Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 2, No.

2, Agustus 2014

STUDI LAMA PENGERINGAN IKAN SELAR (Selaroides sp)


ASIN DIHUBUNGKAN DENGAN KADAR AIR
DAN NILAI ORGANOLEPTIK
Adel Tuyu, Hens Onibala, Daisy M. Makapedua

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama pengeringan ikan selar (Selaroides sp) asin
dihubungkan dengan kadar air dan nilai organoleptiknya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif yang
dilaksanakan di laboratorium. Dari hasil penelitian uji kadar air dapat dilihat hubungan kadar air dengan
lama pengeringan menunjukan semakin lama pengeringan yang diberikan maka semakin rendah nilai
kadar air produk ikan selar asin, nilai rata-rata kadar air yang tertinggi adalah 50,30% yaitu pada
perlakuan dengan lama pengeringan 4 jam, sedangkan kadar air terendah adalah 20,91% dengan
perlakuan lama pengeringan 16 jam. Hal ini dapat dinyatakan bahwa lama pengeringan sangat
mempengaruhi jumlah kadar air. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia untuk kadar air bahwa produk
ikan selar asin yang dikeringkan dengan alat pengering buatan (cabinet dryer) di atas 8 jam memiliki
mutu yang baik. Pada uji organoleptik yaitu uji kenampakan, bau, rasa dan konsistensi nilai rata-rata
tertinggi berada pada pengeringan di atas 12 jam, sehingga dapat dinyatakan bahwa ikan selar asin yang
dikeringkan dengan cabinet dryer di atas 12 jam menghasilkan produk yang dapat diterima konsumen,
sedangkan pengeringan di bawah 8 jam menghasilkan produk yang kurang diterima konsumen.

Kata kunci: Selar, ikan asin, kadar air, nilai organoleptik.

PENDAHULUAN dimanfaatkan oleh konsumen dalam keadaan


baik. Pengawetan ikan secara tradisional
Ikan merupakan salah satu sumber
bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam
protein hewani yang banyak dikonsumsi
tubuh ikan, sehingga tidak memberikan
masyarakat, mudah didapat, dan harganya
kesempatan bagi bakteri untuk berkembang
murah (Margono dkk., 2000). Namun hasil
biak. Untuk mendapatkan hasil awetan yang
perikanan merupakan komoditas yang mudah
bermutu tinggi diperlukan perlakuan yang baik
mengalami proses kemunduran mutu dan
selama proses pengawetan seperti : menjaga
pembusukan, dimana hal ini terjadi setelah ikan
kebersihan bahan dan alat yang digunakan,
ditangkap. Dengan demikian perlu penanganan
menggunakan ikan yang masih segar, serta
yang cepat, tepat dan benar untuk menjaga
garam yang bersih. Ada bermacam-macam
kualitasnya sebelum dipasarkan dan sampai ke
pengawetan ikan, antara lain dengan cara:
tangan konsumen.
penggaraman, pengeringan, pemindangan,
Proses pembusukan ikan dapat
perasapan, peragian dan pendinginan ikan
disebabkan terutama oleh aktivitas enzim yang
(Margono dkk., 2000).
terdapat di dalam tubuh ikan sendiri, aktivitas
Penambahan garam menyebabkan
mikrooganisme, atau proses oksidasi pada
protein ikan terdenaturasi sehingga daging ikan
lemak tubuh oleh oksigen dari udara.
mengkerut dan air akan terperas keluar.
Kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh ikan
Berkurangnya kadar air juga akan terjadi
telah dirasakan sangat menghambat usaha
selama proses pengeringan, sehingga makin
pemasaran hasil perikanan dan tidak jarang
memperpanjang daya awet ikan asin (Astawan,
menimbulkan kerugian besar, terutama pada
1997)
saat produksi ikan melimpah (Afrianto dan
Salah satu produk awetan yang banyak
Liviawaty, 1989).
terdapat di Indonesia adalah ikan asin. Dalam
Proses pengolahan dan pengawetan ikan
skala nasional, ikan asin merupakan salah satu
merupakan salah satu bagian penting dari mata
produk perikanan yang mempunyai kedudukan
rantai industri perikanan. Tanpa adanya kedua
penting, hal ini dapat dilihat bahwa hampir 65%
proses tersebut, peningkatan produksi ikan yang
produk perikanan masih diolah dan diawetkan
telah dicapai selama ini akan sia-sia, karena
dengan cara penggaraman (Afrianto dan
tidak semua produk perikanan dapat
Liviawaty, 1989). Pemerintah Indonesia telah

20
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 2, No. 2, Agustus 2014

menetapkan ikan asin sebagai salah satu dari darah serta selaput yang ada dapat
sembilan bahan pokok masyarakat. Hal ini dibersihkan.
menunjukan bahwa ikan asin tidak hanya - Setelah itu ikan tersebut direndam dalam
digemari oleh masyarakat ekonomi kelas larutan air garam dengan konsentrasi 15%
bawah, tetapi juga kelas menengah dan atas. dengan waktu perendaman 30 menit. Ikan
Daya tarik ikan asin ini terutama terletak pada kemudian diangkat dan ditiriskan sampai
cita-rasa, aroma dan teksturnya yang khas sisa-sisa air hasil rendaman sudah tidak
(Astawan, 1997). meleleh lagi.
Apabila ikan asin masih tetap - Kemudian ikan dimasukkan kedalam
dipertahankan sebagai bahan makanan pokok, pengering buatan (cabinet dryer) untuk
maka pilihan teknologi haruslah pada industri dilakukan pengeringan. Suhu pengeringan
pengeringan dengan mekanisasi penuh. Di berkisar 60-65ºC dengan waktu perlakuan 4
daerah tropis, bila pengeringan dilakukan hanya jam, 8 jam 12 jam, dan 16 jam.
pada sinar matahari, besar kemungkinan proses - Setelah pengeringan, ikan tersebut di angkat
pembusukan akan terjadi. Untuk mencegah hal dan di dinginkan. Kemudian dilakukan
tersebut, maka sebaiknya dilakukan pengujian Organoleptik dan Uji Kadar Air.
pengeringan dengan pengeringan buatan Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
(cabinet dryer) sehinggga proses pengeringan Gambar 2.
dapat dipercepat (Berhimpon dkk., 1990).
Sehubungan dengan hal-hal tersebut, Perlakuan Dan Rancangan Percobaan
maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian Berdasarkan hasil pra penelitian
studi lama pengeringan ikan selar (Selaroides perlakuan dengan perendaman garam 15% lebih
sp) asin dihubungkan dengan kadar air dan nilai baik daripada perlakuan dengan kadar garam
organoleptik. 5% dan 10%, hal tersebut dapat dilihat dari
Penelitian ini bertujuan untuk hasil organoleptik produk ikan selar asin nilai
mengetahui lama pengeringan ikan selar asin rata-rata tertinggi berada pada perlakuan
dihubungkan dengan kadar air dan nilai dengan perendaman garam 15%, maka pada
organoleptiknya. penelitian ini menggunakan larutan garam 15%,
dengan perlakuan sebagai berikut: ikan selar
METODOLOGI PENELITIAN yang sudah dibelah dan direndam dalam larutan
garam 15% selama 30 menit kemudian
Metode yang digunakan dalam
dilakukan pengeringan menggunakan alat
penelitian ini merupakan metode eksperimen.
pengering buatan dengan suhu 60-65°C selama:
Metode eksperimen merupakan bagian dari
- Pengeringan selama 4 jam
metode kuantitatif yang dilaksanakan di
- Pengeringan selama 8 jam
laboratorium (Fatabura, 2012).
- Pengeringan selama 12 jam
- Pengeringan selama 16 jam
Tata Laksana
- Bahan ikan yang dilakukan penelitian di
Analisis Kadar Air
ambil dari tempat pelelangan ikan
Penentuan kadar air yang dilakukan
Tumumpa, yang kemudian dibawa ke
berdasarkan prosedur Badan Standarisasi
Laboratorium Penanganan dan Pengolahan
Nasional (SNI-01-2354.2-2006) yaitu
Hasil Perikanan FPIK Unsrat dengan cara
pengeringan dalam oven dengan prosedur
meletakkan ikan dalam cool box yang diberi
sebagai berikut:
hancuran es.
- Dikondisikan oven pada suhu 105ºC hingga
- Setelah tiba di laboratorium, ikan tersebut
mencapai kondisi stabil.
kemudian dicuci dengan air bersih dan
- Dimasukan cawan kosong ke dalam oven
dibelah 2 sepanjang garis punggung sampai
selama 2 jam.
pada bagian perut (tapi jangan sampai
- Dipindahkan cawan kosong ke dalam
terpisah), hal ini bertujuan agar daging ikan
desikator selama 30 menit sampai mencapai
tidak terlalu tebal.
suhu ruang dan ditimbang bobot kosong
- Kemudian isi perut dan insang dikeluarkan,
(A).
setelah itu ikan dicuci bersih agar semua
- Ditimbang contoh yang telah dihaluskan
kotoran yang masih melekat, terutama
sebanyak ± 2 g ke dalam cawan (B).
bagian rongga perut dan sisa-sisa pembuluh

21
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 2, No. 2, Agustus 2014

- Dimasukan cawan yang telah diisi dengan kadar air terendah adalah 20,91% dengan
contoh ke dalam oven vakum pada suhu perlakuan lama pengeringan 16 jam.
105ºC selama 24 jam. Hubungan nilai
ilai kadar air dengan lama
- Dipindahkan cawan dengan menggunakan pengeringan dapat dilihat pada Gambar 1.
alat penjepit ke dalam desikator selama ± 30 Tabel 1. Data hasil analisis kadar air ikan selar
menit kemudian ditimbang (C). (Selaroides sp) asin.
B-C Kadar Air (%)
% Kadar air= ×
×100% Lama Pengeringan
1 2
Rata-rata(%)
B-A
Ket.: 4 Jam 49.85 50.74 50.30
A = berat cawan kosong dinyatakan dalam gram
gram. 8 Jam 34.99 35.30 35.15
12 Jam 27.58 26.15 26.87
B = berat cawan + contoh awal, dinyatakan dalam gram
gram.
16 Jam 20.33 21.48 20.91
C = berat cawan + contoh kering, dinyatakan dalam gram.

Uji Organoleptik 0.60


0.50
Pengujian sensori atau pengujian 0.50
dengan indra atau dikenal juga dengan

Kadar Air (%)


0.40 0.35
pengujian organoleptik sudah ada sejak manusia
mulai menggunakan indranya untuk menilai 0.27
0.30 0.21
kualitas dan keamanan suatu makanan dan
0.20
minuman (Setyaningsih dkk.,, 2010).
Terdapat tujuh jenis panel, yaitu panel 0.10
pencicip perorangan, panel pencicip terbatas
0.00
(3–5 orang ahli), panel terlatih (15(15–25 orang 4 Jam 8 Jam 12 Jam 16 Jam
yang mempunyai kepekaan cukup baik dan Lama Pengeringan
diseleksi atau telah manjalani latihan
latihan-latihan),
panel agak terlatih, panel tidak terlatih (terdiri Gambar 1. Hubungan kadar air ikan selar asin
dengan lama waktu pengeringan.
dari 25 orang awam yang dapat dipilih
berdasarkan jenis kelamin, suku bangsa, tingkat
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat
sosial dan pendidikan), panel kosumen (terdiri
bahwa hubungan kadar air dengan lama
dari 30–100
100 orang yang tergantung pada target
pengeringan menunjukkan bahwa semakin lama
pemasaran suatu komoditas) dan ppanel anak-
waktu pengeringan yang diberikan maka
anak (umumnya anak-anakanak berusia 33–10 tahun)
semakin rendah nilai kadar air produk ikan selar
(Setyaningsih dkk., 2010).
asin tersebut, atau juga dapat dinyatakan bahwa
Pengujian organoleptik dalam penelitian
semakin lama waktu pengeringan maka semakin
ini dilakukan uji kenampakan, bau, cita rasa
banyak kandungan air yang keluar dari produk
dan konsistensi, dengan panelis berjumlah 30
tersebut. Hal ini dapat dinyatakan bahwa lama
orang. Pengujian ini dilakukan dengan cara
pengeringan
gan sangat mempengaruhi jumlah
menyajikan
enyajikan sampel dan diberikan score sheet
kadar air dalam produk.
pada panelis, kemudian panelis diminta untuk
Menurut Harikedua dkk. (1991),
menentukan nilai dari setiap bahan uji.
pengeringan ikan dapat mengeluarkan atau
Sebelum panelis menilai atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan
mencontreng pada lembar score sheetsheet, terlebih
dengan cara menguapkan air dalam bahan
dahulu dijelaskan tentang cara
cara-cara penilaian
tersebut dengan menggunakan energi panas.
terhadapp kenampakan, bau, rasa dan
Lebih lanjut menurut Moeljanto (1982)
konsistensi. Sampel diberi nomor kode dan
pengeringan didasari atas terjadinya penguapan
disajikan secara acak.
air karena adanya perbedaan kandungan uap air
antara udara dengan produk yang dikeringkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan uap air udara lebih rendah dari
Analisa Kadar Air kandungan uap air produk sehingga dapat dap
Hasil analisa kadar air ikan selar asin terjadi penguapan. Makin besar perbedaan
dapat dilihat pada Tabel 1. tersebut, makin banyak kandungan uap air
Berdasarkan data Tabel 1 tersebut dapat produk yang dikeringkan dapat menguap.
dilihat bahwa nilai rata-rata
rata kadar air yang Faktor yang dapat mengakibatkan
tertinggi adalah 50,30% yaitu pada perlakuan produk kehilangan berat dalam hal ini terjadi
dengan lama pengeringan 4 jam, sedangkan pengurangan kadar air selama proses
pengeringan adalah lama pengeringan, suhu

22
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 2, No. 2, Agustus 2014

pengeringan, luas permukaan produk, jenis dan produk ikan selar asin maka tingkat kesukaan
ukuran ikan serta jumlah garam yang diberikan kenampakan produk tersebut semakin baik.
(Earle, 1979 dalam Ruus, 2009). 0.09 0.08 Lama
Dari hasil penelitian Ruus (2009) dan 0.08 0.07 pengeringan
0.07 4 jam
Lukas (2011) juga menyatakan bahwa semakin 0.07

Nilai Organoleptik
0.06 8 jam

Kenampakan
lama waktu pengeringan yang dilakukan 0.06 12 jam
terhadap produk ikan asin maka akan semakin 0.05 16 jam
rendah nilai kadar air dari produk tersebut. 0.04
Menurut Badan Standar Nasional 0.03
(1992), kadar air ikan asin berdasarkan Standar 0.02
Nasional Indonesia adalah 40%. Dengan 0.01
0.00
demikian produk ikan selar asin yang mendapat 0.50% 0.35% 0.27% 0.21% t
perlakuan dengan lama pengeringan 8 jam, 12 Kadar Air
jam serta 16 jam berada pada kisaran mutu yang
baik. Menurut Soeseno (1985), kadar air yang Gambar 2. Hubungan jumlah kadar air
terhadap nilai organoleptik
baik untuk semua jenis ikan asin yaitu 30%.
kenampakan ikan selar asin dan
Lebih lanjut Moeljanto (1992) menyatakan lama waktu pengeringan.
bahwa bila kandungan air dalam produk bisa di
turunkan sampai 30%, maka aktivitas bakteri Winarno (1980) menyatakan bahwa
akan terhambat. kadar air merupakan komponen penting dalam
bahan pangan karena dapat mempengaruhi nilai
Uji Organoleptik kenampakan pada produk. Selanjutnya
Kenampakan Harikedua dkk. (1991) menambahkan bahwa
Hasil uji organoleptik kenampakan ikan pengeringan merupakan suatu metode untuk
selar asin dapat dilihat pada Tabel 2. mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air
Tabel 2. Data hasil pengamatan nilai uji dari suatu bahan dengan cara menguapkan air
organoleptik kenampakan ikan selar dalam bahan tersebut dengan menggunakan
(Selaroides sp) asin. energi panas. Jadi dengan kata lain bahwa
Nilai Uji Organoleptik semakin lama penggunaan energi panas atau
Rata-
Lama Pengeringan Kenampakan Total
rata semakin lama waktu pengeringan maka jumlah
1 2
4 Jam 5.73 5.93 11.67 5.83 kadar air akan semakin menurun sehingga
8 Jam 6.53 6.73 13.27 6.63
12 Jam 7.27 7.47 14.73 7.37
daging ikan akan lebih utuh. Tinggi rendahnya
16 Jam 8.13 8.40 16.53 8.27 nilai kenampakan dari produk ikan asin tersebut
sangat dipengaruhi oleh kandungan air pada
Berdasarkan data Tabel 2 tersebut dapat produk tersebut.
dilihat bahwa nilai rata-rata organoleptik Menurut Badan Standar Nasional
kenampakan yang tertinggi adalah 8,27 yaitu (1992), nilai organoleptik berdasarkan Standar
pada perlakuan dengan lama pengeringan 16 Nasional Indonesia (SNI) adalah 6,5. Dengan
jam, sedangkan nilai organoleptik kenampakan demikian produk yang mendapat perlakuan
terendah adalah 5,83 dengan perlakuan lama dengan lama pengeringan 8 jam, 12 jam serta
pengeringan 4 jam. 16 jam berada pada kisaran mutu yang baik.
Hubungan jumlah kadar air terhadap
nilai organoleptik kenampakan ikan selar asin Bau
dan lama waktu pengeringan dapat dilihat pada Hasil uji organoleptik bau ikan selar
Gambar 2. asin dapat dilihat pada Tabel 3.
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat Tabel 3. Data hasil pengamatan nilai uji
bahwa semakin rendah jumlah kadar air ikan organoleptik bau ikan selar (Selaroides
selar asin dan semakin lama waktu pengeringan sp) asin.
yang diberikan maka nilai organoleptik untuk Lama
Nilai Uji
Rata-
Organoleptik Bau Total
kenampakan semakin meningkat. Hal ini dapat Pengeringan
1 2
rata
dinyatakan bahwa lama pengeringan dan jumlah 4 Jam 5.40 5.33 10.73 5.37
kadar air dapat mempengaruhi tingkat kesukaan 8 Jam 5.73 6.07 11.80 5.90
12 Jam 7.07 7.40 14.47 7.23
panelis/konsumen terhadap ikan selar asin. 16 Jam 8.20 8.27 16.47 8.23
Berdasarkan hasil diatas dapat dinyatakan
bahwa semakin rendah jumlah kadar air dari

23
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 2, No. 2, Agustus 2014

Berdasarkan data Tabel 3 dapat dilihat Tabel 4. Data hasil pengamatan nilai uji
bahwa nilai rata-rata organoleptik bau yang organoleptik rasa ikan selar (Selaroides
tertinggi adalah 8,23 yaitu pada perlakuan sp) asin.
Nilai Uji
dengan lama pengeringan 16 jam, sedangkan Lama
Organoleptik Rasa Total
Rata-
Pengeringan rata
kadar air nilai organoleptik bau terendah adalah 1 2
5,37 dengan perlakuan lama pengeringan 4 jam. 4 Jam 4.07 4.00 8.07 4.03
8 Jam 5.27 5.60 10.87 5.43
Hubungan jumlah kadar air terhadap 12 Jam 6.80 7.33 14.13 7.07
nilai organoleptik bau ikan selar asin dan lama 16 Jam 8.07 8.53 16.60 8.30
waktu pengeringan dapat dilihat pada Gambar
3. Berdasarkan data Tabel 4 dapat dilihat
0.09 0.08 Lama bahwa nilai rata-rata organoleptik rasa yang
0.08 0.07 pengeringan tertinggi adalah 8,30 yaitu pada perlakuan
Nilai Organoleptik

0.07 0.06 4 jam


0.05 8 jam dengan lama pengeringan 16 jam, sedangkan
0.06
0.05 12 jam nilai organoleptik rasa terendah adalah 4,03
Bau

16 jam dengan perlakuan lama pengeringan 4 jam.


0.04
0.03 Hubungan jumlah kadar air terhadap
0.02 nilai organoleptik rasa ikan selar asin dan lama
0.01 waktu pengeringan dapat dilihat pada Gambar
0.00 4.
0.50% 0.35% 0.27% 0.21%
0.09 0.08
Kadar Air
0.08 0.07 Lama
Gambar 3. Hubungan jumlah kadar air 0.07 pengeringan
Nilai Organoleptik

terhadap nilai organoleptik bau ikan 0.06 0.05 4 Jam


8 Jam
selar asin dan lama waktu 0.05 0.04 12 Jam
Rasa

pengeringan. 0.04 16 Jam


0.03
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat 0.02
bahwa semakin rendah jumlah kadar air ikan 0.01
selar asin dan semakin lama waktu pengeringan 0.00
yang diberikan maka nilai organoleptik untuk 0.50% 0.35% 0.27% 0.21%
Kadar Air
bau semakin tinggi. Semakin tingginya nilai
bau disebabkan oleh semakin kurangnya kadar Gambar 4. Hubungan jumlah kadar air
air dalam daging ikan akibat pengeringan, terhadap nilai organoleptik rasa
sehingga bau asli daripada daging ikan (bau ikan selar asin dan lama waktu
anyir) menghilang dan bau yang ditimbulkan pengeringan.
akibat garam lebih terasa. Menurut Astawan
(1997) daya tarik ikan asin terletak pada Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa
aromanya yang khas, selain rasa dan tekstur. semakin rendah jumlah kadar air ikan selar asin
Hal ini dapat dinyatakan bahwa lama dan semakin lama waktu pengeringan yang
pengeringan dan jumlah kadar air dapat diberikan maka nilai organoleptik untuk rasa
mempengaruhi tingkat kesukaan semakin meningkat. Hal ini dapat dinyatakan
panelis/konsumen terhadap ikan selar asin. bahwa lama pengeringan dan jumlah kadar air
Seperti halnya pada uji kenampakan, dapat mempengaruhi tingkat kesukaan
berdasarkan hasil diatas dapat dinyatakan panelis/konsumen terhadap ikan selar asin.
bahwa semakin rendah jumlah kadar air dari Seperti halnya pada uji kenampakan,
produk ikan selar asin maka nilai organoleptik berdasarkan hasil diatas dapat dinyatakan
bau produk tersebut semakin baik. bahwa semakin rendah jumlah kadar air dari
Berdasarkan SNI (1992) nilai produk ikan selar asin maka nilai organoleptik
organoleptik yang baik adalah 6,5. Dengan rasa produk tersebut semakin baik. Menurut
demikian produk yang mendapat perlakuan Peranginangin (1983), garam dapat merangsang
dengan lama pengeringan 12 jam serta 16 jam cita rasa dan menambah rasa enak pada produk.
berada pada kisaran mutu yang baik. Selanjutnya menurut Astawan (1997) daya tarik
ikan asin salah satu terletak pada rasa yang
Rasa khas. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
Hasil uji organoleptik rasa ikan selar (1992) nilai organoleptik yang baik adalah 6,5.
(Selaroides sp) asin dapat dilihat pada Tabel 4. Dengan demikian produk yang mendapat

24
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 2, No. 2, Agustus 2014

perlakuan dengan lama pengeringan 12 jam Dengan kata lain bahwa semakin rendahnya
serta 16 jam berada pada kisaran mutu yang jumlah kadar air maka daging ikan akan
baik. semakin kompak dan keras.
Hasil penelitian Ruus (2009) dan Lukas
Konsistensi (2011) menyatakan bahwa pemberian
Hasil uji organoleptik konsistensi ikan konsentrasi garam yang semakin tinggi dan
selar asin dapat dilihat pada Tabel 5. semakin lama waktu pengeringan akan lebih
Tabel 5. Data hasil pengamatan nilai uji
besar menurunkan kadar air dari dalam tubuh
organoleptik konsistensi ikan selar ikan. Hal ini disebabkan karena selama proses
(Selaroides sp) asin. pengeringan, ikan menerima panas sehingga
Lama
Nilai Uji
Rata-
kadar air dalam bahan menguap. Dengan
Organoleptik Konsistensi Total berkurangnya jumlah kadar air dalam produk
Pengeringan rata
1 2
4 Jam 5.60 5.80 11.40 5.70
ikan asin tersebut maka akan membuat
8 Jam 6.07 6.47 12.53 6.27 konsistensi dari produk ikan asin lebih baik.
12 Jam 7.07 6.87 13.93 6.97 Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
16 Jam 7.67 8.20 15.87 7.93
(1992) nilai organoleptik yang baik adalah 6,5.
Dengan demikian produk yang mendapat
Berdasarkan data Tabel 5 tersebut dapat perlakuan dengan lama pengeringan 12 jam
dilihat bahwa nilai rata-rata organoleptik
serta 16 jam berada pada kisaran mutu yang
konsistensi yang tertinggi adalah 7,93 yaitu baik.
pada perlakuan dengan lama pengeringan 16
jam, sedangkan nilai organoleptik konsistensi
KESIMPULAN
terendah adalah 5,70 dengan perlakuan lama
pengeringan 4 jam. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
Hubungan jumlah kadar air terhadap dapat disimpulkan bahwa:
nilai organoleptik konsistensi ikan selar asin - Ikan asin yang dikeringkan melebihi 12 jam
dan lama waktu pengeringan dapat dilihat pada pemanasan pada cabinet dryer
Gambar 5. menghasilkan produk yang dapat diterima
0.09 0.08
oleh konsumen, sedangkan pengeringan di
Lama
0.08 0.07 Pengeringan
bawah 8 jam menghasilkan produk yang
0.07 0.06 kurang diterima oleh konsumen.
Nilai Organoleptik

4 Jam
0.06
0.06 8 Jam - Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
Konsistensi

12 Jam
0.05
16 Jam (SNI) untuk kadar air bahwa produk ikan
0.04 selar asin yang dikeringkan dengan cabinet
0.03 dryer di atas 8 jam memiliki mutu yang
0.02
baik.
0.01
Perlu adanya uji lanjut tentang masa
0.00
0.50% 0.35% 0.27% 0.21% simpan serta perlu penggunaan pengemasan
Kadar Air yang higienis.
Gambar 5. Hubungan jumlah kadar air DAFTAR PUSTAKA
terhadap nilai organoleptik
konsistensi ikan selar asin dan lama Afrianto E. dan E. Liviawati. 1989. Pengawetan dan
waktu pengeringan. Pengolahan Ikan. Kanisius, Yogyakarta.
Astawan M. 1997. Mengenal Makanan Tradisional
Produk Olahan Ikan. isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa
83975862.pdf. Manado, 15 Februari 2012, Pukul
semakin rendah jumlah kadar air ikan selar asin 14.015 Wita.
dan semakin lama waktu pengeringan yang Berhimpon, S, Souness R.A., Buckle K.A. and Edwards
diberikan maka nilai organoleptik untuk R.A. 1990. The Effect on Brine Concentration on the
konsistensi semakin meningkat. Hal ini dapat Salting and Drying of Yellowtail (Trachurus
dinyatakan bahwa lama pengeringan dan jumlah meccullochi). Indo-Pacific Fisheries Comkision
(IPFC), FAO-US. FAO Fisheries report No.401
kadar air dapat mempengaruhi tingkat kesukaan Supplement, pp 153-159.
panelis/konsumen terhadap ikan selar asin.
Badan Standar Nasional. 1992. Standar Nasional
Berdasarkan hasil diatas dapat dinyatakan Indonesia (SNI) Ikan Asin Kering. Kumpulan Standar
bahwa semakin rendah jumlah kadar air dari Metode Pengujian Mutu Hasil Perikanan. Jakarta.
produk ikan selar asin maka nilai organoleptik
konsistensi produk tersebut semakin baik.

25
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 2, No. 2, Agustus 2014

Badan Standar Nasional. 2009. Standar Nasional Moeljanto, R. 1982. Penggaraman dan Pengeringan Ikan.
Indonesia (SNI) Ikan Asin Kering. Spesifikasi. Penerbit PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Jakarta. Moeljanto, R. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil
Badan Standar Nasional. 2006. Standar Nasional Perikanan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Indonesia (SNI) Cara Uji Kimia. Penentuan kadar air Peranginangin, R.. 1983. Penelitian Dendeng Tawes
pada produk perikanan. Jakarta (Puntius javanicus) Dalam Berbagai Bentuk Olahan.
Buckle K.A, R.A. Edwards, F.H. Fleet, M. Wooton. 1987. Laporan Penelitian Teknologi Perikanan. Balai
Ilmu Pangan. Penerbit UI-Press. Jakarta Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Fatabura H. 2012. Metode Penelitian Eksperimen. Jakarta.
sospol.untag-smd.ac.id/?p=347. Manado, 5 Juni 2012, Ruus. O.V. 2009. Pengaruh Konsentrasi Larutan Garam
Pukul 14.015 Wita. Dan Lama Pengeringan Terhadap Mutu Ikan Layang
Harikedua, J.W., Kaseger B., Sanger G., Setyaningsih L., (Decapterus sp) Asin Dengan Kadar Garam Rendah.
Singal A., Pandey E., dan Dolonseda S,. 1991. Bahan Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Ajar Untuk Mata Kuliah Pengantar Pengolahan Hasil Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Perikanan. Fakultas Perikanan Universitas Sam Setyaningsih D; Anton A; Maya. P. S. 2010. Analisis
Ratulangi. Manado. Sensori untuk industri pangan. IPB Press. Bogor.
Lukas R. J. 2011. Kajian Mutu Ikan Kakap Merah Soeseno. 1985. Teknik Penangkapan dan Teknologi Ikan.
(Lutjanus sp) Yang Di Olah Dengan Pemberian Yasaguna. Jakarta.
Konsentrasi Larutan Garam Dan Lama Pengeringan Soekarto S. 1991. Penilaian Organoleptik Untuk Industri
Yang Berbeda . Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian. IPB. Bogor.
Kelautan, Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Winarno F.G, S. Fardiaz; dan D. Fardiaz. 1980. Pengantar
Margono,T, Suryati,D, Hartinah,S. 2000. Ikan Asin Cara Teknologi Pangan. PT. Gramedia. Jakarta.
Kombinasi Penggaraman Dan Peragian (Ikan Peda)
www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/
piwp/ikan_asin_kombinasi.pdf. Manado, 24 Oktober
2011, Pukul 17.20 Wita

26

Anda mungkin juga menyukai