Anda di halaman 1dari 13

Jurnal FishtecH

ISSN: 2302-6936 (Print), ISSN: 2625-1913 (Online)


(Online, http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/fishtech) Vol. 9, No.1: 21-33 Mei 2020

Analisis Mutu Pindang Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) dengan Teknik


Pengolahan Oven Steam
Quality of Tuna Fsh Pindang (Euthynus affinis) Analysis with Oven Steam Processing Tehnique

Rezaldi Hidayat*, Maimun, Sukarno


Progam Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Peminatan Industri Pengolahan Hasil
Perikanan, Pascasarjana Sekolah Tinggi Perikanan
Jl.AUP Pasar Minggu. Jakarta Selatan
*)
Penulis untuk korespondensi : hidaytarezaldi5@gmail.com

ABSTRACT
Fish has a significant contribution in fulfilling the protein source of Indonesian people.
The target in 2019 reached 54.49% in efforts to increase food consumption in all layers by
providing high quality Indonesian marine products. There are high-economic fish species,
namely tuna, skipjack, mackerel, bloating, flying were the raw material in the processing of
boiled fish. Pemindangan was a processing technique and preservation, the purpose of this
study is to find out the quality of the steam oven produced by distinguishing the cooking time,
by knowing the final product sensory test and proximate test, the final product sensory test
shows no difference in each cooking whereas the odor, taste, texture parameters are
Significant differences in cooking and proximate testing of the three cooking there is no
significant difference (p> 0.05) to the quality produced, but the product preferred by
consumers was a product with 3 hours of cooking, so the cooking recommended on the use
of an oven this steam was 3 hours cooking.
Keywords: Quality, tuna, oven steam, proximate

ABSTRAK
Ikan mempunyai kontribusi cukup besar dalam pemenuhan sumber protein masyarakat
Indonesia. Target pada tahun 2019 mencapai 54,49% upayan peningkatan konsumsi makan di
semua lapisan dengan menyediakan produk yang berkualitas laut Indonesia terdapat jenis ikan
berekonomis tinggi yaitu tuna, cakalang, tongkol, kembung, layang merupakan bahan baku
dalam pengolahan ikan pindang, Pemindangan adalah suatu teknik pengolahan dan
pengawetan, tujuan penelitian ini adalah mengetahui mutu yang dihasilkan oven steam dengan
membedakan lama waktu pemasakan, dengan mengetahui uji sensori produk akhir dan uji
proksimat, uji sensori produk akhir kenampakan tidak ada perbedaan pada setiap pemasakan
sedangkan pada parameter bau, rasa, tekstur terdapat perbedaan signifikan pada pemasakan
dan uji proksimat dari tiga pemasakan ini tidak ada perbeda nyata (p>0,05) terhadap mutu
yang dihasilkan namun produk yang disukai oleh konsumen adalah produk dengan lama
pemasakan 3 jam, jadi pemasakan yang dianjurkan pada pengunaan alat oven steam ini adalah 3
jam pemasakan.
Kata kunci: Mutu, ikan tongkol, alat oven steam, proksimat

PENDAHULUAN total usaha mikro yang ada di Indonesia.


Usaha pindang juga dapat menjadi alternatif
Usaha ikan pindang termasuk unit
sumber penghidupan masyarakat salah satu
usaha mikro dan jumlah usaha pemindangan
provinsi dengan produsen terbanyak di
ikan mencapai 11,561 unit atau 19,13% dari

Hidayat et al ., Analisis mutu pindang ikan tongkol


22 Hidayat et al., Analisis mutu pindang ikan tongkol

Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Teknik pengolahan yang dapat
Jawa Timur dan Bali dengan banyaknya unit diterapkan pada ikan tongkol yaitu
usaha pindang mengindikasikan tingginya pembekuan, pengasapan, penggaraman,
permintaan masyarakat terhadap ikan pengeringan, pemindangan dan fermentasi.
pindang (Widria, 2017). Teknik pemindangan merupakan teknik yang
Ikan merupakan suatu bahan pangan paling banyak dilakukan oleh nelayan. Semua
yang cepat mengalami proses pembusukan teknik pengolahan tersebut memiliki prinsip
(perishable food), hal ini dipengaruhi oleh yang hampir sama yaitu untuk pengawetan
beberapa faktor seperti kandungan protein pada ikan.
yang tinggi dan kondisi lingkungan yang Umumnya pelaku usaha dalam
sangat sesuai untuk pertumbuhan mikroba memproduksi produk pindang dilakukan
pembusuk. Adapun kondisi lingkungan secara turun-temurun dengan kapasitas
tersebut seperti suhu, pH, oksigen, waktu produksi 10 kg dalam 1 tungku dengan waktu
simpan, dan kondisi kebersihan sarana pemasakan 4-10 jam sehingga membutuhkan
prasarana (Pandit dan Suranaya 2006). Selain bahan bakar yang banyak bila memproduksi
itu penyebab kerusakan ikan salah satunya dalam jumlah yang banyak, pengunaan air
adalah kadar air yang cukup tinggi yaitu 70- perebusan yang berulang-ulang sehingga akan
80% dari berat daging yang menyebabkan mempengaruhi mutu produk, dan pelaku
mikroorganisme mudah untuk berkembang usaha pemindangan kurang memperhatikan
biak (Astawan, 2004). Keracunan yang sering sanitasi dan hygiens (Wijayanti, 2018).
terjadi pada ikan tongkol disebabkan oleh Faktor penurunan mutu ikan pindang
histamine (Sompei, 2011). disebabkan kurangnya pelaku usaha
Di perairan laut Indonesia terdapat memperhatikan sanitasi dan higienitas pada
jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi tempat produksi dan alat perebusan yang
antara lain adalah: tuna, cakalang, tongkol, digunakan, pengunaan alat tradisional yang
kembung, laying. Ikan-ikan ini merupakan cepat mudah kotor dan berkarat sehingga
bahan baku dalam pembuatan produk ikan pempengaruhi produk secara fisik maupun
pindang (Handayani et al. 2017). Ikan tongkol secara mutu (Wijayanti, 2018).
(Euthynnus affinis) memiliki kandungan protein Pemindangan adalah suatu teknik
yang tinggi serta kaya akan asam lemak pengolahan dan pengawetan dengan cara
omega-3. Setiap 100 gram mempunyai merebus atau mengkukus ikan dalam suasana
komposisi kimia yang tediri dari air 69,40%, bergaram selama jangka waktu tertentu di
lemak 1,50%, protein 25,00% dan dalam suatu wadah dan selanjutnya terjadi
karbohidrat 0,03% (Sanger, 2010). proses pengurangan kadar air sampai batas
Ikan tongkol adalah salah satu bahan tertentu (Pandit, et al. 2007). Sedangkan
baku pangan yang dapat diproduksi menjadi Proses steam adalah proses memasak
produk ikan pindang, karena ikan tongkol lembab/basah dengan panas dari uap air atau
mempunyai protein yang tinggi dan memiliki dikenal dengan istilah mengkukus, era
tekstur daging yang keras serta disukai oleh modren saat ini telah banyak melakukan
para konsumen. Ikan pindang mempuyai perubahan dari merebus menjadi mengkukus,
kandungan protein yang masih tinggi yaitu hal ini dikarenakan pada saat dikukus
sekitar 20%. Oleh karena itu produk pindang makanan tidak bersentuhan langsung dengan
harus diperlakukan dengan baik agar tidak air sehingga protein-protein yang larut dalam
terjadi penurunan mutu kimia dan air tidak hilang, mengkukus dapat menjaga
mikrobiologi, daging ikan tongkol juga tekstur pangan lebih bagus, proses
mengandung kolesterol dan lemak, serta pematangan dengan cara kukus dapat
banyak mengandung mineral, vitamin A, dan mempertahankan rasa asli dari ikan tersebut
unsur lainnya yaitu asam lemak omega-3 yang (Mulyatiningsih, 2017)
sangat bermanfaat untuk menangkal berbagai Alat oven steam adalah alat inovasi
penyakit degeneratif (Puspitasari 2009). terbaru dalam pembuatan ikan pindang alat
ini sudah dibuat pada tahun 2018, alat oven

Jurnal FishtecH, Vol. 9 No. 1 Tahun 2020


Jurnal FishtecH, Vol. 9 No. 1 Tahun 2020 23

steam dibuat untuk megubah prilaku produsen 2. Selanjutnya di lakukan proses thawing dan
untuk meningkatkan sanitasi dan higiens, dan pencucian, lalu ikan disusun dalam naya
merubah cara memasak ikan pindang dari yang berisikan 5-7 ekor ikan tongkol.
memasak ikan pindang dengan cara direbus, 3. Garam ditaburkan sebanyak 3-5 g sesuai
serta pengunaan air perebusan yang berulang- berat ikan
ulang dan mempengaruhui pola pikir pelaku 4. Ikan dikukus dengan ovem steam sesuai
usaha untuk meningkatkan produksi produk dengan perlakuan yaitu 2,5, 3 dan 3,5 jam.
ikan pindang, alat oven steam dapat
mempersingkat waktu pemasakan yang lama Parameter Pengamatan
menjadi lebih cepat, alat oven steam juga dapat
menghemat biaya selama produksi seperti Pengujian organoleptik bahan baku
bahan bakar serta mengurangi beban kerja Pengujian organoleptik bahan baku
yang lama (Wijayanti, 2018). merupakan pengujian untuk mengetahui
Penelitian ini bertujuan untuk mutu bahan baku melalui pancaindar berupa
menentukan karakteristik sensori berdasarkan (mata, insang, lendir, bau, dan tekstur) untuk
(kenampakan, bau, tekstur dan rasaproduk meliha apakaht bahan baku yang digunakan
akhir yang terbaik dari pengunaan alat oven masih segar dan masih layak untuk di
steam. Serta membandingkan mutu produk kosumsi, dengan mengunakan score sheet
berdasarkan (kadar air, kadar abu, kadar SNI bahan baku ikan segar (SNI 01.2729 -
lemak, kadar protein) pada pengunaan alat 2013).
oven steam dan alat tradisional. Pengujian organoleptik pindang ikan
tongkol
Pengujian organoleptik atau sensori
BAHAN DAN METODE produk akhir merupakan pengujian untuk
Alat dan Bahan mengetahui mutu produk akhir layak untuk
Adapun alat dan bahan yang digunakan dikosumsi dan disukai oleh konsumen
dalam penelitian adalah alat oven steam, score dengan melalui panca indra dengan mengacu
sheet untuk pengujian organoleptik ikan segar pada SNI sensori ikan pindang (SNI 229-
(SNI 01- 2729 -2013) dan score sheet sensori 2009) berupa pada (kenampakan, bau, rasa
produk pindang (SNI 3457.2009). Bahan dan tekstur).
yang digunakan ikan tongkol (Euthynnus Analisis Proksimat
affinis), garam, dan bahan kimia: H2SO4, Pengujian proksimat pada ikan pindang
NaOH, dan NH4OH. yang akan diuji adalah kadar air (SNI 01-
Metode Penelitian 2354.2-2006), kadar abu (SNI 2354.1-2010),
Rancangan percobaan yang digunakan kadar protein (SNI 01-2354.4-2006), dan
dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak kadar lemak (SNI 01-2354.3-2006).
Lengkap non faktorial (RAL) dangan 3
perlakuan yaitu 2.5, 3, 3.5 jam dan produk HASIL DAN PEMBAHASAN
tradisional sebagai kontrol, dilakukan
sebanyak 3 kali ulangan. Analisis data yang Bahan Baku
dilakukan mengunakan Statistical Product and Bahan baku merupakan faktor
Service Solutions (SPSS). terpenting dalam membuat suatu produk,
bahan baku harus memenuhi persyaratan SNI
Prosedur Pemindangan yang dapat dilihat melalui uji organoleptik
Proses pemindangan ikan tongkol bahan baku. Ketersedian bahan baku
dilakukan dengan tahapan sabagai berikut: merupakan sebuah komponen terpenting
1. Ikan dengan berat 500-800 g/ekor dalam untuk keberlangsungan sebuah industri skala
keadaan beku, lalu dimasukan ke dalam besar maupun industri skala rumah tangga.
cool box. Rata-rata bahan baku yang datang di Desa
Tambak Sari diperoleh dari perairan Kendal

Hidayat et al., Analisis mutu pindang ikan tongkol


24 Hidayat et al., Analisis mutu pindang ikan tongkol

atau didatangkan dari daerah lain seperti untuk mencukupi bahan baku produksi ikan
Pekalongan dan Tegal. pindang di Kabupaten Kendal.
Bahan baku pangan tidak selalu Pengukuran tingkat kesegaran ikan
dikosumsi dalam bentuk segar, karena bahan sebagai bahan baku ikan pindang dapat
pangan cepat mengalami pembusukan seperti dilakukan dengan cara melihat fisik ikan
buah-buahan, sayuran, hasil perternakan dan menggunakan metode uji organoleptik bahan
hasil perikanan memiliki umur simpan yang baku dilihat dari bau, mata insang dan
lebih pendek dari pada pangan yang sudah tekstur. Pengujian ini dilakukan untuk
dapat perlakuan pengolahan, faktor yang memperoleh informasi bahan baku yang
mempengaruhinya adalah fisiologis, mekanik, digunakan untuk produk pindang masih segar
fisik, kimiawi dan mikrobiologi (Koes atau tidak segar.
Wardhani, 2006 dalam Astuti, 2014). Data yang diperoleh menunjukkan
Kesegaran bahan baku merupakan bahan baku yang digunakan masih segar,
faktor utama dalam penentuan hasil produk karena bahan baku yang digunakan
akhir, bila bahan baku baik maka produk mempunyai nilai rata-rata yaitu 7. Bahan baku
yang dihasilkan memiliki mutu yang baik. yang bernilai 7 masih bisa dikatakan segar
Bahan baku ikan cepat sekali mengalami karena telah memenuhi batas SNI bahan
pembusukan yang dapat dilihat dari rupa atau baku. Salah satu faktor terpenting untuk
kenampakan, rasa, bau, dan juga tekstur yang menjadikan produk dengan kualitas yang
secara sadar ataupun tidak sadar akan dinilai bagus dilihat dari bahan baku. Bahan baku
oleh pembeli atau pengguna dari produk dengan tingkat kesegaran yang rendah akan
tersebut (Winarni, et al. 2003). Ketersediaan mempengaruhi hasil dari produk akhir
ikan tongkol pada masing-masing Tempat dengan berkurangnya mutu yang dihasilkan,
Pelelangan ikan (TPI) tahun 2018 dan sehingga menurunnya harga jual produk. Hal
ditampilkan pada Tabel. 1. ini dipengaruhi oleh penetrasi garam ke
dalam daging dengan kesegaran ikan yang
Tabel 1. Data Bahan Baku Ikan Tongkol di TPI rendah terjadi sangat cepat (Pandit, 2016).
Kabupaten Kendal Organoleptik bahan baku dapat dilihat pada
Bulan Tawang (Kg) Tanggul Malang (Kg) Tabel 2 di bawah ini.
1 85 -
Tabel 2.Uji Organoleptik Bahan Baku
2 509 885
3 2.016 3.500
No Spesifikasi Bahan Baku Ikan
4 4.918 1.273
Tongkol
5 4.018 - 1 Mata 7.8 ≤µ≤ 8.0
6 1.978 960 2 Insang 7.9 ≤µ≤ 8.1
7 492 150 3 Lendir 7.8 ≤µ≤ 8.0
8 1.506 1.560 4 Bau 8.0 ≤µ≤ 8.3
9 3.011 970
5 Tekstur 7.9 ≤µ≤ 8.2
10 4.135 870
11 7.016 2.400
Bahan baku yang diolah menjadi ikan
12 1.989 562
pindang telah memenuhi SNI, data
Sumber: KKP Kabupaten Kendal, 2018.
simpangan baku yang diperoleh pada setiap
spesifikasi seperti mata, insang, lendir, bau,
Pelaku usaha pemindangan Desa dan tekstur, berada di atas batas standar
Tambak Sari membutuhkan bahan baku ikan minimum sni yang ditentukan yaitu bernilai
tongkol sebanyak 1,5 ton perhari. Jika dilihat tujuh. Jadi bahan baku yang diperoleh layak
dari data hasil penangkapan ikan di TPI untuk diproduksi dan dikonsumsi, data yang
Kabupaten Kendal tidak sebanding dengan diperoleh tidak ada bahan baku yang tidak
pemintaan perharinya, bahan baku tidak memenuhi persyaratan atau kurang dari
hanya diambil di TPI saja namun ikan enam.
didatangkan dari luar Kabupaten Kendal

Jurnal FishtecH, Vol. 9 No. 1 Tahun 2020


Jurnal FishtecH, Vol. 9 No. 1 Tahun 2020 25

Karakteristik Sensori Pindang Ikan waktu pemasakan. Kriteria yang digunakan


Tonggkol dalam uji sensori meliputi kenampakan, bau,
Sensori adalah metode ilmiah yang rasa, tekstur dan lendir terhadap 6 penelis
digunakan untuk: mengukur, menganalisis dengan lama waktu pemasakan 2.5, 3, 3.5 dan
dan menafsirkan respon yang dirasakan dari produk tradisional (kontrol).
suatu produk melalui indra manusia, sensori Berdasarkan data yang diperoleh dari
dapat dibagi menjadi 2 katagori yaitu hasil rata-rata nilai uji sensori pada produk
pengujian objektif dan subjektif. Dalam ikan pindang dilihat dari spesifikasi dari
pengujian objektif atribut sensori produk kenampakan, bau, rasa, tekstur. Pada
dievaluasi oleh penulis terlatih. Sedangkan pengunaan alat oven steam dengan lama
pada pengujian subjektif atribut sensori pemasakan selama 2.5 jam, 3 jam, 3,5 jam dan
produk diukur oleh panelis konsumen (Kemp pengunaan alat tradisional sebagai kontrol
et al., 2009 dalam Tarwendah 2017). dapat diuraikan sebagai berikut.
Pengujian sensori memiliki peranan Kenampakan
penting dalam pengembangan produk dengan Kenampakan dari produk merupakan
meminimalkan risiko dalam pengambilan hal yang paling penting dalam sebuah
keputusan, sehingga penelis dapat produk, konsumen akan mempertimbangkan
mendeskripsikan suatu produk. Sensori juga sebuah kenampakan pada produk. Hal
dapat digunakan untuk menilai suatu tersebut dikarenakan kenampakan dari suatu
perubahan yang dikehendaki dan yang tidak produk yang baik cenderung akan dianggap
dikehendaki dalam produk atau bahan-bahan memiliki rasa yang enak dan memiliki kualitas
formulasinya. Penerimaan dan kesukaan atau yang tinggi dan bagus. Karakteristik dari
preferensi konsumen, serta korelasi antara kenampakan umum produk meliputi warna,
pengukuran sensori dan kimia atau fisik dapat ukuran, bentuk, tekstur permukaan, tingkat
juga diperoleh dengan eveluasi sensori kemurnian dan karbonasi produk (Meilgrad,
(Setyaningsih, et all. 2010). Sensori et al. 2006). Berdasarkan dari hasil penelitian
merupakan kumpulan kata untuk yang diperoleh nilai rata-rata sensori produk
mendeskripsikan karakteristik pada suatu akhir pada spesifikasi (kenampakan) pindang
produk pangan, diantaranya adalah warna, ikan tongkol dengan lama pemasakan 2.5, 3,
rupa, bentuk, rasa, dan tekstur (Hayati, et all. 3.5 jam dan produk tradisional (alat
2012). tradisonal) pada Gambar 1.
Uji sensori pada ikan pindang
dilakukan untuk mengetahui perbedaan
karakteristik dari setiap perlakuan dari lama
9,00
8.61±0.15
Kenampakan

8,50 8.28±0.15 8.39±0.14


8.17±0.14
8,00

7,50
2.5 3 3.5 Produk
Tradisional
Perlakuan
Gambar 1. Kenampakan Produk Ikan Pindang
Pemasakan yang paling disukai oleh 3,5 jam dan 2,5 jam memiliki rata-rata penelis
konsumen adalah pemasakan dengan lama 8,3 dan 8,2 dikarenakan ikan pindang yang
pemasakan yaitu 3 jam karena memiliki nilai dihasilkan utuh, bersih dan warna cemerlang,
rata-rata penelis yaitu 8,6. Hal ini dikarenakan sedangkan untuk pemasakan dengan
ikan pindang yang dihasilkan utuh, bersih dan mengunakan alat tradisional (produk
warna sangat cemerlang, untuk pemasakan tardisional) memiliki rata-rata 8,1. Perbedaan

Hidayat et al., Analisis mutu pindang ikan tongkol


26 Hidayat et al., Analisis mutu pindang ikan tongkol

dari setiap pemasakan terdapat pada tingkat menunjukkan bahwa perlakuan tidak
kecemerlangan pada ikan pindang. memberikan pengaruh signifikan terhadap
Hasil yang diperoleh dari dua alat ini kenampakan pindang ikan tongkol p>0,05.
telah melebihi batas standard SNI dengan Aroma
nilai 7 namum pengunaan alat oven steam lebih Aroma adalah suatu respon ketika ada
disukai oleh komsumen dari pada pengunaan sebuah aroma dari suatu makanan masuk ke
alat tradisional, dikarenakan pemasakan alat rongga hidung, aroma masuk ke dalam
oven steam mengunakan uap air sebagai media hidung ketika manusia bernafas atau
pemasakan jadi warna pada ikan pindang menghirupnya (Tarwedah 2017). Aroma
sangat cemerlang pada alat tradisional air berperan penting dalam produksi makanan
perebusan sebagai media pemasakan akan sehingga meningkatkan daya tarik pada
mempengaruhi warna ikan bila air perebusan produk makanan (Anatra dan Wartini 2014).
dipakai secara berulang-ulang. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
Hasil pengujian sensori pada parameter nilai rata-rata aroma pindang ika tongkol
kenampakan masih terlihat sama bagus dari dengan lama pemasakan 2.5, 3, 3.5, dan
kedua alat yang digunakan yaitu pada oven produk tradisional (alat tradisional) pada
steam dan alat tradisional, namun rata-rata Gambar 2.
nilai yang paling besar pada pengunaan alat
oven steam. Berdasarkan analisis statistik
9,0
8.4±0.07
8,5 8.2±0.11
Aroma

8.0±0.07 8±0.08
8,0
7,5
2.5 3 3.5 Produk Tradisional
Perlakuan
Gambar 2. Aroma Pindang Ikan Tongkol
Aroma pindang ikan tongkol yang pembentukan bahan yang dapat dirasakan
disukai oleh konsumen adalah 3 jam oleh indera peraba dan perasa, termasuk
pemasakan dengan nilai 8,4 karena indera mulut dan penglihatan (Midayanto
mempunyai aroma yang segar dan harum dan Yuwono 2014). Tekstur makanan
seperti ikan rebus. Sedangkan pada merupakan hasil dari respon indra peraba
pemasakan 3.5 jam memiliki rata-rata 8.2 terhadap bentuk rangsangan fisik ketika
dan pada pemasakan 2 memiliki rata-rata terjadi kontak langsung terhadap indra
8.0 pada penggunaan alat tradisonal peraba dan makanan. Tekstur dari suatu
memiliki rata-rata 8.0. Panelis menyukai produk makanan mencangkup kekentalan,
aroma produk pada pengunaan alat oven kepadatan, elatis terhadap makanan
steam. Hal ini diduga karena selama (Meilgrad et al. 2006).
terjadinya penguapan kandungan air pada Salah satu faktor yang menentukan
bahan, aroma asli dari bahan tidak berubah kualitas makanan terdapat pada cita rasa.
(Handayani et al. 2017). Berdasarkan uji Cita rasa merupakan senyawa yang
statistik yang dilakukan perlakuan lama menyebabkan timbulnya sensasi rasa
pemasakan menggunakan oven steam (manis, pahit, masam, asin), trigeminal
berpengaruh signifikan terhadap aroma (astringent, dingin, panas) dan aroma
p<0,05. setelah merasakan makanan. Cita rasa
adalah persepsi biologis makanan setelah
Rasa dan Tekstur.
di masukkan ke dalam mulut (Midayanto
Tekstur merupakan ciri suatu bahan
dan Yuwono, 2014).
yang sifat fisik yang meliputi ukuran,
bentuk, jumlah dan unsur-unsur

Jurnal FishtecH, Vol. 9 No. 1 Tahun 2020


Jurnal FishtecH, Vol. 9 No. 1 Tahun 2020 27

Cita rasa terutama dirasakan oleh pahit, asin, asam dan manis. Lewat proses
reseptor aroma dalam hidung dan reseptor pemberian aroma pada suatu produk
rasa dalam mulut. Cita rasa merupakan pangan, lidah dapat mengecap rasa lain
senyawa atau campuran senyawa kimia sesuai aroma yang diberikan (Midayanto
yang dapat mempengaruhi indera tubuh, dan Yuwono, 2014).
misalnya lidah sebagai indera pengecap. Berdasarkan hasil penelitian yang
Pada dasarnya lidah hanya mampu diperoleh nilia rata-rata sensori produk
mengecap empat jenis rasa yaitu pahit, akhir pada spesifikasi (rasa dan tekstur)
asam, asin dan manis. Selain itu cita rasa ikan pindang dengan lama pemasakan 2.5,
dapat membangkitkan rasa lewat aroma 3, 3.5, dan produk tradisional Gambar 3.
yang disebarkan, lebih dari sekedar rasa
10,00 7.8±0.11 8.7±0.11 8.5±0.14 8.3±0.21
8.3±0.14
8.1±0.07
7.6±0.05 7.8±0.21
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
2,5 3 3,5 Produk Tradisional

Rasa produk ikan pindang Tekstur produk ikan pindan

Gambar 3. Rasa dan Tekstur Pindang ikan Tongkol


Data di atas menunjukkan tekstur Dari uji statistik anova yang
dan rasa yang disukai oleh konsumen dilakukan pada parameter tekstur dan rasa
adalah pada pemasakan dengan lama 3 jam menyatakan ada perbedaan yang sangat
karena tekstur daging ikan telah kering, segnifikan terhadap semua pemasakan bila
bahwa pengukusan menyebabkan dilihat dari tekstur dan rasa produk, hal ini
pengeluaran air atau penurunan kadar air dikarenakan nilai signifikansinya p<0,05.
dalam bahan pangan lebih banyak. Selain berdasarkan output uji anova yang telah
itu, penggunaan suhu panas diketahui dilakukan pada uji tekstur produk diketahui
dapat menyebabkan denaturasi protein, nilai sig sebesar 0,014<0,05 sehingga dapat
sehingga dapat mengakibatkan lisis dan disimpulkan bahwa rata-rata parameter uji
keluarnya cairan dari protein jaringan tekstur produk berbeda secara signifikan,
sehingga tekstur produk yang dipanaskan dan output uji anova pada uji rasa produk
menjadi lebih keras (Lukmanul 2014). diketahui nilia sig sebesar 0,000>0,05
Pemasakan 3,5 jam terjadi perubahan sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-
tekstur pada daging ikan pada saat dimakan rata parameter uji rasa produk berbeda
menjadi agak kering basah atau (lebih secara signifikan.
lembut), hal ini dikarenakan pemasakan Karakteristik Kimia Ikan Pindang
yang terlalu lama jadi uap yang dijadikan Tongkol
median pemasakan masuk kembali ke
dalam daging ikan. Sedangkan pemasakan Kadar air
2.5 jam memiliki pemasakan yang kurang Air merupakan komponen penting
merata jadi rasa yang dihasilkan pada dalam bahan makanan, semua bahan
daging ikan jadi kurang gurih dan agak makanan mengandung air dalam jumlah
terasa seperti ikan mentah. Tapotubun et al. yang berbeda-beda baik itu bahan makanan
2008 menyatakan bahwa ketebalan daging hewani dan nabati. Kadar air pada daging
ikan juga mempengaruhi produk yang ikan tongkol mempunyai kadar air sebesar
dihasilkan. 69,40% (Nisa 2018). Suzuki 1981
menjelaskan bahwa kadar air mempunyai

Hidayat et al., Analisis mutu pindang ikan tongkol


28 Hidayat et al., Analisis mutu pindang ikan tongkol

hubungan terbalik dengan lemak, semakin airnya. Kandungan kadar air ditampilkan
rendah lemak maka semakin tinggi kadar pada Gambar 4.
Kadar air (%) 70,0 69.3±1.54
69,0 67.8±1.28
68,0 67.6±1.09
66.8±0.67
67,0
66,0
65,0
2.5 jam 3 jam 3.5 jam Produk Tradisional
Perlakuan

Gambar 4. Kadar air

Nilai kadar air pindang ikan tongkol pengkukusan yang dilakukan makan semakin
dengan metode pengolahan dengan oven berkurang air yang berada dalam produk ikan
steam menurun seiring dengan lamanya pindang. Rata-rata ikan segar mempunyai
waktu pemasakan. Kadar air terendah pada kadar air sebanyak 70-80% (Alyani et al.
pemasakan 3,5 jam mempunyai nilai rata-rata 2015). Sebagian besar air yang terdapat dalam
66.8%, sedangkan pada pemasakan 3 jam dan tubuh ikan menguap karena adanya panas
2.5 jam mempunyai nilai rata-rata 67.6% dan dari perlakuan perebusan ataupun
67.8%, dan produk tradisional memiliki nilai pengkukusan semakin lama waktu
rata-rata 69.3%. Hal ini sejalan dengan pemasakkan semakin banyak kadar air yang
penelitian sebelumnya nilai kadar air ikan menguap. Winarno (2004) menjelaskan
pindang yaitu 69.40% (Alyani et al. 2015). bahwa panas yang diberikan dalam waktu
Nilai ini masih dalam batas mutu kadar air yang relatif lama akan menyebabkan ikatan
ikan pindang, berdasarkan Standar Nasional hidrogen antara molekul-molekul air terputus
Indonesia (2009), nilai kadar air yang lebih banyak dan lebih suhu dipanaskan lebih
memenuhi syarat mutu pindang sebesar 60%- tinggi, molekul-molekul air akan begerak
70 (Fauziah et al. 2014). dengan cepat dan akan menguap (Alyani, et al.
Penurunan kadar air produk pada 2015). Pada penelitian ini kadar air berkisa
pengunaan alat oven steam dikarenakan dari 66-67%. Semaking tinggi kadar air yang
cara memasak ikan pindang yang diubah yaitu terdapat dalam produk semakin pendek umur
dengan mengunakan uap air yang dihasilkan simpan produk ikan pindang karena air media
oleh mesin, serta suhu air perebusan yang yang baik untuk pertumbuhan
mencapai titik didih yaitu 91.100C. Tingginya mikrorganisme.
suhu menyebabkan kandungan air pada ikan Selama proses pemasakan pada Oven
keluar dari dalam daging ikan (Alyani et al. Steam terjadi kehilangan sejumlah air pada
2015). Sehingga kadar air yang dihasilkan ikan. Hal ini disebabkan selama pemanasan,
rendah dari hasil penelitian sebelumnya dan tubuh ikan melepaskan sejumlah air sehingga
pada produk tradisional. Penurunan kadar air terjadi penurunan kadar air pada produk
disebabkan karena proses perebusan atau pindang yang dihasilkan. Hasil penelitian ini
pengkukusan yang terjadinya sebuah menghasilkan produk pindang ikan dengan
perlepasan air dalam tubuh ikan atau pangan. kadar air antara 67,8%, 67,6%, 66,8%,
Bahan pangan yang banyak mengandung 69,3%,. Suparno 1979 dalam Telawangi 2003
protein seperti ikan, kerang, akan mengalami menjelaskan bahwa pemanasan protein ikan
denaturasi dan koagulasi, sehingga daging mengalami denaturasi seluruhnya yang
yang direbus atau dikukus lebih padat dan disertai dengan terjadinya pengeluaran air dari
kompak (Nurjannah et al. 2005). jaringan otot daging ikan. Gamman dan
Waktu dan suhu pemasakan akan Sherrington (1994) juga menyatakan bahwa
mempengaruhi kadar air yang dihasilkan denaturasi bisa disebabkan karena pemanasan
semakin lama waktu perebusan atau

Jurnal FishtecH, Vol. 9 No. 1 Tahun 2020


Jurnal FishtecH, Vol. 9 No. 1 Tahun 2020 29

menyebabkan air yang terdapat dalam pangan rata-rata pengujian kadar air produk tidak
menguap. berbeda secara signifikan.
Menurunkan kadar air juga berfungsi Kadar abu
untuk menghilangkan matrik seperti lendir Kadar abu adalah zat organik sisa dari
sehingga kenampakan pada tubuh ikan sebuah pembakaran bahan pangan.
pindang lebih menarik, kurangnya kadar air Kandungan abu pada bahan pangan atau
dalam tubuh ikan akan memberikan komposisinya dapat dilihat dari bahan
pengaruh terhadap daya awet ikan serta pangannya dan cara pengabuannya. Kadar
tekstur daging ikan. Hal ini disebabkan kadar abu mempunyai hubungan dengan mineral
air dalam bahan pangan sangat penting dalam suatu bahan pangan. Kadar abu pada bahan
menentukan daya awet suatu produk, dan pangan menunjukkan terdapatnya kandungan
kadar air juga dapat berpengaruh terhadap mineral anorganik pada bahan pangan
sifat-sifat fisik dari (organoleptik) sifat kimia, tersebut kadar abu merupakan material yang
dan pembusukan oleh mikrooganisme tertinggal bila dipinjarkan dan dibakar pada
(Buckle 1987). suhu mencapai 5500C (Sundari et al. 2015).
Berdasarkan uji statistik anova yang Ikan tongkol memiliki kandungan kadar abu
dilakukan pada pengujian kadar air 1,3% (Prehati 1997 dalam Nurwahyuningsih
menyatakan tidak ada perbedaan yang sangat 2010). Arias et al. (2004) dalam Hafiludin
signifikan terhadap semua pemasakan pada (2011), menjelaskan bahwa kadar abu pada
pengujian kadar air, hal ini dikarenakan nilai ikan tongkol mencapai 1.5%. Berdasarkan
signifikansinya p>0,05 berdasarkan output uji dari hasil penelitian kadar abu dengan lama
anova yang telah dilakukan pengujian kadar pemasakan 2.5, 3, 3.5 jam dan produk
air pada produk diketahui nilai sig sebesar tradisional pada Gambar 5.
0,54>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
1,95 1.93±0,25 1.92±0.19
1.9±0,24
Kadar abu (%)

1,9
1,85 1.83±0.18
1,8
1,75
2.5 jam 3 jam 3.5 jam Produk Tradisional
Perlakuan
Gambar 5. Kadar Abu Pindang Ikan Tongkol
Nilai rata-rata kadar abu setiap pengeringan mengakibatkan kadar air
pemasakan, kadar abu produk pindang alat semakin menurun sehingga semakin
oven steam dengan lama pemasakan 2.5 jam banyak residu yang ditinggalkan dalam
memiliki nilai kadar abu tertinggi yaitu bahan. Hal ini sesuai pernyataan (Susanto
1.93% dan kadar abu terendah pada dan Saneto 1994) dalam Sipayung et al.
pemasakan dengan lama waktu 3.5 jam 2014) bahwa kandungan air bahan
yaitu 1.83%. Nilai rata ini masih makanan yang dikeringkan akan mengalami
menunjukkan adanya mineral kalium yang penurunan lebih tinggi dan menyebabkan
lumayan tinggi, sumber mineral kalium pemekatan dari bahan-bahan yang
yang jumlah nya yang cukup tinggi yaitu tertinggal salah satunya mineral.
berkisar antara 1817-2770 mg/g (Ersoy Berdasarkan uji statistik anova perlakuan
dan Ozeren 2008). lama pemasakan dengan ocen steam tidak
Dari hasil penelitian ini berpengaruh nyata terhadap kadar abu
menunjukkan bahwa kadar lemak pindang pindang ikan tongkol p>0,05.
tongkol semakin naik dengan Peningkatan
suhu menyebabkan kenaikan kadar abu hal Kadar lemak
ini dikarenakan, dengan meningkatnya Lemak terdapat pada semua bahan
suhu pengukusan dan mengalami pangan dengan jumlah yang beda-beda.

Hidayat et al., Analisis mutu pindang ikan tongkol


30 Hidayat et al., Analisis mutu pindang ikan tongkol

Lemak hewani mengandung banyak sterol Kadar lemak pada ikan tongkol 2.1%
atau kolesterol, sedangkan lemak nabati (Prehati, 997 dalam Nurwahyuningsih
mengandung fitosterol lebih banyak 2010). Berdasarkan hasil pengujian kadar
mengandung asam lemak tak jenuh pada lemak dengan lama pemasakan 2.5, 3, 3.5
umumnya berbentuk cair (Sundar et al. jam pada Gambar 6.
2015).
2,70 2.64±0.47
Kadar lemak (%)

2.59±0,35
2,60 2.55±0.31
2,50 2.39±0.13
2,40
2,30
2,20
2.5 jam 3 jam 3.5 jam Produk Tradisional
Perlakuan
Gambar 6. Kadar Lemak Produk Ikan Pindang

Dari hasil penelitian ini Kadar protein


menunjukkan bahwa kadar lemak pindang Protein adalah zat makanan yang
tongkol semakin menurun dengan lama penting bagi tubuh karena mempunyai
waktu pemasakan, proses pemasakan fungsi sebagai zat pembagun dan pengatur
dengan pengunaan suhu tinggi akan tubuh, protein merupakan sumber asam-
mengakibatkan kerusakan lemak suatu asam amino yang mengandung unsur-
bahan pangan. Palupi 2007 dalam Susilo, et unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan
al. 2014 menjelaskan bahwa kadar lemak nitrogen. Protein yang dikosumsi oleh
menurun sejalan dengan lama waktu manusia akan diserap oleh usus dalam
pemasakan. Proses pemasakan dengan bentuk asam-asam amino, selain akan
suhu tinggi akan mengakibatkan kerusakan menjadikan makanan menjadi enak
lemak suatu bahan pangan. pengunaan panas pada pengolahan pangan
Data gambar di atas menunjukan baik direbus, dikukus dan digoreng akan
bahwa kadar lemak tertinggi pada mempengaruhi nilai gizi pada pangan
pemasakan dengan waktu 2.5 jam dengan (Sundari, et al., 2015).
kadar lemak 2.64%, sedangkan kadar lemak Kadar protein pada ikan tongkol
terendah pada pemasakan dengan waktu 26.2 % (Prehati 1997 dalam
3.5 jam 2.39%. Pindang merupakan Nurwahyuningsih 2010). Afrianto dan
produk pangan yang memiliki kandungan Liviawaty, 1989) dalam Ira, 2010 )
asam lemak tidak jenuh tinggi sehingga mejelaskan bahwa kadar protein pada ikan
akan mudah mengalami proses ketengikan tongkol berkisar antara 18-30%. Othmer
yang disebabkan oleh otooksidasi radikal (1998) dalam Hafiludin (2011) menyatakan
asam lemak tidak jenuh dalam lemak. bahwa komposisi protein pada daging
Otooksidasi dimulai dengan putih ikan tuna lebih tinggi dari pada
pembentukan radikal bebas yang daging merahnya yaitu sekitar 30,92%.
disebabkan oleh cahaya, panas, peroksida Berdasarkan hasil pengujian ditampilkan
lemak atau hidroperoksida, logam-logam pada grafik gambar 7.
berat dan enzim-enzim lipoksidase
(Winarno 1992). Berdasarkan uji statistik
yang dilakukan pada pengujian kadar lemak
menunjukkan hasil tidak ada perbedaan
secara signifikan p>0,05.

Jurnal FishtecH, Vol. 9 No. 1 Tahun 2020


Jurnal FishtecH, Vol. 9 No. 1 Tahun 2020 31

30,00 26.46±0,56 25.74±0.41 24.61±1.58


23.01±0.83
Kadar Protein (%)

20,00

10,00

0,00
2.5 3 3.5 Produk Tradisional
Perlakuan

Gambar 7. Kadar Protein

Nilai kadar protein pindang ikan protein terjadi berkisar antara 70-75ºC
tongkol terjadi penurunan, hal ini adanya (Kurniawati, 2009). Denaturasi protein
proses pengolahan pemasakan dengan adalah berubahnya susunan rantai
perebusan ataupun pengkukusan dengan polipeptida suatu molekul protein.
suhu yang digunakan mencapai 1000C akan Terjadinya denaturasi protein tahap awal
menyebabkan denaturasi (Alyani et al. 2015). pada saat protein dikenai suhu pemanasan
Pindang dengan waktu pemasakan 2.5, 3, sekitar 50ºC, protein tersebut belum bisa
3.5, dan produk tradisional pada pemasakan dikatakan rusak, hanya mengalami
terbaik pada dengan lama waktu pemasakan perubahan struktur sekunder, tersier,
2.5 jam dengan mengunakan pemasakan kuartener. Berdasarkan uji statistik yang
alat oven steam 26.46% dan pemasakan dilakukan pada pengujian kadar protein
terendah pada pemasakan dengan alat menunjukkan hasil tidak ada perbedaan
tradisional yaitu 23.1%. secara signifikan p>0,05.
Menurut Pundoko et al. (2014)
menyatakan bahwa kadar protein terjadi KESIMPULAN
penurunan dari protein total pada saat
perebusan, karena pada proses perebusan Pengolahan pindang ikan tongkol
protein terlarut dalam air. Menurut Alyani et mengunakan alat oven steam menghasilkan
al. (2015), penurunan kadar protein terjadi produksi yang lebih baik jika dibandingkan
karena adanya efek dari lama perebusan menggunakan alat tradisonal ditinjau dari
yang dilakukan semakin lama waktu karalteristik sensoris dan karakteristik kimia.
perebusan kadar protein dalam tubuh ikan Pindang ikan tongkol yang disukai oleh
juga mengalami penurunan, karena sebagian panelis adalah produk dengan pemasakan
kecil protein juga ikut dalam air dan hilang. selama 3 jam. Karaktersitik sensoris waktu
Menurut Pundoko, et al. (2014) menyatakan pemasakan 3 jam dihasilkan pindang ikan
bahwa zat gizi penting seperti protein, tongkol masih utuh dan tektur yang kering
lemak, dan kadar air yang mungkin hilang dan tidak lembek dan rasa yang dihasilkan
selama proses pengolahan berlangsung enak dan gurih. Bila dilihat dari uji
khususnya setelah proses perebusan. Selama proksimat tidak ada perbedan secara
proses perebusan memungkinkan banyak signifikan terhadap alat yang digunakan,
protein dan lemak yang hilang atau ikut kadar air pada alat oven steam pada
terbawa dalam air perebusan. pemasakan 3 jam 67,6% dan alat tradisional
Penurunan kadar protein pada ikan 69.3% pada kadar abu memiliki nilai yang
pindang tongkol karena suhu yang tinggi sama dari kedua alat yang digunakan 1,9 %,
pada saat perebusan hal ini meyebabkan kadar lemak pada alat oven steam 2,5% dan
terjadinya denaturasi protein yang akan alat tradisional 2,45% dan kadar protein alat
menurunkan kualitas kadar protein. Suhu ovem steam 26.46% dan alat tradisional
mulai terjadinya denaturasi sebagian besar 23,01%.

Hidayat et al., Analisis mutu pindang ikan tongkol


32 Hidayat et al., Analisis mutu pindang ikan tongkol

DAFTAR PUSTAKA Kering. Skripsi. Fakultas Pertanin


Universitas Sebelas Maret.
Alyani, Fathin, Ma”ruf WF, Anggo AD. Kemp SE, Hollowood T, Hort J. 2009.
2015. Pengaruh Lama Perebusan Ikan Sensory Evaluation A Practical Handbook."
Bandeng (Chanos chanos Forsk) Pindang Wiley Blackwell, United Kingdom.
Goreng terhadap Kandungan Lisin dan [KKP] Kementerian Kelautan dan
Protein Terlarut. JPBHP 5 (1):92-93. Perikanan. 2013. Kelautan dan
Anatra N, Wartini M. 2014. Aroma and Perikanan dalam Angka Tahun 2013.
Flavor Compounds. Tropical Plant Pusat Data Statistik dan Informasi
Curriculum Project. Universitas (Pusdatin), Kementerian Kelautan dan
Udayana. Perikanan. Jakarta (ID). KKP.
Astuti, Agustina P. 2014. Pengolahan dan Kurniawati E. 2009. Pembuatan Konsentrat
Pengawetan Pangan dengan Suhu Protein dari Biji Kecapir dengan
Tinggi. Jurnal Formatif 5(1): 68-75. Penambahan HCl. Teknik Kimia, FTI
Buckle. 1987. Ilmu pangan." Penerjemah Hari UPN Veteran Jatim.
Purnomo, Adiyono, (Ui-prets) Jakarta. Learson RJ, Kaylor JD. 1990. Pelagic Fish in
Ersoy B, and A Ozeren. 2008. The Effect The Sea Food Industry. Editor. RE Martin
of Cooking Methods on Mineral and and GJ Flick. Van Nastrand. New
Vitamin Contents of African Catfish York.
(Clarias gariepinus). Joanar Food Lukmanul HL. 2014. Studi Pengaruh Lama
Chemistry 115 (2):419-422. Pengukusan dan Kadar Bumbu
Fauziah, Nidaul, Swastawati Fronthea, and terhadap Kualitas Keripik Jamur Tiram
Rianingsih Laras. 2014.Kajian Efek (Pleurotus ostreatus) dengan Metode
Antioksidan Asap Cair terhadap Penggorengan Vacum. Jurnal Sains dan
Oksidasi Lemak Ikan Pindang Layang Teknologi Pangan (JSTP) 1 (2):159-166
(Decapterus sp.) selama Penyimpanan Masrifah E. 2015. Kesesuaian Penerapan
Suhu Ruang. JPBHP 3 (4): 71-76. Manajemen Mutu Ikan Pindang
Gamman PM, Sherrington KB. 1994. Ilmu Bandeng (Chanos chanos) terhadap
Pangan, Pengantar Ilmu Pangan dan Nutrisi Standar Nasional Indonesia. [Tesis]
dan Mikrobiologi. 2nd edition. Sekolah Pascasarnaja IPB. Bogor.
Yogyakarta. Gadjah Mada Univeristy Mulyatiningsih E. 2007. Teknik-Teknik
Press. Dasar Memasak, Fakultas Teknik
Hafiludin. 2011. Karateristik Proksimat dan Universitas Negeri Yogyakarta.
Kandungan Senyawa Kimia Daging Meilgrad M, Civille GV, Carr BT. 2006.
Putih dan Daging Merah Ikan Tongkol Sensory Evaluation Techniques Fourth
(Euthynnus affinis)." Jurnal Kelautan. 4 Edition." CRC Press.
(1):1-10 Midayanto D, S Yuwono. 2014. Penentuan
Handayani, Baiq R, Kusumo DB, Atribut Mutu Tekstur Tahu untuk
Werdiningsih W, Rahayu IT, Hariani. Direkomendasikan sebagai Syarat
2015. Kajian Mutu Organolepti dan Tambahan dalam Standar Nasional
Daya Simpan Pindang Tongkol dengan Indonesia. Jurnal Pangan dan
Perlakuan Jenis Air. Jurnal Ilmu dan Agroindustri 2(4): 259-267.
Teknologi Pangan 3 (1):194-199. Nurjannah, Zulhamsyah, and Kustiyariyah.
Hayati, R, A Marliah, and F Rosita. 2005. Kandungan Mineral dan
2012.Sifat Kimia dan Evaluasi Sensori Proksimat Kerang Darah (Anadara
Bubuk Kopi Arabika ." Jurnal Floratek granosa) yang Diambil dari Kabupaten
7(1) 66-67. Boalemo, Gorontalo. JPHPI 8(2):15-
Ira. 2008. Kajian Pengaruh Berbagai Kadar 24.
Garam Terhadap Kandungan Asam Nurwahyuningsih V. 2010. Pemanfaatan Air
Lemak Esensial Omega-3 Ikan Perebusan Ikan Tongkol (Euthynnas
Kembung (Rastrelliger kanagurta) Asin affunis) Sebagai Bahan Pembuatan

Jurnal FishtecH, Vol. 9 No. 1 Tahun 2020


Jurnal FishtecH, Vol. 9 No. 1 Tahun 2020 33

Kerupuk. Skripsi. Teknologi Hasil Mengunakan Mesin TTSR. JPBHP 3


Perikanan Fakultas Perikanan Dan (2):75-81.
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Suzuki T. 1981. Fish and Krill Protein."
Bogor. Processing Technology. Applied Science
Othmer, Kirk. 1998. Ecyclopedia of Chemical Publishers Ltd. London.
Technology. Volume 1.Fourth Edition.. Tapotubun AM, Nanlohy EEEM,
Jhon Wiley and SonsInc. USA. Louhenapessy JM. 2008. Efek Waktu
Pandit IGS, Suryadhi NT, Arka IB, Pemanasan terhadap Mutu Presto
Adiputra N. 2007. Pengaruh terhadap Beberapa Jenis Ikan. Jurnal Ichtyos. 7
Mutu Kimiawi, Mikrobiologis dan (2):65-70
Organoleptik Ikan Tongkol Penyiangan Tarwedah PI. 2017. Studi komparasi atribut
dan Suhu Penyimpanan 1 (3):1-6 sensoris dan kesadaran merek produk
Pandit, Suranaya IG. 2006. Teknologi pangan. Jurnal Pangan dan Agroindustri 5
Pemindangan Ikan Tongkol. Warmadewa (2):69-73
University Pres, Perpustakaan Nasional Telawangi AD. 2003.Pembuatan Pindang
Pundoko, SandriaVS, Onibala H, Agnes T, Presto dari Jenis Ikan yang Berbeda
aAgustin. 2014. Pengaruh Komposisi terhadap Penerimaan Konsumen."
Zat Gizi Ikan Cakalng Selama Prose Skripsi. Fakultas Perikanan. Universitas
Pengolahan Ikan Kayu. Jurnal Media Lambung Mangkurat. . Banjarbaru.
Teknologi Hasil PeriKanan 2 (1):9-14. Winarni TF, Swastawati, Darmanto Y,
Rospiati E. 2006. Evaluasi Mutu dan Nilai Dewi. 2003. Uji Mutu Terpadu pada
Gizi Nugget Daging Merah Ikan Tuna Beberapa Spesies Ikan dan Produk
(Thunnus sp). Tesis. Institut Pertanian Perikanan Indonesia ." Laporan Akhir
Bogor. Hibah Bersaing XI Perguruan Tinggi
Sanger G. 2010. Mutu Kesegaran Ikan Universitas Diponogoro Semarang,.
Tongkol (Auxis Tozord) Selama Widria Y. 2015. Pemindangan Teknik
Penyimpanan Dingin,. Jurnal Warta Pengelola Ikan yang Memiliki Potensi
Iptek 35:39-43. Meningkatkan Kosumsi Makan Ikan
Setyaningsih D, Apriyantono A, Sari MP. Nasional. Artikel Balai Besar Pengujian
2010. Analisis Sensori Industri Pangan dan Penerapan Produk Kelautan dan
Agro. IPB Pres, Bogor. Perikanan.
Somple MS. 2011. Perikanan Tongkol Winarno, GF. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
Perairan Buyat Pante, Staf pengajar PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Winarno GF. 1992. Kimia Pangan dan Gizi.
Universitas Sam Ratulangi, Manado, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sulawesi Utara. Jurnal Perikanan dan
Kelautan Tropis 7 (2):87-92
Sundari, Dian, Almasyhuri, Astuti L. 2015.
Pengaruh Proses Pemasakan terhadap
Komposisi Zat Gizi Bahan Pangan
Sumber Protein. 25 (4):235-242.
Suryaningrum, Theresia D, Syamdidi, Rizki
ME. 2013. Pengunaan berbagai garam
dan bumbu pada pengolahan pindang
ikan lele dumbo (Clarias gariepinus).
Jurnal Kelautan dan Perikanan. 8 (1):
23-34.
Susilo, Wisnu T, Riyadi HP, Anggo DA.
2014. Pengaruh Waktu Pengkukusan
Terhadap Kualitas Ikan Petet
(leiognathus splendens) Presto

Hidayat et al., Analisis mutu pindang ikan tongkol

Anda mungkin juga menyukai