Disusun Oleh :
1. Isra Ariska Widyastuti ( 114676 )
2. Melati Nurul Insani ( 114688 )
3. Ryan Nuryadi Muchlis ( 114739 )
4. Sitrah Nurdini Irwan ( 114745)
SEKRETARIAT JENDERAL R.I
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SMAK
MAKASSAR
2014
Lembar Penerimaan
Laporan ini dibuat oleh :
Nama
Judul Laporan
Lembar Pemeriksaan/Pengesahan
ii
Laporan seminar ini dengan judul Analisa Ikan Bandeng Presto BerdasarkanSNI
No: 4106.1-2009 disusun oleh kelompok II (Dua) :
1.
2.
3.
4.
telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh pembimbing & Wakasek Keterampilan dan
dinyatakan diterima dan disahkan.
Makassar, 11 November 2014
Diperiksa oleh
Pembimbing,
Hj. Fatmawaty, ST
NIP. 19760718 200312 2 011
Disahkan oleh
Wakasek Keterampilan,
Takarianto, ST
NIP. 19651023 198703 1 003
ABSTRAK
Laporan Seminar ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang berjudul
Analisa Ikan Bandeng Presto Berdasarkan SNI No: 4106.1-2009. Penelitian
ii
ABSTRACT
The seminar report is based on a study entitled "Analysis of the Milkfish Presto on
SNI No: 4106.1-2009". The study was conducted at the Laboratory of Chemical
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Bismillahirrahmannirrahim, kami panjatkan
rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
ii
ii
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Penerimaan II
Lembar Pemeriksaan/pengesahanIII
AbstrakIV
Kata Pengantar...................................................................................................VI
Daftar Isi.............................................................................................................VI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................9
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................10
ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan Bandeng (Chanos chanos) adalah ikan pangan populer di Asia
Tenggara. Ikan ini merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam
familiaChanidae (bersama enam genus tambahan dilaporkan pernah ada namun
sudah punah). Dalam bahasa Bugis dan Makassar dikenal sebagai ikan bolu, dan
dalam bahasa Inggris milkfish).
Ikan bandeng merupakan salah satu komoditas unggulan Provinsi
Sulawesi Selatan.Hal ini didukung oleh rasa daging yang enak dan nilai gizi yang
tinggi sehingga memiliki tingkat konsumsi yang tinggi.Selain sebagai ikan
konsumsi, ikan bandeng juga dipakai sebagai ikan umpan hidup pada usaha
penangkapan ikan tuna (Syamsuddin, 2010).
Berdasarkan Balai Pengembangan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan,
kandungan omega-3 pada ikan bandeng melebihi kandungan omega-3 pada ikan
salmon, ikan tuna, dan ikan sarden, dengan kandungan protein yang tinggi dari
bandeng (20,38%). Selain itu ikan bandeng juga mengandung asam folat tinggi
dan vitamin B 6 dan B 12 yang sangat dibutuhkan oleh janin.Selain itu karena
tingginya kandungan omega 3 bandeng, konsumsi rutin ikan bandeng ju
ga
terutama secara mikrobiologi. Hal ini disebabkan karena produk pangan tersebut
beresiko tinggi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme, fisik
atau kimia.
Oleh sebab itu penulis menyusun proposal untuk memberikan informasi
berdasarkan fakta analisa yang dilakukan agar pembaca (masyarakat) dapat lebih
teliti dalam mengambil keputusan yaitu memilih pangan yang aman di konsumsi,
lebih bermutu, dan bergizi.
1.2Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah Kualitas Ikan
Bandeng Presto yang dibuat memenuhi kriteria yang ditentukan Badan Standar
Nasional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Bandeng
Salah satu produk perikanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat
adalah ikan bandeng.Ikan bandeng merupakan suatu komoditas perikanan yang
memiliki rasa cukup enak dan gurih sehingga banyak digemari masyarakat.Selain
itu, harganya juga terjangkau oleh segala lapisan masyarakat.Ikan bandeng
digolongkan sebagai ikan berprotein tinggi dan berkadar lemak rendah.
Pada umumnya ikan bandeng diolah secara tradisional antara lain dengan
cara pengasapan, penggaraman dan pemindangan. Cara pengolahan tersebut
hanya merubah komposisi daging, rasa serta tekstur ikan, tetapi tidak dapat
melunakkan tulang yang banyak terdapat dalam daging ikan bandeng. Untuk
mengatasi gangguan tulang tulang ini, ada suatu cara pengolahan khusus yang
produknya disebut bandeng duri lunak.
Menurut Astawan (2004), salah satu upaya untuk mengatasi hambatan
dalam pemanfaatan ikan bandeng adalah mengolah ikan bandeng secara duri
lunak. Di Indonesia, produk bandeng duri lunak mulai dikenal walaupun jumlah
produksinya masih dibawah ikan asin maupun ikan pindang, tetapi pada masa
yang akan datang pengolahan ikan Bandeng secara duri lunak cukup cerah
prospeknya. Cita rasa yang dimiliki pun jauh lebih enak dibandingkan dengan
ikan yang diolah secara diasin maupun dengan cara lainnya.
Menurut Ghufron (1994), ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) dapat tumbuh
hingga mencapai 1,8 m, anak ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) yang biasa
disebut nener yang biasa ditangkap di pantai panjangnya sekitar 1 -3 cm, sedangkan
gelondongan berukuran 5-8 cm.
Units
Nilai / 100 g
G
Kcal
Kj
G
G
G
G
G
70.85
148
619
20.53
6.73
1.14
0.00
0.0
Mg
51
Mg
0.32
Mg
30
Mg
Mg
Mg
162
292
72
Seng, Zn
Tembaga, Cu
Mangan, Mn
Selenium, Se
Vitamins
Vitamin C
Thiamin
Riboflavin
Niacin
Pantothenic acid
Vitamin B-6
Folate, total
Asam folat
Folate, food
Folate, DFE
Vitamin B-12
Vitamin A, RAE
Retinol
Vitamin A, IU
Lemak
Asam lemak, total saturated
Asam lemak, total monounsaturated
Asam lemak, total polyunsaturated
Kolesterol
Asam amino
Tryptophan
Threonin
Isoleusin
Leusin
Lisin
Methionin
Sistin
Phenylalanin
Tyrosin
Valin
Mg
Mg
Mg
Mcg
0.82
0.034
0.020
12.6
Mg
Mg
Mg
Mg
Mg
Mg
Mcg
Mcg
Mcg
mcg_DFE
Mcg
mcg_RAE
Mcg
IU
0.0
0.013
0.054
6.440
0.750
0.423
16
0
16
16
3.40
30
30
100
G
G
G
Mg
1.660
2.580
1.840
52
G
G
G
G
G
G
G
G
G
G
0.230
0.900
0.946
1.669
1.886
0.608
0.220
0.802
0.693
1.058
Ikan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan bandeng duri lunak
harus memiliki tingkat kesegaran yang tinggi sehingga produk bandeng duri lunak
yang dihasilkan memiliki mutu yang lebih baik. Mutu produk yang dihasilkan
tergantung dari bahan baku maupun proses pengolahan yang dilakukan. Berikut
adalah ciri-ciri ikan segar yang bermutu tinggi maupun yang bermutu rendah
(Tabel 2).
Tabel 2.2. Ciri-ciri ikan segar yang yang bermutu tinggi maupun yang bermutu
rendah
Parameter
Jernih
kornea keruh
Insang
Lendir
Mata
Bau
Konsistensi
Bau busuk
Sangat lunak, bekas jari tidak mau
hilang bila ditekan, mudah sekali
menyobek daging dari tulang
Belakang
Satuan
-
Persyaratan
Min. 7 (Skor 1 - 9)
5,0 x 105
koloni/g
APM/g
APM/g
mg/kg
<3
Negatif/25 g
Negatif/25 g
<3
Maks. 1,0
mg/kg
Maks. 0,1
- Merkuri (Hg)
- Timah (Sn)
- Timbal (Pb)
d Kimia
- Histamin
e Residu kimia
- Kloramfenikol
- Malachite green dan
leuchomalachite green
- Nitrofuran (SEM, AHD, AOZ,
AMOZ)
f Racun Hayati
- Ciguatoksin
g Parasit
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maks. 0,5
Maks. 0,5
Maks. 1,0
Maks. 40,0
Maks. 0,3
Maks. 0,4
mg/kg
Maks. 100
Tidak terdeteksi
Tidak boleh ada
pembungkusan,
pengukusan,
pendinginan,
pengepakan,
Dalam pengolahan bandeng duri lunak dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
secara tradisional dan modern. Pada pengolahan bandeng duri lunak secara
tradisional, wadah yang digunakan untuk memasak biasanya berupa drum yang
dimodifikasi atau dandang berukuran besar.Pengolahan bandeng duri lunak secara
tradisional menggunakan prinsip pengolahan ikan pindang.
Tabel 2.3. Persyaratan mutu bandeng presto menurut SNI No: 4106.1-2009
Jenis Uji
a)
Satuan
Persyaratan Mutu
Cemaran Mikroorganisme
1. ALT, maks
2. Escherichia coli
Koloni/gram
APM/gram
5,0 x 105
<3
3. Salmonella
Per 25 gram
negatif
4. Vibrio cholerae
5. Staphylococcus aureus
Per 25 gram
Koloni/gram
negatif
maksimal 1x 103
*) Apabila diperlukan
Sumber : Badan Standardisasi Nasional (2006) (SNI No: 4106.1-2009).
tulang ikan dapat segera lunak daripada menggunakan drum atau dandang.
Menurut Arifudin (1983), pengolahan bandeng duri lunak merupakan salah satu
usaha diversifikasi. Proses pengolahan menggunakan suhu yang tinggi (115 121C), dengan tekanan satu atmosfir. Suhu dan tekanan yang tinggi ini dicapai
dengan menggunakan alat pengukus bertekanan tinggi (autoclave) atau dalam
skala rumah tangga dengan alat pressure cooker.
Proses pengolahan bandeng duri lunak dengan uap air panas bertekanan
tinggi menyebabkan tulang dan duri menjadi lunak. Selain itu uap air panas yang
bertekanan tinggi ini sekaligus berfungsi menghentikan aktifitas mikroorganisme
pembusuk ikan, kerasnya tulang ikan disebabkan adanya bahan organik dan
anorganik pada tulang. Bahan anorganik meliputi unsur-unsur kalsium, phosphor,
magnesium, khlor dan flour sedangkan bahan organik adalahserabutserabut kolagen. Tulang menjadi rapuh dan mudah hancur bila bahan organik
yang terkandung di dalamnya larut (Soesetiadi, 1977).
Selain itu pengolah bandeng duri lunak harus menerapkan standar sanitasi
dan higiene sehingga produk yang dihasilkan akan aman dikonsumsi. Sanitasi
merupakan pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, peralatan
dan pekerja, bertujuan untuk mencegah produk dari cemaran yang merugikan dan
merusakkan serta menghindari kesan tidak estetis oleh konsumen. Cemaran yang
dimaksud terutama yang membahayakan seperti cemaran yang mikroorganisme
yang dapat menimbulkan adanya gangguan kesehatan pada manusia. Pelaksanaan
sanitasi yang baik akan mendapatkan produk yang tidak membahayakan
konsumen, hasil yang lebih tahan lama karena tidak ada bahan cemaran yang
mempercepat pembusukan dan kemantapan hasil olahan. Sedangkan hygiene
(kebersihan) merupakan salah satu dasar untuk menjamin keamanan dan mutu
setelah disesuaikan dengan standar baku yang ditetapkan SNI.Teknik pour plate
(lempeng tuang) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan mikroorganisme di
dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang masih cair dengan
stok kultur bakteri. Teknik ini biasa digunakan pada uji TPC (Total Plate Count).
Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata
pada media agar (Cappucino dan Sherman, 1982).
Uji Angka Lempeng Total (ALT) dilakukan untuk menentukan jumlah atau
angka bakteri aerob mesofil yang mungkin mencemari suatu produk, baik itu
makanan-minuman, obat tradisional ataupun kosmetika. Media yang digunakan
untuk uji ALT adalah PCA (Plate Count Agar). Masa inkubasi dilakukan dengan
membalik cawan petri yang berisi biakan. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari jatuhnya butir air hasil pengembunan disebabkan suhu inkubator.
Apabila sampai terdapat air yang jatuh maka akan merusak pembacaan angka
lempeng total dari sampel yang diuji. Cara inokulasi yang dipilih adalah cara
tuang, dimana hal ini dimaksudkan untuk melihat pertumbuhan bakteri aerob
mesofil, yang membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya, sehingga akan
teramati bahwa pertumbuhan bakteri aerob mesofil tersebut akan berada
dipermukaan lempeng agar, karena pertumbuhannya yang mencari oksigen.Oleh
karena itu, pada pengamatan angka lempeng total ini, dicari hanya koloni bakteri
yang tumbuh di permukaan lempeng agar.
Prosedur pengujian Angka Lempeng Total menurut Metode Analisis
Mikrobiologi (MA PPOM 61/MIK/06) yaitu dengan cara aseptik ditimbang 25
gram atau dipipet 25 ml sampel ke dalam kantong stomacher steril. Setelah itu
ditambahkan 225 ml PDF, dan dihomogenkan dengan stomacher selama 30 detik
sehingga diperoleh suspensi dengan pengenceran 10-1. Disiapkan 5 tabung atau
lebih yang masing-masing telah diisi dengan 9 ml PDF. Hasil dari homogenisasi
pada penyiapan sampel yang merupakan pengenceran 10-1 dipipet sebanyak 1 ml
kedalam tabung PDF pertama, dikocok homogeny hingga diperoleh pengenceran
10-2. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-6 atau sesuai dengan pengenceran
yang diperlukan. Dari setiap pengencerandipipet 1ml kedalam cawan petri dan
dibuat duplo, ke dalam setiap cawan dituangkan 15-20 ml media PDA yang sudah
ditambahkan 1%TTC suhu 45C. Cawan petri segera digoyang dan diputar
sedemikian rupa hingga suspense tersebar merata. Untuk mengetahui sterilitas
media dan pengencer dibuat uji kontrol (blanko). Pada satu cawan diisi 1 ml
pengencer dan media agar, pada cawan yang lain diisi media. Setelah media
memadat, cawan diinkubasi suhu 35-37C selama 24-46 jam dengan posisi
dibalik. Setelah itu jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.
organisme lain. Bakteri ini menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zat
anorganik, yaitu CO2, H2O, energi, dan mineral.Di dalam lingkungan, bakteri
pembusuk ini berfungsi sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan
(Ganiswarna, 1995).
E. coli (Juga disebut E. coli O157: H7 atau Escherichia coli) adalah
spesies bakteri yang ditemukan dalam usus manusia dan hewan sehat dan
diperlukan untuk membantu dalam pemecahan selulosa dan penyerapan vitamin
K (yang membantu pembekuan darah). Namun, bakteri ini seringkali juga menjadi
penyebab infeksisaluran kemih, diare pada bayi, dan infeksi luka.Manifestasi
klinik infeksi oleh E. coli bergantung pada tempat infeksi dan tidak dapat
dibedakan dengan gejala infeksi yang disebabkan oleh bakteri lain (jawetz et
al., 1995). Penyakit yang disebabkan oleh E. coli yaitu :
1.Infeksi Saluran Kemih
E.coli merupakan penyebab infeksi saluran kemih pada kira-kira 90 % wanita
muda.Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering kencing, disuria, hematuria,
dan piuria.Nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas.
2.Diare
E.coli yang menyebabkan diare banyak ditemukan di seluruh dunia. E.
colidiklasifikasikan oleh ciri khas sifat-sifat virulensinya, dan setiap kelompok
menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda.
Ukuran sel dengan panjang 2,06,0 m dan lebar 1,11,5 m. Bentuk sel
dari bentuk seperti coocal hingga membentuk sepanjang ukuran flamentous. Tidak
ditemukan spora.E. Coli batang gram negatif. Selnya bisa terdapat tunggal,
berpasangan, dan dalam rantai pendek, biasanya tidak berkapsul. Bakteri ini
aerobik dan dapat juga aerobik fakultatif. E. Coli merupakan penghuni normal
usus, seringkali menyebabkan infeksi dan diare.
bernama Filippo Pacini pada tahun 1854. Namun, penemuan awal ini baru
dikenalluas setelah Robert Koch, yang mempelajari penyakit kolera di Mesir, pada
tahun 1883 berhasil membuktikan bahwa bakteri tersebut adalah penyebab kolera.
Vibrio merupakan patogen oportunistik yang dalam keadaan normal ada
dalam lingkungan pemeliharaan, kemudian berkembang dari sifat yang saprofitik
menjadi patogenik jika kondisi lingkungannya memungkinkan. Bakteri vibrio
yang patogen dapat hidup di bagian tubuh organisme lain baik di luar tubuh
dengan jalan menempel, maupun pada organ tubuh bagian dalam seperti hati, usus
dan sebagainya.
Vibrio cholerae bersifat aerob atau anaerob fakultatif.
Suhu optimum untuk pertumbuhan pada suhu 18-37C. Dapat tumbuh pada
berbagai jenis media, termasuk media tertentu yang mengandung garam mineral
dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. V. cholerae ini tumbuh baik
pada agar Thiosulfate-citrate-bile-sucrose (TCBS), yang menghasilkan koloni
berwarna kuning.
Vibrio adalah sepsis yang berbentuk batang gram negative yang tersebar
luas di dalam. Vibrio ditemukan di daerah perairan dan permukaan air, mereka
berbentuk batang aerob bengkok dan motil, memiliki flagella polar, dapat
bergerak dengan satu flagel kutub, tidak mampu membentuk spora.
Bakteri ini terdapat dalam faeces dan muntahan penderita, yang
berbahaya bagi penularan. Faeces penderita masih mengandung bakteri ini 7-14
hari setelah sembuh dari penyakitnya. Mantan penderita dapat menjadi karier yang
sangat berbahaya bagi penularan. Mantan penderita akan kebal oleh cholera untuk
beberapa tahun, dengan vaksinasi akan diperoleh kekebalan 6-12 bulan.
2.3.5Staphylococcus aureus
Salah satu bakteri penyebab keracunan setelah minum susu adalah
Staphylococcus aureus. Di beberapa negara di Eropa, seperti Norwe-gia,
Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri penyebab keracunan setelah
minum susu. Sumber-sumber Staphylococcus aureus terdapat di sekitar kita, yaitu
bagian permukaan kulit, mukosa mulut, hidung, dan kulit kepala. Pemeriksaan
S.aureus dapat menggunakan metode isolasi dilanjutkan uji koaglutinasi plasma
kelinci.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak,
tidak berspora dan mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun
seperti buah anggur.Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media
pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcusmemiliki
diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. Dinding selnya
mengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat kering dinding
selnya.Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus
.Asam teikoat mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin.
Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif yang
mampu menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase,
hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase. Staphylococcus aureusmengandung
lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel darah merah.Toksin yang
dibentuk oleh Staphylococcus aureus adalah haemolysin alfa, beta, gamma delta
dan apsilon. Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksin dan eksfoliatin. Enterotosin
dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang
mempengaruhi saluran pencernaan.
sehingga tidak mudah lepas oleh tekanan berat maksimal pada pasar ikan segar
( Afifah, 2011 ).
Menurut Suwedja ( 2001 ), kadar air ikan sangat bervariasi, baik antar
jenis yang satu dengan yang lain, antara individu dalam jenis dan bahkan antar
bagian-bagian tubuh dalam satu individu. Misalnya ikan berlemak tinggi (63,6%),
ikan berlemak rendah (77,2%), ikan kucus (81,8%) dll.
Kadar air dalam pangan berpengaruh terhadap mutu bahan pangan dan hal
ini merupakan salah satu sebab mengapa di dalam pengolahan pangan, kadar air
tersebut sering kali dikelauarkan dan dikurangi dengan cara penguapan atau
pengentalan dan pengeringan ( Mudjiharto, 2004 ).
Air merupakan kebutuhan dari seluruh mahluk hidup demikian juga
bakteri. Bakteri memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya disamping
komponen gizi lainnya. Sehingga semakin tinggi kadar air suatu bahan pangan
maka semakin cepat kerusakan bahan pangan tersebut akibat aktifitas bakteri
semakin tinggi pula ( Topatubun, 2008 ).
tersusun
dari
berbagai
asam
amino
yang masing-
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat Dan Bahan
3.1.1 Alat
1.
2.
3.
4.
Neraca Digital
Eksikator
Botol timbang
Gelas piala 100 ml, 300 ml,
dan 600 ml
5. Pipet ukur 5 ml & 10 ml
6. Oven
7. Korek api
8. Cawan Petri
9. Tabung Reaksi
10. Speader
11. Inkubator
12. Colony Counter
13. Erlenmeyer 300 ml
14. Tabung durham
15. Rak tabung reaksi
16. Bulb
17. Luminar flow
35.
36.
37.
3.1.2 Bahan
1. Aquadest Steril
2. Sampel Ikan Bandeng Presto
3. Plate Count Agar (PCA)
4. Buffered Peptone Water (BPW)
5. Laktosa broth (LB)
6. Escherichia Coli Broth (ECB)
7. Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
8. Briliant Green Lactose Bile (BGLB) Broth
9. BPA
10. Selenite Cystine Broth (SCB)
11. Tetrathionate Briliant Green Broth (TBGB)
12. Bismuth Sulfite Agar (BSA)
13. Thiosulfate Citrate Bile Salt Agar (TCBSA)
14. Bovin Serum Albumin (BSA)
15. NaOH 3%
38.
39.
40.
41.
42. 3.2 Prosedur Kerja
43. 3.3.1 Praktikum Mikrobiologi
44.
45.
46.
Tujuan
Cara Kerja
1.
2.
3.
ml aquades steril.
Sampel diencerkan pada pengenceran 10-1 sampai 10-3.
Masing-masing hasil pengenceran diambil dengan pipet sebanyak 1 ml
sampel dan dituangkan ke dalam cawan petri steril, kemudian diberi
medium Plate Count Agar (PCA) sebanyak 15 ml pada suhu 37oC lalu
4.
dihomogenkan.
Cawan petri yang berisi sampel diinkubasi pada inkubator pada suhu 37oC
5.
selama 24 48 jam.
Koloni bakteri yang tumbuh diamati dan dihitung.
48.
49.
50.
51.
52.
Tujuan
sampel.
53.
1.
Cara Kerja
2.
3.
4.
5.
6.
57.
58.
59.
Tujuan
Cara Kerja
1.
2.
ml aquades steril.
Dipipet 10 ml sampel ikan bandeng presto kedalam erlenmeyer yang berisi
media BPW 90 ml. Ditambahkan 10 ml larutan pengencer hingga diperoleh
3.
4.
5.
Uji Salmonella Sp
66.
67.
68.
1.
2.
3.
4.
Cara Kerja
Tujuan
Cara Kerja
75.
76.
77.
78.
80.
81.
Tujuan
sampel.
82.
Cara Kerja
1.
2.
3.
4.
5.
selama 3 jam.
Sample didinginkan dalam esikator dan ditimbang hingga diperoleh
bobot tetap.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
Preparasi Sample
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
94.
1.
Dibuat larutan stock Bovin Serum Albumin (BSA)100 ppm sebanyak 100
2.
3.
95.
1.
2.
3.
4.
5.
spektronik 20.
Dicatat Absorbansi deret larutan standar dan sampel
Ditentukan konsentrasi Protein dalam sampel Ikan Bandeng Presto
Alat Spektrofotometer dinonaktifkan
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105. BAB IV
106. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
107. 4.1Praktikum Mikrobiologi
108.
109. Ha
Koloni / ml
ri /
Ta
tingkat
110. Samp
ng
el
ga
pengenceran
114. 1
0
l
117.
02
Okt
115.
116.
120.
121.
-1
118.
Ikan
Banden
119.
obe
r
g Presto
201
4
122.
07
123.
Ikan
124.
Banden
Okt
125.
126.
g Presto
obe
r
201
4
127.
128.
interprestasi koloni yang jumlahnya antara 30-300 koloni. Namun, dalam aturan
SPC (Standar Plate Count) dipilih pengenceran yang lebih rendah maka yang
dihitung dan ditetapkan adalah tingkat pengenceran 10-1.
129.
ALT
jumlahkoloni
1
= 1 101
130.
1
jumlahpengenceran
koloni/ml
131.
= 1 x 10 koloni/ml
10 koloni/ml
132.
133.
= 1 x 101 koloni/ml
134.
135.
Uji E. coli
136. Ha
ri /
137. Samp
el
138. Jumlah
Koloni / ml
Ta
tingkat
ng
pengenceran
141. 1
ga
l
144.
142.
143.
147.
148.
-1
01
145.
Ok
Ikan
tob
Banden
er
20
Presto
146.
14
149.
150.
tabung durham baik dalam uji sangkaan maupun Confirmed test . Namun, dalam
aturan SPC (Standar Plate Count) jika tidak terdapat gas pada semua tingkat
pengenceran maka APM coliform adalah <3 sehingga tidak dapat dilanjutkan pada
uji E.coli.
151.
152. Ha
Koloni / ml
ri /
Ta
tingkat
153. Samp
ng
el
ga
pengenceran
157. 1
159.
163.
164.
l
160.
158.
-1
01
Se
pte
mb
er
20
14
161.
Ikan
Bande
ng
Presto
162.
165.
166.
interprestasi koloni yang jumlahnya antara 30-300 koloni terdapat pada tingkat
pengenceran 10-1 dan 10-2. Dalam aturan SPC (Standar Plate Count) jika hasil bagi
antara jumlah koloni pada tingkat pengenceran tertinggi dibagi dengan jumlah
koloni pada tingkat pengenceran terendah <2 maka yang dihitung dan ditetapkan
adalah rata-rata tingkat pengenceran, sedangkan jika hasil bagi antara jumlah
koloni pada tingkat pengenceran tertinggi dibagi dengan jumlah koloni pada
tingkat pengenceran terendah >2 maka yang dihitung dan ditetapkan adalah
tingkat pengenceran terendah. Karena hasil bagi antara jumlah koloni pada tingkat
pengenceran tertinggi dibagi dengan jumlah koloni pada tingkat pengenceran
terendah >2 maka yang dihitung dan ditetapkan adalah pengenceran 10-1.
167.
Staphylococcus A.=
jumlahkoloni
1
= 105 101
168.
1
jumlahpengenceran
koloni/ml
169.
= 105 x 10 koloni/ml
1050 koloni/ml
170.
171.
= 1,1 x 103 koloni/ml
172.
173.
Uji Salmonella
174. Hari /
Tang
gal
175. Sam
pel
176.
BS
177. Keterangan
181.
178.
16
Oktobe
r 2014
179.
Tidak ditemukan
koloni abu-abu
Ikan
Bande 180. N
ng
egatif
Presto
kecoklatan atau
koloni yang
berbentuk kilap
logam
182.
183.
184.
185.
186.
187.
188. Hari /
Tang
gal
192.
16
Oktobe
r 2014
189. Sam
pel
193.
Ikan
Bande
ng
Presto
190.
TC
194. N
egatif
191. Keterangan
195.
Tidak ditemukan
koloni warna kuning
196.
197. 4.2 Praktikum Proksimat (Terpadu)
198.
a.
b.
c.
d.
= 72, 3265 g
= 73, 3791 g
= 72, 9809 g
= 1,0526 g
B)
200.
201.
= 1,0526 g 0,3981 g
202.
= 0,6545 g
203.
Air=
204.
Air=
0,6545 g
x 100
1,0526 g
205.
= 62, 17 %
206.
207. 4.3 Praktikum Instrument
208.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g. Faktor pengenceran
= 1,1045 g
= 0,0373 g
= Tidak Berwarna
= Biru
= Biru
= Biru
100
= 10 =10
h. Panjang gelombang
= 540 nm
209.
210.
211.
ppm=
mg 37,3 mg
mg
=
=373
=373 ppm
l
0,1 l
l
212.
V 1=
213.
214.
0,13 ml
215.
216.
217.
218.
219.
V 1=
220.
221.
0,80 ml
222.
100 ml . 3 ppm
373 ppm
223.
V 1=
224.
225.
1,88 ml
226.
100 ml . 7 ppm
373 ppm
227.
228.
a = 0,0011926
b = 0,000611627
229.
230.
r = 0,9899
'
Y 1 =a+b . X 1
231.
232.
= 0,0011926 + 0,0003058
233.
= 0,0015
234.
Y 2 =a+b . X 2
'
235.
= 0,0011926 + ( 0,000611627 . 3 )
236.
= 0,0011926 + 0,00183488
237.
= 0,0030
238.
Y 3=a+ b . X 3
239.
= 0,0011926 + ( 0,000611627 . 7 )
240.
= 0,0011926 + 0,004281389
241.
= 0,0055
242. 243.
N
X
244.
Y (Absorbansi)
247.
Sebelu
248.
Setela
m
h
linear
Linear
249. 250.
251.
0,0017
1
0,5
253. 254.
255.
0,0027
2
3
257. 258.
259.
0,0056
3
7
261.
262.
Sampel
4
264.
265.
Y= a
266.
267.
268.
0,0232074 = 0,000611627 . X
269.
+b.X
X = 37,94 ppm
252.
0,0015
256.
0,003
260.
0,0055
263.
0,0244
270.
Prote
10
271.
Protein=
272.
Protein=
273.
37,94 mg
0,1 l
l
x 100
1104,5 mg
37,94
x 100
1104,5
= 3,43 %
274.
275.
276.
277.
278.
279.
a. Penetapan ALT
281.
10-1
10-2
282.Media PCA
10-3
283.
b. Penetapan Staphylococccus Aureus
284.
Meddia BPA
10-3
c. Penetapan Salmonella
285.
286.
287.
Spektrofotometri UV-Vis
289.
290.
291.
292.
293.
294.
295.
Proses Pembuatan
Proses
Pembuatan
296.
Reagen Biuret
297.
298.
299.
300.
301.
302.
303.
Standar
Proses
Pengambilan
Proses
Pemindahan Reagen
Reagen
Biuret
307.
308.
309.
310.
311.
312.
313.
314.
315.
316.
317.
318.
319.
320.
321.
322. BAB V
323.
PEMBAHASAN
324.
Pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah contoh diinkubasi selama 24-48 jam
pada suhu 35 1oC. Sampel yang digunakan dalam pengujian ALT (Angka
Lempeng Total) adalah ikan bandeng presto. Dari hasil praktikum, berdasarkan
atas interprestasi hasil yang diambil hanya rage antara 30-300 koloni yang dapat
dihitung. Koloni bakteri yang terbentukpada tiap-tiap pengenceran tidak masuk
dalam rage tersebut. Jadi, berdasarkan aturan perhitungan Standart Plate Count
(SPC), jika jumlah koloni yang dihitung pada tiap-tiap pengenceran tidak masuk
dalam rage tersebut maka pengenceran yang dihitung adalah pengenceran yang
terendah yaitu pengenceran 10-1dimana jumlah koloni pada pengenceran tersebut
adalah 1 koloni/ml sampel jadi Angka Lempeng Total dalam sampel ikan bandeng
presto adalah 1101 koloni/mlsampel yang diperiksa.
2. Uji E. coli
325.
dalam bahan pangan khususnya ikan bandeng presto. Pada pengamatan uji MPN
Coliform, metode ini terdiri atas tiga tahap, yaitu uji pendugaan, dan uji
penegasan. Dalam uji tahap pertama (pendugaan), keberadaan coliform masih
dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Uji ini digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya bakteri coliform. Pada uji ini bagian dasar tabung
Durham yang berisi LB tidak ada gelembung gas. Terbentuknya gelembung gas
dalam tabung Durham disebabkan karena adanya mikroba pembentuk gas.
Didukung oleh sumber lain bahwa timbulnya gas disebabkan karena kemampuan
bakteri coliform yang terdapat pada sampel tersebut dalam memfermentasikan
laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam dan pada suhu
350 C. Pada sampel Ikan Bandeng Presto tidak menunjukkan adanya gelembung
gas pada tabung durham.Sehingga tidak dilanjutkan pada penetapan E. coli.
bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan
tersusun seperti buah anggur. Staphylococcus aureus mampu menfermentasikan
manitol Bakteri ini dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang
mempengaruhi saluran pencernaan.
4. Uji Salmonella
327.
(batang) dan bersifat motil (dapat bergerak), memiliki struktur antogenik dari
6. Kadar Air
330.
makanan terhadap serangan mikroba. Bahan yang mengandung kadar air terlalu
banyak akan lebih rentan terhadap serangan mikroba. Karena air dapat digunakan
sebagai media pertumbuhan mikroorganisme. Pengujian kadar air ini
menggunakan prinsip pengeringan. Berdasarkan standar mutunya, kadar air pada
ikan bandeng presto tidak boleh lebih dari 70 % b/b. Dari data hasil pengamatan
dapat diketahui bahwa persentase kadar air ikan bandeng presto yang diujikan
adalah 62,17% artinya ikan bandeng presto yang diujikan telah memenuhi syarat
mutu SNI.
menentukan kadar protein suatu larutan. Dalam larutan basa, Cu2+ akan
membentuk kompleks dengan ikatan peptida suatu protein, sehingga
menghasilkan warna biru yang dapat didentifikasi dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 540nm. Absorbansi ini berbanding langsung dengan
kosentrasi protein dan tidak tergantung jenis protein karena seluruh protein pada
dasrnya mempunyai jumlah ikatan peptida yang sama persatuan berat. Hal-hal
yang mengganggu percobaan ini adalahadanya urea (mengandung gugus -CONH-) dan gula preduksi yang bereaksi dengan CU2+.
332.
penentuan kadar protein didasarkan pada pengukuran serapan cahaya oleh ikatan
kompleks yang bewarna biru. Hal ini terjadi apabila protein bereaksi dengan
tembaga dalam suasana basa alkali. Reaksi ini dilakukan pada suasana basa alkali,
dalam hal ini digunakan NaOH, basa kuat memiliki ion OH- yang tinggi dalam
larutan sehingga mampu mengikat ion H+ pada larutan tersebut. Ion H+ yang lebih
reaktif tersebut. Ion H+ yang lebih reaktif tersebut dapat diikat dan tak akan
bereaksi dengan gugus amino, sehingga ion Cu+2 dapat bereaksi dengan 4 gugus
amino dari ikatan paptida protein.
333.
334.
yaitu spectrometer UV-Vis pada panjang gelombang 540 nm, dengan alat ukur ini
kita dapat secara sfesifik mengukur absorbansi atau % T dari senyawa yang
mengandung unsur logam, oleh sebab itulah larutan standar ditambahkan dengan
reagen biuret yaitu reagen yang mengandung ion logam dalam hal ini adalah Cu2+.
Dimana Cu2+ akan berikatan dengan 4 gugus asam amino membentuk kompleks,
semakin tinggi kosentrasi larutan protein semakin banyak ikatan peptide dalam
larutan maka pembentukan kompleks semakin banyak, ini dapat dilihat dari warna
biru ungu yang semakin pekat.
335.
Semakin besar konsentrasi yang digunakan maka semakin pekat warna yang
Dari hasil data yang diperoleh, telah didapatkan suatu kurva antara
337.
338.
339.
340.
341. BAB VI
342.
343. A. Kesimpulan
PENUTUP
344.
Ikan Bandeng Presto memiliki sifat mudah rusak, Produk ini belum
sepenuhnya aman untuk dikonsumsi jika disimpan terlalu lama, karena produk
olahan tersebut merupakan produk pangan yang beresiko tinggi terhadap
kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme, fisik, atau kimia. Ikan Bandeng
memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap pertumbuhan mikroorganisme sehingga
rentan terhadap kerusakan oleh mikroorganisme perusak atau pembusuk.
a. Mikrobiologi
a. Angka Lempeng T
b. Proksimat
ms
349.
Kadar
c. Instrument
Kadar Protein pada sampel Ikan Bandeng Presto adalah 3, 43 %
B. Saran
Dalam m
353.
Dalam melaksanakan suatu peneliti harus dikerjakan secara efektif
354.
355.
356.
357.
358.
359.
360.
361.