IKAN PINDANG
Oleh :
Kelompok 2
1. Tanita Abigail Sorena 1910511009
2. Ni Luh Gde Amritasya Mutiara 1910511010
3. Paska Rani Br Sembiring 1910511012
4. Komang Puspita Dewi 1910511013
5. Fitri Dwi Anggraini 1910511014
I. PENDAHULUAN
Ikan merupakan suatu bahan pangan yang cepat mengalami proses pembusukan, hal
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kandungan protein yang tinggi dan kondisi
lingkungan yang sangat sesuai untuk pertumbuhan mikroba pembusuk. Adapun kondisi
lingkungan tersebut seperti suhu, pH, oksigen, waktu simpan, dan kondisi kebersihan sarana
prasarana. Selain itu penyebab kerusakan ikan salah satunya adalah kadar air yang cukup
tinggi yaitu 70- 80% dari berat daging yang menyebabkan mikroorganisme mudah untuk
berkembang biak. Teknik pengolahan yang dapat diterapkan pada ikan yaitu pembekuan,
pengasapan, penggaraman, pengeringan, pemindangan dan fermentasi. Teknik pemindangan
merupakan teknik yang paling banyak dilakukan oleh nelayan. Semua teknik pengolahan
tersebut memiliki prinsip yang hampir sama yaitu untuk pengawetan pada ikan. Ikan dan
produk olahannya merupakan bahan makanan yang mempunyai kandungan asam amino
lengkap termasuk 10 jenis asam amino esensial yang tidak dapat disintesis di dalam tubuh
manusia. Bramstedt dan Auerbach (1961) menyatakan bahwa aktivitas bakteri dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan asam-asam amino, khususnya asam glutamat, asam
aspartat, lisin, histidin, dan arginin. Asam-asam amino tersebut bertindak sebagai prekursor
senyawa yang dapat menimbulkan bau dan rasa yang tidak sedap.
Alat :
1. Timbangan
2. Kompor / tungku
3. Daun pisang
4. Besek
5. Pemberat
6. Panci
7. Pisau
Cara pengolahan :
1. Ikan dicuci bersih dan tidak perlu disiangi. Bila ikannya besar, bisa dipotong- potong
menurut kebutuhan.
2. Ikan yang telah dicuci disusun dalam besek yang dialasi daun pisang. Pada waktu
penyusunan ikan, ditaburi garam pada setiap lapisan.
3. Jumlah garam yang dibutuhkan berbeda-beda menurut keperluan nya yaitu antara
5%–40% dari bobot ikan. Kisaran garam yang umum dipakai adalah antara 20%–
30%.
4. Kemudian ikan diatur / disusun dalam pendil / panci, ditutup dengan daun pisang dan
diberi pemberat. Setelah penuh, pendil/panci diisi cairan perebus sampai semua besek
tenggelam dalam cairan perebus.
5. Cairan perebus berupa larutan garam konsentrasi antara 10 % – 15 %.
6. Panci dipanasi sampai mendidih. Lama perebusan untuk ikan layang antara 20 – 30
menit, sedangkan untuk ikan tongkol berukuran sedang selama 1 jam. Sebagai
petunjuk bahwa ikan telah matang adalah apabila daging dekat ekor dan kepala sudah
retak-retak.
7. Setelah perebusan dianggap selesai, besek diangkat.
8. Pindang ikan siap disajikan.
Pindang umumnya tidak terlalu awet karena masih mempunyai aktivitas air
yang relatif tinggi dan mudah bagi mikroorganisme untuk bertumbuh. Pemanasan
yang dilakukan tidak terlalu mampu membasmi semua mikroorganisme. Ikan pindang
mudah mengalami kontaminasi saat proses penjualan. Kerusakan pindang yang
disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme ditandai dengan pembentukan lendir,
pertumbuhan kapang, dan teksturnya yang menjadi hancur.
Daya awet ikan pindang bila disimpan di udara terbuka tanpa dilakukan
penanganan yang baik kurang lebih 3-4 hari. Hasil produksi pindang (terutama
pindang air garam) kandungan airnya cukup banyak serta kadar garam yang cukup
rendah jika dibandingkan ikan asin, sehingga perlu penanganan khusus jika disimpan
di ruang terbuka. Daya awet pindang ini dapat ditingkatkan dengan cara perbaikan
teknik pemindangan seperti kebersihan, suhu, kadar garam, penambahan bumbu,
pengemasan dan penyimpanan produk.
Ikan pindang harus diperlakukan dengan baik agar tidak terjadi penurunan
mutu kimia dan mikrobiologi, daging ikan mengandung kolesterol dan lemak, serta
banyak mengandung mineral, vitamin A, dan unsur lainnya yaitu asam lemak omega-
3 yang sangat bermanfaat untuk menangkal berbagai penyakit degeneratif. Selama
pengolahan, kombinasi suhu tinggi dan penambahan garam (10% bobot kering), serta
Pengemasan tanpa vakum dapat mengurangi lisin hingga 58,17%, tetapi apabila
penggunaan suhu tinggi dan penambahan garam ( 10% bobot kering) dikombinasikan
dengan pengemasan vakum kerusakan lisin dapat dikurangi menjadi 7,63%.
Sedangkan penggunaan larutan garam jenuh untuk merebus ikan dalam proses
pengolahan ikan pindang telah menghilangkan kandungan lisin sebesar 41,56 %.
Cara yang terbaik untuk mengurangi penurunan kandungan lisin ikan pindang baik
selama pengolahan maupun penyimpanan adalah dengan proses sterilisasi dan
dikemas menggunakan bahan pengemas kedap udara.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Mengolah Produk Perikanan dengan Fermentasi. Pusat Pendidikan
Kelautan dan Perikanan.
Basmal, Jamal, Bagus S.B. Utomo dan K.D.A. Taylor. 1997. Pengaruh Perebusan,
Penggaraman, dan Penyimpanan Terhadap Penurunan Kandungan Lisin yang
Terdapat dalam Ikan Pindang. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 3 (2) : 54-62.
Buatan, Osmar. 2012. Proses Pemindangan Ikan Menggunakan Air Garam. Program
Studi Teknologi Hasil Perikanan : Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Palu.