BAB 1 1.2 Latar Belakang Inseminasi buatan adalah salah satu bentuk bioteknologi dalam bidang reproduksi ternak yang memungkinkan manusia mengawinkan ternak betina yang tanpa perlu seekor pejantan utuh.inseminasi buatan sebagai teknologi merupakan suatu rangkaian proses terencana dan terprogram karena akan menyangkut kualitas genetik ternak di masa yang akan datang. Penerapan dan pelaksanaan teknologi IB di lapangan dimulai dengan langkah pemilihan pejantan unggul sehingga akan lahir anak-anak yang kualitasnya lebih baik dari induknya. Selanjutnya dari pejantan tersebut dilakukan penampungan semen, penilaian kelayakan semen, pengolahan dan pengawetan semen dalam bentuk semen beku sampai dengan teknik penempatan semen (inseminasi) ke dalam saluran reproduksi ternak betina dengan menggunakan alat inseminasi yaitu Insemination Gun. Dengan demikian bagi pemula alangkah lebih baiknya untuk terlebih dahulu mengenal beberapa alat-alat yang digunakan dalam teknik pelakasanaan inseminasi buatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja alat-alat yang digunakan dalm inseminasi buatan ? 2. Bagaimana fungsi dan kegunaan alat-alat tersebut.?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui beberapa alat-alat yang digunakan dalm inseminasi buatan. 2. Mengetahui fungsi dan kegunaan alat-alat tersebut. BAB II IB pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun 1950-an oleh Prof.B.Seit dari Denmark di Fakultas Hewan dan Lembaga Penelitian Peternakan Bogor. Di Indonesia sendiri, IB pada ternak domba dilakukan pertama kali pada tahun 1991, di stasiun penelitian Sub Balai Penelitin Ternak, Sei Putih. Di Balitnak, IB dilakukan untuk mendukung penelitian pemuliaan, terutama dalam pembentukan domba dan kambing Komposit (Komposit Sumatera,Barbados, Garut, Boerka). Dalam penelitian tersebut, semen beku yang diimpor berasal dari pejantan unggul. Untuk tujuan komersial di peternak, pada kondisi dimana pejantan unggul yang dikehendaki tidak tersedia, maka pemanfaatan semen dari pejantan unggul dapat menjadi suatu pilihan. Inseminasi buatan adalah peletakan sperma ke follicle ovarium (intrafollicular) uterus (intrauterine), cervix (intracervical), atau tube fallopian (intraturbal) ternak betina debgan menggunakan cara buatan dan bukan dengan kopulasi alami. Teknik modern untuk inseminasi buatan pertama kali dikembangkan untuk industry ternak agar mebuat banyak sapi betina bunting oleh seekor sapi jantan unggul untuk meningkatkan produksi susu. Teknik inseminasi buatan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut insemination gun. Untuk melakukan inseminasi buatan dengan melakukan insertion dan deposit semen dalam cervix betina birahi, memerlukan berbagai peralatan yang harus dipahami jenis dan bentuknya, serta penggunaan peralatan secara tepat. Metode IB dapat dipilih metode IB intracervix dengan alat IB yang telah dimodifikasi sehingga dapat melewati cervix (alat IB Balitnak). Tingkat keberhasilan IB intrauterine telah banyak dilaporkan, untuk itu sangat dianjurkan untuk mengunakan metode ini pada suatu program IB. Keberhasilan masing-masing metode juga berbeda-beda, disamping teknik, aplikasi juga mempunyai kesulitan yang berbeda-beda. Secara umum, teknik intra vagina maupun intracervix lebih mudah dilaksanakan dibandingkan dengan teknik intrauterine yang memerlukan keahlian dan peralatan khusus. BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam proses Inseminasi buatan adalah sebagai berikut : a. Inseminasi Gun f. Plastik Glove b. Gunting Straw g. Straw c. Pinset h. Ember kecil berisi air hangat d. Container i. Tissue e. Plastik Sheet j. Sabun Mandi
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan lembar kerja dan alat tulis lainnya. 2. Meyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 3. Mendengarkan arahan dan materi yang disampaikan oleh dosen pengampu mata kuliah. 4. Mengamati dan sebutkan nama-nama alat dan bagaimana keguanaannya. 5. Praktek simulasi penggunaan alat-alat tersebut sesuai prosedur penggunaannya. 6. Memersihkan tangan dan alat-alat yang telah digunakan dengan air bersih. 7. Tulis/catat hal-hal yang diamati dan dipraktikkan beserta fungsi-fungsinya. BAB IV HASIL PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan pada praktikum, maka fungsi alat dan bahan yang digunakan dalam proses IB adalah sebagai berikut :
NO GAMBAR NAMA ALAT FUNGSI
1. Insemation Digunakan untuk memasukkan semen Gun beku ke dalam saluran reproduksi (vagina dan serviks).
ujung straw, setelah straw dimasukkan ke dalam Inseminasi Gun. Sebelum menggunting, harus dipastikan bahwa gunting ini steril.
3. Pinset Digunakan untuk mengambil straw
dari canister atau thermos.
4. Container atau Termos khusus berlubang pada bagian
termos straw tutupnya, digunakan untuk wadah nitrigen cair. Straw yang diambil dari container dengan pinset segera dimasukkan ke dalam termos untuk dapat dibawa ke tempat sapi betina. Lubang kecil yang dibuat pada tutup termos dimasukkan untuk penguapan nitrogen. Tanpa adanya lubang ini tutup termos dapat terhembus dan terlempar keluar atau termos dapat meledak. Container dengan canister atau wadah straw harus tetap dijaga berissi nitrogen cair. Volume nitrogen dalam container harus selalu diperhatikan dengan jalan mencelupkan batang pengukur yang terbuat dari kayu ke dalam nitrogen air. Volume N_2 cair di dalam container tidk boleh kurang 3 inci (10 cm) dari dasar container . apabila terjadi sesuatu keadaan dimana N_2 cair di dalam container tinggal setinggi 3 inci (10 cm), maka penambahan N_2 cair harus segera dilakukan dalam waktu 12 jam. Nitrogen cair cadangan untuk menambah volume harus selalu tersedia. Jika container tiap penambahan nitrogen cair dilakukan 3 minggu sekali. 5. Plastik sheet Digunakan sebagai pelindung straw inseminasi gun setelah isi straw, sehingga pada saat dimasukkan ke dalam saluran reproduksi betina tidak melukai. 6. Plastik glove Digunakan untuk melindungi tangan (sarung tangan saat palpasi lewat rectal. plastik). 7. Sabun mandi Digunakan sebagai pelicin plastic glove pada saat akan masuk rectal.
8. Air hangat dan Digunakan untuk thawing semen beku.
Ember kecil
9. Tissue Digunakan untuk membersihkan straw
dan membersihkan vulva yang kotor.
10. Straw (berisi Pada straw ini memiliki panjang 10 cm
semen beku) dan diameter 0,2. Straw ini mirip dengan thermometer suhu, dengan warna bermacam-macam yang bertujuan untuk memudahkan dalam mengidentifikasi jenis ternak. (Lihat Tabel 1.2) Tabel 1.1 Alat-alat yang digunakan pada pelaksanaan Inseminasi Buatan (Sumber : BIB Lembang. 2014)
Tabel 1.2 Klarifikasi Warna Straw
BAB V PENUTUP 6.1 Kesimpulan Teknik inseminasi buatan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut insemination gun. Untuk melakukan inseminasi buatan dengan melakukan insertion dan deposit semen dalam cervix betina birahi, memerlukan berbagai peralatan yang harus dipahami jenis dan bentuknya, serta penggunaan peralatan secara tepat. Setelah melakukan praktikum, praktikan diharapkan dapat mengetahui nama-nama dan alat-alat inseminasi buatan. Setiap jenis alat dan bahan mempunyai sifat-sifat dan cara penggunaan yang berbeda. 6.2 Saran Sebaiknya pada saat praktikum, semua praktikan harus menjaga kondusifitas keadan ruangan agar praktikum berjalan dengan aman dan lancar. Selanjutnya diharapkan dapat dilaksanakan praktikum secara langsung terhadap ternak yang akan di inseminasi. Sehingga mahasiswa dapat mempraktikan secara langsung dan dapat mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan bagaimana cara menanggulangi kesulitan tersebut ketika melakukan inseminasi buatan terhadap hewan ternak yang akan digunakan sebgai objek praktikum. DAFTAR PUSTAKA http://dewa2384.lecture.ub.ac.id/2012/02/alat-alat-yang-digunakan-pada-saat-ib/ (diakses pada tanggal 07 Januari 2016 pukul 07.58 WIB) http://hermypuspitasari.blogspot.co.id/2011/11/v_behavorurldefaultvmlo.html?m_1(di akses pada tanggal 07 Januari 2016 pukul 07.65 WIB) BIB Lembang. 2014. Balai Inseminasi Buatan Lembang [Internet]. [disitasi 18 Agustus 2014]. Lembang (Indonesia): Balai Inseminasi Buatan Lembang. Tersedia dari: http://www.banksperma.com/? KATALOG Hunter, R.H.F. 1995. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik. Penerjemah DK Harya Putra. Institut Teknologi Bandung. Bandung Marawali, A., M.T. Hine, Burhanuddin, H.L.L. Belli. 2001. Dasar-dasar ilmu reproduksi ternak. Departemen pendidikan nasional direktorat pendidikan tinggi badan kerjasama perguruan tinggi negeri Indonesia timur. Jakarta.