BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Sriwijaya
2
paling efisien dengan fluktuasi minimum. Selama penyimpanan beku, surimi akan
mengalami perubahan di dalam protein otot, yakni denaturasi, kristalisasi es,
dehidrasi, dan perubahan intramolekular seperti protein miofibril, pH, dan kekuatan
ionik. Penambahan sodium tripolyphosphate (STPP) pada surimi berfungsi sebagai
garam, yang meningkatkan daya ikat air produk dan menahan air tetap di dalam
produk pangan tersebut, sehingga membantu dalam memperbaiki tekstur dan
meningkatkan kekuatan gel (Peranginangin et al, 1999).
Ada dua tipe surimi beku, yaitu Mu-en surimi, yang dibuat dengan
menggiling campuran daging ikan yang telah dicuci dan dicampur dengan gula
fosfat tanpa penambhan garam dan telah mengalami proses pembekuan, sedangkan
Ka-en surimi dibuat dengan menggiling campuran daging ikan yang telah dicuci
dengan gula dan garam serta yang telah mengalami proses pembekuan. Selain surimi
beku, terdapat tipe lain yang disebut Nama surimi (raw surimi) yaitu surimi yang
tidak mengalai proses pembekuan (Okada, 1992).
Surimi yang didapatkan tergantung ikan yang digunakan, sebaiknya ikan
yang digunakan adalah ikan yang memiliki daging berwarna putih, karena daging
berwarna putih akan menghasilkan kenampakan yang baik. Ikan yang kita gunakan
juga ikan yang benar-benar segar. Proses pembuatan surimi sangat sederhana dan
tidak memakan waktu yang lama pembuatan surimi benar-benar harus dilakukan
dalam keadaan steril. Selain memiliki nilai gizi yang tinggi, juga mudah
mendapatkan bahan-bahan dalam pembuatannya (Irianto, 2004). Oleh karena itu
praktikum ini dilakukan untuk mengetahui cara pembuatan surimi dan pengaruh
bahan tambahan dalam pembuatannya.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses dari pembuatan surimi.
2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan bahan tambahan pada pembuatan
surimi.
3. Untuk mengetahui pengaruh penyimpanan suhu rendah terhadap mutu dari
surimi yang dihasilkan.
2 Universitas Sriwijaya
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Surimi
Kata surimi berasal dari Jepang yang telah diterima secara internasional
untuk menggambarkan hancuran daging ikan yang telah mengalami berbagai proses
yang diperlukan untuk mengawetkannya. Surimi adalah protein miofibril ikan yang
telah distabilkan dan diproduksi melalui tahapan proses secara kontinyu yang
3 Universitas Sriwijaya
4
4 Universitas Sriwijaya
5
ikan, serta tingkat kesegaran mutu ikan. Adapun faktor eksternal yang dimaksud
antara lain adalah proses pemanenan, penanganan ikan, mutu air, lama proses dan
suhu pengolahan, frekuensi dan besar perbandingan air pencucian, nilai pH dan
salinitas (Anggawati, 2002).
2.4. Cryoprotectant
Cryoprotectant merupakan bahan yang ditambahkan pada suspensi sel untuk
melindungi sel dari kerusakan akibat pembekuan sehingga viabilitas sel selama
penyimpanan tetap tinggi. Cryoprotectant mempunyai kemampuan untuk
menstabilkan struktur makromolekul sel terhadap pengaruh terbentuknya kristal es
dengan memperkuat gaya hidrofobik. Cryoprotectant juga akan menstabilkan sel
atau membran melawan pengaruh kondisi lingkungan yang kurang mendukung yang
ditimbulkan oleh perlakuan pembekuan. Cryoprotectant dapat digolongkan
menjadi 2 yaitu koligatif dan non-koligatif. Koligatif dapat terpenetrasi ke dalam
sel yang digunakan dalam konsentrasi tinggi dan akan mempengaruhi titik beku
sistem. Cryoprotectant cocok untuk pembekuan cepat. Contohnya pada digliserol
Sedangkan Non-koligatif tidak dapat terpenetrasi ke dalam sel yang digunakan
untuk konsentrasi rendah. Cryoprotectant ini cocok untuk pembekuan lambat.
Contohnya adalah sukrosa (Anggawati, 2002).
Cryoprotectant adalah bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan surimi
yang tidak langsung diolah menjadi produk lanjutan, melainkan akan disimpan
terlebih dahulu pada suhu beku dalam waktu yang lama. Cryoprotectant digunakan
untuk menghambat proses denaturasi protein selama pembekuan dan penyimpanan
beku. Bahan yang dapat menginaktifkan kondensasi dengan cara mengikat molekul
air melalui ikatan hidrogen disebut dengan cryoprotectant. Cryoprotectant
meningkatkan kemampuan air sebagai energi pengikat, mencegah pertukaran
molekul-molekul air dari protein, dan menstabilkan protein. Fungsi cryoprotectant
adalah sebagai zat antidenaturan. Sukrosa (4 %) dan sorbitol (4-5 %) sering
digunakan bersamaan dengan 0,3 % sodium fosfat. Penambahan polifosfat dapat
menyebabkan surimi tahan disimpan selama lebih dari satu tahun. Jenis polifosfat
sering digunakan antara lain dinatrium fosfat (DSP), natrium heksametafosfat
(SHMP) dan natrium tripolifosfat (STPP). Fosfat digunakan pertama kali oleh
Nishiya’s Group (industri surimi di Jepang). Pirofosfat dan tripolifosfat dilaporkan
5 Universitas Sriwijaya
6
2.5. Garam
Garam berfungsi untuk memperbaiki cita rasa, pengawetan dan
melarutkan protein. Konsentrasi garam yang digunakan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri daging tidak mempunyai batasan yang pasti sebab hal ini
tergantung pada faktor-faktor lain yaitu pH dan suhu. Garam menjadi lebih efektif
pada suhu yang lebih rendah dan kondisi asam. Jumlah pemakaian garam menurut
US Wheat Associates 2-2.25 %. Jika kurang dari 2 % maka rasa akan hambar,
sedangkan di atas 2.25 % akan menghambat aktivitas mikroba. Garam dapat
memberikan rasa, meningkatkan konsistansi dan mengikat air. Penambahan garam
pada makanan dapat menghambat pertumbahan jamur dan kapang menghambat di
ktivitas enzim protease dan amylase sehingga adonan menjadi tidak lengket dan
mengembang secara berlebihan. Sebagai penegas cita rasa dan berfungsi sebagai
pengawet. Garam sebagai bahan pengawet karena kemampuannya untuk menarik
air keluar dari jaringan (Afrianto, 2010).
2.6. Kamaboko
Kamaboko merupakan produk hasil olahan daging yang berbentuk gel,
bersifat kenyal dan elastis. Produk ini berasal dari Jepang. Kamaboko merupakan
produk hasil olahan daging yang berbentuk gel, bersifat kenyal dan elastis. Produk
ini berasal dari Jepang. Di Indonesia dikenal produk semacam kamaboko yaitu baso
ikan, otak-otak, dan empek-empek. Kamaboko merupakan jenis olahan makanan
hasil laut di Jepang dengan proses pembentukkan gel protein yang homogen
(Fardiaz, 2007).
Kamaboko merupakan kue ikan yang sifatnya elastis, terbuat dari daging
ikan giling sebagai bahan utama yang ditambahkan dengan bahan-bahan tambahan
seperti pati untuk pengental, gula dan garam serta natrium glutamat untuk
menambah cita rasa. Campuran dari bahan dan kamaboko ini kemudian dimasak
dengan pengukusan, pemanggangan, perebusan ataupun penggorengan. Gelasi
protein daging terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama adalah denaturasi protein
6 Universitas Sriwijaya
7
atau tidak menggulungnya rantai protein dan tahap kedua adalah terjadinya agregasi
protein membentuk struktur tiga dimensi membagi proses gelasi menjadi tiga bagian
yang diawali dengan proses denaturasi protein utuh dari bentuk terlipat menjadi
tidak terlipat (Fardiaz, 2007).
2.7. Bakso
Bakso atau baso adalah jenis bola daging yang lazim ditemukan pada
masakan Indonesia. Bakso umumnya dibuat dari campuran daging sapi giling dan
tepung tapioka, akan tetapi ada juga bakso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau
udang bahkan daging kerbau. Dalam penyajiannya, bakso umumnya disajikan
panas-panas dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mi, bihun, taoge, tahu,
terkadang telur dan ditaburi bawang goreng dan seledri. Bakso sangat populer dan
dapat ditemukan di seluruh Indonesia; dari gerobak pedagang kaki lima hingga
restoran besar (Mulyadi, 2005).
Bakso memiliki akar dari seni kuliner Tionghoa Indonesia. Hal ini
ditunjukkan dari istilah 'bakso' berasal dari kata Bak-So, dalam Bahasa
Hokkien yang secara harfiah berarti 'daging giling'. Karena kebanyakan penduduk
Indonesia adalah muslim, maka bakso lebih umum terbuat dari daging halal seperti
daging sapi, ikan, atau ayam. Kini, kebanyakan penjual bakso adalah orang
Jawa dari Wonogiri dan Malang. Tempat yang terkenal sebagai pusat Bakso
adalah Solo dan Malang yang disebut Bakso Malang. Bakso Malang dan bakso Solo
adalah masakan bakso dan disajikan dengan khas Jawa. Bakso berasal dari China
tetapi berbeda dengan bakso Malang dan Solo. Bakso China biasanya terbuat dari
babi atau makanan laut dan warnya agak kecokelatan serta bentuknya tidak bulat
sekali. Sedangkan bakso Malang dan Solo terbuat dari daging sapi, berwarna abu
abu dan bentuknya bulat sekali. Bakso China biasanya tidak disajikan dengan kuah
melimpah berbeda dengan bakso Malang dan Solo yang disajikan dengan kuah
melimpah (Mulyadi, 2005).
7 Universitas Sriwijaya
8
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
8 Universitas Sriwijaya
9
Cara kerja pembuatan bakso surimi ikan Patin adalah sebagai berikut:
1. Surimi ikan Pain dicampur sedikit es batu.
2. Kemudian tambahkan tepung tapioka, garam, dan lada.
3. Aduk rata hingga membentuk adonan.
4. Kemudian bentuk adonan menjadi beberapa bakso.
5. Masukkan adonan yang telah dibentuk kedalam dandang berisi air mendidih.
6. Angkat bakso surimi setelah mengambang dan matang.
9 Universitas Sriwijaya
10
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil dari praktikum pembuatan surimi dan produk olahannya dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 4.1. Data Gel Strength Surimi Patin dan Tongkol Selama Penyimpanan 30
Hari dan 60 Hari
Lama Penyimpanan
Kelompok Perlakuan
30 Hari 60 Hari
Pencucian garam dengan cryo 111,05b/p 46,02b/q
1 (Patin) b/q
Pencucian garam tanpa cryo 57,35 31,20b/r
b/p
Pencucian biasa dengan cryo 108,59 41,18b/q
2 (Patin) b/q
Pencucian biasa tanpa cryo 50,73 27,69b/q,r
a/p
Pencucian garam dengan cryo 148,39 92,01a/q
3 (Tongkol)
Pencucian garam tanpa cryo 126,63a/p 72,40a/q
a/p
Pencucian biasa dengan cryo 166,90 88,16a/q
4 (Tongkol) a,b/p
Pencucian biasa tanpa cryo 119,15 70,81a/q
Ket: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf superscript berbeda (a, b) menunjukkan beda
nyata (p < 0,05). Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf superscript berbeda (p, q, r)
menunjukkan beda nyata (p<0,05).
Tabel 4.2. Data Derajat Putih Surimi Patin dan Tongkol Selama Penyimpanan 30
Hari dan 60 Hari
Lama Penyimpanan
Kelompok Perlakuan
30 Hari 60 Hari
a/p
Pencucian garam dengan cryo 47,20 44,90a/p
1 (Patin) a/p
Pencucian garam tanpa cryo 44,92 44,48a/p
a/p
Pencucian biasa dengan cryo 43,07 40,30a/p
2 (Patin) a/p
Pencucian biasa tanpa cryo 41,68 40,05a/p
a/p
Pencucian garam dengan cryo 37,93 34,05a/q
3 (Tongkol) a/p
Pencucian garam tanpa cryo 37,58 31,05a/q
Pencucian biasa dengan cryo 35,67a/p 30,09b/q
4 (Tongkol) a,b/p
Pencucian biasa tanpa cryo 33,48 28,02b/q,r
Ket: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf superscript berbeda (a, b) menunjukkan beda
nyata (p < 0,05). Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf superscript berbeda (p, q, r)
menunjukkan beda nyata (p<0,05).
10 Universitas Sriwijaya
11
4.2. Pembahasaan
Berdasarkan praktikum Surimi yang telah dilakukan tiap kelompok
menggunakan bahan dasar ikan yag berbeda-beda, untuk kelompok kami membuat
surimi menggunakan bahan dasar ikan patin (Pangasius-pangasius), sebelum kami
melakukan orlep atau melakukan pengujian terhadap sampel berdasarkan parameter
tertentu yang dianjurkan untuk dinilai terhadap produk kamaboko ataupun bakso
dari surimi ikan patin, sebelumnya kami melakukan treatment dalam membuat
surimi dari ikan patin itu sendiri, diaman surimi tersebut setelah selesai dibuat di
bagi menjadi dua bagian untuk fresh surimi dan frozen surimi yang mana fozen
surimi akan disimpan selama 30 hari hingga 60 hari, pembekuan dilakukan di dalam
freezer, pembekuan juga sangat berperan aktif dalam proses pembuatan surimi.
Surimi merupakan produk olahan yang cepat mengalami pembusukan, oleh karena
itu dilakukan pembekuan untuk mempertahankan kualitas atau mutu surimi saat
penyimpanan, sedangkan untuk fresh surimi langsung diolah untuk mencegah
rusaknya kualitas surimi hingga terjadinya pembusukan terhadap surimi ikan patin,
maka dari itu fresh surimi diolah menjadi bakso dan kamaboko.
Dalam pengujian bakso surimi dan kamaboko, parameter yang diamati
terhadap kedua produk tersebut diantaranya yakni pH, warna, uji gigit, dan uji lipat.
Dalam parameter uji sensoris pada bakso surimi ikan patin dimana bakso dengan
kode 231 merupakan yang terbaik diantara bakso kode yang lain, meskipun rasa,
aroma, warna, penampakan, maupun tekstur dari bakso kode 231 ini semuanya
memiliki nilai yang sama yakni 5 dengan keterangan netral dari semua parameter.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa hasil olahan surimi bakso dengan kode yang
lain tidak begitu baik yang disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari bahan dasar
tingkat kesegaran ikan, surimi yang dihasilkan mungkin masih mengandung banyak
air, ataupun dalam proses pembuatan bakso mungkin dari sedikitnya penambahan
tepung akan tetapi banyaknya penambahan air pada adonan bakso.
Untuk hasil dari uji olahan kamaboko, tidak ada satupun kamaboko yang
dihasilkan baik, karena dari seluruh sampel yang diuji semuanya retak, hal tersebut
juga disebabkan oleh berbagai macam faktor saat pengolahan kamaboko mapun saat
pembuatan surimi.
11 Universitas Sriwijaya
12
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum Pembuatan Surimi adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan surimi menggunakan ikan berdaging putih dikarenakan memiliki
keelastisitas yang tingi.
2. Pembekuan produk surimi bertujuan untuk mempertahankan kualitas atau mutu
surimi saat penyimpanan.
3. Pencucian dengan air sangat diperlukan dalam pembuatan surimi karena dapat
menunjang kemampuan dalam pembentukan gel dan mencegah denaturasi
protein akibat pembekuan.
4. STPP memiliki fungsi untuk meningkatkan pH daging, kestabilan emulsi dan
kemampuan emulsi.
5. Proses pencucian atau perendaman daging ikan dengan menggunakan air es
yang bertujuan untuk memperbaiki warna ikan.
5.2. Saran
Adapun saran pada praktikum pembuatan surimi yaitu sebaiknya alat supaya
disiapkan agar praktikum dapat berjalan lancar dan untuk praktikan saat praktikum
supaya lebih kondusif lagi.
12 Universitas Sriwijaya