DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : V (LIMA)
KENDARI
2019
BAB I. PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
2.2 Surimi
Surimi adalah istilah yang berasal dari jepang yang menunjukan bentuk
lumatan daging sebagai bahan dasar pengolahan produk tradisonal jepang
“Kamaboko”. Saat ini surimi dikenal sebagai daging lumat yang telah mengalami
proses pencucian. Salah satu keunggulan surimi adalah kemampuannya untuk
diolah menjadi berbagai macam produk lanjutan (Okada 2008). Dua unsur utama
yang harus diperhatikan untuk menghasilkan surimi berkualitas baik yaitu bahan
baku berasal dari daging ikan yang berwarna putih dan berkadar lemak rendah.
Faktor biologis seperti fase bertelur, musim dan ukuran juga dapat mempengaruhi
kualitas dari surimi yang dihasilkan (Mitchell 1995).
Menurut Mahdiah (2002), sebagai bahan baku produk lanjutan surimi
(Intermediate product) memiliki sifat-sifat khusus yaitu: merupakan produk yang
tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa, sehingga memungkinkan untuk
dimodifikasi menjadi produk dengan berbagai sifat, rasa, warna dan warna yang
di kehendaki. Mempunyai kemampuan untuk mengikat bahan dengan baik,
sehingga dapat bercampur dengan bahan lain tanpa merubah teksturnya. Mampu
membentuk gel bila dipanaskan setelah ditambah garam. Memiliki tingkat
elastisitas yang dapat dimodifikasi. Proses pemanasan surimi untuk membentuk
gel dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Menurutnya (Fitri, 2013) bahwa kriteria yang paling dalam menentukan
mutu surimi adalah elastisitas produk yang dihasilkan karena hasil pembentukan
gel ikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap elastisitas produk surimi
diantaranya: jenis ikan, kesegaran ikan, pH, kadar air, pencucian, suhu, dan waktu
pemasakandan jumlah zat penambah, seperti garam, gula, polipospat,
monosodium glutamat, pati dan putih telur. Perlakuan pencincangan dan
penggilingan juga menentukan tekstur (Herawati 2002).
Sazuki (2007), mengklasifikasikan surimi kedalam dua tipe surimi,
pertama adalah mu-en surimi, dibuat dengan menggiling hancur daging ikan yang
telah dicuci dan dicampur dengan gula tampah penambahan garam (NaCl), serta
telah mengalami proses pembekuan dan yang kedua adalah ka-en surimi, dibuat
dengan menggiling hancur daging ikan yang telah dicuci dan dicampur gula dan
garam (NaCl) serta telah mengalami pembekuan. Selain surimi beku, terdapat tipe
surimi lain yang disebut raw surimi yaitu surimi yang tidak mengalami proses
pembekuan.
Menurut Santoso (2009), beberapa keunggulan yang dimiliki surimi
adalah sebagai berikut:
- Dapat memanfaatkan ikan yang sering digunakan (ekonomis) dan ikan yang
jarang digunakan (nonekonomis) sebagai bahan baku.
- Surimi beku dapat disimpan lama dan memiliki kandungan protein fungsional
yang tinggi.
- Variasi produk berbahan dasar surimi dapat diproduksi dengan alternatif
bentuk dan kualitas rasa, dengan cara mengaplikasikan berbagai macam
teknologi pengolahan dan bumbu (seasoning).
2.4 Otak-Otak
Otak-otak adalah sejenis makanan yang dibuat dari ikan yang dibungkus
dengan daun pisang dan dibakar menggunakan api arang kayu ataupun sabut
kelapa. Otak-otak pada umumnya terbuat dari ikan tenggiri, santan, sagu, bumbu,
dan gula. Otak-otak ini merupakan makanan khas daerah sumatera selatan.
Namun penyebarannya hampir diseluruh Indonesia. Otak-otak digunakan sebagai
hidangan dan sajian pembuka. Sebagai hidangan, otak-otak sebaiknya
dihidangkan dalam keadaan panas (segera setelah dibakar). Otak-otak ini dapat
tahan lebih dari satu hari asalkan dimasukan kedalam lemari pendingin. Sajian
ikan begitu popular, apalagi untuk kita yang tinggal di negeri yang dikelilingi
lautan dan sungai-sungai besar. Kita mengkonsumsinya karena cita rasanya yang
lezat dan ternyata ikan pun dianggap bahan pangan yang baik untuk kesehatan.
(Anonim, 2006).
Otak-otak merupakan modifikasi produk olahan antara bakso dan
kamaboko. Masyarakat pada umumnya telah mengenal otak-otak karena rasanya
yang enak dan cara pengolahannya yang cukup sederhana. Pengolahan otak-otak
dilakukan dengan cara pengukusan, pemanggangan, dan penggorengan.
Umumnya ikan yang biasa digunakan untuk membuat otak-otak adalah ikan laut.
Pembuatan otak-otak tidak jauh berbeda dengan pembuatan makanan yang
berbahan dasar surimi, seperti baso, nugget, sosis, empek-empek, dan lain-lain
(Anonim, 2007a).
Otak-otak merupakan produk makanan yang menggunakan bahan baku
utama daging / fillet ikan yang diolah menjadi pasta gel protein yang disebut
kamaboko. Selanjutnya kamaboko dioleh menjadi otak-otak. Bahan baku yang
digunakan adalah fillet ikan segar seperti yang memiliki daging berwarna putih
dan tidak memiliki banyak duri dan memiliki daging kenyal. Daging ikan yang
berwarna putih memiliki kandungan protein yang lebih baik. Kualitas dan
kandungan protein ikan dapat berpengaruh terhadap tingkat kekenyalan otak-otak
dan kaki naga (Suzuki 1981).
Bahan tambahan yang biasa digunakan dalam pembuatan otak-otak ikan
ini adalah tepung, umumnya tepung tapioka atau tepung sagu. Tepung tapioka ini
berfungsi sebagai bahan pengisi, pengikat, dan pemantap yang sangat
berpengaruh pada mutu akhir produk terutama tekstur dan konsistensi produk
otak-otak. Jenis dan jumlah bahan pengikat akan snagat berpengaruh pada kualitas
tekstur dari otak-otak yang dihasilkan. Perbandingan tepung dengan pasta ikan
atau gilingan ikan yaitu 0:1 sampai 1:1. Tepung yang terlalu banyak akan
menyebabkan tekstur adonan otak-otak menjadi keras dan rasa ikannya tidak
muncul dan sebaliknya jika kurang maka otak-otak akan menjadi lembek dan
hancur jika dikunyah ( Anonim, 2008a).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Adapun prosedur kerja dari proses pembuatan surimi ikan tenggiri adalah
sebagai berikut :
- Membeli ikan segar di pelelangan sodohoa sebanyak 3 kg, kemudian ikan
dimasukkan kedalam cool box yang telah diberi es balok untuk menjaga
kesegarannya selama perjalanan menuju tempat praktikum
- Tahap persiapan :
- Menimbang ikan sebanyak 3 kg menggunakan timbangan digital
- Membersihkan ikan dari sisik, insang, dan jeroannya
- Menfillet ikan dengan cara dipisahkan dari kulitnya dan hanya mengambil
daging putihnya saja. Limbah ikan berupa kulit dan daging merahnya didalam
freezer
- Memasukkan ikan kedalam cool box untuk mempertahankan kesegarannya
- Menggiling ikan menggunakan meat milling machine sampai menjadi daging
lumat
- Menimbang menggunakan daging lumat tersebut menggunakan timbangan
digital sebanyak 1639 gram kemudian dimasukkan kedalam cool box
- Tahap pencucian :
- Mencuci daging lumat tersebut menggunakan air es dengan suhu 8℃. Tahap
pencucian ini dilakukan sebanyak tiga kali sehingga disiapkan 3 buah baskom.
- Mencuci daging lumat pada baskom pertama menggunakan air es dengan suhu
8℃, setelah itu daging lumat diperas menggunakan cheese cloth sampai kadar
airnya mencapai sekitar 80%.
- Mencuci daging lumat pada baskom kedua menggunakan air es dengan suhu
8℃, setelah itu daging lumat diperas menggunakan cheese cloth sampai kadar
airnya mencapai sekitar 80%.
- Mencuci daging lumat pada baskom ketiga menggunakan air es yang telah
dicampur dengan garam sebanyak 5 gram, setelah itu daging lumat diperas
menggunakan cheese cloth sampai kadar airnya mencapai sekitar 80%.
- Menyimpan daging lumat yang telah melalui tahap pencucian tersebut kedalam
sebuah wadah kosong
- Menambahkan sorbitol sebanyak 45,36 gram dan STTP sebanyak 3,40 gram
kedalam daging lumat tersebut kemudian diblender
- Menimbang daging lumat yang telah diblender sebanyak 1255 kg kemudian
dikemas didalam plastik dan dimasukkan kedalam freezer sampai menjadi
beku. Daging lumat tersebut selanjutnya akan diolah menjadi produk
diversivikasi berupa otak-otak.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Otak-otak surimi -
4.2 Pembahasan
Secara teknis, semua jenis ikan dapat dijadikan surimi. Tetapi, idealnya
ikan yang akan dijadikan surimi berdaging putih, tidak berbau lumpur atau berbau
amis menyengat, dan yang terpenting mempunyai kemampuan membentuk gel
sehingga tekstur surimi akan elastis. Untuk mendapatkan surimi yang berkualitas
tinggi, harus digunakan bahan mentah ikan yang masih segar. Pembekuan ikan
akan menurunkan kualitas surimi.
Surimi yang dibuat dari jenis ikan berdaging merah warnanya lebih gelap
dan kemampuannya dalam membentuk gel lebih rendah dibanding ikan berdaging
putih, seperti tenggiri atau remang. Selain itu bau dan rasanya khas, sehingga
hanya dapat digunakan untuk membuat produk yang warnanya tidak harus putih.
Masalah lain yang dihadapi dalam pembuatan surimi dari ikan berdaging merah
antara lain penyiangannya lebih sukar dan daging merah mengandung lemak lebih
banyak dibanding daging putih, surimi dan produk surimi lebih cepat tengik dan
penanganan limbah lebih sulit. Pada praktikum ini, kami menggunakan ikan
barakuda yang dagingnya berwarna putih
Untuk ikan-ikan yang berukuran besar, daging dipisahkan dulu dari tulang
utamanya dengan cara di fillet. Pembuatan filet ikan dilakukan dengan cara ikan
diletakan dengan posisi miring kemudian dengan menggunakan pisau dari
pangkal insang dipotong sampai ketulang. Kemudian daging ikan disayat dari
arah ekor kea rah kepala. Agar tidak banyak daging teringgal ditulang, pisau agak
ditekan menempel tulang. Setelah daging terpisah dari tulang, lakukan skinless
yaitu memisahkan kulit ikan dari daging yang telah difillet sehingga didapat
daging yang terpisah dengan kulit.
5.1 Kesimpulan
Ikan barakuda (Sphyraena sp.) merupakan salah satu jenis ikan yang kaya
akan kandungan protein miofibril (aktin dan miosin) yang akan menghasilkan
tekstur kenyal pada surimi. Ikan ini juga memiliki tekstur daging yang baik dan
berdaging putih sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai bahan baku dalam
pembuatan surimi.
Surimi merupakan konsentrat protein mofibril yang diperoleh dari
pemisahan daging ikan secara mekanik, dicuci dengan air dan dicampur dengan
cryoprotectant. Secara umum surimi diproses melalui pemisahan daging,
pencucian, pencampuran dengan cryoprotectant dan pembekuan. Surimi yang
dikehendaki ialah berwarna putih, mempunyai flavor (cita rasa) yang baik dan
berelastisitas tinggi, pH ikan yang terbaik untuk surimi adalah 6.5 – 7.0 dan
sebaiknya ikan tersebut berlemak rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, E. N., dan P. H. Riyadi. 2007. Penanganan Ikan Segar Menjadi Lumatan
Daging Ikan (Surimi). Universitas Diponegoro, Semarang.
Ilyas, S. 1993. Teknologi Refrigrasi Hasil Perikanan. Jilid II. CV. Paripurna,
Jakarta