PENDAHULUAN
1
Pengasapan ikan adalah salah satu cara mengolah dan mengawetkan ikan
yang cukup popular di Indonesia. Cara ini dapat dijumpai di berbagai daerah, namun
jumlahnya tidak sebanyak produk pengasinan atau pengeringan. Pengasapan dapat
menunda proses kemunduran mutu ikan, namun dalam waktu yang tidak terlalu lama,
tidak seperti ikan asin atau ikan kering.
Dari asap, ikan menyerap zat-zat seperti aldehid, fenol dan asam-asam
organik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) dan
membunuh bakteri (bakterisidal). Kelompok aldehid yang mempunyai daya sterilisasi
paling kuat adalah formaldehid. Suatu penelitian mengenai dampak sterilisasi dari
pengasapan mengungkapkan bahwa bakteri yang tidak membentuk spora seperti
Bacterium proteus vulgaris atau Staphylococci, adalah kurang tahan terhadap asap
dan dapat dibasmi dengan pengasapan singkat. Sementara bakteri yang membentuk
spora seperti Bacillus subtilis dan B. mesentericus mempunyai ketahanan yang lebih
besar.
Akan tetapi jumlah zat yang bersifat bakteriostatik atau bakteriosidal yang
dapat diserap hanya sedikit sekali, maka daya pengawetannya sangat terbatas.
Oleh karena itu, pengawetan dengan pengasapan harus diikuti dengan cara
pengawetan lainnnya, terutama ikan asap akan disimpan dalam waktu relatif lama.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui bagaimana proses
pengawetan ikan dengan cara pengasapan dan faktor apa saja yang menentukan
keberhasilan proses pengasapan ikan nila.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3. Pengeringan
Setelah penggaraman dan pencucian dengan air tawar, selanjutnya
dilakukan tahap pengeringan yaitu untuk menghilangkan sebagian air
sebelum proses pengasapan. Proses pengeringan ini sangat menentukan
kekompakan atau kekenyalan produk asap. Jika daging ikan yang sangat basah
3
langsung diasapi tanpa dilakukan pengeringan maka banyak kandungan dari
permukaan ikan yang akan menguap dan terjadi destilasi. Produk destilasi dari
pembakaran kayu yang utama adalah bahan semacam tar dan akan menempel
pada permukaan ikan, sehingga air permukaan ikan berwarna cokelat tua gelap
dan jelek Untuk mengatasi fragmentasi (kerapuhan) pada ikan asap perlu
o
dilakukan pengeringan selama 1 jam pada suhu 25 C dan kelembaban relatif
40-50 persen sebelum diasap dapat mengurangi kelembaban ikan sampai 50
persen. Selain itu, penanganan yang berlebihan selama pengasapan turut
berkontribusi pada kerapuhan ikan asap.
Pengeringan dapat dilakukan dengan cara menggantung ikan di atas rak-
rak pengering di udara terbuka. Hal ini dapat dilakukan pada kondisi iklim
yang kelembaban nisbihnya rendah. Akan tetapi, bila iklim setempat
mempunyai kelembaban yang tinggi hingga proses pengeringan menjadi
lambat, maka tahap pengering harus dilakukan dalam lemari-lemari pengering
4. Penataan
Penataan ikan diatur sedemikian rupa dalam ruang pengasapan bertujuan
untuk mendapatkan aliran asap dan panas yang merata di mana hal ini sangat
menentukan kualitas produk akhir. Untuk mendapatkan aliran asap dan panas
yang merata, jarak antara ikan-ikan pada rak pengasap dan jarak antara
masing-masing rak pengasapan dalam ruang pengasapan tidak boleh terlalu
rapat.
5. Pengasapan
Tujuan pengasapan dalam pengawetan ikan adalah untuk mengawetkan
dan memberi warna serta rasa asap yang khas pada ikan. Sebenarnya, daya
awet yang ditimbulkan oleh asap sangat terbatas, sehingga supaya ikan dapat
tahan lama maka harus diikuti atau didahului oleh cara pengawetan lain.
Pengasapan juga bertujuan untuk mengeluarkan uap dari unsur-unsur
senyawa fenol atau aldehid dari jenis kayu yang dilekatkan pada tubuh ikan
atau untuk memasukkan unsur-unsur tersebut ke dalam tubuh ikan sehingga
menghasilkan rasa dan aroma yang khas, serta mengeringkan ikan sehingga
didapat efek pengawetan yang diharapkan. Rasa lezat yang menjadi ciri khas
produk ikan yang diasap, terutama dari senyawa fenol dan aldehid.
6. Pendinginan dan Pengemasan
Proses pengasapan pada umumnya diakhiri dengan tahap pendinginan dan
pengemasan. Setelah selesai tahap pengasapan, produk disimpan dalam
ruangan yang bersih dan dibiarkan sehingga mencapai suhu ruang, kemudian
4
dilaksanakan pengemasan. Pengemasan dapat digunakan plastik polietilen dan
untuk memperpanjang umur simpanan produk dapat dilakukan pengemasan
hampa udara.
Penjelasan dari Sveinsdottir (1998), bahwa sebelum pengemasan, ikan
harus didinginkan, pada saat itu banyak uap air menguap. Jika ikan dikemas
ketika sedang hangat, uap air akan mengembun di permukaan dan mendorong
pertumbuhan jamur. Kemasan merupakan bagian penting dari pengolahan
makanan karena mefasilitasi penanganan selama penyimpanan dan distribusi
dalam rantai pemasaran. Bahan kemasan harus memiliki karakteristik tertentu,
seperti kekuatan yang memadai untuk melindungi produk yang dikemas dari
kerusakan, harus siap tersedia dan mudah digunakan, dan harus bersih untuk
mencegah kontaminasi oleh zat yang tidak diinginkan.
5
Suhu yang digunakan untuk pengasapan panas cukup tinggi sehingga daging
ikan menjadi matang. Daya awet ikan yang diasap panas, ditimbulkan oleh garam,
asap dan panas. Sedangkan pada ikan yang diasap dingin, ditimbulkan oleh
garam, asam dan pengeringan.
Hasil proses pengasapan dan pemanggangan dapat dilihat pada perubahan
warna ikan. Proses roasting menghasilkan warna coklat pucat, sedangkan proses
smoking menghasilkan warna coklat mengkilap. Faktor-faktor yang berpengaruh
pada proses pengasapan dan pemanggangan pada orientasi ini diantaranya: a).
berat ikan, b). penirisan dan penganginan, c). suhu,d). waktu, e). metode
pengemasan,dan f). kondisi penyimpanan.
6
lebih ringan jika dibandingkan dengan asap yang dihasilkan dari proses
pengasapan di udara terbuka (bersuhu relatif lebih tinggi). Dengan demikian,
volume asap yang dapat melekat pada tubuh ikan menjadi lebih banyak dan
merata. Apabila proses pengasapan ikan berlangsung dalam ruangan bersuhu
tinggi, permukaan kulit atau tubuh bagian luar akan menjadi cepat kering atau
mengeras (dapat menghalangi proses penguapan cairan yang terdapat pada
bagian tubuh yang lebih.
3. Suhu dan Waktu Pengasapan
Menurut Rasco (2009), metode pengasapan panas pada ikan
memerlukan 2 proses berurutan yaitu pengasapan diikuti oleh pemasakan. Lama
waktu pengasapan tergantung pada flavor dan kelembaban yang diinginkan.
o o
Pengasapan kurang lebih 2 jam pada suhu 90 F (32,2 C), kemudian panas
o o
ditingkatkan sampai 150 atau 160 F ( 65,5 C) dan dimasak selama 30
menit. Hal tersebut dilakukan untuk menguapkan uap air dalam ikan dan
menghindari keretakan produk dan memperpanjang daya simpan.
4. Sirkulasi Udara Dalam Ruang Pengasapan
Adanya sirkulasi udara yang baik di dalam ruang pengasapan
menjamin mutu ikan asap yang lebih sempurna. Sirkulasi udara yang baik akan
menjaga suhu dan kelembaban ruang pengasapan tetap konstan selama proses
pengasapan berlangsung. Selain itu, aliran asap akan berjalan dengan lancar
dan kontinu, sehingga partikel asap yang menempel pada tubuh akan menjadi
lebih banyak dan merata. Jadi pada tahap pengasapan, kecepatan penguapan air
tergantung pada kapasitas pengering udara dan asap juga kecepatan pengaliran
asap. Pada tahap kedua, di mana permukaan ikan sudah agak kering, suhu ikan
akan mendekati suhu udara dan asap
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengasapan ikan adalah salah satu cara mengolah dan mengawetkan ikan
yang cukup popular di Indonesia. Cara ini dapat dijumpai di berbagai daerah, namun
jumlahnya tidak sebanyak produk pengasinan atau pengeringan.
Dalam proses pengasapan ikan g a b u s pada prinsipnya terdapat beberapa
proses yaitu: Perlakuan pendahuluan, Penggaraman, Pengeringan, Penataan,
Pengasapan, Pendinginan dan Pengemasan. Pengasapan ikan nila dapat dilakukan
dengan menggunakan asap yang berasal dari hasil pembakaran arang kayu
atau tempurung kelapa, sabut, serbuk gergaji atau sekam padi.
Tingkat keberhasilan proses pengasapan ikan tergantung pada empat
faktor utama (selain bahan baku) yang saling berkaitan, yaitu: mutu dan volume asap;
suhu dan kelembaban ruang pengasapan;suhu dan lama pengasapan serta sirkulasi
udara dalam ruang pengasapan.
3.2 Saran
Ada beberapa hal yang menjadi saran dalam setiap proses pengolahan yaitu
penggunaan suhu harus sesuai dengan bahan yang digunakan, agar menghasilkan ikan
asap yang bermutu.
8
DAFTAR PUSTAKA
1
Anonim . 2007. http://bisnisukm.com/teknologi-pengawetan-ikan.html. Diakses
pada Mei 2011.
2
Anonim .2011.http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/
pangan/piwp/ikan asap.pdf. Diakses pada 26 Mei 2011.
Anonim3
.2022. https://rimbakita.com/ikan-gabus/. Diakses pada Oktober 2022
Susanto, Heru. 2006. Budi Daya Ikan di Pekarangan (Revisi). Penebar Swadaya.
Jakarta.
Tio,D.M dan Nur,S.A. 2011. Pengawetan Ikan Bawal Dengan pengasapan dan
pemanggangan. Jurnal .UGM