Anda di halaman 1dari 12

JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 3 Kelalayakan Limbah Padat Tuna Loin, Kantun et al.

Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi DOI: 10.17844/jphpi.2015.18.3.303

KELAYAKAN LIMBAH PADAT TUNA LOIN MADIDIHANG


Thunnus albacares UNTUK BAHAN BAKU PRODUK DIVERSIFIKASI

Feasibility of Solid Waste Tuna Loin of Yellowfin


Thunnus albacares Raw Materials for The Product Diversification

1
Wayan Kantun*, 2Andi Adam Malik, 1Harianti
1
Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa Makassar, Jalan Perintis Kemerdekaan
VIII No. 8 Makassar, Telepon: 0411-590841 Sulawesi Selatan.
2
Universitas Muhamadyah Pare-Pare, Jalan Jenderal Ahmad Yani Km. 6 Parepare.
Telepon 0421-25524 Faks. 22757 Sulawesi Selatan.
*Korespodensi: aryakantun@yahoo.co.id
Diterima: 22 Oktober 2015 / Disetujui: 20 Desember 2015

Abstrak
Indonesia adalah salah satu negara eksportir tuna di dunia baik dalam bentuk segar, beku,
maupun olahan. Tuna yang diekspor dalam bentuk olahan meninggalkan limbah yang cukup
besar bagi perusahaan pengekspor. Peneltian ini bertujuan untuk menentukan kelayakan limbah
padat tuna loin yang diekspor untuk bahan pangan diversifikasi. Pengambilan sampel dilakukan di
pengolahan tuna loin segar yang berlokasi di Majene Sulawesi Barat. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode eksploratif deskriptif dengan mengambil sampel sebanyak 3 kali dan setiap
sampel diuji sebanyak 3 kali sehingga terjadi 9 kali pengujian untuk peubah yang diamati. Uji
kimia meliputi kadar air, protein lemak, abu, karbohidrat, dan histamin. Uji mikrobiologi meliputi
E.coli, Salmonella dan jumlah total bakteri. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif
kualitatif dan kuantitatif dengan menampilkan melalui Tabel, Grafik dan Gambar dalam bentuk
nilai rataan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara kimia limbah padat tuna loin memiliki
kandungan kadar air berkisar 78,34-78,78%, protein berkisar 14,32-16,41%, lemak berkisar 1,56-
1,66% kadar abu berkisar 5,18-5,58%, karbohidrat 1,29-1,34%, dan histamin berkisar 2,08-3,21
mg/kg. Secara mikrobiologis limbah padat tuna loin memiliki kandungan E.coli berkisar 1,2-1,9
(<2), Salmonella negatif dan TPC berkisar 1,4-1,8 x 105 koloni/g. Hasil uji kimia dan mikrobiologis
menunjukkan limbah padat tuna loin masih layak untuk dijadikan bahan pangan diversifikasi.

Kata kunci: Kelayakan, limbah padat, loin, produk diversifikasi, tuna madidihang

Abstract
Indonesia is one country in the world exporters of tuna in the form of fresh, frozen and
processed. Tuna exported in processed form large enough to leave waste for exporting companies.
The purpose of this study was to determine a feasibility study on solid waste exported tuna loin for
raw material diversification. This research was conducted in Majene Makassar Strait. The study was
conducted using descriptive exploratory method by taking a sample of 3 times and each sample
was tested 3 times resulting in 9 times of testing for each of the observed variables. Chemical test
which includes moisture, protein, fat, ash, carbohydrates, and histamine. Microbiological test that
is E. coli, Salmonella and the total number of bacteria. Data were analyzed by descriptive qualitative
and quantitative display via Tables, Graphics and Image in the form of average value. The results
showed that the chemical solid waste tuna loin has a water content ranged from 78.34 to 78.78%,
protein content ranged from 14.32 to 16.41%, fat ranged from 1.56 to 1.66%, ash content ranged
from 5.18 to 5. 58%, carbohydrate content ranged from 1.29 to 1.34%, and histamine ranged from
2.08 to 3.21 mg / kg. Solid waste microbiologically tuna loin contains E.coli range from 1.2 to 1.9
(<2), Salmonella negative and TPC ranged from 1.4 to 1.8 x 105 kol/g. The results of chemical and
microbiological testing showed solid waste tuna loin still suitable as raw material diversification
products.

303 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Kelalayakan Limbah Padat Tuna Loin, Kantun et al. JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 3

Keywords: Feasibility, solid waste, loin, product diversification and yellowfin tuna

PENDAHULUAN untuk bahan pangan diversifikasi.


Ikan tuna madidihang merupakan salah
satu jenis ikan pelagis besar yang sangat BAHAN DAN METODE
bernilai ekonomis. Harganya yang sangat Bahan dan Alat
mahal membuat ikan jenis ini menjadi Bahan yang dipergunakan dalam
primadona bagi nelayan tradisional sampai penelitian ini adalah limbah kepala tuna
pengusaha perikanan skala industri. Ikan madidihang (Thunnus albacares) segar
jenis ini diburu sampai pada daerah zona yang diperoleh dari limbah pengolahan
ekonomi eksklusif karena sifatnya yang tuna di daerah Banggae Majene Sulawesi
penjelajah jarak jauh (highly migration Barat. Kepala ikan ditempatkan ke dalam
species). Ikan jenis ini juga memiliki daya box styerofoam yang diberi serpihan es
saing pasar yang sangat tinggi sehingga dengan perbandingan 2:1 untuk menjaga
sangat penting memperhatikan cara kualitas kepala ikan tuna. Pengambilan
penanganan ikan tuna madidihang sejak sampel dilakukan pada bulan Maret
pertama tertangkap di atas kapal sampai sampai Mei 2015. Bahan lain yang
pada pemasaran agar kualitas tetap terjaga. digunakan selama penelitian ini berupa
Penghasil tuna madidihang di Sulawesi Bromocresolgreen, HCL, Alkohol,
Selatan dan Barat adalah perairan Selat NaOH, Methyl–orange; H3BO3, Larutan
Makassar, Laut Flores dan Teluk Bone. H2SO4, Larutan tiosulfat, Petroleum Eter
Ketiga daerah tersebut merupakan dan Heksana, Brilliant Green Lactose,
penyumbang produksi terbesar dari Larutan Butterfield’s Phosphate Buffered ,
kawasan Indonesia bagian Tengah. Pereaksi kovac’s, Reagen Voges Proskaur,
Produksi tuna yang besar akan Lysin decarboxylase broth, Motility Test
menimbulkan permasalahan baru Medium, Phenol red Carbohydrate Broth,
terutama dalam penanganan limbahnya. Potassium Cyanide, Larutan Formalized
Limbah tuna dalam keadaan kosong ketika physiological saline, Salmonella
di loin hanya akan menghasilkan daging polyvalent somatic, Salmonella polyvalent
loin bersih ± 62,11% dan sisanya ± 37,89% flagelar, Larutan Butterfield’s phosphate
merupakan limbah dari tuna madidihang buffered, Gas pack dan indikator air
yang memiliki bobot kosong seberat 22,27 anaerob. Peralatan yang digunakan dalam
kg. Limbahnya berupa kepala, isi perut, penelitian ini adalah Buret Erlemeyer,
tulang, sirip, tetelan dan kulit. Jika limbah Labu ukur, Hot plate, Goldfish, Kertas
tersebut tidak ditangani secara baik dan saring, kapas, Tungku Pengabuan,
benar akan menyebabkan pencemaran Blender, Desikator, Cawan Porselin,
lingkungan (Kantun et al. 2014). stomacher dan plastik steril, Mikroskop,
Limbah ikan tuna madidihang yang terdiri Waterbath, Jarum inokulasi, Autoclave,
atas kepala, isi perut, tetelan dan tulang Vortex mixer, Bunsen, pH meter, Spatula,
merupakan bahan baku potensial sebagai Filter apparatus, Oven, stirrer, Inkubator.
sumber protein, karbohidrat dan lemak.
Limbah ini merupakan bahan pangan METODE
yang saat ini diburu dan digemari oleh Sampel yang digunakan pada
restoran-restoran dan perhotelan dalam penelitian ini berupa limbah padat
wujud produk diversifikasi. Peneltian ini kepala tuna madidihang yang merupakan
bertujuan untuk menentukan kelayakan limbah dari pengolahan tuna loin. Tuna
limbah padat tuna loin yang diekspor madidihang yang dijadikan sampel

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 304


JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 3 Kelalayakan Limbah Padat Tuna Loin, Kantun et al.

merupakan hasil tangkapan nelayan dan ditambahkan methanol sampai tanda


dengan menggunakan alat tangkap tera lalu dikocok agar homogen. Setelah
pancing ulur. Limbah padat kepala itu, larutan sampel disaring menggunakan
tuna yang diambil pada bagian daging kertas saring dan dimasukkan ke dalam
pipinya sesuai keperluan, yang kemudian erlenmeyer.
dimasukkan dalam botol sampel untuk
diuji dilaboratorium. Selama masa a. Tahap Clean Up atau Tahap
pengangkutan, botol sampel dimasukkan Elusi
ke dalam styrofoam yang berisi es sebagai Kolom kromatografi (panjang 20
media pendingin. Pengambilan sampel cm dan diameter 7 mm) kemudian
dilakukan 3 kali selama penelitian yakni ke dalam kolom tersebut dimasukkan
pada bulan Maret, April dan Mei. Sampel glass wool secukupnya (tingginya 1 cm).
yang di ambil di uji dilaboratorium dan Selanjutnya masukkan resin penukar
dilakukan pengulangan 3 kali untuk setiap ion (dowex 1-x800-100-mesh) ke dalam
sampel. Pengujian sampel terdiri atas kolom sampai tingginya kurang lebih 8
pengujian kimiawi (air, protein, lemak, cm (diusahakan resin tidak sampai kering
abu, karbohidrat, dan histamin) dan dengan cara dibilas dengan akuades
mikrobiologis (E. coli, Salmonella, dan karena akan mempengaruhi daya kerja
Angka Lempeng Total). penukar ion tersebut). Selanjutnya sampel
dilewatkan ke dalam kolom sebanyak 1 ml
Kadar Histamin (SNI 01-2360-1991) dan ditampung hasilnya dalam labu ukur
Prosedur pengujian histamin sebagai 50 ml yang telah diberi 5 ml HCl 1 N.
berikut:
Prinsip penentuan kadar histamin a. Tahap Pembentukkan
adalah zat histamin dalam contoh HCl 0,1 N sebanyak 10 ml
dikonversikan ke dalam bentuk -OH, dimasukkan ke masing-masing tabung
kemudian diisolasi dengan resin penukar reaksi dan ditambahkan sampel 5 ml
ion dan diubah ke bentuk derivatnya (hasil elusi), 5 ml standar histamine
dengan ortoptalatdikarboksilaldehide (sebagai larutan standar), dan 5 ml
(OPT) dan diukur secara fluorometris. HCl 0,1 N (sebagai blanko). Setelah
Hasil yang diperoleh dinyatakan dalam itu, ditambahkan 3 ml NaOH 1 N lalu
ekuivalen histamin levels. Prosedur kerja dihomogenkan dan dibiarkan selama
analisis kadar histamin terdiri atas tiga 5 menit. Kemudian ditambahkan lagi
tahap yaitu sebagai berikut: ortoptalatdikarboksilaldehide (OPT) 1%
sebanyak 1 ml lalu dihomogenkan dan
a. Tahap Ekstraksi didiamkan selama 4 menit. Selanjutnya
Sampel ditimbang sebanyak 10 g lalu ditambahkan3 ml H3PO4 3,57 N lalu
ditambahkan dengan metanol sebanyak dihomogenkan. Setelah selesai, sampel
50 ml, kemudian dihomogenkan dengan siap untuk dibaca menggunakan spektro
menggunakan homogenizer (blender) fluorometer pada panjang gelombang
kurang lebih selama 1-2 menit. Setelah eksitasi 350 nm dan panjang gelombang
homogen, maka sampel tersebut emisi 444 nm.
dipanaskan dalam water bath pada
suhu 60oC selama 15 menit, kemudian Analisis E. coli
didinginkan pada suhu ruang. Selanjutnya Prosedur pengujian E. coli sebagai
setelah dingin, sampel tersebut berikut: uji Pendugaan coliform
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml (Presumtive Coliform); uji Penegasan

305 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Kelalayakan Limbah Padat Tuna Loin, Kantun et al. JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 3

Coliform (Confirmed Coliform); uji rumus rataan sehingga diperoleh pola


Pendugaan E. coli (faecal Coliform, kecenderungan dari masing-masing uji
presumptive Escherichia coli); uji penegasan (Laismina et al. 2014).
E. coli (confirmed Escherichia coli); uji
Morfologi dan uji Biokimia. HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Kimia
Analisis Salmonella Komposisi kimia ikan tuna bervariasi
Prosedur pengujian Salmonella tergantung spesies, jenis, umur, musim,
sebagai berikut; tahap kultur campuran; laju metabolisme, aktivitas pergerakan,
tahap kultur murni; tahap uji Serologi musim dan tingkat kematangan gonad
Polyvalent Flagellar (H); tahap pengujian (Wahyuni 2011). Perubahan komposisi
kultur urease negatif; tahap Uji Serologi kimia yang nyata terjadi pada kandungan
Polyvalent Somatic (O) dan tahap uji lemak sebelum dan sesudah memijah.
biokimia tambahan. Perubahan ketebalan lapisan lemak
dibawah kulit berubah menurut umur
Pengujian ALT (Angka Lempeng dan musim terutama pada dinding perut
Total) yang berfungsi sebagai gudang lemak
Pengujian ALT (Angka Lempeng Total) (Suzuki 1991). Komposisi kimia limbah
dilakukan dengan menggunakan metoda padat tuna loin yang berperan dalam
cawan agar tuang/pour plate method; menentukan kelayakan sebagai bahan
pembacaan dan perhitungan koloni pada pangan diversifikasi sebagai berikut:
cawan petri. Perhitungan Angka Lempeng
Total sebagai berikut: Kadar Air
Kandungan kadar air pada limbah
∑c
N= padat tuna loin ekspor yang diperoleh
((1 x 𝑛𝑛1 ) + (0,1 x 𝑛𝑛2 )) x (d) pada penelitian ini berkisar 78.30-78.81%
Keterangan : (Gambar 1) atau lebih tinggi 4,03-4,86%
N = Jumlah koloni produk, dinyatakan dibanding pada bagian daging yang
dalam kloni per ml atau koloni per g; selama ini beredar dipasar lokal. Ada
∑c = Jumlah koloni pada semua cawan kecenderungan kadar air sampel tinggi
yang dihitung; pada bulan Maret dan terus mengalami
n1 = Jumlah cawan pada pengenceran penurunan sampai akhir penelitian. Cara
pertama yang di hitung; penanganan tuna pada palka kapal selama
n2 = Jumlah cawan pada pengenceran masa penyimpanan dan pengangkutan ke
kedua yang di hitung; pelabuhan menyebabkan kandungan air
d = pengenceran pertama yang di hitung menurun. Ketika nelayan memperoleh
hasil tangkapan yang banyak tetapi bahan
Analisis Data pendingin yang tidak mencukupi, maka
Data dianalisis berdasarkan data nelayan akan menambahkan air pada es
kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yang disimpan di palka sehingga ikan hasil
dijustifikasi dengan cara menghubungkan tangkapan akan tersimpan dalam kondisi
kategori-kategori dari peubah yang terendam air es yang dingin. Sebaliknya
diamati sehingga memberikan makna jika hasil tangkapan kurang, maka seluruh
yang berarti. Data kuantitatif disajikan bahan pendingin akan dipergunakan
dalam bentuk bilangan, tabel dan grafik. untuk menjaga kesegaran ikan.
Hasil yang diperoleh dari setiap pengujian Kadar air yang diperoleh pada
dianalisis dengan menggunakan penelitian ini kemungkinan juga

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 306


JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 3 Kelalayakan Limbah Padat Tuna Loin, Kantun et al.

79,00

78,80

78,60
Kadar air (%)

78,40

78,20

78,00

77,80

Waktu pengambilan sampel awal (bulan)

Gambar 1 Nilai rata-rata kandungan air pada limbah padat loin tuna madidihang

dipengaruhi oleh jarak tempuh daerah Hasil penelitian yang lain, kandungan
penangkapan dengan pelabuhan kadar air tuna madidihang pada daging
pendaratan ikan (jarak >90-100 mil) dalam keadaan segar sebesar 74,0%
atau berkisar 160-185 km dan lamanya Wahyuni (2011) dan 56,43% Wellyana
waktu operasi yang sebenarnya (actual et al. (2013), serta 12.57% pada bagian
fishing day) sekitar 10-11 hari. Keadaan tulang (Nurilmala et al. 2006). Suzuki
ini menyebabkan tingkat penyerapan air (1991) berpendapat bahwa kadar air
oleh daging ikan tuna selama berada di mempunyai hubungan yang berlawanan
palka kapal semakin meningkat. Penataan dengan kadar lemak yakni semakin
ikan dipalka dan tidak adanya saluran tinggi kadar air dalam ikan maka
pembuangan sisa darah, lendir dan es kadar lemaknya akan semakin rendah.
yang mencair akan berpeluang merendam Masuknya air kedalam ruang-ruang antar
ikan sehingga dapat menyebabkan sel dan plasma. Umumnya, daging ikan
meningkatnya kandungan kadar air pada yang berwarna merah mempunyai kadar
ikan tuna. Jika penanganan dianggap protein yang rendah, tetapi kadar airnya
sama dengan jumlah perbandingan antara lebih tinggi. Daging ikan yang berwarna
ikan dan es adalah sama, maka yang dapat putih mempunyai kadar protein tinggi
menyebabkan peningkatan kadar air dan kadar airnya rendah.
selain beberapa faktor di atas adalah suhu
luar palka atau suhu lingkungan. Hafiludin Kadar Protein
(2011) berpendapat bahwa ikan mudah Kandungan kadar protein tuna tuna
mengalami proses kemunduran mutu, madidihang pada pada penelitian rata-
terutama ikan laut disebabkan waktu rata berkisar 14,32-16,41% (Gambar 2)
melaut yang cukup lama ditambah dengan dan cenderung tidak jauh mengalami
kondisi pendinginan atau penanganan perbedaan antara waktu pengambilan
yang tidak baik memungkinkan kerusakan sampel. Gambar 2 menunjukkan bahwa
oleh aktivitas bakteri dan enzim terus kadar protein pada limbah padat
berlangsung selama proses penangkapan, kepala tuna menunjukkan pola terbalik
pendaratan, pelelangan maupun selama dengan kadar lemak. Protein mengalami
pemasaran ikan segar tersebut. penurunan ketika kadar lemak meningkat

307 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Kelalayakan Limbah Padat Tuna Loin, Kantun et al. JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 3

18,00
16,00

14,00

Kadar protein (%)


12,00
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00

Waktu pengambilan sampel (bulan)


Gambar 2 Nilai rata-rata kandungan protein pada limbah padat loin tuna madidihang

atau sebaliknya. Semakin jauh jarak lemak rendah (<5%) (Wahyuni 2011)
pengambilan sampel semakin memberi sedangkan Wellyana et al. (2013)
peran terhadap perubahan kondisi warna memperoleh kandungan lemak lemak
dan rasa pada daging ikan. Kandungan 1,6% serta Nurilmala et al. (2006)
protein yang tinggi disebabkan karena memperoleh 8,01% pada bagian tulang
faktor makanan, musim serta pergerakan tuna. Penelitian ini diperoleh kandungan
ikan, sedangkan rendahnya kadar protein lemak rata-rata berkisar 1,59-1,61%
dipengaruhi oleh lingkungan, suhu dan (Gambar 3) atau lebih rendah dari standar
umur ikan. Peneliti lain memperoleh lemak pada pada daging tuna segar siap
kandungan protein pada bagian daging komsumsi. Kandungan lemak pada
dalam keadaan segar sebesar 23,2% masing-masing spesies ikan tidaklah
Wahyuni (2011), Wellyana et al. (2013) sama sehingga sering kita jumpai adanya
memperoleh 20,64%, Nurilmala et al. ikan berlemak tinggi dan ikan berlemak
(2006) memperoleh 26,02% pada bagian rendah. Ikan dikategorikan berlemak
tulang tuna. tinggi apabila kandungan lemaknya
Komposisi gizi ikan tuna bervariasi lebih dari 4%, sedangkan sebaliknya ikan
tergantung spesies, jenis, umur, musim, dikategorikan berlemak rendah apabila
laju metabolisme, aktivitas pergerakan, kandungan lemaknya kurang dari 4%
dan tingkat kematangan gonad (Hadiwiyoto 1993).
(Wahyuni 2011). Buckle et al. (1987) Hasil pengujian menunjukkan bahwa
menyatakan bahwa kadar protein ikan kadar lemak tertinggi diperoleh pada
dipengaruhi oleh kadar air dan kadar sampel yang diambil pada bulan Maret
lemak, bahwa terdapat hubungan terbalik dan terendah pada sampel yang diambil
antara protein dan kadar air pada bagian pada bulan Mei. Kecenderungan rata-
yang dapat dimakan. Semakin tinggi rata kandungan kadar lemak mulai Maret
kadar protein maka akan semakin rendah sampai Mei mengalami penurunan yang
kadar airnya. diprediksi disebabkan oleh faktor umur,
lingkungan dan variasi makanan. Pada
Kadar Lemak bulan Maret merupakan musim pancaroba
Ikan tuna madidihang dalam kondisi pertama dari musim penghujan menuju
segar dan siap konsumsi mengandung musim kemarau dan pada bulan tersebut

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 308


JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 3 Kelalayakan Limbah Padat Tuna Loin, Kantun et al.

1,75

1,70
Kadar air (%)
1,65

1,60

1,55

1,50

1,45

Waktu pengambilan sampel (bulan)


Gambar 3 Nilai rata-rata kandungan lemak pada limbah padat loin tuna madidihang

lingkungan (daerah penangkapan) di lokasi pengolahan. Kondisi kandungan


perairan Selat Makassar yang subur dan lemak akan bisa dipertahankan dengan
kaya akan sumber makanan dengan cara menjaga rantai dingin selama
beraneka jenis makanan yang tersedia ikan dalam palka, ketika melakukan
sehingga akan memberikan sumber pembongkaran dipelabuhan dan sebelum
lemak yang tinggi. Bertepatan dengan pengolahan dilakukan. Pergerakan ikan
kondisi tersebut, tuna madidihang yang tuna yang mampu melakukan migrasi
berumur dewasa dan telah matang gonad jarak jauh dan melintasi suatu Negara juga
mengalami pemijahan. memberi kontribusi dalam menurunkan
Tuna tergolong ikan pelagis besar dan meningkatkan kandungan lemaknya.
yang memiliki sifat pemijahan yang Pergerakan yang terjadi secara terus
terjadi sepanjang tahun (partial spawner). menerus akan menyebabkan pembakaran
Pemijahan primer tuna madidihang energi yang tinggi dan bersumber dari
di Selat Makassar terjadi pada bulan lemak dalam tubuh sehingga akan
November sampai Maret dan pemijahan mengurangi kandungan lemak dalam
skunder terjadi diluar pemijahan tubuh jika asupan lemak pengganti
primer. Tuna madidihang melakukan tidak mencukupi. Setiap wilayah yang
migrasi dan mengalami pemijahan, dilewati memiliki sumber makanan yang
sangat membutuhkan asupan energi cukup akan memberikan kontribusi
yang cukup banyak. Energi tersebut dalam meningkatkan kandungan lemak.
diperoleh dari makanan yang tersedia di Menurut Suzuki (1991) kandungan lemak
setiap lingkungan yang dilewati ketika erat kaitannya dengan kandungan protein
melakukan pergerakan. Tuna madidihang dan kandungan air. Ikan yang kandungan
dikenal sebagai hewan yang sangat lemaknya rendah umumnya mengandung
menyukai makanan yang berlemak yaitu protein dalam jumlah yang cukup
cumi-cumi. besar atau peningkatan dan penurunan
Faktor lain yang diduga turut kandungan lemak berbanding terbalik
berkontribusi terhadap kandungan lemak dengan kandungan protein untuk ikan
pada tuna adalah jarak penangkapan dan yang sama.
pengangkutan atau proses transportasi Penguraian lemak menjadi senyawa
yang memakan waktu lama sampai ke yang lebih sederhana seperti asam

309 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Kelalayakan Limbah Padat Tuna Loin, Kantun et al. JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 3

lemak disebabkan oleh proses autolisis. pada bagian daging dalam keadaan segar
Enzim yang berperan dalam autolisis sebesar 1,3% (Wahyuni, 2011) dan 1.01%
yaitu enzim liposis (pengurai lemak). Wellyana et al. (2013), Nurilmala et al.
Penurunan mutu ditandai dengan rasa, (2006) memperoleh 52,36% pada bagian
warna, tekstur, dan kenampakan yang tulang tuna. Produk perikanan memiliki
berubah. Penurunan mutu secara autolisis kadar abu yang berbeda-beda. Standar
berlangsung sebagai aksi kegiatan enzim mutu ikan segar berdasar SNI 01-2354.1-
yang merupakan proses penguraian 2006, adalah memiliki kadar abu kurang
pertama setelah ikan tuna mati. Kecepatan dari 2%. Produk olahan hasil diversifikasi
autolisis sangat tergantung pada suhu, dari jelly fish product (otak-otak, bakso
bahwa semakin rendah suhu semakin dan kaki naga) yang tidak diolah menjadi
lambat kecepatan autolisis. Kecepatan surimi memiliki standar kadar abu antara
autolisis tidak dapat dihentikan namun 0,44-0,69% menurut SNI 01-2693-1992.
hanya dapat memperlambat laju proses Kadar abu merupakan campuran
autolisis. Kegiatan enzim dapat direduksi dari komponen anorganik atau mineral
dan dikontrol dengan cara pendinginan, yang terdapat pada suatu bahan pangan.
penggaraman, pengeringan, dan Bahan pangan terdiri dari 96% bahan
pengasaman atau dapat dihentikan dengan anorganik dan air, sedangkan sisanya
cara pemasakan ikan (Ilyas 1983). merupakan unsur-unsur mineral. Unsur
mineral juga dikenal sebagai zat organik
Kadar Abu atau kadar abu. Kadar abu tersebut
Kandungan kadar abu yang diperoleh dapat menunjukan total mineral dalam
pada penelitian ini berkisar 5,34-5,60% suatu bahan pangan. Arias et al. (2004)
(Gambar 4) atau 2 kali lipat di atas menjelaskan bahwa kandungan kadar
standard dan 4 kali lebih tinggi dibanding abu pada ikan bergantung juga pada
kadar abu pada daging ikan segar. Hal jenis daging ikannya. Daging berwarna
ini terjadi wajar terjadi karena kadar abu putih memiliiki kadar abu lebih rendah
pada limbah padat tuna loin khususnya disbanding daging merah disebabkan
pada bagian kepala kemungkinan pada daging merah terdapat banyak
memang berbeda dengan bagian tubuh mineral yang terbawa oleh mioglobin dan
lainnya. Kandungan kadar abu tuna tersimpan dalam daging merah.

5,80

5,60
Kadar abu (%)

5,40

5,20

5,00

4,80

4,60

Waktu pengambilan sampel (bulan)


Gambar 4 Nilai rata-rata kandungan abu pada limbah padat loin tuna madidihang

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 310


JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 3 Kelalayakan Limbah Padat Tuna Loin, Kantun et al.

Kadar Karbohidrat murah dan glikogen yang terdapat dalam


Kandungan kadar karbohidrat tuna sarkoplasma diantara miofibril-miofibril
pada bagian daging dalam keadaan segar dalam jumlah banyak dari karbohidrat
sebesar 1,0% Wahyuni (2011), sementara pada ikan berperan dalam metabolisme
Wellyana et al. (2013) memperoleh karbohidrat bersama glukosa dan asam
20,38 % pada tetelan daging merah ikan laktat (Hadiwiyoto 1993).
tuna setelah ditambah tepung maizena,
sedangkan pada penelitian ini diperoleh Histamin
kandungan karbohidrat pada bagian Hasil uji laboratorium menunjukkan
kepala berkisar 1,06-1,32% (Gambar 5). bahwa kandungan histamine limbah padat
Hasil ini menunjukkan bahwa kandungan padat tuna loin rata-rata berkisar 2,03-3,21
karbohidrat ikan tuna segar dalam ppm (Tabel 1). Widiastuti dan Putro (2010)
kondisi utuh pada bagian kepala lebih memperoleh nilai kandungan histamin
besar dibanding pada bagian daging tuna segar yang didaratkan di Pelabuhan
ditubuhnya. Gambar 5 menunjukkan Ratu Jawa Barat berkisar 1,28-1,61 mg/100
bahwa kandungan karbohidrat tinggi, g. Nilai ini masih jauh dibawah standar
diduga erat kaitannya dengan jarak dan keamanan yang ditetapkan oleh beberapa
waktu pengangkutan dan penanganan negara tujuan ekspor. Produksi histamin
selama pengangkutan yang diprediksi pada ikan tergantung dari kadar histidin
berperan penting dalam penguraian pada ikan, keberadaan bakteri penghasil
dan menjaga stabilitas karbohidrat. enzim dekarboksilase dan kondisi
Rendahnya kandungan karbohidrat pada lingkungan. Hasil penelitian Maulana et
limbah padat tuna loin kemungkinan al. (2012) memperoleh nilai histamine
disebabkan oleh makanan yang dimakan pada tuna loin segar sebesar 13,40 µg
dan disediakan oleh lingkungan tempat dengan standar 50 µg Berfluktuasinya
ikan tuna hidup. kandungan histamine pada limbah padat
Kadar karbohidrat yang terdapat tuna loin kemungkinan disebabkan
dalam limbah padat tuna loin cukup cara penanganan sejak ikan pertama
baik untuk kebutuhan tubuh karena tertangkap sampai pasca tangkap, waktu
karbohidrat dalam daging ikan merupakan penangkapan, jarak daerah penangkapan
polisakarida yaitu glikogen. Karbohidrat dengan pelabuhan serta tidak stabilnya
merupakan sumber energi yang paling suhu dalam palka. Waktu penangkapan
1,38

1,36
Kadar karbohidrat (%)

1,34

1,32

1,30

1,28

1,26

1,24

1,22

Waktu pengambilan sampel (bulan)


Gambar 5 Nilai rata-rata kandungan karbohidrat pada limbah padat loin tuna madidihang

311 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Kelalayakan Limbah Padat Tuna Loin, Kantun et al. JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 3

Tabel 1 Nilai rata-rata kandungan histamin limbah padat


loin tuna madidihang
Waktu Pengambilan Sampel Kandungan Histamin
(bulan) (mg/kg)
Maret 2,08 ± 0,012
April 2,33 ± 0,017
Mei 3,21 ± 0,023

yang terlalu lama dan jarak penangkapan Tenaga kerja, peralatan atau lingkungan
yang jauh akan menyebabkan terjadinya yang terkontaminasi dengan bakteri
penyusutan bahan pendingin, sehingga E. coli. Jenis bakteri memerlukan suhu
sangat sulit menjaga stabilitas suhu dalam tertentu untuk dapat hidup dengan baik.
palka. Ketidakstabilan suhu tersebut akan Escherechia coli merupakan jenis bakteri
menstimulasi meningkatnya histamin. mesophylic yang mampu hidup pada suhu
Penanganan tanpa melakukan penyiangan minimum 5-25oC dan optimum pada
dilaut akan lebih mempercepat suhu 25-37oC. Pencegahan yang dapat
meningkatnya histamin. Hasil penelitian dilakukan untuk menghambat aktivitas
Nento et al. (2014) menunjukkan bahwa bakteri yaitu dengan menurunkan suhu
semakin lama ikan tuna disimpan, maka sampai di bawah 0oC atau menaikkan di
kadar histamin akan semakin meningkat atas 100oC. Jumlah bakteri E. coli dari
dan peningkatan kadar histamine ini hasil uji menunjukkan kurang dari 3
signifikan dengan pertambahan waktu yang berarti hasil uji memenuhi standar
penyimpanan, sedangkan Silva et al. persyaratan SNI.
(2010) melaporkan hasil kajiannya bahwa
kadar histamin tuna segar bervariasi antara Salmonella
0,071 mg/100 g hingga 0,530 mg/100 g. Salmonella yang diperoleh pada
Kandungan maksimum histamin yang penelitian limbah padat tuna loin ini sebesar
diperbolehkan pada daging ikan untuk 0,5 neg/25 g. Hasil ini menunjukkan bahwa
dikatakan layak dan aman konsumsi sesuai ada cara penanganan yang kurang tepat
standar SNI 01-2729.1-2006 adalah 100 selama penanganan di laut, didarat atau
mg/kg (BSN 2006a). Dengan demikian selama proses pengolahan tuna loin. Faktor
kandungan histamine limbah padat tuna utama yang diduga dapat memungkinkan
loin segar masih layak untuk konsumsi. terjadinya cemaran Salmonella adalah
kontaminasi Salmonella dari manusia, air
Komposisi Mikrobiologis atau es, peralatan kerja dan lingkungan
E.coli kerja, hal tersebut terjadi kemungkinan
Jumlah bakteri E.coli yang diperoleh berkaitan dengan penanganan yang
pada penelitian ini berkisar 1,2-2,3 APM/g kurang memperhatikan aspek sanitasi
atau rata-rata <2 APM/g dari standar yang dan higienis, seperti peralatan kerja yang
ditentukan (SNI No 01-2332.3 - 2006) (BSN tidak steril. Status produk dinyatakan
2006b). Kandungan E. coli kemungkinan layak untuk konsumsi jika jumlah bakteri
disebabkan karena air yang digunakan Salmonella dalam kondisi negatif.
untuk pencucian kemungkinan sudah
tercemar dan wadah penyimpana sampel Total Bakteri (TPC)
yang digunakan kurang bersih dan steril. Total bakteri yang diperoleh pada

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 312


JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 3 Kelalayakan Limbah Padat Tuna Loin, Kantun et al.

penelitian ini berkisar 14-18x104 dalam pemanfaatan limbah tuna menjadi


koloni. Kandungan total bakteri pada berbagai aneka produk olahan yang layak
limbah padat tuna loin segar cenderung konsumsi.
mengalami penurunan dan hal ini
sejalan dengan kondisi kandungan kadar DAFTAR PUSTAKA
airnya. Kadar air tinggi pada bulan [AOAC], 2005. Association of Official
Maret dan menurun sampai pada bulan Analytical Chemist. Official Method of
Mei. Pola ini diikuti oleh TPC yang Analysis of the Association of Official
terdapat pada limbah padat tuna loin. Analytical of Chemist. Arlington
Air merupakan media yang sangat bagus (US): Published by the Association of
untuk pertumbuhan bakteri sehingga Official Analytical Chemist.Inc.
TPC akan mengalami peningkatan seiring Arias, Garcia., Navarro, dan G.Linares.
peningkatan kadar air dalam sampel. 2004. Effect of different treatment and
Husni et al. (2015) menyatakan bahwa storage on the proximate compotition
peningkatan dan penurunan TPC bisa and protein quality in canned tuna.
terjadi karena daging ikan merupakan Archivos Latino americanos De
media yang cocok untuk pertumbuhan Nutriticion 54(1):112-117.
bakteri mengingat kandungan protein [BSN] Badan Standarisasi Nasional, 2006a.
yang cukup tinggi dari daging ikan Ikan segar-Bagian 1. Spesifikasi.
yang dijadikan sampel. Penelitian SNI.01.2729.1-2006. Jakarta: Badan
Maulana et al. (2012) memperoleh nilai Standarisasi Nasional Indonesia.
ALT sebesar 7,2x103 cfu/g pada tuna loin [BSN] Badan Standarisasi Nasional, 2006b.
segar, sedangkan Widiastuti dan Putro Cara uji mikrobiologi. Penentuan
(2010) memperooleh nilai ALT sebesar Angka Lempeng Total (ALT) pada
1,02-2,5x104 cfu/g pada tuna segar. Jika produk Perikanan. SNI.01.2332.3-
mengacu pada standard mutu (SNI No 2006. Jakarta: Badan Standarisasi
01-2332.3 - 2006) yakni 5x105 CFU/g Nasional Indonesia.
(BSN, 2006b). Sampel limbah padat tuna [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1992.
loin pada penelitian ini masih layak untuk Cara Uji Makanan dan Minuman
dikonsumsi. SNI 01-2891-1992. Jakarta : Pusat
Standarisasi Industri, Departemen
KESIMPULAN Industri.
Hasil analisis menunjukkan bahwa Buckle KA, Edwar RA, Fleet GH, Wooton
limbah padat tuna loin segar ekspor dari M. 1987. Ilmu Pangan di Dalam:
perairan Majene Sulawesi Barat yang Purnomo H, Adiono, Penerjemah.
tertangkap dengan pancing ulur masih Jakarta: Universitas Indonesia Press.
layak di jadikan bahan pangan diversifikasi Hadiwiyoto S. 1993. Teknologi Pengolahan
dan layak untuk dikonsumsi. Hasil Perikanan. Jilid I. Yogyakarta:
Liberty.
UCAPAN TERIMA KASIH Hafiludin. 2011. Karakteristik proksimat
Terima kasih kepada Kemenristek dan kandungan senyawa kimia daging
Dikti, Ditjen Kelembagaan Iptek dan Dikti putih dan daging merah ikan tongkol
atas bantuan pendanaan melalui hibah (Euthynnus affinis). Jurnal Kelautan
Masterplan Percepatan dan Perluasan 4(1): 1-10.
Pembangunan Ekonomi Indonesia Husni A, Brata AK, Budhiyanti SA.
(MP3EI) dan terima kasih UKM Kuncup 2015. Peningkatan daya simpan ikan
Bahari yang telah banyak berperan kembung dengan ekstrak etanolik

313 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Kelalayakan Limbah Padat Tuna Loin, Kantun et al. JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 3

Padina sp. Selama penyimpanan Ekstraksi Gelatin dari Kulit Ikan Tuna
suhu kamar. Jurnal Pengolahan Hasil (Thunnus sp.) melalui proses asam.
Perikanan Indonesia 18(1):1-10. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
Ilyas. 1983. Teknologi refrigrasi hasil 4(2):3-12.
perikanan. Jakarta : CV. Paripurna. Silva TM, Sabaini PS, Evangelista WP,
Laismina, Montolalu LADY AN, Gloria MBA. 2010. Occurrence of
Mentang F. 2014. Kajian mutu ikan histamine in brazilian fresh and
tuna (Thunnus albacares) segar di canned tuna. Food Control 22(2):323-
pasar bersehati kelurahan Calaca 327.
Manado. Jurnal Media Teknologi Hasil Suzuki T. 1991 Fish and Krill Protein:
Perikanan 2(2):15-19. Processing Technology. Aplied
Maulana, Afrianto HE , Rustikawati I. 2012. Science. London : Publishers Ltd.
Analisis bahaya dan penentuan titik Trilaksani W, Salamah E, Nabil M. 2006.
pengendalian kritis pada penanganan Pemanfaatan limbah tulang ikan tuna
tuna segar utuh di PT Balia Ocean (Thunnus sp.) sebagai sumber kalsium
Anugrah Linger Indonesia Benoa dengan metode hidrolisis protein.
Bali. Jurnal Perikanan dan Kelautan Buletin Teknologi Hasil Perikanan 9
3(4):1-5. (2):34-43.
Nento WR, Nurhayati T, Suwandi R. 2014. Wahyuni S. 2011. Histamin Tuna
Perubahan Mutu Daging Terang Ikan (Thunnus sp.) dan identifikasi bakteri
Tuna Yellowfin Di Perairan Teluk pembentuknya pada kondisi suhu
Tomini Propinsi Gorontalo. Jurnal penyimpanan standard. [Skripsi].
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Bogor: Teknologi Hasi Perikanan IPB.
17(3):225-232. Wellyalina, Azima F, Aisman. 2013.
Nurilmala, M., M. Wahyuni dan Pengaruh perbandingan tetelan tuna
H.Wiratmaja, 2006. Perbaikan nilai dan tepung maizena terhadap mutu
tambah limbah tulang ikan tuna nugget. Jurnal Aplikasi Teknologi
(Thunnus sp.) menjadi gelatin serta Pangan 2(1): 9-17.
analisis fisika-kimia. Buletin Teknologi Widiastuti I, Putro S. 2010. Analisis mutu
Hasil Perikanan 9(2):22-31. Ikan Tuna selama lepas tangkap.
Pelu H, Herawati S, Chasanah E. 1998. Jurnal Maspari 1(1):22-29.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 314

Anda mungkin juga menyukai