PANGAN
” PEMBUATAN VELVA”
Asisten Dosen :
Bayu Ardiansyah (J1A114002)
Muhammad Mubarak (J1A114022)
Oleh :
Nama : Ismanto
Nim : J1a116042
Kelas : R002
Kelompok : 2 / Shift 2
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa variasi rasio bahan penstabil
karagenan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap penilaian rasa velva nanas
yang dihasilkan baik secara deskriptif maupun hedonik nilai rata-rata rasa secara
deskriptif dan hedonik dapat dilihat pada Tabel 3, Tabel 3 menunjukan bahwa
perlakuan G0, G1, G2, G3, dan G4 secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05)
terhadap penilaian sensoris rasa. Rata-rata penilaian panelis terhadap rasa velva buah
nanas berkisar antara 3,52-3,86. Tingkat penerimaan pada parameter rasa velva buah
nanas yang paling tertinggi yaitu pada sampel kontrol dengan nilai 3,86. Sedangkan
tingkat kesukaan pada parameter rasa velva nanas terendah yaitu pada sampel G1,G2
dan G3 dengan nilai 3,52. Menurut Tarigan (2010) menyebutkan pengaruh yang tidak
nyata dari penambahan karagenan ini karena karakteristik karagenan yang bersifat
tawar atau tidak memiliki rasa.
4.2.2.2. Aroma
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa variasi rasio bahan penstabil
karagenan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap penilaian aroma velva nanas
yang dihasilkan baik secara deskriptif maupun hedonik nilai rata-rata rasa secara
deskriptif dan hedonik dapat dilihat pada Tabel 4, Tabel 4 menunjukan bahwa
perlakuan G0, G1, G2, G3, dan G4 secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05)
terhadap penilaian sensoris aroma. Rata-rata penilaian panelis terhadap aroma velva
buah nanas berkisar antara 3,34-3,69. Tingkat penerimaan pada parameter aroma
velva buah nanas yang paling tertinggi yaitu pada sampel G3 dengan nilai 3,69 ,
Sedangkan tingkat kesukaan pada parameter aroma velva nanas terendah yaitu pada
sampel G2 dengan nilai 3,34. Menurut Tarigan (2010) menyatakan bahwa
karakteristik karagenan tidak memiliki aroma.
4.2.2.3. Kecerahan
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa variasi rasio bahan penstabil
karagenan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap penilaian kecerahan velva
nanas yang dihasilkan baik secara deskriptif maupun hedonik nilai rata-rata
kecerahan secara deskriptif dan hedonik dapat dilihat pada Tabel 4, Tabel 4
menunjukan bahwa perlakuan G0, G1, G2, G3, dan G4 secara statistik berbeda tidak
nyata (P>0,05) terhadap penilaian sensoris kecerahan. Rata-rata penilaian panelis
terhadap kecerahan velva buah nanas berkisar antara 3,47-3,82. Tingkat penerimaan
pada parameter kecerahan velva buah nanas yang paling tertinggi yaitu pada sampel
G4 dengan nilai 3,82 . Sedangkan tingkat kesukaan pada parameter aroma velva
nanas terendah yaitu pada sampel G2 dengan nilai 3,47. Menurut Wibisono (2010)
dalam Fauziah (2015) menyebutkan bahwa karagenan sebelum dilarutkan dalam air
panas berupa bubuk berwarna putih kecoklatan dan ketika dilarutkan dalam air panas,
karagenan akan larut dan membentuk gel transparan.
4.2.2.4. Tekstur
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa variasi rasio bahan penstabil
karagenan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap penilaian tekstur velva nanas
yang dihasilkan baik secara deskriptif maupun hedonik nilai rata-rata tekstur secara
deskriptif dan hedonik dapat dilihat pada Tabel 4, Tabel 4 menunjukan bahwa
perlakuan G0, G1, G2, G3, dan G4 secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05)
terhadap penilaian sensoris tekstur. Rata-rata penilaian panelis terhadap tekstur velva
buah nanas berkisar antara 3,65-4. Tingkat penerimaan pada parameter tekstur velva
buah nanas yang paling tertinggi yaitu pada sampel G3 dengan nilai 4 , Sedangkan
tingkat kesukaan pada parameter tekstur velva nanas terendah yaitu pada sampel G0
dengan nilai 3,65. Menurut Arbuckle (1986) menyatakan bahwa tujuan utama
penggunaan bahan penstabil pada es krim adalah untuk menghasilkan kehalusan dan
tekstur yang baik, untuk menghambat atau mengurangi pembentukan kembali kristal
es krim selama penyimpanan, menghasilkan keseragaman produk, dan menghambat
pelelehan. Velva tanpa bahan penstabil (kontrol) memiliki tekstur kurang baik karena
kristal es yang dihasilkan terlalu banyak dan besar sehingga velva mudah meleleh .
Menurut Winarno (1990) Sedangkan sifat karagenan sangat baik dalam mengikat air
cukup besar sehingga menjadikan produk tersebut tidak cepat kering pada udara dan
kelembaban yang rendah, selain itu harganya relatif murah.
4.2.2.5. Penerimaan Keseluruhan
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa variasi rasio bahan penstabil
karagenan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap penerimaan velva nanas yang
dihasilkan baik secara deskriptif maupun hedonik nilai rata-rata rasa secara deskriptif
dan hedonik dapat dilihat pada Tabel 4, Tabel 4 menunjukan bahwa perlakuan G0,
G1, G2, G3, dan G4 secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap
penerimaan keseluruhan. Rata-rata penilaian panelis terhadap penerimaan
keseluruhan velva buah nanas berkisar antara 3,30-3,73. Tingkat penerimaan velva
buah nanas yang paling tertinggi yaitu pada sampel G0 dengan nilai 3,73 . Sedangkan
tingkat kesukaan pada parameter aroma velva nanas terendah yaitu pada sampel G2
dengan nilai 3,30. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Rini dan Dwi (2012) yang
menyatakan bahwa kombinasi bahan penstabil tidak berpengaruh pada tingkat
kesukaan panelis terhadap warna, rasa, tekstur dan aroma velva buah yang dihasilkan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulkan bahwa
konsentrasi karagenan yang diberikan berpengaruh terhadap sifat kimia (TPT) dan
sifat fisik (daya leleh) terhadap velva nanas yang dihasilkan. Semakin tinggi
konsentrasi karagenan yang digunakan, maka semakin baik sifat fisikokimianya.
Sedangkan karagenan tidak mempengaruhi sifat organoleptik dari velva yang
dihasilkan.
5.2. Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini adalah sebaiknya lebih ditingkatkan
ketelitian pada saat melakukan praktikum dan harus berkesesuaian dengan perlakuan
agar hasil yang didapatkan maksimal dan sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Apandi, Muchidin, 1984. Teknologi Buah Dan Sayur. Penerbit Alumni, Bandung.
Arbuckle, W. S. 1986. Ice Cream. Second Edition. The AVI Publishing Company.
Westport. Connecti cut.
Betty, W., D. Ishartani dan D. R. Afandi. 2014. Penggunaan pemanis rendah kalori
pada pembuatan velva ubi jalar oranye ( Ipomoea batatas L.). Jurnal Teknologi
Pangan, volume 3 (3) : 12-21.
D. K. Tresssler and C. F. Evers. 1957. The Preservation of Food. The AVJ Publishing
Co., Inc., Westpost, Connecticut, USA.Kanisius. Yogyakarta.
[FAO] Food Agricultural Organization. 2007. Compendium of Food Additive
Spesificaton. Rome: Communication Division FAO Viale delle Terme di
Caracalla.
Fahmitasari, Y., 2004, Pengaruh Penambahan Tepung Karagenan Terhadap
Karakteristik Sabun Mandi Cair, Skripsi,Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Fauziah, E., Esti., Widowati dan W. Atmaka. 2015. Kajian Karakteristik Sensoris
dan Fisikokimia Fruit Leather Pisang Tanduk (Musa corniculata) dengan
Penambahan Berbagai Konsentrasi Karagenan. Jurnal Aplikasi Teknologi
Pangan 4 (1): 2.
Hall, S., 2009, Methyl paraben and Propyl paraben, In: Rowe, R.C., Sheskey, P.J. &
Quinn, M.E. (Eds.), Handbook of Pharmaceutical Excipient, Sixth Edition,
Pharmaceutical Press and American Pharmasist Association, Washington,
USA.
Kedari TS and Khan AA. Guyabano (Annona Muricata): A review of its Traditional
uses Phytochemistry and Pharmacology. American Journal of Research
Communication. 2014; 2 (10) : 247-268.
MusaddadD, N Hartuti. 2002. Produk Olahan Tomat. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rini., K. Ayu. 2012. Pengaruh Kombinasi Bahan Penstabil CMC dan Gum Arab
terhadap Mutu Velva Wortel (Daucus carota L.) Varietas Selo dan Tawangmangu.
Skripsi. Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.