Anda di halaman 1dari 2

Manajemen Kesehatan Lumba-Lumba

Berdasarkan anatomi dan fisiologi lumba- lumba adalah seekor mamalia yang
berkembang biak dengan cara beranak, memiliki puting susu dan rambut, serta bernafas
menggunakan paru- paru. Kelenjar mamari lumba-lumba terletak di belakang dekat dengan
lubang genital. Lumba-lumba hidung botol memiliki moncong yang lebih panjang, di ventral
tubuh terdapat bintik-bintik, serta berwarna lebih gelap. Lumba-lumba jenis ini masih banyak
melintas di perairan Indonesia. Lumba-lumba memiliki rambut yang digunakan sebagai sensor
waktu bayi untuk mencari puting susu induknya, dan akan menghilang ketika bertumbuh besar.
Lumba- lumba memiliki telinga berbentuk lubang kecil yang terletak di belakang matanya.
Cara membedakan lumba-lumba jantan dan betina bisa diperiksa di dekat bagian ekor. Lumba-
lumba jantan memiiki jarak antara lubang genital dan anus, pada betina terdapat puting susu
diantara lubang genital dan lubanga anus.
Lumba-lumba hidung botol memiliki otak yang besar sehingga tergolong hewan yang
cerdas. Kecerdasan lumba-lumba digunakan untuk mencari mangsa dan menolong manusia.
Pada organ internal lumba- lumba memiliki tiga sekat lambung (fore stomach, main stomach,
dan pyloric stomach). Fore stomach berfungsi untuk melakukan proses pencernaan secara
mekanik dan tempat menyimpan makanan sebelum ke main stomach. Main stomach mencerna
makanan dengan proses enzimatis. Pyloric stomach berfungsi menyimpan makanan yang
sudah dicerna sebelum ke duodenum. Lumba- lumba memiliki respiratory rate antara 1-4
kali/menit, heart rate 100 kali/menit, waktu antara exhalasi dan inhalasi bisa sekaligus 0.3 detik
serta suhu tubuh 35-37C. Lumba-lumba mampu menahan nafas dalam air selama 10-15 menit
sehingga mampu mencari mangsa jauh dan dapat menghindari predator. Konsumsi pakan di
tempat konservasi memerlukan diet 6-8% dari bobot badan. Dewasa kelamin pada jantan usia
10-15 tahun dan untuk betina 5-13 tahun atau jika panjang tubuhnya sudah mencapai 85-95%
panjang tubuh lumba-lumba dewasa. Kebuntingan pada lumba- lumba selama 12 bulan dan
menyusui selama 2 tahun, ovulasinya musiman 1-6 kali pertahun.
Satwa di kolam berhubungan dengan fasilitas medis, pakan, lingkungan dan keeper.
Dokter hewan harus mengawasi dan memastikan keempat faktor tersebut selalu dalam keadaan
baik. Fasilitas medis yang mendukung di lembaga konservasi diantaranya adalah obat-obatan,
peralatan pemeriksaan kesehatan, dan laboratorium. Dokter hewan harus memiliki kompetensi
mengenai kesehatan dan kesejahteraan lumba-lumba, memiliki program kesehatan baik
preventif maupun kuratif agar kesehatan lumba-lumba selalu terjaga. Beberapa program
pencegahan penyakit yang dapat dilakukan diantaranya adalah pemberian vitamin setiap 2
minggu sekali dengan neurobion, biodin, multivitamin tablet maupun injeksi. Deworming
setiap 6 bulan sekali dengan sediaan seperti pyrantel pamoat, mebendazol, albendazol, dan
ivermectin secara injeksi. Monitoring dilakukan terhadap kualitas air dan pakan, lingkungan,
dan pengukuran berat badan selama 6 bulan sekali. Beberapa sampling yang dapat diambil
sebagai pemeriksaan penunjang diantaranya darah dan serum selama 4 bulan sekali, swab dan
scraping kulit, urin dan feses, serta biopsi jaringan. Berikut parameter yang diperiksa untuk
melihat kualitas air yang digunakan di kolam lumba-lumba (Tabel 1).
Tabel 1 Parameter untuk melihat kualitas air kolam lumba-lumba
Parameter Standar Keterangan
pH 6.8-8.4 Harian
Salinitas 22-34 Harian
Total Chlorine 0.4-1.5 ppm Harian
Free Chlorine 0.4-1.0 ppm Harian
Temperatur 15-22 C Harian
Turbiditas 0-5 ntu Harian
Amonia <0.5 ppm Mingguan
Nitrit <0.5 PPm Mingguan
Total Plate Count <200/ml Bulanan
Total Coli Form 500 koloni/100 ml Bulanan
Total Fecal Coli 500 koloni/100 ml Bulanan
Tindakan kuratif yang dilakukan dokter hewan di tempat konservasi lumba-lumba
adalah round visit dan trainer, memverifikasi laporan dari keeper. Inspeksi terhadap gaya
apung (buoyancy) pada lumba-lumba sangatlah penting. Penurunan buoyancy menandakan
berkurangnya kapsitas paru-paru karena adanya akumulasi cairan (apnea)/ peningkatan
buoyancy menadakan adanya akumulasi gas di dalam saluran pernafasan atau pencernaan pada
lumba-lumba. Pemberian obat pada lumba-lumba dapat dilakukan dengan cara menyelipkan
obat ke dalam insang pakannya. Adapun pakan yang diberikan kepada lumba-lumba adalah
ikan-ikan kecil, diantaranya ikan kembung, selar, japuh, dan layang. Obat juga dapat
diaplikasikan dengan stomach tube pada lumba-lumba yang sudah terlatih. Aplikasi obat secara
perenteral dapat dilakukan secar intra muscular pada M. Longissimus dorsi dengan maksimal
dosis 10 cc/site. Secara subcutaneus diantara blubber dan musculus, dan secara intavenus di
dorsal fin menggunakan needle 18-22.
Lumba-lumba yang mengalami dehidrasi ditandai dengan CRT >3 detik, anoreksia,
nilai Hemoglobin yang tinggi. Treatment yang dapat diberikan pada kasus ini adalah fresh
water yang disuntikan ke dalam pakan lumba-lumba sebanyak 1-2 liter, atau menambahkan air
dengan stomach tube, dan bila parah menggunakan terapi cairan menggunakan NaCl. Kualitas
pakan yang jelek akan menyebabkan perubahan perilaku seperti penurunan nafsu makan dan
menyerang pelatih, maka pergantikan pakan perlu dilakukan, pemberian steroid seperti
dexamethasone dan prednisone untuk merangsang nafsu makan dengan jangka waktu yang
tidak lama. Jika lumba-lumba tidak makan selama 2-3 hari maka diberikan force feeding. Diare
bisa dilihat pada kotoran yang mengambang dan berubah warna (greenness, yellowish).
Treatment yang digunakan adalah dengan pemberian beberapa sediaan seperti entrostop dan
koalin pectin. Pemberian metronidazole juga dilakukan bila ikan terindikasi terkena protozoa.
Skin trauma seperti gatal dan hemorhagi menyebabkan lumba-lumba sering menggesekan
tubuhnya ke dinding. Luka akibat trauma tersebut dapat diobati dengan pemberian
antihistamin, iodin, dan anti parasit. Lumba-lumba yang terkena pneumoni memiliki gejala
klinis batuk, bouyancy meningkat, keluarnya lendir dan berbau tidak sedap. Treatment yang
diberikan sesuai dengan pemeriksaan penunjang dengan menggunakan nebulizer dengan
beberapa kombinasi obat diantaranya antibiotik, antiinflamasi, mukolitik dan expectorant.

Anda mungkin juga menyukai