. Tidak membuka
mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali tidak bereaksi pada rangsang nyeri.
c. Memastikan jalan napas terbuka dengan baik (Airway).
Jalan napas merupakan pintu gerbang masuknya oksigen ke dalam tubuh manusia. Apapaun usaha yang
dilakukan, namun bila jalan napas tertutup semuanya akan gagal.
atau

- Pasien dengan respon


Cara sederhana untuk menilai adalah dengan memperhatikan peserta saat berbicara. Adanya gangguan
jalan napas biasanya akan berakibat pada gangguan bicara.
Pasien yang tidak respon
Pada penderita yang tidak respon, penolonglah yang harus mengambil inisiatif untuk membuka jalan
napas. Cara membuka jalan napas yang dianjurkan adalah angkat dagu tekan dahi. Pastikan juga mulut
korban bersih, tidak ada sisa makanan atau benda lain yang mungkin menyumbat saluran napas
d. Menilai pernapasan (Breathing)
Periksa ada tidaknya napas dengan jalan lihat, dengar dan rasakan, nilai selama 3 – 5 detik.
Pernapasan yang cukup baik

i. Dada naik dan turun secara penuh


ii. Bernapas mudah dan lancar
iii. Kualitas pernapasan normal
(<8 x/menit dewasa, <10 x/menit anak – anak, 20 x/menit bayi)
Pernapasan yang kurang baik
i. Dada tidak naik atau turun secara penuh
ii. Terdapat kesulitan bernapas
iii. Cyanosis (warna biru/abu – abu pada kulit, bibir, atau kuku)
iv. Kualitas pernapasan tidak normal
e. Menilai sirkulasi dan menghentikan perdarahan berat
Pastikan denyut jantung cukup baik Pastikan bahwa tidak ada perdarahan yang dapat mengancam nyawa
yang tidak terlihat. Pakaian tebal dapat mengumpulkan darah dalam jumlah yang cukup banyak.
f. Hubungi bantuan

Mekanisme Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan rinci dan sistematis mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Tiga metode pemeriksaan fisik:
1. Penglihatan (Inspection)
2. Perabaan (Palpation)
3. Pendengaran (Auscultation)

Beberapa hal yang dapat dicari pada saat memeriksa korban :


P erubahan bentuk - (Deformities) bandingkan sisi sakit dengan yang sehat
L uka Terbuka - (Open Ijuries) biasanya terlihat adanya darah
N yeri - (Tenderness) daerah yang cedera lunak bila ditekan
B engkak - (Swelling) daerah yang cedera mengalami pembengkakan
Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry), cium bau yang
tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau derit anggota tubuh), dalam urutan berikut:
1. Kepala
Ø Kulit Kepala dan Tengkorak
Ø Telinga dan Hidung
Ø Pupil Mata
Ø Mulut
2. Leher
3. Dada
Ø Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan
Ø Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakang
Ø Lakukan perabaan pada tulang
4. Abdomen
Ø Periksa rigiditas (kekerasan)
Ø Periksa potensial luka dan infeksi
Ø Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan
Ø Periksa adanya pembengkakan
5. Punggung
Ø Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk
Ø Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang
6. Pelvis
7. Alat gerak atas
8. Alat gerak bawah
Pemeriksaan tanda vital
1. Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tida
2. Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha bernapas,
adakah tanda-tanda sesak napas.
3. Tekanan darah

Sistolik : 100 – 140 mmHg


Diastolik : 60 – 90 mmHg
4. Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering, berkeringat,
kemerahan, perubahan warna dan lainnya. (suhu normal : 37 derajat Celcius)

Denyut Nadi Normal :


Bayi : 120 – 150 x/menit
Anak : 80 – 150 x/menit
Dewasa : 60 – 90 x/menit
Frekuensi Pernapasan Normal:
Bayi : 25 – 50 x/ menit
Anak : 15 – 30 x/ menit
Dewasa : 12 – 20 x/ menit
Riwayat Penderita
Mengingat wawancara yang dilakukan dapat berkembang sangat luas, untuk membantu digunakan
akronim : KOMPAK
K = Keluhan Utama (gejala dan tanda)
sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita
O = Obat-obatan yang diminum.
Pengobatan yang sedang dijalani penderita atau obat yang baru saja diminum atau obat yang seharusnya
diminum namun ternyata belum diminum.
M = Makanan/minuman terakhir
Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya kehilangan respon pada penderita. Selain itu data ini juga
penting untuk diketahui bila ternyata penderita harus menjalani pembedahan kemudian di rumah sakit.
P = Penyakit yang diderita
Riwayat penyakit yang diderita atau pernah diderita yang mungkin berhubungan dengan keadaan yang
dialami penderita pada saat ini, misalnya keluhan sesak napas dengan riwayat gangguan jantung 3 tahun
yang lalu.
A = Alergi yang dialami.
Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada pasien ini mungkin merupakan suatu bentuk alergi, biasanya
penderita atau keluarganya sudah mengetahuinya
K = Kejadian.
Kejadian yang dialami korban, sebelum kecelakaan atau sebelum timbulnya gejala dan tanda penyakit
yang diderita saat ini.
Wawancara ini dapat dilakukan sambil memeriksa korban, tidak perlu menunggu sampai pemeriksaan
selesai dilakukan.
Pemeriksaan Berkelanjutan
Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya lakukan pemeriksaan berkala, sesuai
dengan berat ringannya kasus yang kita hadapi.
Pada kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala dilakukan setiap 5 menit, sedangkan pada kasus
yang ringan dapat dilakukan setiap 15 menit sekali.
Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan berkala adalah :
1. Keadaan respon
2. Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu
3. Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya
4. Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan secara rinci bila waktu memang tersedia.
5. Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan kondisinya Periksa kembali dari ujung kepala
sampai ujung kaki, mungkin ada bagian yang terlewat atau membutuhkan pemeriksaan yang
lebih teliti.
6. Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa atau sengaja dilewati
karena melakukan pemeriksaan terarah.
7. Nilai kembali penatalaksanaan penderita, apakah sudah baik atau masih perlu ada tindakan
lainnya. Periksa kembali semua pembalutan, pembidaian apakah masih cukup kuat, apakah
perdarahan sudah dapat di atasi, ada bagian yang belum terawat.
8. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman

Pelaporan dan Serah terima

Biasakanlah untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini berguna sebagai catatan anda, PMI
dan bukti medis.
Hal-hal yang sebaiknya dilaporkan adalah :
 Umur dan jenis kelamin penderita
 Keluhan Utama

 Tingkat respon
 Keadaan jalan napas
 Pernapasan
 Sirkulasi
 Pemeriksaan Fisik yang penting
 KOMPAK yang penting
 Penatalaksanaan
 Perkembangan lainnya yang dianggap penting
Bila ada formulirnya sertakan form laporan ini kepada petugas yang mengambil alih korban dari tangan
anda.

Serah terima dapat dilakukan di lokasi, yaitu saat tim bantuan datang ke tempat anda, atau anda yang
mendatangi fasilitas kesehatan.

BANTUAN HIDUP DASAR

Sistem pernapasan dan sirkulasi


a. Sistem pernapasan, fungsi :
Ø Mengambil oksigen
Ø Mengeluarkan CO2
Ø Menghangatkan dan melembabkan udara ( hidung )
Susunan saluran napas :

i. Mulut/hidung
ii. Faring
iii. Larings
iv. Trakea
v. Bronkus
vi. Bronkiolus
vii. Alveolus (tempat pertukaran O2 dan CO2 di paru-paru).

b. Sistem sirkulasi, fungsi :


Ø Alat angkut : O2, CO2, zat nutrisi, zat sampah.
Ø Pertahanan tubuh terhadap penyakit dan racun
Ø Mengedarkan panas ke seluruh tubuh
Ø Membantu membekukan darah bila terjadi luka
Sistem sirkulasi, terdiri dari :
i. Jantung
ii. Pembuluh darah ( arteri, vena, kapiler )
iii. Darah dan komponennya ( sel darah merah, sel darah putih, keping darah, plasma )
iv. Saluran limfe

Pengertian mati klinis dan mati biologis


Mati klinis :
Tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi, bersifat reversibel, penderita punya kesempatan
waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan otak.
Mati biologis :
Biasanya terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai dengan kematian sel otak, bersifat
irreversibel. (kecuali berada di suhu yang ekstrim dingin, pernah dilaporkan melakukan resusitasi selama
1 jam/ lebih dan berhasil).

Tanda-tanda pasti mati :


a. Lebam mayat
b. Kaku mayat
c. Pembusukan
d. Tanda lainnya : cedera mematikan.
4 komponen rantai survival
n dalam permintaan bantuan
i jantung paru ( RJP )
i
gan hidup lanjut

3 komponen Bantuan Hidup Dasar


a. A (Airway Control) : penguasan jalan napas
b. B (Breathing Support) : bantuan pernapasan
c. C (Circulatory Suport) : bantuan sirkulasi (pijatan jantung luar) dan menghentikan perdarahan besar.

2 macam penyebab utama sumbatan jalan napas


Ø Lidah (pada orang dewasa yang tidak ada respon)
Ø Benda asing (pada bayi dan anak kecil )
2 macam cara membuka jalan napas
Ø Teknik angkat dagu-tekan dahi (bila tidak ada trauma kepala,leher, tulang belakang).
Ø Perasat pendorongan rahang bawah (jaw thrust maneuver)
Cara memeriksa napas
Dengan cara LDR (lihat, dengar, rasakan) selama 3-5 detik.
2 teknik untuk membersihkan jalan napas
Ø Menempatkan posisi pemulihan
Ø Sapuan jari

Mengenali sumbatan jalan napas


Ø Sumbatan parsial : penderita berupaya untuk bernapas, mungkin disertai bunyi napas tambahan seperti
mengirik, mengorok, kumur, dll.
Ø Sumbatan total : penderita sulit bernapas dan akhirnya akan kehilangan kesadaran
Cara mengatasi sumbatan jalan napas pada berbagai penderita
Sumbatan jalan napas total dapat diatasi dengan Perasat Heimlich (Heimlich Manuveur), yaitu :
Ø Hentakan perut : letak kompresi pada pertengahan antara pertemuan iga kanan/kiri dengan pusar.
Ø Hentakan dada : letak kompresi pada pertengahan tulang dada
Prinsip dasar bantuan pernapasan
2 Teknik bantuan pernapasan :
i. Menggunakan mulut penolong:
Ø mulut ke masker RJP
Ø mulut ke APD
Ø mulut ke mulut/ hidung
ii. Menggunakan alat bantu: kantung masker berkatup (BVM/Bag Valve Mask)
Bahaya bagi penolong dalam pemberian napas dari mulut ke mulut ;
Ø penyebaran penyakit
Ø kontaminasi bahan kimia
Ø muntahan penderita
Frekwensi pemberian napas buatan untuk masing-masing kelompok umur penderita.
Ø Dewasa : 10-12 x pernapasan/ menit, masing-masing 1,5-2 detik
Ø Anak(1-8 th) : 20 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik
Ø Bayi (0-1 th) : lebih dari 20 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik
Ø Bayi baru lahir : 40 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik
Tanda pernapasan adekuat, kurang adekuat dan tidak bernapas
i. Tanda pernapasan adekuat :
Ø Dada dan perut naik turun sirama dengan pernapasan
Ø Penderita tampak nyaman
Ø Frekuensi cukup ( 12-20x/menit )
ii. Tanda pernapasan kurang adekuat :
Ø Gerakan dada kurang baik
Ø Ada suara napas tambahan
Ø Kerja oto bantu napas
Ø Sianosis ( kulit kebiruan )
Ø Frekuensi napas kurang/ berlebih
Ø Perubahan status mental
iii. Tanda tidak bernapas :
Ø Tidak ada gerakan dada/ perut
Ø Tidak terdengar aliran udara melalui mulut/ hidung
Ø Tidak terasa hembusan napas dari mulut/ hidung.

Prinsip dasar Bantuan Sirkulasi


Bantuan sirkulasi dilakukan dengan pijatan jantung luar, kedalaman PJL :
Ø Dewasa : 4 – 5 cm
Ø Anak dan bayi : 3 – 4 cm
Ø Bayi : 1,5 – 2,5 cm
Prinsip Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Tindakan RJP merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B, dan C.
Sebelum melakukan RJP, penolong harus memastikan :
Ø Tidak ada respon
Ø Tidak ada napas
Ø Tidak ada nadi
Ø Alas RJP harus keras dan datar
a. 2 macam rasio pada RJP
i. Dewasa dikenal 2 rasio :
Ø 2 penolong : 15:2 (15 kali PJL, 2 kali tiupan) per siklus
Ø 1 penolong : 5:1 (5 kali PJL, 1 kali tiupan) per silkus
ii. Anak dan bayi hanya dikenal 1 rasio : 5:1 ( 5 kali PJL, 1 kali tiupan ) per silkus
b. Prinsip penekanan pada Pijatan Jantung Luar
Pijatan jantung luar bisa dilakukan karena jantung terletak diantara tulang dada dan tulang punggung.
Letak titik pijatan pada PJL :
i. Dewasa : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 2 tangan.
ii. Anak : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 1 tangan.
iii. Bayi : 1 jari dibawah garis imajiner antara kedua puting susu bayi, menggunakan 2 jari ( jari tengah dan jari
manis)
tanda RJP dilakukan dengan baik
i. Saat melakukan PJL, suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut maka berarti tekanan kita
cukup baik.
ii. Gerakan dada naik/turun dengan baik saat memberikan bantuan napas.
iii. Reaksi pupil mata mungkin kembali normal
iv. Warna kulit penderita berangsu-angsur kembali membaik
v. Mungkin ada reflek menelan dan bergerak
vi. Nadi akan berdenyut kembali
d. 5 macam komplikasi yang dapat terjadi pada RJP
i. Patah tulang dada/ iga
ii. Bocornya paru-paru ( pneumothorak)
iii. Perdarahan dalam paru-paru/ rongga dada ( hemothorak )
iv. Luka dan memar pada paru-paru
v. Robekan pada hati
e. 4 keadaan dimana tindakan RJP di hentikan
i. penderita pulih kembali
ii. penolong kelelahan
iii. diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih
iv. jika ada tanda pasti mati

f. Kesalahan pada RJP dan akibatnya

KESALAHAN AKIBAT
Penderita tdk berbaring pd bidang keras PJL kurang efektif
Penderita tidak horisontal Bila kepala lbh tinggi, darah yg ke otak
berkurang
Tekan dahi angkat dagu, kurang baik Jalan napas terganggu
Kebocoran saat melakukan napas buatan Napas buatan tidak efektif
Lubang hidung kurang tertutup rapat dan Napas buatan tidak efektif
mulut penderita kurang terbuka saat
pernapasan buatan
Tekanan terlalu dalam/ terlalu cepat Patah tulang, luka dalam paru-paru
Rasio PJL dan napas buatan tidak baik Oksigenasi darah kurang

PENDARAHAN

Pengertian Perdarahan
Sistem peredaran darah yang terdiri dari 3 komponen utama yaitu jantung, pembuluh darah dan darah.
Dalam tubuh manusia darah relatif selalu berada dalam pembuluh darah kecuali pada saat masuk dalam
jaringan untuk melakukan pertukaran bahan makanan dan oksigen dengan zat sisa pembakaran tubuh
dan karbondioksida.

Jantung
Bagian sebelah kiri menerima darah yang kaya dengan oksigen setelah diproses dari paru – paru untuk
selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh.
Bagian sebelah kanan menerima darah dari tubuh dan meneruskan ke paru – paru untuk kembali
diperkaya dengan oksigen.
Arteri/Pembuluh Nadi
Adalah pembuluh darah yang mengangkut darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh tubuh. Darah
yang keluar berwarna merah segar dan memancar
Vena/Pembuluh Balik
Adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung. Darah yang
keluar mengalir dan berwarna merah gelap
Kapiler/Pembuluh Rambut
Arteri akan terbagi – bagi menjadi pembuluh yang lebih kecil sehingga dapat mencapai hingga lebih
dekat dengan kulit. Darah yang keluar sangat sedikit dan kadang hanya berupa titik-titik perdarahan
Denyut
Dapat dirasakan dengan mudah pada daerah dimana Arteri/Pembuluh Nadi berada dekat dengan kulit.
Lokasi pengecekan denyut yang paling mudah:
1. Radial – Berada di pergelangan tangan
2. Carotid – Berada di leher
3. Femoral – Berada di lipatan paha
4. Bracial – Berada di lipatan ketiak / lengan atas
Setiap kali jantung berdetak, anda dapat merasakan denyutnya pada sistem arteri.
Sumber Perdarahan
Perdarahan terjadi apabila darah keluar dari pembuluh darah oleh berbagai sebab seperti cedera atau
penyakit.
Berdasarkan sumber perdarahan:
a. Perdarahan nadi
b. Perdarahan pembuluh balik
c. Perdarahan pembuluh rambut
Jenis Perdarahan
Perdarahan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
Perdarahan luar (terbuka), bila kulit juga cedera sehingga darah bisa keluar dari tubuh dan terlihat ada
di luar tubuh.
Perdarahan dalam (tertutup), jika kulit tidak rusak sehingga darah tidak bisa mengalir langsung keluar
tubuh.
Perdarahan yang harus segera ditangani adalah perdarahan yang dapat mengancam nyawa.
Perdarahan luar
Untuk membantu memperkirakan berapa banyak darah yang telah keluar dari tubuh penderita,
hal yang dipakai adalah keluhan korban dan tanda vital. Bila keluhan korban sudah mengarah ke gejala
dan tanda syok seperti yang dibahas dalam topik ini maka penolong wajib mencurigai bahwa kehilangan
darah terjadi dalam jumlah yang cukup banyak.
Perawatan untuk Perdarahan luar
a. Tekanan Langsung
b. Elevasi
c. Titik Tekan
d. Immobilisasi
Menggunakan Torniket
Torniket hanya digunakan dalam keadaan gawat darurat dimana tidak ada cara lain utnuk menghentikan
perdarahan. Torniket diaplikasikan sedekat mungkin dengan titik perdarahan.
Perdarahan dalam
Perdarahan dalam dapat berkisar dari skala kecil hingga yang mengancam jiwa penderita. Kehilangan
darah tidak dapat diamati pada perdarahan dalam.
Gejala dan Tanda Pendarahan Dalam
Beberapa tanda perdarahan dalam dapat diidentifikasi. Beberapa adalah sbb.:
a. Batuk darah berwarna merah muda
b. Memuntahkan darah berwarna gelap (seperti ampas kopi)
c. Terdapat memar
d. Bagian Abdomen terasa lunak
Perawatan untuk Perdarahan dalam
Ingatlah untuk menggunakan standard universal, amankan lokasi kejadian dan hubungi tenaga terlatih.
a. Jaga jalan napas tetap terbuka dan berikan oksigen sesuai peraturan
b. Pertahankan panas tubuh penderita, tapi jangan sampai kepanasan
c. Atasi Syok
d. Pindahkan penderita secepatnya

Laporkan kemungkinan adanya perdarahan dalam kepada tenaga terlatih segera setelah mereka tiba
di lokasi.
Bahaya lain pada perdarahan adalah kemungkinan terjadinya penularan penyakit. Banyak kuman
penyakit bertahan hidup di dalam darah manusia, sehingga bila darah korban ini bisa masuk kedalam
tubuh penolong maka ada kemungkinan penolong dapat tertular penyakit.
Perdarahan dalam harus dicurigai pada beberapa keadaan seperti :
1. Riwayat benturan benda tumpul yang kuat
2. Memar
3. Batuk darah
4. Muntah darah
5. Buang air besar atau air kecil berdarah
6. Luka tusuk
7. Patah tulang tertutup
8. Nyeri tekan, kaku atau kejang dinding perut

Perawatan Perdarahan
1. Perlindungan terhadap infeksi pada penanganan perdarahan

a. Pakai APD agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban.
b. Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi perawatan
c. Cucilah tangan segera setelah selesai merawat
d. Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan tubuh korban.
1. Pada perdarahan besar:

a. Jangan buang waktu mencari penutup luka


b. Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung tangan) atau dengan bahan lain.
c. Bila tidak berhenti maka tinggikan bagian tersebut lebih tinggi dari jantung (hanya pada alat gerak), bila
masih belum berhenti maka lakukan penekanan pada titik-titik tekan.
d. Pertahankan dan tekan cukup kuat.
e. Pasang pembalutan penekan
1. Pada perdarahan ringan atau terkendali :

a. Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka


b. Tekan sampai perdarahan terkendali
c. Pertahankan penutup luka dan balut
d. Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama
1. Perdarahan dalam atau curiga ada perdarahan dalam

a. Baringkan dan istirahatkan penderita


b. Buka jalan napas dan pertahankan
c. Periksa berkala pernapasan dan denyut nadi
d. Perawatan syok bila terjadi syok atau diduga akan menjadi syok
e. Jangan beri makan dan minum
f. Rawatlah cedera berat lainnya bila ada
g. Rujuk ke fasilitas kesehatan

SYOK
Syok terjadi bila sistem peredaran darah (sirkulasi) gagal mengirimkan darah yang mengandung oksigen
dan bahan nutrisi ke alat tubuh yang penting (terutama otak, jantung dan paru-paru).
Penyebab
Ø Kegagalan jantung memompa darah
Ø Kehilangan darah dalam jumlah besar
Ø Pelebaran ( dilatasi ) pembuluh darah yang luas, sehingga darah tidak dapat mengisinya dengan baik
Ø Kekurangan cairan tubuh yang banyak misalnya diare.
Gejala dan tanda syok
Ø Nadi cepat dan lemah
Ø Napas cepat dan dangkal
Ø Kulit pucat,dingin dan lembab
Ø Sering kebiruan pada bibir dan cuping telinga
Ø Haus
Ø Mual dan muntah
Ø Lemah dan pusing
Ø Merasa seperti mau kiamat, gelisah
Penanganan syok
Ø Bawa penderita ke tempat teduh dan aman
Ø Tidurkan telentang, tungkai ditinggikan 20 – 30 cm bila tidak ada kecurigaan patah tulang belakang atau
patah tungkai. Bila menggunakan papan spinal atau tandu maka angkat bagian kaki.
Ø Pakaian penderita dilonggarkan
Ø Cegah kehilangan panas tubuh dengan beri selimut penutup
Ø Tenangkan penderita
Ø Pastikan jalan napas dan pernapasan baik.
Ø Kontrol perdarahan dan rawat cedera lainnya bila ada
Ø Jangan beri makan dan minum.
Ø Periksa berkala tanda vital secara berkala
Ø Rujuk ke fasilitas kesehatan

CEDERA JARINGAN LUNAK

Pengertian
Cedera jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan kulit, otot, saraf atau pembuluh darah
akibat suatu ruda paksa. Keadaan ini umumnya dikenal dengan istilah luka. Beberapa penyulit yang
dapat terjadi adalah perdarahan, kelumpuhan serta berbagai gangguan lainnya sesuai dengan penyebab
dan beratnya cedera yang terjadi.
Klasifikasi Luka
Luka secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Luka terbuka
Cedera jaringan lunak disertai kerusakan / terputusnya jaringan kulit yaitu rusaknya kulit dan bisa disertai
jaringan di bawah kulit.
b. Luka tertutup
Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan/terputusnya jaringan kulit, yang rusak hanya jaringan di bawah
kulit.
Pembagian ini tidak menjadi penentu berat ringannya suatu cedera.
Luka Terbuka
Luka terbuka dapat ditemukan dalam berbagai bentuk diantaranya :
a. Luka lecet
Terjadi biasanya akibat gesekan dengan permukaan yang tidak rata
b. Luka robek
Luka ini memiliki ciri tepi yang tidak beraturan, biasanya terjadi akibat tumbukan dengan benda yang
relatif tumpul. Merupakan luka yang paling banyak ditemukan.
c. Luka sayat
Diakibatkan oleh benda tajam yang mengenai tubuh manusia. Bentuk lukanya biasanya rapi. Sering
merupakan kasus kriminal
d. Luka tusuk
Terjadi bila benda yang melukai bisa masuk jauh ke dalam tubuh, biasanya kedalaman luka jauh
dibandingkan lebar luka. Bahayanya alat dalam tubuh mungkin terkena.
e. Luka avulsi
Luka ini ditandai dengan bagian tubuh yang terlepas, namun masih ada bagian yang menempel.
f. Luka amputasi
Bagian tubuh tertentu putus.
Luka Tertutup
Luka tertutup yang sering ditemukan adalah :
a. Luka memar
Terjadi akibat benturan dengan benda tumpul, biasanya terjadi di daerah permukaan tubuh, darah keluar
dari pembuluh dan terkumpul di bawah hulit sehingga bisa terlihat dari luar berupa warna merah
kebiruan
b. Hematoma (darah yang terkumpul di jaringan)
Prinsipnya sama dengan luka memar tetapi pembuluh darah yang rusak berada jauh di bawah
permukaan kulit dan biasanya besar, sehingga yang terlihat adalah bengkak, biasanya besar yang
kemerahan.
c. Luka remuk
Terjadi akibat himpitan gaya yang sangat besar. Dapat juga menjadi luka terbuka. Biasanya tulang
menajadi patah di beberapa tempat.
Penutup dan Pembalut Luka
Penutup luka
1. Membantu mengendalikan perdarahan
2. Mencegah kontaminasi lebih lanjut
3. Mempercepat penyembuhan
4. Mengurangi nyeri
Mekanisme Penutupan luka
Ø Penutup luka harus meliputi seluruh permukaan luka.
Ø Upayakan permukaan luka sebersih mungkin sebelum menutup luka, kecuali bila luka disertai
perdarahan, maka prioritasnya adalah menghentikan perdarahan tersebut.
Ø Pemasangan penutup luka harus dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan penutup yang
menempel pada bagian luka tidak terkontaminasi

Pembalut
Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Bahan pembalut dibuat
dari bermacam materi kain.
Fungsi pembalut
1. Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan.
2. Mempertahankan penutup luka pada tempatnya.
3. Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.

Pemasangan yang baik akan membantu proses penyembuhan.

Beberapa jenis pembalut


Ø Pembalut pita/gulung.
Ø Pembalut segitiga (mitela), Funda
Ø Pembalut penekan.
Pembalutan
Ø Jangan memasang pembalut sampai perdarahan terhenti, kecuali pembalutan penekanan untuk
menghentikan perdarahan.
Ø Jangan membalut terlalu kencang atau terlalu longgar.
Ø Jangan biarkan ujung bahan terurai, karena dapat tersangkut pada saat memindahkan korban
Ø Bila membalut luka yang kecil sebaiknya daerah yang dibalut lebih lebar untuk menambah luasnya
permukaan yang mengalami tekanan diperluas sehingga mencegah terjadinya kerusakan jaringan.
Ø Jangan menutupi ujung jari, bagian ini dapat menjadi petunjuk apabila pembalutan kita terlalu kuat yaitu
dengan mengamati ujung jari. Bila pucat artinya pembalutan terlalu kuat dan harus diperbaiki.
Ø Khusus pada anggota gerak pembalutan dilakukan dari bagian yang jauh lebih dahulu lalu mendekati
tubuh.
Ø Lakukan pembalutan dalam posisi yang diinginkan, misalnya untuk pembalutan sendi jangan berusaha
menekuk sendi bila dibalut dalam keadaan lurus.

Penggunaan penutup luka penekan dan pembalut


Kombinasi penutup luka dan pembalut dapat juga dipakai untuk membantu melakukan tekanan
langsung pada kasus perdarahan. Langkah-langkahnya :
1. Tempatkan beberapa penutup luka kasa steril langsung atas luka dan tekan.
2. Beri bantalan penutup luka.
3. Gunakan pembalut rekat, menahan penutup luka.
4. Balut.
5. Periksa denyut nadi ujung bawah daerah luka (distal).

Perawatan luka Terbuka


1. Pastikan daerah luka terlihat
2. Bersihkan daerah sekitar luka
3. Kontrol perdarahan bila ada
4. Cegah kontaminasi lanjut
5. Beri penutup luka dan balut
6. Baringkan penderita bila kehilangan banyak darah dan lukanya cukup parah
7. Tenangkan penderita
8. Atasi syok bila ada, bila perlu rawat pada posisi syok walau syok belum terjadi
9. Rujuk ke fasilitas kesehatan
Perawatan Luka Tertutup
Lakukan perawatan seperti halnya terjadi perdarahan dalam
Khusus untuk luka memar dapat dilakukan pertolongan sebagai berikut :
Ø Berikan kompres dingin (misalnya kantung es)
Ø Balut tekan
Ø Istirahatkan anggota gerak tersebut
Ø Tinggikan anggota gerak tersebut
Bila ada kecurigaan perdarahan besar maka sebaiknya pederita dirawat seperti syok.

Perawatan luka dengan benda asing menancap


Langkah-langkah perawatan luka yang disertai dengan menancapnya benda asing adalah sebagai berikut:
1. Stabilkan benda yang menancap secara manual.
2. Jangan dicabut. Benda asing yang menancap tidak pernah boleh dicabut
3. Bagian yang luka dibuka sehingga terlihat dengan jelas.
4. Kendalikan perdarahan, hati-hati jangan sampai menekan benda yang menancap
5. Stabilkan benda asing tersebut dengan menggunakan penutup luka tebal, atau berbagai variasi misalnya
pembalut donat, pembalut gulung dan lain-lainnya.
6. Rawat syok bila ada
7. Jaga pasien tetap istirahat dan tenang.
8. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
CEDERA SISTEM OTOT RANGKA

Cedera Otot Rangka


Alat gerak yang terdiri dari tulang, sendi, jaringan ikat dan otot pada manusia sangat penting.
Setiap cedera atau gangguan yang terjadi pada sistem ini akan mengakibatkan terganggunya pergerakan
seseorang untuk sementara atau selamanya.
Gangguan yang paling sering dialami pada cedera otot rangka adalah Patah tulang. Pengertian
patah tulang ialah terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau hanya sebagian saja.
Penyebab
Pada dasarnya tulang itu merupakan benda padat, namun masih sedikit memiliki kelenturan. Bila
teregang melampau batas kelenturannya maka tulang tersebut akan patah.
Cedera dapat terjadi sebagai akibat :
1. Gaya langsung.
Tulang langsung menerima gaya yang besar sehingga patah.
2. Gaya tidak langsung.
Gaya yang terjadi pada satu bagian tubuh diteruskan ke bagian tubuh lainnya yang relatif lemah,
sehingga akhirnya bagian lain iilah yang patah. Bagian yang menerima benturan langsung tidak
mengalami cedera berarti
3. Gaya puntir.
Selain gaya langsung, juga tulang dapat menerima puntiran atau terputar sampai patah. Ini sering terjadi
pada lengan.
Mekanisme terjadinya cedera harus diperhatikan pada kasus-kasus yang berhubungan dengan patah
tulang. Ini dapat memberikan gambaran kasar kepada kita seberapa berat cedera yang kita hadapi.

Gejala dan tanda patah tulang


Mengingat besarnya gaya yang diterima maka kadang kasus patah tulang gejalanya dapat tidak jelas.
Beberapa gejala dan tanda yang mungkin dijumpai pada patah tulang :
1. Perubahan bentuk pada anggota badan yang patah. Seing merupakan satu-satunya tanda yang
terlihat. Cara yang paling baik untuk menentukannya adalah dengan membandingkannya dengan
sisi yang sehat.
2. Nyeri di daerah yang patah dan kaku pada saat ditekan atau bila digerakkan.
3. Bengkak, disertai memar / perubahan warna di daerah yang cedera.
4. Terdengar suara berderak pada daerah yang patah (suara ini tidak perlu dibuktikan dengan
menggerakkan bagian cedera tersebut).
5. Mungkin terlihat bagian tulang yang patah pada luka.

Pembagian Patah Tulang


Berdasarkan kedaruratannya patah tulang dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Patah tulang terbuka
2. Patah tulang tertutup

Yang membedakannya adalah lapisan kulit di atas bagian yang patah. Pada patah tulang terbuka, kulit di
permukaan daerah yang patah terluka. Pada kasus yang berat bagian tulang yang patah terlihat dari luar.
Perbedaannya adalah jika ada luka maka kuman akan dengan mudah sampai ke tulang, sehingga dapat
terjadi infeksi tulang. Patah tulang terbuka termasuk kedaruratan segera.

Pembidaian
Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan pembidaian. Pembidaian adalah
berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah.

Tujuan pembidaian
1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan

Beberapa macam jenis bidai :


1. Bidai keras.
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada
dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah
mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
2. Bidai traksi.

Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang
terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha
3. Bidai improvisasi.

Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat
tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
4. Gendongan/Belat dan bebat.

Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan
tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan.
Pedoman umum pembidaian
Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap mengikuti pedoman umum.
1. Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita.
2. Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila ada.
3. Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka perhiasan di daerah
patah atau di bagian distalnya.
4. Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera sebelum melakukan pembidaian.
5. Siapkan alat-alat selengkapnya.
6. Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam posisi ketika
ditemukan.
7. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah.
8. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih dulu pada anggota
badan penderita yang sehat.
9. Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut. Upayakan juga
membidai sendi distalnya.
10. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.
11. Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis.
12. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
13. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian sendi atas dari tulang
yang patah.
14. Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan dengan
pemeriksaan GSS yang pertama.
15.Jangan membidai berlebihan.

LUKA BAKAR
Sebab :
v Panas
v Kimia
v Listrik
v Radiasi

PENGGOLONGAN
Berdasarkan dalamnya luka bakar dibagi menjadi :
1. Luka bakar superfisial (derajat satu)
Hanya meliputi lapisan kulit yang paling atas saja (epidermis).
Ditandai dengan kemerahan, nyeri dan kadang-kadang bengkak
2. Luka bakar derajat dua (sedikit lebih dalam)
Meliputi lapisan paling luar kulit yang rusak dan lapisan dibawahnya terganggu. Luka bakar jenis ini
paling sakit , ditandai dengan gelembung-gelembung pada kulit berisi cairan, bengkak, kulti kemerahan
atau putih, lembab dan rusak.
3. Luka bakar derajat tiga
Lapisan yang terkena tidak terbatas, bahkan dapat sampai ke tulang dan organ dalam. Luka bakar ini
paling berat dan ditandai dengan kulit biasanya kering, pucat atau putih, namun dapat juga gosong dan
hitam.Dapat diikuti dengan mati rasa karena kerusakan saraf. Daerah disekitarnya nyeri. Berbeda dengan
derajat satu dan dua luka bakar derajat tiga tidak menimbulkan nyeri

Luas luka bakar


Cara lain untuk menghitung luas luka bakar adalah membandingkannya dengan luas telapak tangan
korban. Telapak tangan korban dianggap memiliki luas 1% luas permukaan tubuh.
Perlu diingat bahwa perhitungan luas luka bakar dihitung berdasarkan masing-masing derajat luka bakar.

DERAJAT BERAT LUKA BAKAR


Derajat berat luka bakar ditentukan oleh dua faktor utama yaitu luasnya permukaan tubuh yang
mengalami luka bakar dan lokasinya.
Luka bakar ringan
· Luka bakar derajat tiga kurang dari 2% luas, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
· Luka bakar derajat dua kurang dari 15%
· Luka bakar derajat satu kurang dari 50%
Luka bakar sedang
·Luka bakar derajat tiga antara 2% sampai 10%, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran
napas
· Luka bakar derajat dua antara 15% sampai 30%
· Luka bakar derajat satu lebih dari 50%
Luka bakar berat
· Semua luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas, cedera jaringan lunak dan cedera tulang
· Luka bakar derajat dua atau tiga pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
· Luka bakar derajat tiga di atas 10%
· Luka bakar derajat dua lebih dari 30%
· Luka bakar yang disertai cedera alat gerak
· Luka bakar mengelilingi alat gerak
Beberapa penyulit pada luka bakar adalah :
1. Usia penderita, biasanya mereka dengan usia kurang dari 5 tahun atau lebih dari 55 tahun.
Penanganan kelompok usia ini biasanya lebih sulit.
2. Adanya penyakit penyerta. Proses penatalaksanaan sering menjadi sukar dan berkepanjangan.
Penatalaksanaan Penanganana luka bakar
· Keamanan keadaan
· Keamanan penolong dan orang lain
1. Hentikan proses luka bakarnya. Alirkan air dingin pada bagian yang terkena. Bila ada bahan kimia alirkan
air terus menerus sekurang-kurangnya selama 20 menit
2. Buka pakaian dan perhiasan
3. Lakukan penilaian dini
4. Berikan pernapasan buatan bila perlu
5. Tentukan derajat berat dan luas luka bakar
6. Tutup luka bakar dengan penutup luka dan pembalut longgar, jangan memecahkan gelembungnya. Bila
yang terbakar adalah jari-jari maka balut masing-masing jari tersendiri
7. Upayakan penderita senyaman mungkin

EVAKUASI
MEKANIKA TUBUH
Penggunaan tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan dan pemindahan korban untuk
mencegah cedera pada penolong.
Cara yang salah dapat menimbulkan cedera. Saat mengangkat ada beberapa hal yang harus
diperhatikan:
· Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat
· Gunakan tungkai jangan punggung
· Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh
· Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang
· Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui korban
· Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap
Hal-hal tersebut di atas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat korban. Kunci
yang paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang. Upayakan kerja berkelompok, terus
berkomunikasi dan lakukan koordinasi.
Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak siap secara fisik.
MEMINDAHKAN KORBAN
Kapan penolong harus memindahkan korban sangat tergantung dari keadaan. Secara umum, bila tidak
ada bahaya maka jangan memindahkan korban. Lebih baik tangani di tempat.
Pemindahan korban ada 2 macam yaitu darurat dan tidak darurat
Pemindahan Darurat
(Pemindahan ini hanya dilakukan bila ada bahaya langsung terhadap korban)
Contoh situasi yang membutuhkan pemindahan segera:
· Kebakaran atau bahaya kebakaran
· Ledakan atau bahaya ledakan
· Sukar untuk mengamankan korban dari bahaya di lingkungannya :
– Bangunan yang tidak stabil
– Mobil terbalik
– Kerumunan masa yang resah
– Material berbahaya
– Tumpahan minyak
– Cuaca ekstrim
· Memperoleh akses menuju korban lainnya
· Bila tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi korban, misalnya melakukan RJP
Bahaya terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya cedera spinal. Ini dapat dikurangi
dengan melakukan gerakan searah dengan sumbu panjang badan dan menjaga kepala dan leher
semaksimal mungkin
Beberapa macam pemindahan darurat
· Tarikan baju
· Tarikan selimut atau kain
· Tarikan bahu/lengan
· Menggendong
· Memapah
· Membopong
· Angkatan pemadam

Pemindahan Biasa
Bila tidak ada bahaya langsung terhadap korban, maka korban hanya dipindahkan bila semuanya telah
siap dan korban selesai ditangani.
Contohnya :
· Angkatan langsung
· Angkatan ekstremitas (alat gerak)
Posisi Korban
Bagaimana meletakkan penderita tergantung dari keadaannya.
· Korban dengan syok
· Tungkai ditinggikan
· Korban dengan gangguan pernapasan
· Biasanya posisi setengah duduk
· Korban dengan nyeri perut
· Biasanya posisi meringkuk seperti bayi
· Posisi pemulihan
· Untuk korban yang tidak sadar atau muntah
Tidak mungkin untuk membahas semua keadaan. Situasi di lapangan dan keadaan korban akan
memberikan petunjuk bagaimana posisi yang terbaik.
Peralatan Evakuasi
· Tandu beroda
· Tandu lipat
· Tandu skop / tandu ortopedi/ tandu trauma
· Vest type extrication device (KED)
· Tandu kursi
· Tandu basket
· Tandu fleksibel
· Kain evakuasi
· Papan spinal

KEDARURATAN MEDIS

Semua yang dialami korban yang tidak tergolong dalam kecelakaan dimasukan dalam kelompok
kedaruratan medis. Seseorang yang mengalami kasus medis mungkin juga dapat mengalami cedera
sebagai akibat dari gejala gangguan fungsi tubuh yang terjadi misalnya kehilangan kesadaran lalu
terjatuh sehingga terjadi suatu luka.
Dalam penatalaksanaan Pertolongan Pertama kasus medis tidak banyak berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Hal yang paling penting adalah mengenali kedaruratannya, terutama secara dini.
Kesimpulan mengenai keadaan yang dihadapi hampir 80% diperoleh berdasarkan wawancara dengan
penderita bila sadar, keluarganya atau saksi mata dan sumber informasi lainnya. Dalam penatalaksanaan
penderita yang paling penting adalah menjaga jalan napas dan memantau tanda vital penderita secara
teratur.
Gejala dan tanda pada kedaruratan medis.
Gejala dan tanda pada kedaruratan medis sangat beragam, khas maupun tidak khas. Perubahan yang
tidak normal dari tanda vital penderita sudah mengarah pada kedaruratan medis. Beberapa hal yang
dapat diamati pada penderita yang mengarahkan kecurigaan kita pada adanya masalah medis adalah :
Gejala :
1. Demam
2. Nyeri
3. Mual, muntah
4. Buang air kecil berlebihan atau tidak sama sekali
5. Pusing, perasaan mau pingsan, merasa akan kiamat
6. Sesak atau merasa sukar bernapas
7. Rasa haus atau lapar berlebihan, rasa aneh pada mulut
Tanda :
1. Perubahan status mental (tidak sadar, bingung)
2. Perubahan irama jantung : nadi cepat atau sangat lambat, tidak teratur, lemah atau sangat kuat.
3. Perubahan pernapasan: irama dan kualitas warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)
4. Perubahan keadaan kulit : suhu, kelembaban, keringat berlebihan, sangat kering, termasuk perubahan
warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)
5. Manik mata : sangat lebar, atau sangat kecil
6. Bau khas dari mulut atau hidung
7. Aktivitas otot misalnya kejang atau kelumpuhan
8. Gangguan saluran cerna : mual, muntah atau diare
9. Tanda-tanda lainnya yang seharusnya tidak ada.

Anggap semua keluhan penderita adalah benar. Bila penderita merasa tidak enak atau nyaman maka
perlakukan sebagai kasus medis
Beberapa gangguan medis yang umum ditemukan adalah :

1. Pingsan (Syncope/collapse) :
Terjadi karena peredaran darah yang ke organ otak berkurang, yang dapat terjadi akibat emosi yang
hebat, berada dalam ruangan yang penuh orang tanpa udara segar yang cukup, letih dan lapar, terlalu
banyak mengeluarkan tenaga.
Gejala dan tanda:
1. Perasaan limbung.
2. Pandangan berkunang-kunang dan telinga berdenging.
3. Lemas, keluar keringat dingin.
4. Menguap.
5. Dapat menjadi tidak ada respon, yang biasanya berlangsung hanya beberapa menit.
6. Denyut nadi lambat.
Penatalaksanaan :
1. Baringkan penderita dengan tungkai ditinggikan.
2. Longgarkan pakaian.
3. Usahakan penderita menghirup udara segar.
4. Periksa cedera lainnya.
5. Beri selimut, agar badannya hangat.
6. Bila pulih, usahakan istirahatkan beberapa menit.
7. Bila tidak cepat pulih, maka:
- periksa napas dan nadi.
- posisikan stabil.
- bawa ke fasilitas kesehatan

2. Paparan panas

Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi:

A. Kram panas
Terjadi akibat kehilangan garam tubuh yang berlebihan melalui keringat.
Gejala dan Tanda:
1. Kejang pada otot yang disertai nyeri
2. Tungkai dan perut.
3. Kelelahan.
4. Mual
5. Mungkin pingsan
Penatalaksanaan :
1. Baringkan penderita di tempat teduh.
2. Beri minum kepada penderita, bila perlu campur sedikit garam.
3. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
B. Kelelahan Panas
Terjadi akibat kondisi yang tidak fit pada saat melakukan aktivitas di lingkungan yang suhu udaranya
relatif tinggi, yang mengakibatkan terganggunya aliran darah.

Gejala dan tanda :


1. Pernapasan cepat dan dangkal.
2. Nadi lemah.
3. Kulit teraba dingin, keriput, lembab dan selaput lendir pucat
4. Pucat, keringat berlebihan.
5. Lemah, Pusing, kadang tidak repon.
Penatalaksanaan :
1. Baringkan penderita di tempat yang teduh.
2. Kendorkan pakaian yang mengikat.
3. Tinggikan tungkai penderita sekitar 20 – 30 cm.
4. Berikan oksigen bila ada.
5. Beri minum bila penderita sadar.
6. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

C. Sengatan Panas
Merupakan keadaan yang mengancam nyawa. Suhu tubuh menjadi terlalu tinggi dan pada banyak kasus
penderita tidak lagi berkeringat. Bila tidak diatasi dengan segera, maka sel otak akan segera mati.

Gejala dan tanda:


1. Pernapasan cepat dan dalam.
2. Nadi cepat dan kuat diikuti nadi cepat tetapi lemah.
3. Kulit teraba kering, panas kadang kemerahan
4. Manik mata melebar.
5. Kehilangan kesadaran.
6. Kejang umum atau gemetar pada otot.
Penatalaksanaan :
1. Turunkan suhu tubuh penderita secepat mungkin.
2. Letakkan kantung es pada ketiak, lipat paha, dibelakang lutut dan sekitar mata kaki serta di samping leher.
3. Bila memungkinkan, masukkan penderita ke dalam bak berisi air dingin dan tambahkan es ke dalamnya.
4. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

3. Paparan dingin (Hipotermia)

Udara dingin dapat menyebabkan suhu tubuh menurun. Suhu lingkungan tidak perlu sampai beku untuk
mencetuskan hipotermia. Ada beberapa keadaan yang memperburuk hipotermia yaitu faktor angin dan
kekurangan makanan.
Gejala dan tanda
Hipotermia sedang :
1. Menggigil.
2. Terasa melayang.
3. Pernapasan cepat, nadi lambat.
4. Gangguan penglihatan.
5. Reaksi mata lambat.
6. Gemetar.

Hipotermia berat :
1. Pernapasan sangat lambat.
2. Denyut nadi sangat lambat.
3. Tidak ada respon.
4. Manik mata melebar dan tidak bereaksi.
5. Alat gerak kaku.
6. Tidak menggigil.

Penanganan hipotermia:
Rawat penderita dengan hati hati, berikan rasa nyaman.
1. Penilaian dini dan pemeriksaan penderita.
2. Pindahkan penderita dari lingkungan dingin.
3. Jaga jalan napas dan berikan oksigen bila ada.
4. Ganti pakaian yang basah, selimuti penderita, upayakan agar tetap kering.
5. Bila penderita sadar dapat diberikan minuman hangat secara pelan pelan.
6. Pantau tanda vital secara berkala.
7. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

4. Keracunan
Pengertian:
Racun adalah suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan reaksi
tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Dalam keadaan sehari-hari ada beberapa zat yang sering digolongkan sebagai racun namun sebenarnya
bahan ini adalah korosif, yaitu dapat menyebabkan luka bakar pada bagian tubuh dalam bila masuk ke
dalam tubuh. Penatalaksanaan penderita pada kasus ini biasanya disamakan dengan keracunan.
Jalur masuknya racun dalam tubuh manusia

1. Melalui mulut/alat pencernaan.


2. Melalui pernapasan.
3. Melalui kulit atau absorbsi (kontak)
4. Melalui suntikan atau gigitan
Gejala dan tanda keracunan secara umum
a. Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan
b. Penurunan respon
c. Gangguan pernapasan
d. Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan
e. Mual, muntah, diare
f. Lemas, lumpuh, kesemutan
g. Pucat atau sianosis
h. Kejang-kejang
i. Gangguan pada kulit
j. Bekas suntikan, gigitan, tusukan
k. Syok
l. Gangguan irama jantung dan peredaran darah pada zat tertentu.

Penatalaksanaan keracunan secara umum :


1. Pengamanan sekitar, terutama bila berhubungan dengan gigitan binatang.
2. Pengamanan penderita dan penolong terutama bila berada di daerah dengan gas beracun.
3. Keluarkan penderita dari daerah berbahaya bila memungkinkan.
4. Penilaian dini, bila perlu lakukan RJP.
5. Bila racun masuk melalui jalur kontak, maka buka baju penderita dan bersihkan sisa bahan beracun bila
ada
6. Bila racun masuk melalui saluran cerna, uapayakan mengencerkan racun.
7. Awasi jalan napas, terutama bila respon menurun atau penderita muntah.
8. Bila keracunan terjadi secara kontak maka bilaslah daerah yang terkena dengan air.
9. Bila ada petunjuk seperti pembungkus, sisa muntahan dan sebagainya sebaiknya diamankan untuk
identifikasi.
10. Penatalaksanaan syok bila terjadi
11. Pantaulah tanda vital secara berkala.
12. Bawa ke fasilitas kesehatan

Mars Palang Merah Indonesia


Palang Merah Indonesia
Sumber kasih umat manusia
Warisan luhur, nusa dan bangsa
Wujud nyata pengayom Pancasila

Gerak Juangnya ke seluruh Nusa
Mendharmakan bhakti bagi Ampera
Tunaikan tugas suci tujuan PMI
Di Persada Bunda Pertiwi
Untuk umat manusia
Di seluruh dunia
PMI menghantarkan jasa

7 PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN 
SABIT MERAH INTERNATIONAL

disahkan di Wina ( Austria )oleh Konferensi International Palang 
Merah dan Bulan Sabit Merah XX tahun 1965.Terdiri atas :

1. Kemanusiaan ( Humanity ), Bahwa gerakan Palang Merah dan 
Bulan sabit Merah didirikan berdasarkan keinginan untukmemberikan
pertolongan tanpa membedakan korban dalam pertempuran, berusaha 
mencegah danmengatasi penderitaan sesama manusia.
2. Kesamaan ( Importiality ), Bahwa gerakan ini tidak membedakan 
bangsa, suku, agama dan politik, tujuannya semata­mata 
untukmengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya 
dan mendahulukan yang paling parah.
3. Kenetralan ( Neutrality ), Bahwa gerakan ini tidak boleh memihak 
atau melibatkan diri dalam pertentangan Politik, agama, suku,atau 
ideologi agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak.
4. Kemandirian ( Independence ), Bahwa gerakan ini bersifat mandiri,
tugasnya membantu pemerintah dalam bidang kemanusiaan, 
harusmentaati peraturan negaranya dan harus menjaga otonomi 
negaranya sehingga dapat bertindak sesuaidengan prinsip pelang 
merah.
5. Kesukarelaan ( Voluntari Service ), Gerakan ini memberi bantuan 
secara sukarela bukan keinginan mencari keuntungan.
6. Kesatuan ( Unity ), Gerakan ini dalam suatu negara hanya terdapat 
satu perhimpunan palng merah atau bulan sabit merahyang terbuka 
untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh 
wilayah.
7. Kesemestaan ( Universality ), Bahwa gerakan ini bersifat semesta 
dimana setiap perhimpunan mempunyai hak dan tanggung jawabyang 
sama dalam menolong sesama.

Tri Bakti PMR (lama) :
1. Berbakti kepada masyarakat.
2. Mempertinggi ketrampilan dan memelihara kebersihan dan 
kesehatan.
3. Mempererat persahabatan nasional dan internasional.

Tri Bakti PMR (sekarang) :
1. Meningkatkan keterampilan hidup sehat
2. Berkasya da berbakti dimasyrakat
3. Mempererat persahabatan nasional dan internasional

Palang Merah
ARTI PALANG MERAH : Suatu perhimpunan yang anggotanya 
memberikan pertolongan secara sukarela kepada setiap manusia yang 
sedang menderita tanpa membeda­bedakan bangsa, golongan, agama, 
warna kulit dan politik.

SEJARAH PALANG MERAH INTERNASIONAL

Jean Henry Dunant

Adalah Bapak Palang merah sedunia karena beliaulah pendiri dan 


peloporberdirinya Palang Merah.J.H. Dunant lahir di Swiss pada 
tanggal 8 Mei 1828 (ditetapkan sebagai Hari Palang Merah dan 
BulanSabit Merah Internasional) Ayahnya bernama Jean Jacques 
Dunant dan Ibunya bernama AntoinetteColladon. 

          Pada tanggal 24 Juni 1859 di Solferino Itali Utara, pasukan 


Prancis dan Italia sedang bertempur melawanpasukan Austria. Pada 
saat itu H.Dunant tiba disana dengan harapan dapat bertemu dengan 
KaisarPrancis (Napoleon III).H. Dunant secara kebetulan menyaksikan
pertempuran itu. Saat itu dinas medis militer kewalahan 
dalammenangani korban perang yang mencapai 40.000 orang. Tergetar
oleh penderitaan tentara yang terlukaH. Dunant bekerjasama dengan 
penduduk setempat segera bertindak mengkoordinasikan 
bantuanuntuk mereka.
Setelah kembali ke Swiss, H. Dunant menggambarkan 
pengalaman itu ke dalam sebuah buku yangberjudul : UN SOUVENIR
DE SOLFERINIO/ A MEMORI OF SOLFERINO yang artinya Kenang­
kenangan dariSolferino TAHUN 1862. Dalam bukunya H. Dunant 
mengajukan 2 gagasan, yaitu :

1. Membentuk organisasi Sukarelawan, yang akan disiapkan dimasa 
damai untuk menolong para prajurityang terluka di medan perang.
2. Mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang 
cidera di medan perang,sertasukarelawan dari organisasi tersebut pada
waktu memberikan perawatan.

9 Februari 1863 empat orang warga Jenewa bergabung dengan H. 
Dunant untuk mengembangkan keduagagasan tersebut(Komite Lima). 
Empat orang tersebut adalah :
1. General Dufour
2. Dr. Theodore
3. Dr. Louis Appia
4. Gustave Moynier

Yang kemudian mereka bersama­sama membentuk Komite
Internasional Palang Merah (KIPM) atau International Committee Of the
Red Cross (ICRC).Berdasarkan gagasan pertama didirikanlah sebuah 
Organisasi Sukarelawan di setiap negara, yangbertugas membantu 
dinas medis angkatan darat pada waktu perang. Organisasi tersebut 
sekarangdisebut LRCS (Loague Of The Red Cross Society) atau LPPMI 
( Liga Perhimpunan Palang Merah) yangdibentuk tanggal 5 Mei Tahun
1919.Tahun 1992 berubah menjadi Federasi Internasional Palang 
Merahdan Bulan Sabit Merah. Palang Merah lahir berdasarkan 
keinginan untuk membantu korban perang, dan untuk 
pelaksanaantugasnya pada tanggal 22 Agustus 1864 atas Prakarsa 
ICRC, Pemerintah Swiss menyelenggarakan konferensi yang diikuti 12 
negara yang dikenal denganKonvensi Genewa ( The Genewa Conventions
Of August 12 1949 )dengan hasil konfrensi sebagai berikut.

Fungsi Pokok Palang Merah :
- Perlindungan(proteksi)
- Perbantuan (asistensi)
- Kesehatan dan kesejahteraan

TUGAS PALANG MERAH :

Pada Waktu Perang
1. Membantu Jawatan Kesehatan angkatan Perang
2. Memberi Pertolongan pada waktu perang

Pada waktu damai
1. Membangkitkan perhatian umum terhadap azas dan tujuan Palang 
Merah
2. Menyebarluaskan Cita­cita Palang Merah Berdasarkan 
Prikemanusiaan
3. Menyiapkan tenaga dan sarana Kesehatan/bantuan lainnya untuk 
menjamin kelancaran tugas palangMerah.
4. Memberi bantuan dan pertolongan pertama dalam setiap 
musibah/kecelakaan.
5. Menyelenggarakan PMR
6. Turut memperbaiki Kesehatan rakyat
7. Membantu Mencari Korban Hilang ( TMS ).

Tiga macam Lambang Palang Merah yang resmi diakui 
Internasional :

1. Palang Merah diatas warna dasar putihAdalah kebalikan dari bendera 
Swiss sebagai lambang yang diakui untuk menghormati negara Swiss 
ataukewarganegaraan Dunant.( 1864 )
2. Bulan sabit Merah diatas warna dasar putih digunakan dinegara 
Arab ( 1876 )
3. Singa dan Matahari Merah diatas warna dasar putih digunakan 
dinegara Iran.

Arti Pemakaian Tanda Palang Merah :
 Pada Waktu Perang, Melindungi korban perang baik sipil atau militer, 
kesatuan kesehatan dan RS yang ditunjuk sebagai RSPalang merah 
oleh yang berwajib.
 Pada Waktu Damai, Di pakai sebagai petunjuk oleh jawatan kesehatan
angkatan perang, Palang Merah Nasional danbeberapa Organisasi 
yang diberi ijin untuk memakainya

SEJARAH PALANG MERAH INDONESIA


Arti lambang PMI
1. Segi Lima merah melambangkan Pancasila.
2. Warna dasar putih melambangkan ‘Kesucian".
3. Tanda Palang Merah melambangkan ‘Bendera Negara Swiss". "Negara Swiss adalah
Negara yang menentang pertumpahan darah" Maka Dari Itu Lambang PMI Untuk :
a. Menghormati negara SWISS
b. Pelopor pendirinya adalah warga negara SWISS
c. Agar Palang Merah benar-benar netral, karena negara SWISS benar-benar negara
yang netral

Seperti Palang Merah Internasional, lahirnya PMI juga berkaitan 
dengan kancah peperangan, diawali pada :
A. MASA SEBELUM PERANG DUNIA II

1. 21 Oktober 1873 Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie ( NERKAI ) didirikan Belanda.
2. Tahun 1932 Dr. RCL Senduk dan Dr. Bahder Djohan merencanakan mendirikan badan PMI.
3. Tahun 1940 pada sidang konperensi NERKAI, rencana diatas ditolak karena menurut
Pemerintah Belanda, rakyat Indonesia belum mampu mengatur Badan Palang Merah Nasional.

B. MASA PENDUDUKAN JEPANG


Dr. RCL Senduk berusaha lagi untuk mendirikan Badan PMI namun gagal, ditolakPemerintah
Dai Nippon.

C. MASA KEMERDEKAAN RI

3 September 1945 Presiden Soekarno memerintahkan kepada Menteri Kesehatan Dr.


Buntaran Martoatmodjo untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional. Pembentukan PMI
dimaksudkan juga untuk menunjukan pada dunia Internasional bahwa negara Indonesia adalah
suatu fakta yang nyata.
5 September 1945 Menkes RI dalam Kabinet I ( Dr. Boentaran ) membentuk Panitia 5 :
Ketua : Dr. R. Mochtar.
Penulis : Bahder Djohan.
Anggota : - Dr. Djoehana, Dr. Marzuki, & Dr. Sintanala.
17 September 1945 tersusun Pengurus Besar PMI yang dilantik oleh Wakil Presiden RI Moch.
Hatta yang sekaligus beliau sebagai Ketuanya.
- Ketua harian : Dr. Boentaran Marta Armaza
- Sekretaris : Dr. Mochtar
- Bendahara : Mr. T. Saubari
- Penasehat : KH. Raden Adrian

D. MASA PERANG KEMERDEKAAN


Pada masa itu peperangan terjadi dimana-mana, dalam usia muda PMI menghadapikesulitan,
kurang pengalaman, kurang peralatan dan dana. Namun orang-orang secara sukarela
mengerahkan tenaganya, sehingga urusan Kepalangmerahan dapat diselenggarakan. Dari
pertolongan dan bantuan seperti :
 Dapur Umum ( DU ).
 Pos PPPK ( P3K ).
 Pengangkutan dan perawatan korban pertempuran.
 Sampai penguburan jika ada yang meninggal.
Dilakukan oleh laskar-laskar Sukarela dibawah Panji Palang Merah yang tidak memandang
golongan, agama dan politik. Pada waktu itu dibentuk Pasukan Penolong Pertama ( Mobile
Colone ) oleh cabang-cabang, anggotanya terdiri dari pelajar.
E. BEBERAPA PERISTIWA SEJARAH PMI

1. Tanggal 16 Januari 1950, Dikeluarkan Keputusan Presiden RI No. 25 / 1950 tentang


pengesahan berdirinya PMI.
2. Tanggal 15 Juni 1950,PMI diakui oleh ICRC.
3. Tanggal 16 Oktober 1950,PMI diterima menjadi anggota Federasi Internasional Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah dengan keanggotaan No. 68.
TUJUAN PMI :
Meringankan penderitaan sesama manusia apapun sebabnya, dengan tidak membedakan
golongan, bangsa, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
KEGIATAN POKOK PMI :
- Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana
- Upaya kesehatan dan usaha transfusi darah
- Pendidikan dan latihan
- Pembinaan generasi muda
- Kesehatan dan kesejahteraan
- Desiminasi HPI (Hukum Perikemanusiaan Internasional)
- Restoring Family Links
LAMBANG PMI :
1. PMI menggunakan lambang Palang Merah di atas dasar putih sebagai tanda PERLINDUNGAN
sesuai dengan ketentuan Palang Merah Internasional.
2. Lambang PMI sebagai anggota Palang Merah Internasional adalah Palang Merah di atas dasar
warna putih.
3. Lambang PMI sebagai Perhimpunan Nasional adalah Palang Merah di atas dasar putih dilingkari
bunga berkelopak lima.
KEANGGOTAAN PALANG MERAH INDONESIA
Didalam Anggaran Dasar PMI pada Bab VII pasal 11 disebutkan Organisaasi PMI mempunyai
anggota, yaitu :

1. ANGGOTA REMAJA.

 Wanita-Pria usia di bawah 18 tahun Warga Negara Indonesia.


 Mendaftarkan diri secara sukarela di sekolah masing – masing.
 Mendapat ijin atau persetujuan orang tua.

2. Anggota Biasa

 Wanita & Pria diatas umur 19 tahun dan WNI.


 Mendaftarkan diri secara sukarela atas nama pribadi.
 Mengetahui asas dan tujuan PMI & bersedia menaati tata tertib PMI.

3. Anggota Kehormatan
 Wanita & Pria tanpa batasan umur.
 Telah berbuat jasa kewpada PMI & diusulkan oleh pengurus untuk diangkat.
 Bersedia diangkat menjadi anggota kehormatan.
Sumber Daya Manusia PMI :
- PMR : Tk. Mula (SD), 7-12 tahun, badge warna hijau.
Tk. Madya(SMP), 13-16 tahun, badge warna biru.
Tk. Wira(SMA/sederajat), 17-21 tahun, badge warna kuning.
- Tenaga Sukarela(TSR) : orang yang mau menyumbangkan tenaga, waktu, pikiran
dan dana, bak secara keseluruhan atau sebagian untuk tugas kemanusiaan.
- Korps Sukarela(KSR) : orang yang telah tercantum sebagai anggota biasa
perhimpunan PMI yang menyatakan diri sebagai KSR dengan syarat-syarat
tertentu.
- Pembina teknis PMR
- Pelatih

SEJARAH PALANG MERAH REMAJA


Palang Merah Remaja : wadah dari anggota remaja PMI, yang anggotanya
dididik menjadi manusia yang berperikemanusiaan yang disiapkan sebagai kader
PMI yang baik dan mampu membantu tugas kepalangmerahan.
Latar Belakang :
- Perang dunia I (1914-1918) saat terjadi peperangan di Australia, Palang Merah
Australia kekurangan tenaga penolong, akhirnya mereka mengerahkan anak-anak
sekolah untuk membantu sesuai kemampuan, lalu mereka tergabung dalam
himpunan yang bernamaPalang Merah Remaja.
- Pada tahun 1919 dalam sidang Liga Perhimpunan Palang Merah Internasional
diputuskan bahwa gerakan Palang Merah Remaja menjadi bagian dari Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah.
PMR di Indonesia :
Pada Kongres PMI ke-IV, Januari 1950 di Jakarta, PMI membentuk
Palang Merah Pemuda yang dipimpin oleh Ny. Siti Dasimah dan Paramita
abdurrahman. 1 Maret 1950 PMP didirikan secara resmi dan berganti nama
menjadi Palang Merah Remaja dengan dasar pendirian Surat Edaran Dirjen
Pendidikan No. 1.1-052.1974 tanggal 22 Juni 1974.
Keanggotaan PMR dibagi dalam tiga tingkatan antara lain :
 PMR MULA                : Setingkat usia murid SD, 7 – 12 tahun, Badge 
warna HIJAU.
 PMR MADYA    : Setingkat usia murid SLTP, 13 – 16 tahun, Badge 
warna BIRU.
 PMR WIRA                 : Setingkat usia murid SLTA, 17 – 21 tahun, 
Badge warna KUNING.

TANDU
Tandu adalah suatu alat yang terdiri dua buah tongkat panjang dan 
dua buah tongkat pendek yang dipadukan dengan tambang dan kain 
segingga membentuk suatu anyaman yang dipergunakan untuk 
membawa korban kecelakaan.
Fungsi Tandu :
 Sebagai alat bantu mengangkat korban yang bersifat darurat.
 Untuk mengangkut barang­barang korban.
 Alatnya Terdiri Atas :
 Dua buah tongkat panjang (Longer) dengan ukuran 225 cm.

 Dua buah tongkat pendek (Blander) dengan ukuran 60 cm.
 Tali tambang dengan ukuran 28 meter atau 13­14 meter

Ukuran :
 Pegangan Panjang 23­25 cm
 Pegangan Pendek 3­5 cm
 Jarak antar jangkar 19­21 cm
 Jumlah jangkar 14 buah
 Lebar tandu 40­45 cm
 Sisa tali max. 5 cm

PERTOLONGAN PERTAMA
Pertolongan Pertama (PP) adalah pertolongan segera yang 
diberikan kepada orang yang mendapat kecelakaan atau sakit sebelum 
mendapatkan pertolongan dari tenaga medis. 
Ini berarti :
 Pertolongan Pertama harus diberikan secara cepat.

 Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit 
korban bukan menambah sakit korban

Tujuan utama pertolongan pertama adalah untuk :
 Mempertahankan penderita tetap hidup atau terhindar dari maut

 Membuat keadaan penderita tetap stabil
 Mengurangi rasa nyeri, ketidak­nyamanan dan rasa cemas
 Menghindarkan kecacatan yang lebih parah

Pelaku pertolongan pertama adalah penolong yang pertama kali 
tiba di tempat kejadian yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam 
penanganan medis dasar. Secara umum semua orang boleh 
memberikan pertolongan.

Prinsip Dasar Pertolongan Pertama
Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan adalah 
sebagai berikut:

 Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita 
lengah atau kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu 
kecelakaan. Sebelum kita menolong korban, periksa dulu apakah tempat
tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya
 Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien. 
Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun 
sarana pendukung lainnya. Bila Anda bekerja dalam tim, buatlah 
perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.
 Biasakan membuat catatan tentang usaha­usaha pertolongan yang 
telah Anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb.
Catatan ini berguna bila penderita mendapat rujukan atau pertolongan
tambahan oleh pihak lain.

Klasifikasi Penolong:

a. Orang Awam, Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan 
pertolongan pertama
b. Penolong pertama, Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI
c. Tenaga Khusus/Terlatih, Tenaga yang dilatih secara khusus untuk 
menanggulangi kedaruratan di Lapangan

Agar dapat menjalankan tugas, petugas penolong harus memiliki 
kualifikasi sebagai berikut
 Jujur dan bertanggungjawab.
 Memiliki sikap profesional, kematangan emosi. dan Kemampuan 
bersosialisasi.
 Selalu dalam keadaan siap, khususnya secara fisik
 Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi PMI.

Apa saja Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama ?
 Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang 
sekitarnya
 Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa
 Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan 
keadaan korban
 Meminta bantuan / rujukan
 Melakukan komunikasi dengan petugas yang terlibat
 Mempersiapkan untuk ditransportasikan
 Menjaga kerahasiaan medis si penderita

Peralatan Dasar Pelaku Pertolongan Pertama (Alat Pelindung 
Diri)

1. Sarung Tangan Lateks
2. Kacamata Pelindung
3. Baju pelindung
4. Masker Penolong
5. Masker RJP
6. Helm

Peralatan yang dibutuhkan dalam Pertolongan Pertama :


 Penutup Luka misalnya kasa steril  Tandu
 Pembalut misalnya pembalut segitiga(mitella) dan  Tensimeter dan Stetoskop
pembalut gulung  Kapas
 Cairan Antiseptik misalnya alkohol/rivanol  Pinset
 Peralatan stabilisasi (misalnya bidai dan papan   Alat Tulis
spinal panjang)  Kartu penderita(kartu luka
 Gunting
 Oksigen
 Senter
 Selimut

Alat Bantu pada Pertolongan Pertama 
1. Perban
Perban adalah bahan yang digunakan untuk 
menutup luka dengan tujuan untuk membantu 
menghentikan pendarahan dan menyerap cairan 
yang keluar dari luka juga mencegah terjadinya 
kontaminasi kuman.
2. Pembalut / bebat
Bebat atau balutan adalah bahan yang sering 
digunakan untuk melapis luka sehabis diperban.
3. Mitella (pembalut segitiga)
Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga 
sama kaki dengan berbagai ukuran.
4. Dasi (cravat)
Merupakan mitella yang dilipat­lipat dari salah satu 
ujungnya sehingga berbentuk pita dengan kedua 
ujung­ujungnya lancip dan lebarnya antara 5­10 cm. 
Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut 
mata, dahi (atau bagian kepala yang lain), rahang, 
ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki 
yang terkilir.
5. Pita (pembalut gulung)
Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau
bahan elastis. Yang paling sering adalah kasa. Hal 
ini dikarenakan kasa mudah menyerap air dan 
darah, serta tidak mudah kendor
6. Plester (pembalut berperekat)
Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, 
untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk 
merekatkan pada kelainan patah tulang. Cara 
pembidaian langsung dengan lester disebut 
strapping. Plester dibebatkan berlapis­lapis dari 
distal ke proksimal dan untuk membatasi gerakan 
perlu pita yang masing­masing ujungnya difiksasi 
lengan plester.
7. Kassa Steril
Kasa steril ialah potongan­potongan pembalut kasa 
yang sudah disterilkan dan dibungkus sepotong demi
sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum 
digunakan. Digunakan untuk menutup luka­luka 
kecil yang sudah didisinfeksi atau diobati (misalnya 
sudah ditutupi sofratulle), yaitu sebelum luka 
dibalut atau diplester.
8. Bidai
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman 
kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang 
digunakan untuk menahan atau menjaga agar 
bagian tulang yang patah tidak bergerak 
(immobilisasi), memberikan istirahat dan 
mengurangi rasa sakit. Maksud dari immobilisasi 
adalah:
1.   Ujung­ujung dari ruas patah tulang yang tajam 
tersebut tidak merusak jaringan lemah,
     otot­otot, pembuluh darah, maupun syaraf.
2.   Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, 
berarti pula mencegah terjadinya syok karena
     rasa nyeri yang hebat.
3.   Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang
yang patah sehingga mencegah terjadinya
     infeksi tulang.
Pembidaian tidak hanya dilakukan untuk 
immobilisasi tulang yang patah tetapi juga untuk 
sendi yang baru direposisi setelah mengalami 
dislokasi. Sebuah sendi yang pernah mengalami 
dislokasi, ligamen­ligamennya biasanya menjadi 
kendor sehingga gampang mengalami dislokasi 
kembali, untuk itu setelah diperbaiki sebaiknya 
untuk sementara waktu dilakukan pembidaian.

Pembidaian dan Pembalutan
Pembidaian
Pembidaian adalah suatu cara penyembuhan patah
tulang dengan menggunakan kain segitiga dan 
beberapa kayu yang sudah di ukur.
Syarat­syarat pembidaian :
 bidai dan kain harus steril.
 bidai yang digunakan harus ringan dan kuat.
 pembidaian jangan terlalu keras dan longgar.
 pembidaian harus meliputi dua sendi diantara 
dua tulang yang patah.

Tujuan pembidaian mencegah pergerakan atau 
pergeseran dari ujung tulang dan mengurangi rasa 
sakit.
Cara pembidaian :
 menyiapkan peralatan.
 mengukur panjang bidai yang digunakan.
 masukkan pembalut pada sela­sela bawah.
 ikat bidai dengan pembalut.

PEMBALUTAN
Pembalutan adalah suatu cara penyembuhan 
dengan cara menutup luka untuk mencegah 
pendarahan dan rasa sakit.
Fungsi pembalutan adalah mengurangi rasa sakit 
dan mencegah terjadinya infeksi.
Macam­macam pembalutan :
1. Pembalutan cepat: Pembalutan yang digunakan
dengan cepat dan tepat.
2. Pembalutan gulung   : Pembalutan dengan cara 
menggulung kain untuk menutupi luka.
3. Pembalutan mitella: Pembalutan dengan 
menggunakan mitella (kain segitiga).
4. Pembalutan gips: Menutup luka dengan cara di 
tutup dengan semen putih.
5. Pembalutan perban/kain kasa.
6. Pembalutan pundai.

Macam­macam lipatan/slap :
1. Slap dua: Untuk membalut telapak tangan, kepala 
bagian ubun­ubun, telapak kaki dan perut.
2. Slap empat: Untuk membalut siku, tangan dan kaki.
3. Slap delapan : Untuk membalut pelipis.
4. Slap enam belas: Untuk membalut ibu jari 

ANATOMI & ILMU FAAL
Anatomi
­Ilmu yang mempelajari susunan tubuh
Dan bentuk tubuh

Fisiologi (Faal Tubuh)
­Ilmu yang mempelajari Faal (Fungsi )
Bagian dari alat atau jaringan tubuh

Posisi Anatomis
Yaitu : Berdiri tegak, kedua lengan disamping tubuh
         telapak tangan menghadap kedepan.
Secara garis besar, tubuh manusia dibagi :
1. Kepala
2. Leher
3. Batang Tubuh ( Dada,Perut,Punggung & Panggul )
4. Anggota Gerak atas
5. Anggota Gerak bawah
Rongga Tubuh
1. Rongga Tengkorak
2. Rongga Tulang Belakang
3. Rongga Dada
4. Rongga Perut
5. Rongga Panggul

Perut ( Abdomen )
1. Kwadran kanan atas ( Organ hati, kandung empedu,
     pankreas & usus )
2. Kwadran Kiri Atas ( Organ Lambung,Limpa & usus )
3. Kwadran kanan bawah ( terutama organ usus termasuk
     usus buntu )
4.  Kwadran kiri bawah ( terutama usus )

KEDARURATAN MEDIS

KEJANG
Merupakan kekakuan tubuh atau alat alat gerak akibat
kontraksi dan atau relaksi otot yang tidak terkontrol.
Penyebab :
a.  Penyakit kronis tertentu
b. Epilepsi
c. Hipoglekimia ( kadar gula rendah )
d.  Keracunan ( alkohol / obat )
e.  Stroke
f.   Demam ( umumnya balita )
g,  Infeksi
h. Cedera kepala / tumor otak
i.   Komplikasi kehamilan
Secara umum kejang akan terhenti dengan sendirinya
Dan sebagai penolong tidak banyak yang dilakukan
Yang terpenting adalah jaga pernafasan dan bahaya disekitar

AYAN ( EPILEPSI )
Kekakuan tubuh & anggota gerak untuk beberapa saat
yang disertai kejang dan diikuti hilangnya kesadaran.
Gejala & tanda :
1. Pandangan kosong
2. Teriakan tercekik
3. Jatuh tiba­tiba
4. Wajah & leher sianosis
5. Gerakan kejang otot
6. Tidak ada respon
7. Mulut berbuih
8. Bab & Bak secara spontan
9. Penderita sadar pada waktu yang tidak lama
Setelah kejang biasanya korban kelelahan dan tertidur
Pertolongan
• Lindungi Penderita dari Cidera lain
• Jangan menahan atau melawan kejang
• Lindungi lidah penderita dari tergigit
• Posisi miring stabil segera
• Bila serangan telah berlalu, istirahatkan penderita dengan nyaman
PINGSAN
terjadi karena peredaran darah yang keotak
berkurang.
Gejala & tanda :
1. Perasaan linglung
2. Pandangan berkunang­kunang
3. Lemas, keluar keringat dingin
4. Menguap
5. dapat menjadi tidak respon
6. Denyut nadi lambat

Pertolongan
• Bawa penderita ketempat yang aman
• Usahakan penderita menghirup udara segar
• Baringkan Penderita dengan tungkai ditinggikan
• Longgarkan pakaian / yang mengikat
• Periksa cidera lainnya
• Beri selimut
• Beri rangsangan wangi­wangian / posisi air way
• Bila pulih, usahakan istirahat beberapa menit
• Bila tidak pulih, maka : ­ Periksa Nafas dan Nadi
                        ­ Posisi Miring Stabil
                        ­ Bawa ke RS/Dokter 
Teknik Pertolongan Pertama (Pembalutan dan Pembidaian)

METODE PEMBALUTAN

Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.

Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan
pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi.
Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:

1. Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk
melindungi luka selama didesinfeksi.
2. Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat antiseptik.
3. Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk
membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
4. Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran
yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
5. Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di
atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
6. Kemudian berikan balutan yang menekan.

Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan


dengan cara:

1. Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai


pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.
2. Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling
lama 15 menit.
3. Pengikatan dengan tourniquet.
4. Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
5. Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di lengan) dan
lima jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)
6. Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan
kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk torniket
kain, perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda torniket sudah kencang
ialah menghilangnya denyut nadi di distal dan kulit menjadi pucat kekuningan.
7. Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka ditekan
dengan kasa steril.
8. Elevasi bagian yang terluka

Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:

1. Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi


2. Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain
3. Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.
4. Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang paling
bawah letaknya di sebelah distal.
5. Tidak mudah kendor atau lepas

Prinsip dan Prosedur Pembidaian :


Prinsip
1. Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan
dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman
dipindahkan ke tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka,
pembalutan dan pembidaian.
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus
dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu
dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada
keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.

Prosedur Pembidaian
1. Siapkan alat-alat selengkapnya
2. Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat
lukanya dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
3. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur
dahulu pada sendi yang sehat.
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara
bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah,
atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
5. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dan sebagainya)
dimulai dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang
tepat di atas bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak
pada permukaan anggota tubuh yang dibidai.
6. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar
secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
7. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
8. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu

bidai, mitela, pembidaian, pembalutan.30 Sep h

PEMBALUTAN, PEMBIDAIAN DAN EVAKUASI


PEMBALUTAN

PENGERTIAN
Membalut adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian tubuh agar tidak bergeser
atau berubah dari posisi yang dikehendaki.

TUJUAN
1. Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya
2. Mencegah terjadinya pembengkakan
3. Menyokong bagian badan yang cidera dan mencegah agar bagian itu tidak bergeser
4. Menutup agar tidak kena cahaya, debu dan kotoran

ALAT DAN BAHAN


1. Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga
2. Dasi adalah mitella yang berlipat – lipat sehingga berbentuk seperti dasi
3. Pita adalah pembalut gulung
4. Plester adalah pembalut berperekat
5. Pembalut yang spesifik
6. Kassa steril

1. Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga


a. Bahan pembalut terbuat dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran.
Panjang kaki antara 50 – 100 cm.
b. Pembalut ini dipergunakan pada bagian kaki yang terbentuk bulat atau untuk menggantung
bagian anggota badan yang cedera
c. Pembalut ini bisa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul,
telapak kaki dan untuk menggantung tangan

d. Cara membalut dengan mitela :


Salah satu sisi mitella dilipat 3 – 4 cm sebanyak 1 – 3 kali
 Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan diluar bagian yang akan dibalut, lalu ditarik
secukupnya dan kedua ujung sisi itu diikatkan
 Salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan dapat diikatkan pada ikatan b, atau diikatkan
pada tempat lain maupun dapat dibiarkan bebas, hal ini tergantung pada tempat dan
kepentingannya

e. Gambar cara membalut dengan mitela :


Luka pada atap tengkorak
Luka pada dada
Lengan yang cedera
Telapak kaki

2. Dasi adalah mitella yang berlipat – lipat sehingga berbentuk seperti dasi
a. Pembalut ini adalah mitella yang dilipat – lipat dari salah satu sisi segitiga agar beberapa lapis
dan berbentuk seperti pita dengan kedua ujung – ujungnya lancip dan lebarnya antara 5 – 10 cm
b. Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang lain),
rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis dan kaki terkilir

c. Cara membalut dengan dasi :


Pembalut mitella dilipat – lipat dari salah satu sisi sehingga berbentuk pita dengan masing –
masing ujung lancip
Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan
Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor dengan cara sebelum diikat arahnya saling
menarik
Kedua ujungnya diikatkan secukupnya

d. Gambar cara membalut dengan dasi :


Luka pada mata
Luka pada dagu
Luka pada ketiak
Luka pada siku

3. Pita adalah pembalut gulung


a. Pembalut ini dapat dibuat dari kain katun, kain kassa, flanel atau bahan elastis. Yang paling
sering adalah dari kassa, hal ini karena kassa mudah menyerap air, darah dan tidak mudah
bergeser (kendor)
b. Macam – macam pembalut dan penggunaanya :
Lebar 2,5 cm : biasa untuk jari – jari
Lebar 5 cm : biasa untuk leher dan pergelangan tangan
Lebar 7,5 cm :biasa untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
Lebar 10 cm : biasa untuk paha dan sendi panggul
Lebar > 10 – 15 cm : biasa untuk dada, perut dan punggung

c. Cara membalut dengan pita :


Berdasar besar bagian tubuh yang akan dibalut, maka dipilih pembalutan pita ukuran lebar yang
sesuai
 Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan dari
proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh yang akan dibalut kemudian dari distal ke
proksimal dibebatkan dengan arah bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan
yang satu dengan bebatan berikutnya
Kemudian ujung yang dalam tadi (b) diikat dengan ujung yang lain secukupnya

d. Gambar cara membalut dengan pita :


Pada kepala
Pada lengan
Pada tumit
Pada telapak tangan

4. Plester adalah pembalut berperekat


a. Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk
merekatkan pada kelainan patah tulang
b. Khusus untuk penutup luka, biasa dilengkapi dengan obat anti septik
c. Cara membalut luka dengan plester
Jika ada luka terbuka : luka diberi obat antiseptik, tutup luka dengan kassa, baru lekatkan
pembalut plester
 Jika untuk fiksasi (misalnya pada patah tulang atau terkilir) : balutan plester dibuat ”strapping”
dengan membebat berlapis – lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi gerakkan
tertentu perlu kita yang masing – masing ujungnya difiksasi dengan plester

5. Pembalut yang spesifik


a. Snelverband adalah pembalut pita yang sudah ditambah dengan kassa penutup luka dan steril,
baru dibuka pada saat akan dipergunakan, sering dipakai pada luka – luka lebar yang terdapat
pada badan
b. Sufratulle adalah kassa steril yang telah direndam dengan obat pembunuh kuman. Biasa
dipergunakan pada luka – luka kecil

6. Kassa steril
a. Adalah kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup luka kecil yang sudah
diberi obat – obatan (antibiotik, antiplagestik)
b. Setelah ditutup kassa itu kemudian baru dibalut

PROSEDUR PEMBALUTAN
1. Perhatikan tempat atau letak yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini :
a. Bagian dari tubuh yang mana ?
b. Apakah ada luka terbuka atau tidak ?
c. Bagaimana luas luka tersebut ?
d. Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak ?
2. Pilih jenis pembalut yang akan dipergunakan ! dapat salah satu atau kombinasi
3. Sebelum dibalut jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang
mengandung desinfektan atau dislokasi perlu direposisi
4. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan :
a. Dapat membatasi pergeseran atau gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
b. Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain
c. Usahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita
d. Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya pada balutan berlapis, lapis yang paling bawah
letaknya disebelah distal
e. Tidak mudah kendor atau lepas

PEMBIDAIAN
PENGERTIAN
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan
yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak
(immobilisasi)

TUJUAN PEMBIDAIAN
1. Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang yang patah
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Mempercepat penyembuhan

MACAM – MACAM BIDAI


1. Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan.
Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat.
Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.

2. Bidai traksi
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga
yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha

3. Bidai improvisasi
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya
sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.

4. Gendongan/Belat dan bebat


Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan
memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan

PRINSIP PEMBIDAIAN
1. Lakukan pembidaian pada tempat dimana anggota badan mengalami cidera ( korban yang
dipindahkan)
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan
dulu ada tidaknya patah tulang
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan

SYARAT – SYARAT PEMBIDAIAN


1. Siapkan alat – alat selengkapnya
2. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur dulu pada
anggota badan korban yang tidak sakit
3. Ikatan jangan terlalu keras dan terlalu kendor
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan
5. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat yang patah
6. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai
7. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas

GAMBAR PEMBIDAIAN PADA PATAH TULANG TUNGKAI BAWAH


GAMBAR PEMBIDAIAN PADA PATAH TULANG LENGAN ATAS

EVAKUASI

Saat tiba di lokasi kita mungkin menemukan bahwa seorang korban mungkin harus dipindahkan.
Pada situasi yang berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat penting. Penanganan korban
yang salah akan menimbulkan cedera lanjutan atau cedera baru.

MEKANIKA TUBUH
Penggunaan tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan dan pemindahan korban untuk
mencegah cedera pada penolong.
Cara yang salah dapat menimbulkan cedera. Saat mengangkat ada beberapa hal yang harus
diperhatikan :
• Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat
• Gunakan tungkai jangan punggung
• Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh
• Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang
• Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui korban
• Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap
Hal-hal tersebut di atas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat korban.
Kunci yang paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang. Upayakan kerja
berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi.
Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak siap secara fisik.

MEMINDAHKAN KORBAN
Kapan penolong harus memindahkan korban sangat tergantung dari keadaan. Secara umum, bila
tidak ada bahaya maka jangan memindahkan korban. Lebih baik tangani di tempat. Pemindahan
korban ada 2 macam yaitu darurat dan tidak darurat
1. Pemindahan Darurat
Pemindahan ini hanya dilakukan bila ada bahaya langsung terhadap korban
Contoh situasi yang membutuhkan pemindahan segera:
• Kebakaran atau bahaya kebakaran
• Ledakan atau bahaya ledakan
• Sukar untuk mengamankan korban dari bahaya di lingkungannya :
– Bangunan yang tidak stabil
– Mobil terbalik
– Kerumunan masa yang resah
– Material berbahaya
– Tumpahan minyak
– Cuaca ekstrim
• Memperoleh akses menuju korban lainnya
• Bila tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi korban, misalnya
melakukan RJP
Bahaya terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya cedera spinal. Ini dapat
dikurangi dengan melakukan gerakan searah dengan sumbu panjang badan dan menjaga kepala
dan leher semaksimal mungkin.
Beberapa macam pemindahan darurat
• Tarikan baju
• Tarikan selimut atau kain
• Tarikan bahu/lengan
• Menggendong
• Memapah
• Membopong
• Angkatan pemadam

2. Pemindahan Biasa
Bila tidak ada bahaya langsung terhadap korban, maka korban hanya dipindahkan bila semuanya
telah siap dan korban selesai ditangani.
Contohnya :
• Angkatan langsung
• Angkatan ekstremitas (alat gerak)

POSISI KORBAN
Bagaimana meletakkan penderita tergantung dari keadaannya.
• Korban dengan syok
• Tungkai ditinggikan
• Korban dengan gangguan pernapasan
• Biasanya posisi setengah duduk
• Korban dengan nyeri perut
• Biasanya posisi meringkuk seperti bayi
• Posisi pemulihan
• Untuk korban yang tidak sadar atau muntah
Tidak mungkin untuk membahas semua keadaan. Situasi di lapangan dan keadaan korban akan
memberikan petunjuk bagaimana posisi yang terbaik.

PERALATAN EVAKUASI
• Tandu beroda
• Tandu lipat
• Tandu skop / tandu ortopedi/ tandu trauma
• Vest type extrication device (KED)
• Tandu kursi
• Tandu basket
• Tandu fleksibel
• Kain evakuasi
• Papan spinal

7 Prinsip gerakan kepalangmerahan beserta artinya


Sekarang, PMR madya spensabet akan berbagi tentang 7 prinsip gerakan kepalangmerahan. 7 prinsip ini
berlaku untuk anggota gerakan palang merah dan bulan sabit merah di seluruh dunia.Berikut adalah
isinya :

1. Kemanusiaan

Gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan memberi
pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka di dalam pertempuran, mencegah dan mengatasi
penderitaan sesama manusia. Palang Merah menumbuhkan saling pengertian, persahabatan, kerjasama
dan perdamaian abadi bagi sesama manusia
.
2. Kesamaan

Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama atau pandangan politik.
Tujuannya semata-mata mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan
medahulukan keadaan yang paling parah.

3. Kenetralan
Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau
melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau ideologi.

4. Kemandirian
Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan nasional disamping membantu Pemerintahnya dalam bidang
kemanusiaan, juga harus mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga otonominya sehingga
dapat bertindak sejalan dengan prinsip-prinsip gerakan ini.

5. Kesukarelaan
Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari
keuntungan apa pun.

6. Kesatuan
Di dalam suatu negara hanya ada satu perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang terbuka
untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.

7. Kesemestaan
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap
Perhimpunan Nasional mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama
manusia.
PEMBALUTAN ,PATAH TULANG
DAN PEMBIDAIAN
PEMBALUTAN ,PATAH TULANG DAN PEMBIDAIAN

PEMBALUTAN
Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Bahan pembalut
dibuat dari bermacam materi kain.

Fungsi pembalut
1. Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan.
2. Mempertahankan penutup luka pada tempatnya.
3. Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.

Pemasangan yang baik akan membantu proses penyembuhan.

Beberapa jenis pembalut


Pembalut pita/gulung.
Pembalut segitiga (mitela).
Pembalut penekan.

Penutupan luka
Penutup luka harus meliputi seluruh permukaan luka.
 Upayakan permukaan luka sebersih mungkin sebelum menutup luka, kecuali bila luka disertai
perdarahan, maka prioritasnya adalah menghentikan perdarahan tersebut.
Pemasangan penutup luka harus dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan penutup yang
menempel pada bagian luka tidak terkontaminasi

Pembalutan
Jangan memasang pembalut sampai perdarahan terhenti, kecuali pembalutan penekanan untuk
menghentikan perdarahan.
Jangan membalut terlalu kencang atau terlalu longgar.
Jangan biarkan ujung bahan terurai, karena dapat tersangkut pada saat memindahkan korban
 Bila membalut luka yang kecil sebaiknya daerah yang dibalut lebih lebar untuk menambah
luasnya permukaan yang mengalami tekanan diperluas sehingga mencegah terjadinya kerusakan
jaringan.
Jangan menutupi ujung jari, bagian ini dapat menjadi petunjuk apabila pembalutan kita terlalu
kuat yaitu dengan mengamati ujung jari. Bila pucat artinya pembalutan terlalu kuat dan harus
diperbaiki.
Khusus pada anggota gerak pembalutan dilakukan dari bagian yang jauh lebih dahulu lalu
mendekati tubuh.
 Lakukan pembalutan dalam posisi yang diinginkan, misalnya untuk pembalutan sendi jangan
berusaha menekuk sendi bila dibalut dalam keadaan lurus.

Penggunaan penutup luka penekan


Kombinasi penutup luka dan pembalut dapat juga dipakai untuk membantu melakukan tekanan
langsung pada kasus perdarahan. Langkah-langkahnya :
1. Tempatkan beberapa penutup luka kasa steril langsung atas luka dan tekan.
2. Beri bantalan penutup luka.
3. Gunakan pembalut rekat, menahan penutup luka.
4. Balut.
5. Periksa denyut nadi ujung bawah daerah luka (distal).

Perawatan luka Terbuka


1. Pastikan daerah luka terlihat
2. Bersihkan daerah sekitar luka
3. Kontrol perdarahan bila ada
4. Cegah kontaminasi lanjut
5. Beri penutup luka dan balut
6. Baringkan penderita bila kehilangan banyak darah dan lukanya cukup parah
7. Tenangkan penderita
8. Atasi syok bila ada, bila perlu rawat pada posisi syok walau syok belum terjadi
9. Rujuk ke fasilitas kesehatan

Perawatan Luka Tertutup

Lakukan perawatan seperti halnya terjadi perdarahan dalam

Khusus untuk luka memar dapat dilakukan pertolongan sebagai berikut :


Berikan kompres dingin (misalnya kantung es)
Balut tekan
Istirahatkan anggota gerak tersebut
Tinggikan anggota gerak tersebut

Bila ada kecurigaan perdarahan besar maka sebaiknya pederita dirawat seperti syok.

Perawatan luka dengan benda asing menancap


Langkah-langkah perawatan luka yang disertai dengan menancapnya benda asing adalah sebagai
berikut :
1. Stabilkan benda yang menancap secara manual.
2. Jangan dicabut. Benda asing yang menancap tidak pernah boleh dicabut
3. Bagian yang luka dibuka sehingga terlihat dengan jelas.
4. Kendalikan perdarahan, hati-hati jangan sampai menekan benda yang menancap
5. Stabilkan benda asing tersebut dengan menggunakan penutup luka tebal, atau berbagai variasi
misalnya pembalut donat, pembalut gulung dan lain-lainnya.
6. Rawat syok bila ada
7. Jaga pasien tetap istirahat dan tenang.
8. Rujuk ke fasilitas kesehatan

PATAH TULANG DAN PEMBIDAIAN


Patah Tulang

Cedera Otot Rangka


Alat gerak yang terdiri dari tulang, sendi, jaringan ikat dan otot pada manusia sangat penting.
Setiap cedera atau gangguan yang terjadi pada sistem ini akan mengakibatkan terganggunya
pergerakan seseorang untuk sementara atau selamanya.

Gangguan yang paling sering dialami pada cedera otot rangka adalah Patah tulang. Pengertian
patah tulang ialah terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau hanya sebagian saja.

Penyebab
Pada dasarnya tulang itu merupakan benda padat, namun masih sedikit memiliki kelenturan. Bila
teregang melampau batas kelenturannya maka tulang tersebut akan patah.

Cedera dapat terjadi sebagai akibat :


1. Gaya langsung.
Tulang langsung menerima gaya yang besar sehingga patah.
2. Gaya tidak langsung.
Gaya yang terjadi pada satu bagian tubuh diteruskan ke bagian tubuh lainnya yang relatif lemah,
sehingga akhirnya bagian lain iilah yang patah. Bagian yang menerima benturan langsung tidak
mengalami cedera berarti
3. Gaya puntir.
Selain gaya langsung, juga tulang dapat menerima puntiran atau terputar sampai patah. Ini sering
terjadi pada lengan.

Mekanisme terjadinya cedera harus diperhatikan pada kasus-kasus yang berhubungan dengan
patah tulang. Ini dapat memberikan gambaran kasar kepada kita seberapa berat cedera yang kita
hadapi.

Gejala dan tanda patah tulang


Mengingat besarnya gaya yang diterima maka kadang kasus patah tulang gejalanya dapat tidak
jelas. Beberapa gejala dan tanda yang mungkin dijumpai pada patah tulang :
1. Terjadi perubahan bentuk pada anggota badan yang patah. Seing merupakan satu-satunya
tanda yang terlihat. Cara yang paling baik untuk menentukannya adalah dengan
membandingkannya dengan sisi yang sehat.
2. Nyeri di daerah yang patah dan kaku pada saat ditekan atau bila digerakkan.
3. Bengkak, disertai memar / perubahan warna di daerah yang cedera.
4. Terdengar suara berderak pada daerah yang patah (suara ini tidak perlu dibuktikan dengan
menggerakkan bagian cedera tersebut).
5. Mungkin terlihat bagian tulang yang patah pada luka.

Pembagian Patah Tulang


Berdasarkan kedaruratannya patah tulang dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Patah tulang terbuka
2. Patah tulang tertutup

Yang membedakannya adalah lapisan kulit di atas bagian yang patah. Pada patah tulang terbuka,
kulit di permukaan daerah yang patah terluka. Pada kasus yang berat bagian tulang yang patah
terlihat dari luar. Perbedaannya adalah jika ada luka maka kuman akan dengan mudah sampai ke
tulang, sehingga dapat terjadi infeksi tulang. Patah tulang terbuka termasuk kedaruratan segera.

Pembidaian
Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan pembidaian. Pembidaian
adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah.

Tujuan pembidaian
1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan

Beberapa macam jenis bidai :

1. Bidai keras.
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan.
Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat.
Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
2. Bidai traksi.
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga
yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha
3. Bidai improvisasi.
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya
sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
4. Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan
memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan.
Pedoman umum pembidaian
Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap mengikuti pedoman umum.
1. Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita.
2. Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila ada.
3. Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka perhiasan di
daerah patah atau di bagian distalnya.
4. Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera sebelum melakukan
pembidaian.
5. Siapkan alat-alat selengkapnya.
1. 6. Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam posisi
ketika ditemukan.
6. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah.
7. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih dulu
pada anggota badan penderita yang sehat.
8. Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut. Upayakan
juga membidai sendi distalnya.
9. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.
10. Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis.
11. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
12. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian sendi atas
dari tulang yang patah.
13. Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan dengan
pemeriksaan GSS yang pertama.
14. Jangan membidai berlebihan.

Pertolongan cedera alat gerak


1. Lakukan penilaian dini.
• Kenali dan atasi keadaan yang mengancam jiwa.
• Jangan terpancing oleh cedera yang terlihat berat.
2. Lakukan pemeriksaan fisik.
3. Stabilkan bagian yang patah secara manual, pegang sisi sebelah atas dan sebelah bawah
cedera, jangan sampai menambah rasa sakit penderita.
4. Paparkan seluruh bagian yang diduga cedera.
5. Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada.
6. Siapkan semua peralatan dan bahan untuk membidai.
7. Lakukan pembidaian.
8. Kurangi rasa sakit.
• Istirahatkan bagian yang cedera.
• Kompres es bagian yang cedera (khususnya pada patah tulang tertutup).
• Baringkan penderita pada posisi yang nyaman.

Anda mungkin juga menyukai