Kelompok 5
Eklin Meinatasya Putri
05061281520053
1.2. Tujuan
Tujuan praktikum pembuatan bakso ikan adalah untuk mengetahui proses
dan cara pembuatan bakso ikan dan uji sensorik terhadap produk.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Surimi
Kata surimi berasal dari Jepang yang telah diterima secara internasional
untuk menggambarkan hancuran daging ikan yang telah mengalami berbagai proses
yang diperlukan untuk mengawetkannya. Surimi adalah protein miofibril ikan yang
telah distabilkan dan diproduksi melalui tahapan proses secara kontinyu yang
meliputi penghilangan kepala dan tulang, pelumatan daging, pencucian,
penghilangan air, penambahan cryoprotectant, dilanjutkan dengan atau tanpa
perlakuan, sehingga mempunyai kemampuan fungsional terutama dalam
membentuk gel dan mengikat air (Anggawati, 2002).
Surimi merupakan produk antara atau bahan-bahan baku dasar dalam
pembuatan kamaboko (produk gel ikan), sosis, fish nugget, ham ikan dan lain-lain.
Surimi dengan mutu baik adalah yang berwarna putih, mempunyai flavor (cita rasa)
yang baik dan berelastisitas tinggi. Selain itu makin segar ikan yang digunakan,
elastisitas teksturnya makin tinggi. Untuk ikan yang mempunyai elastisitas yang
rendah dapat ditingkatkan elastisitasnya dengan menambahkan daging ikan dari
spesies yang lain, dan dilakukan penambahan gula, pati atau protein nabati. Untuk
ikan yang berlemak tinggi seperti lemuru, lemak tersebut harus diekstrak atau
dikeluarkan lebih dulu. Lemak akan berpengaruh terhadap daya gelatinisasi dan
menyebabkan produk mudah tengik (Fardiaz, 2007).
Komponen daging yang berperan dalam produk pembuatan surimi adalah
protein, khususnya protein yang besifat larut dalam garam, terutama aktin dan miosin
yang merupakan komponen utama dari protein ikan yang larut garam (protein
miofibrilar) dan berperan penting dalam membentuk karakteristik utama surimi,
yaitu kemampuan untuk membentuk gel yang kokoh tetap elastis pada suhu yang
relatif rendah (sekitar 40 oC). Fungsi protein adalah sebagai bahan pengikat hancuran
daging dan sebagai emulsifier (Fardiaz, 2007).
2.3. Gelatin
Gelatin merupakan suatu senyawa protein yang diesktraksi dari hewan, dapat
diperoleh dari jaringan kolagen hewan yang terdapat pada kulit, tulang dan jaringan
ikat. Gelatin yang ada di pasaran umumnya diproduksi dari kulit dan tulang sapi atau
babi. Gelatin banyak digunakan dalam industri farmasi, kosmetika, fotografi, dan
makanan. Penggunaan gelatin dalam produk murni bersifat sebagai penjernih
(Irawan, 2006).
Gelatin merupakan protein sederhana hasil hidrosil kolagen (komponen
tulang dan kulit, terutama pada jaringan penghubungnya) yang diperoleh dengan
cara hidrolisis asam. Istilah gelatin mulai popular kira-kira 1700 dan berasal dari kata
“gelatus” yang berarti kuat, kokoh, atau dibuat beku secara fisik gelatin membeku
atu dibuat beku. Secara fisik gelatin berbentuk padat, kering, tidak berasa, dan
transparan. Walaupun istilah gelatin kadang-kadang digunakan mengacu pada
pembentukan gel lain, ini secara tepat hanya digunakan untuk bahanbahan protein
yang diperoleh dari kolagen (Hastuti, 2007).
Gelatin digunakan luas di berbagai bidang seperti dalam industri pangan
untuk diaplikasikan dalam produk jelly, pasta, mayonnaise, es krim atau
marshmallow. Gelatin dalam industri pangan bersifat sebagai pembentuk gel
(gelling), pengental (thickening), penstabil (stabilizing), pengemulsi (emulsifier),
atau pembentuk buih (foaming). Dalam industri farmasi, gelatin diaplikasikan dalam
produk cangkang kapsul, dan dalam industri fotografi gelatin diaplikasikan dalam
produk film atau tinta inkjet (Hastuti, 2007).
2.4. Bakso
Bakso merupakan produk olahan daging, dimana daging tersebut telah
dihaluskan terlebih dahulu dan dicampur dengan bumbu-bumbu, tepung dan
kemudian dibentuk seperti bola-bola kecil lalu direbus dalam air panas. Produk
olahan daging seperti bakso telah banyak dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat.
Secara teknis pengolahan bakso cukup mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja.
Bila ditinjau dari upaya kecukupan gizi masyarakat, bakso dapat dijadikan sebagai
sarana yang tepat, karena produk ini bernilai gizi tinggi dan disukai oleh semua
lapisan masyarakat (Singgih, 2001).
Dalam Standar Nasional Indonesia (1995) bakso ikan dapat didefinisikan
sebagai produk makanan berbentuk bulatan atau lain, yang diperoleh dari campuran
daging ikan (kadar daging atau ikan tidak kurang dari 50%) dan pati atau serealia
dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan yang diijinkan. Bakso
disyaratkan memiliki kadar protein minimal 9%, kadar lemak maksimal 2%, kadar
air maksimal 70%, dan kadar abu maksimal 3% (SNI, 1995).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
4.1. Hasil
Hasil dari praktikum pembuatan bakso ikan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Uji Sensoris Bakso Ikan
Kode sampel
Parameter
210 397 897 254 371 415 922 533
Penampakan 7 4 5 8 5 7 8 6
Tekstur 7 4 4 7 5 6 7 5
Rasa 7 4 4 8 5 4 7 6
Aroma 7 5 6 8 6 6 7 5
Kekenyalan 7 3 7 7 6 7 8 3
Warna 8 4 6 7 5 6 8 4
Keterangan:
9 : amat sangat suka sekali
8 : sangat suka
7 : suka
6 : agak suka
5 : netral
4 : agak tidak suka
3 : tidak suka
2 : sangat tidak suka
1 : amat sangat tidak suka
4.2. Pembahasaan
Pada praktikum pembuatan bakso ikan yang telah dilakukan, setiap
kelompok menggunakan bahan yang berbeda-beda. Bakso ikan merupakan bakso
yang mulai digemari oleh masyarakat, karena bahan baku pembuatannya yaitu
daging ikan selain halal juga telah umum dikonsumsi oleh masyarakat. Pada proses
pembuatan bakso ikan ini perlakuan yang digunakan yakni menggunakan ikan giling
yang ditambahkan gelatin dengan air es. Penambahan gelatin pada pembuatan bakso
dimaksudkan untuk meningkatkan kekenyalan dari bakso itu sendiri. Gelatin
merupakan suatu senyawa protein yang diesktraksi dari hewan, dapat diperoleh dari
jaringan kolagen hewan yang terdapat pada kulit, tulang dan jaringan ikat. Gelatin
yang kami gunakan merupakan gelatin sapi yang aman dikonsumsi.
Penggunaan air es pada proses pembuatan adonan sebagai pelarut juga untuk
menurunkan suhu reaksi adonan bakso, sehingga protein yang terkandung dalam
daging ikan tidak rusak dan juga serta bisa tercampur secara homogen. Pada proses
pembuatan bakso ini perebusan dilakukan 10-15 menit dan di lihat sampai bakso
terapung hal ini mendakan bahwa bakso sudah matang dalam proses perebusan.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan hasil dari pengamatan sensoris
bakso ikan terdapat 2 sampel yang memiliki rentang nilai 7-8 yaitu sangat suka dan
suka. Kode sampel 254 dan 922 memiliki penampakan yang bagus kompak tidak
lembut dan lengket, tektur yang padat dan halus, kekenyalannya bagus tidak lembek
kenyal namun lembut, aromanya seperti bakso ikan pada umumnya namun tidak
kuat, rasanya enak namun mericanya lebih dominan, serta warna bakso putih sepeti
bakso ikan pada umumnya karena daging giling yang digunakan daging ikan tongkol
yg berwarna putih sehingga bakso yang dihasilkan berwarna putih.
Seperti yang sudah dideskripsikan kemungkinan sampel tersebut diberi
tambahan gelatin karena gelatin mampu meningkatkan kekuatan gel sehingga bakso
yang dihasilkan memiliki terkstur yang lebih padat, kenyal, dan lembut sama seperti
yang sudah dideskripsikan. Sementara sampel yang lain dari teksur beberapa ada
yang terlihat lembek, penampakan dari beberapa sampel tidak bebentuk bulat, dari
segi rasa ada yang hambar dan ada yang terasa sekali bumbunya. Lalu dari aroma
sampel hampir sama semua namun beberapa ada yang tidak beraroma khas ikan,
warna semua sampel hampir sama dan kekenyalan beberapa ada yang lembek
dikarenakan kurang tepung maupun jumlah air yang berlebih.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum pembuatan bakso adalah sebagai berikut:
1. Bakso merupakan produk pangan yang terbuat dari daging atau ikan yang
dihaluskan, dicampur dengan tepung, dibentuk bulat-bulat sebesar kelereng.
2. Berdasarkan uji sensoris kode sampel 254 dan 922 merupakan yang terbaik
dengan penilaian suka hingga sangat suka
3. Bakso dengan surimi tidak memiliki rasa dan aroma khas ikan, sedangkan ikan
giling memiliki rasa dan aroma yang khas
4. Air es digunakan sebagai penghomogen serta penurun suhu yang mencegah
kerusakan protein sedangkan air hangat membuat tekstur bakso yang dihasilkan
menjadi lembek.
5. Penambahan gelatin mampu meningkatkan kekuatan gel dari produk bakso ikan
5.2. Saran
Saran untuk praktikum pembuatan bakso ikan adalah masih kurang
memadainya alat untuk proses pembuatan produk dan praktikum kurang kondusif.
DAFTAR PUSTAKA