TINJAUAN PUSTAKA
dari kehidupan air ke kehidupan di darat. Dalam daur hidupnya, hewan ini
mernbutuhkan dua ternpat yaitu lingkungan perairan dan daratan (Dillon, 1965;
bahwa kehidupan kodok di kedua lingkungan berrnula atau diawali di air tawar
pada stadium larva dan dilanjutkan ke kehidupan di daratan pada stadium anakan
(1996) menyebutkan bahwa sebagai anggota dari famili Ranidae, genus Rnna di
Jawa (1 5 jenis), Kalimantan (42 jenis), Nusa Tenggara (11 jenis), Sulawesi (16
jenis) dan Maluku (9 jenis). Sugiri et a1.(1998) dan Tritawani (1998) berhasil
Sumatera Barat seperti Rana hosei, Rana blythi, Rana limnocharis, Rana
dan mempunyai larva yang bebas berenang. Pada rahang atas terdapat gigi,
sedangkan pada rahang bawah spesies tertentu terdapat sepasang tonjolan tulang
seperti gigi, tidak mempunyai tulang rusuk, langit-langit rnulut terdapat vomer
I
yang terletak di antara koarla. Timpanum terletak berpadanan dengan kulit; pupil
mata berbentuk seperti ketupat dan terletak horizontal; jari-jari tungkai depan
biasanya tidak berselaput; jari tungkai belakang antara satu dengan lainnya
terdapat selaput renang (Kampen, 1923; Inger, 1966). Raw tidak mempunyai
kelenjar bisa pada kulit; pada perrnukaan bawah jari tangan ke empat antara
tuberkel dan cakram pada ujung jari terdapat paling banyak dua tuberkel. Ujung
jari tangan dan kaki membesar membentuk cakram, dan pinggiran cakram tidak
terdapat celah yang melingkar secara horizontal. Metatarsus luar 213 bagian
moncong tumpul bulat atau agak runcing; ukuran panjang kepala sama dengan
lebar atau lebih panjang dari lebar kepala; tonjolan tulang di ujung rahang bawah
diameter mata, pada punggung terdapat banyak lipatan kulit (plika longitudinal),
Susiri er n1.,1997); warna pada permukaan atas tubuh abu-abu, coklat dengan
bercak benvarna hitam atau kelabu tua yang susunannya tidak teratur, kulit
hitam atau kelabu, bagian bawah tubuh berwarna putih; jari-jari tangan dan kaki
runcing dengan ujung jari tidak membesar, selaput renang hampir mencapai
ujung jari di sisi sebelah luar pada jari 1, 2, 3 dan sisi sebelah dalam pada jari
kelima. Pada jari keempat selaput renang mencapai tuberkel subartikular distal
(Inger, 1966; Kampen, 1923; Sugiri et al.,1998). Ciri-ciri sekunder : katak betina
memiliki ukuran tubuh jauh lebih besar dari pada kodok jantan. Pada jantan
terdapat sepasang kmtung suara dan bantalan kopulasi di bawah jari tangan
pertama.
dengan ukuran agak panjang (tibia 0,45 - 0,56 panjang tubuh); panjang tubuh
dapat lebih dari 125 mm; ukuran panjang kepala sedikit lebih besar dari pada
ukuran lebar kepala; moncong tumpul; kantus rostra1 turnpul; daerah pipi sangat
miring dan sedikit cekung; gendang telinga (timpanum) selalu kelihatan; gigi
vomer terletak dalam dua kelompok miring dan sudut anteriomedian koana;
di antara kedua kaki depan dan tubuhnya berbintil; terdapat plika temporal; tanpa
plika dorsolateral. Ujung jari kaki depan bulat; jari pertarna lebih panjang dari jari
kedua; rigi kulit terdapat di sepanjang tepi dalam jari kedua dan ketiga. Bentuk
ujung jari kaki belakang bulat dan tanpa lekukan; selaput renang mencapai ujung
antara jari keempat dan kelima. Gelambir terdapat di sepanjang sisi luar jari
berbentuk oval, tanpa tuberkulum metatarsal luar. Warna pada waktu hidup
coklat sampai merah, biasanya dengan tot01 atau lorek hitam pada tungkai
(Inger, 1966).
Rann blythi Boulenger. Tubuh besar, kaki besar dan panjang; berukbran
lebih panjang dari pada ukuran kaki Ram ntacrodon (tibia 0,52 - 0,62 panjang
tubuh); panjang tubuh dapat lebih dari 150 mm; ukuran panjang kepala lebih
besar dari pada lebar kepala; moncong runcing; kantus rostra1 jelas; daerah pipi
hampir vertikal dan cekung; gigi vomer seperti pada Rana macrodon; pada
temporal; keadaan kaki sama dengan Rana macrodon; selaput renang mencapai
ujung cakram dan lebih penuh dari Rana ntacrodon. Warna h l i t coklat sampai
merah. Katak muda kulitnya dengan tot01 hitam di punggung; terdapat garis
interorbital; bibir dengan lorek hitam; terdapat garis loreal antara mata dan
hidung; terdapat garis hitam antara mata dan timpanum. Warna kaki sama dengan
panjang kepala lebih panjang dari lebar kepala; timpanum terlihat jelas ( kurang
lebih 314 dari diameter mata). Ujung-ujung jari melebar bempa cakram; jari
pertama sama dengan atau lebih panjang dari pada jari kedua; sebelah luar jari
bergelambir; tibia 0,50 - 0,57 dari panjang tubuh. Kulit lebih halus; pada sebuah
benvarna hijau terang; lipatan dorsolateral berwarna kuning; bibir atas dan
berukcran panjang 33 - 60 mm; kepala segitiga; lebar kepala 0,27 - 0,30 dari
panjang tubuh; kepala 0,37 - 0,42 dari panjang tubuh. Ujung-ujung jari melebar,
mempunyai tuberkel metatarsal luar. Kulit lebih kasar atau bergranula; hewan
hidup benvarna kuning pucat atau hijau kekuningan; bagian bawah berwarna
krem; bibir atas putih; permukaan posterior dan ventral paha berwarna kemerah-
merahan. Dalam alkohoi biasanya berwarna coklat kemerah-merahan (Inger,
Rann Izosei. Tubuh kuat; kaki panjang dan kecil; katak dewasa berukuran
50- 100 mm; kepala berbentuk segitiga dan bagian ujung tumpul; lebar kepala
0,30 - 0,40 dari panjang tubuh; panjang kepala 0,36 - 0,40 dari panjang tubuh;
mata besar; timpanum jelas 215 - 314 dari diameter mata; panjang tibia 0,57 - 0,66
metatarsal luar. Hewan hidup berwarna hijau gelap, kecoklatan pada sisi dan pada
permukaan dorsal anggota badan; bibir atas dan bawah berwarna putih keperak-
di tepian sungai berbatu, serta pinggiran air yang ditumbuhi alang-alang. Selain
itu cgenus ini juga ditemukan di daerah pegunungan pada ketinggian 1400 m dari
permukaan laut dan di tepian sungai kecil dan sungai-sungai lebar (Menzies,
1975). Genus ini juga ditemukan di tempat-tempat basah pada daerah dataran
berair di hutan yang telah diubah menjadi daerah pertanian dan dataran rendah di
pesisir pantai yang telah dihuni manusia seperti Rana caizcrivora dan Rana
linznocharis. Sejalan dengan pendapat tersebut Goin, Goin and Zug (1978)
melaporkan bahwa Rana carzcrivora merupakan satu spesies yang mampu hidup
secara tetap di air payau, dimana Rana cancrivora dapat mempertahankan
menekan urea yang terdapat ddam cairan tubuh maupun pada jaringan.
Sila dekat Bangkok dapat hidup normal di rawa-rawa mangrove dengan salinitas
33 %.
Di Mexico, ditemukan dua spesies dari genus Rana (R. magnoacularis dan
R. be]-landieriforreri) yang menyebar secara luas mulai dari pesisir gersang yang
sempit di bagian barat laut "Mexico" hingga lereng bagian barat dari Sierra
Mudre, memperlihatkan kondisi yang sama baik pada habitat yang berbeda.
Misalnya, spesies yang telah diidentifikasi pada dua daerah yang berbeda yaitu
pada kolam air hujan dan sungai yang terletak dekat pesisir memperlihatkan
kondisi yang sama baik dengan spesies yang hidup di sungai di daerah
yang lebih rendah dengan air yang tersedia secara tetap, R ntagnoacularis
rnampu melampaui habitat R. berlandieri forreri yang dibatasi oleh sungai utama
dan area rawa-rawa dekat pesisir dan hidup secara bersama atau simpatrik (Frost
Hal yang sama juga terjadi pada Ratla yipen dan Rana blairi, meskipun
-
dari permukaan laut, sedangkan Ratla blniri hidup di ketinggian 1200 1800 m.
Kedua populasi spesies tersebut dapat ditemui hidup bersama atau simpatrik di
daerah sekitar "Sandy creek" dan "Pueblo county" (Rogers and Cousineau, 1991).
Di Indonesia, penyebaran spesies dari genus Rana cukup bervariasi antara
satu daerah dengan daerah lain. Rana cancrivora di Indonesia hidup di sekitar
perairan air tawar, di sawah atau rawa, koIam, selokan (Sugiri et al.,1998).
car~crivorayang terdapat di daerah Jawa Barat dapat hidup dan menempati lokasi
dengan ketinggian antara 120 m sampai dengan 1000 m di atas permukaan laut.
Habitat alami katak dewasa genus Raila pada umumnya adalah daratan
perairan tawar antara lain persawahan dan rawa. Lingkungan perairan utamanya
normal. Apabila hewan berada pada suhu tubuh di atas titik tertentu (CTM max =
suhu kritis maksimum) atau suhu tubuh di bawah titik tertentu (CTM min = suhu
kritis minimum) maka hewan tidak mampu untuk menampilkan pergerakan yang
terkoordinasi. Pada beberapa amfibia, CTM max yang tertinggi hampir mencapai
cenderung untuk melakukan fungsinya pada suhu lingkungan yang lebih rendah
dibandingkan dengan reptilia. Batas toleransi kritis dari salamander antara - 2 ' ~
Hasil penelitian Putnam dan Bennett (1981) tentang kinerja Bzrfo boreas
dan Rciim yipen, dengan menempatkan kedua spesies tersebut pada suhu
meningkat seiring dengan peningkatan suhu tubuh dan mencapai maksimum pada
telur yang menetas dan letal ataupun dapat menyebabkan pertumbuhan yang
catesbiana di Ontario Canada mempunyai pH letal untuk embrio dan berudu pada
kisaran 3,5 - 3,8, sedangkan penurunan daya tahan hidup terjadi pada pH 4 4,s -
(Licht and Grant, 1993).
Pengujian toleransi asiditas dari embrio dan larva kodok Boreae (Bufo
boreas) yang dipelihara dalam dua buah medium yaitu medium perairan
"Black" dengan pH 7,l sebagai kontrol dengan jumlah masing-masing 100 zigot.
semua larva dapat bertahan hidup dan mengalami metamorfosis secara lengkap
hidup di sekitarnya seperti macam-macam hewan air dan amfibia (Wetzel, 1983).
diakibatkan oleh kej a racun saraf dari merkuri klorida dan diduga juga karena
1991).
fotosintesis oleh tumbuhan air yang pada akhirnya akan menghasilkan oksigen
suatu sel yang tersusun secara teratur dan merupakan pasangan-pasangan pada sel
diploid yang normal (Elridge, 1985). Pembuatan preparat kromosom diambil dari
sel dalam tahapan metafase dengan pemberian kolkisin. Studi pada berbagai
spesies dari kelas Arnphibia dan Reptilia telah banyak dilakukan guna melihat
+ spesies yang mepunyai jumlah kromosom diploid (2n) sebanyak 26 buah seperti
jumlah kromosom diploid (2n) sebanyak 24 buah seperti Rana hosei, Rana
kesamaan jumlah kromosom dari dua atau lebih spesies katak di atas, tetapi
maupun bentuk kromosom. Sebagai contoh, pada kelompok satu walaupun Rana
besar dan sembilan pasang kromosom berukuran kecil. Tipe kromosom yang
kecil dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu enam pasang kromosom
polimorfisme protein.
Protein dan enzim merupakan senyawa organik yang tersusun atas satu
atau lebih untai polipeptida melalui ikatan kovalen peptida Urutan asam amino
gen. Dengan demikian perbedaan protein dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, besar
muatan dan sifat kimia. Berbagai komponen protein serum pada pH di atas dan di
bawah tit ik isoelektriknya akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda karena
Moyes, 1980).
Bila arus listrik dialirkan pada suatu medium penyangga yang berisi
Sebagai contoh, molekul albumin yang mempunyai berat molekul yang lebih
kecil, memiliki laju migrasi yang paling cepat. Jadi dalam suatu medan listrik
dengan konsentrasi gel dan garam-garam tertentu protein akan bergerak ke arah
protein melalui gel pati dan poliakrilamid yang dikombinasi dengan penggunaan
teknik pewarnaan histokimia telah membawa revolusi besar dalam studi genetik
efisiensi enzim, keragaman genetik populasi alami, aliran gen, hibridisasi, jarak
mobilitas protein; 3) subtitusi nukleotida pada basa ketiga pada suatu kodon tidak
selalu membawa perubahan pada asam amino yang dihasilkan dan 4) sekuen-
sekuen DNA pada daerah intron tidak mengkode protein (Solihin, 1994).
Dari hasil penelitian Sugiri (1979) pada kodok batu (Rana blythi) dan
kodok raksasa diperoleh masing-masing lima buah pita protein yaitu albumin,
globulin alfa 1, globulin alfa 2, globulin beta dan globulin gama dengan
konsentrasi yang berbeda. Pengukuran pada beberapa spesies dari genus Rana
juga dilakukan oleh Tritawani (1997) dengan menganalisis pola pita protein dari
enam spesies katak memperlihatkan adanya perbedaan jarak migrasi pita protein
alaminya bila menggunakan jumlah sampel yang besar atau menganalisis banyak
lokus. Beberapa ukuran keragaman genetik yang biasa digunakan, antara lain
nilai proporsi lokus polimorf (Ppoly). Nilai Ppoly yang dihasilkan sangat
dipengaruhi oleh jumlah lokus dan jumlah sampel. Pada analisis keragaman
genetik yang menggunakan jumlah lokus yang kecil serta ukuran sampel yang
Studi tentang tingkat keragaman genetik dari spesies Rana cancrivora yang
terdapat pada beberapa daerah di Jawa Tengah dilakukan oleh Nasaruddin (1998)
distribusi lokus untuk protein dan enzim seperti yang terlihat pada Tabel 1. Dari
18 lokus yang diperiksa ditemukan 9 lokus bersifat polimorf yaitu transferin (Tf),
(H). Dari keenam daerah yang diteliti diperoleh nilai Ppoly sebagai berikut :
bahwa umumnya populasi kodok sawah yang tersebar di Jawa Tengah memiliki
kondisi yang relatif stabil kecuali daerah Jepara. Sedangkan nilai rataan
elektroforesis kodok sawah pada beberapa lokasi di Jawa Barat, nilai proporsi
20
Jumlah
Lokus
22
Prosentase
Polimorfisme
13,60
Rataan %
Lokus
Heterozigositas
3,20
B. tridacylus 5 21 0,OO 0900
B.caimlzo~ latus 28 21 9,SO 0,20
I
Sumber : I
pada Tabel 3, diperoleh jarak genetik @) di antara ketiga spesies sebagai berikut
0,6 16.