Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL INDOFOOD RISET NUGRAHA

EVALUASI DETEKSI KEBUNTINGAN METODE UJI PUNYAKOTI

PADA SAPI BALI (Bos sondaicus)

Oleh: Lalu Rian Mahpuz

NIM: 61112018

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA TENGGARA BARAT

2016
URAIAN UMUM

Judul: Evaluasi Deteksi Kebuntingan Metode Uji Punyakoti Pada Sapi Bali
(Bos sondaicus)

Cakupan Bidang Penelitian :


( ) Bidang Teknologi Pangan & Gizi Masyarakat
( ) Bidang Sosial, Ekonomi dan Budaya
( ) Bidang Budidaya Pertanian
( X ) Bidang Budidaya Peternakan

Nama Peneliti
 Nama Lengkap : Lalu Rian Mahpuz
 Fakultas : Kedokteran Hewan
 Perguruan Tinggi : Universitas Nusa Tenggara Barat
 Alamat : Jl.
 Telepon : 0370 – 7501065
 HP : 082340705558
 Faksimili :-
 E-mail : lalurianmahpuz@yahoo.com
Periode Pelaksanaan Penelitian
Mulai : Bulan Mei 2016
Berakhir : Bulan Agustus 2016
Jumlah anggaran yang diusulkan
Total : Rp. 5.553.000

Lokasi Penelitian : Desa Santong Kecamatan Terara, Kab. Lombok Timur


Hasil yang ditargetkan:
Modul teknologi deteksi kebungtingan Uji Punyakotti pada Sapi Bali dan Publikasi Jurnal
Lokal (Jurnal Sangkareang UNTB)
Instansi yang terlibat : Kelompok Tani Ternak Ciung Wanara

Keterangan lain yang dianggap perlu : Batas akhir Yudisim pada Bulan Juli 2016
Evaluasi Deteksi Kebuntingan Metode Uji Punyakoti Pada Sapi Bali (Bos sondaicus)
Lalu Rian Mahpuz
Fakultas Kedokteran Hewan Nusa Tenggara Barat

Abstrak

Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) telah diakui sebagai daerah utama produksi
ternak sapi dan mencanangkan program ”Bumi Sejuta Sapi” (BSS). BSS tersebut akan
berhasil apabila program reproduksi pada sapi Bali telah berhasil dijalankan. Program
reproduksi sangat tergantung pada deteksi kebuntingan yang biasanya dilakukan oleh
petugas pemeriksa kebuntingan yang terbatas dan memerlukan keahlian khusus. Deteksi
kebuntingan dengan Uji Punyakoti merupakan uji untuk deteksi kebuntingan telah banyak
dilakukan oleh peternak di India dengan prinsip dalam urin mengandung asam Absitat
yang akan menghambat perkecambahan pada tanaman berkecambah. Uji Punyakoti selain
murah dan sederhana, uji ini dapat dilakukan peternak sapi di Lombok. Tujuan penelitian
ini adalah adalah untuk mengevaluasi validitas dan tingkat perkecambahan Kacang Hijau
uji Punyakoti pada urin sapi Bali dengan berbagai pengenceran. Metode penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan diagnostik laboratorium. Tahap
penelitian dimulai dengan pemeilihan sapi dengan metode purposive sampling dengan
kreteria sapi sehat dan didiagnosa bunting dengan palpasi rectal. Kemudian sapi
dikelompokkan secara acak dengan berbagai umur kebuntingan yaitu umur 0 bulan/tidak
bunting, Umur 1-3 bulan , dan Umur 3-9 bulan. Hasil pengenceran ditaruh pada cawan
petri yang telah diberi alas kertas saring, kemudian biji Kacang Hijau yang telah direndam
dimasukan dalam cawan petri dan dilakukan pengamatan perkecambahan pada hari 2
sampai ke 5. Pemeriksaan sample dilakukan secara duplo, sebagai kontrol digunakan biji
yang direndam dalam air, dan pengamatan perkecambahan biji. Varibel yang diamati pada
penelitian ini adalah sensitivitas dan spesifisitas serta tingkat percecambahan dari Kacang
Hijau dalam pengenceran urin dalam akuades dengan perbandinagan 1:4, 1:6, dan 1:10.
Analisis data hasi uji sensitivitas dan spesifitas akan dilakukan dengan table 2x2 dan data
panjang perkecambahan akan diuji dengan ANOVA dengan taraf signifikasi p<0,05
menggunakan SPSS for windows.

Kata Kunci: Evaluasi, Deteksi Kebuntingan, Uji Punyakoti, Sapi Bali


Pendahuluan

Target swasembada pangan pada tahun 2017 telah dicanangkan presiden Jokowi, dan
Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) telah diakui sebagai daerah utama produksi ternak
sapi dan mencanangkan program ”Bumi Sejuta Sapi” (BSS) (JICA, 2010). Program BSS
tersebut akan berhasil apabila program reproduksi pada sapi Bali (Bos sondaicus) telah
berhasil dijalankan. Program reproduksi sangat tergantung pada deteksi kebuntingan yang
biasanya dilakukan oleh petugas pemeriksa kebuntingan yang terbatas dan memerlukan
keahlian khusus, sehingga tidak semua ternak betina yang diduga bunting dapat
mendapatkan pelayanan dari petugas pemeriksa kebuntingan. Peternak yang sapinya tidak
mendapatkan pelayanan hanya berpatokan pada siklus birahi untuk mengetahui
kebuntingan sapinya. Salah satu uji sederhana yang telah dikembangkan untuk memeriksa
kebuntingan tersebut adalah uji Punyakotti.
Uji Punyakotti mempunyai prinsip bahwa urin sapi bunting mengandung asam absitat
yang tinggi sekitar 170,62 nanomol/ml (Venna et al, 2003) . Asam absitat dalam benih
berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan pada padi (Sinambela, 2008). Asam Absitat
dalam urin apabila dicampur dengan tanaman berkecambah akan menghabat pertumbuhan
kecambah dari tanaman tersebut. Hambatan pertumbuhan pada tanaman berkecambah pada
uji Punyakoti sebagai deteksi kebuntingan tersebut telah banyak diadopsi peternak di India
dan telah dilakukan pada lebih dari 250 ekor sapi dan kerbau yang telah didemonstrasikan
kepada petani yang berkunjung ke Krishimela di University of Agricultural Sciences,
Bangalore. Penelitian tentang uji Punyakoti di Indonesia telah dilakukan pada urin sapi
perah yang menyatakan bahwa hasil pengenceran 1:4 (1 bagian urin: 4 bagian pengencer)
memberikan hasil yang baik pada induk dengan umur kebuntingan kurang dari 3 bulan
dengan nilai sensitivitas 57,3% dan spesifitas 63,3% (Wahyuningsih, 2014).
Sensitivitas dan spesifitas uji Punyakoti yang telah dilakukan pada sapi perah tersebut
belum dibuktikan pada sapi Bali oleh peternak di Lombok. Peternak di Lombok dalam
deteksi kebuntingan pada sapi Bali sangat bergantung pada petugas pemeriksa kebuntingan
yang terbatas dengan palpasi rektal dan juga tidak terhentinya siklus birahi pada sapi Bali.
Pemeriksaan dengan metode yang lain seperti ultrasonografi (USG), RIA dan ELISA.
Metode Pemeriksaan dengan USG dapat menimbulkan trauma pada vagina karena
mengguna probe (Istiana, 2011). Metode dengan konsentarsi hormon seperti ELISA dan
RIA relative lebih mahal dan memerlukan keahlian khusus yang memerlukan pelatihan
(Partodiharjo, 1992). Keahlian khusus dan mahalnya metode pemeriksaan kebuntingan
tersebut diatas dapat menyebabkan peternak tidak dapat memeriksa kebuntingan dengan
baik, sehingga sapi Bali yang sedang bunting bisa terjual dan efisiensi reproduksi tidak
tercapai. Berdasarkan data dan pelaporan yang bersumber dar Provinsi diseluruh Indonesia
dinyatakan pemotongan sapi betina produktif dan sedang bunting yang cukup signifikan
sebesar 200.000 ekor pertahun dan pada tahun 2010 ada 204.196 ekor atau 11,8 % dari
total sapi yang disembelih (Sekjen Departemen pertanian, 2013).
Berdasarkan fakta kesuliatan para peternak sapi Bali di pulau Lombok dalam deteksi
kebuntingan yang sangat berpengaruh pada efisiensi produksi sapi Bali dan menghindari
kerugian peternak akibat menjual sapi bunting serta kesederhanaan dalam melakukan
metode uji Punyakotti maka perlu dilakukan penelitian tentang validitas uji Punyakotti
pada sapi Bali dengan melihat sensitivitas dan spesifitas uji tersebut dan juga melihat
tingkat perkecambahan pada tanaman lokal yang mudah didapat dipulau Lombok seperti
Kacang Hijau. Sensitivitas dan spesifitas uji Punyakoti dimaksudkan untuk mengetahui
validitas secara kuantitatif kelayakan penerapan uji tersebut pada urin sapi Bali, sedangkan
perkecambahan tanaman Kacang Hijau akan menjelaskan tingkat kecambah selama
pemeriksaan dalam waktu 5 hari yang dapat menjelaskan konsentrasi asam Absitat dengan
berbagai pengenceran pada urin Sapi Bali.

Perumusan Masalah
Perumusan masalah berdasarkan tidak digunakannya metode Uji Punyakoti yang
sederhana dan mudah dilakukan dalam deteksi kebuntingan pada sapi, padahal di beberapa
daerah sudah diterapkan dan telah dilakukan pada sapi perah, tapi belum dibuktikan pada
sapi Bali oleh peternak di Lombok. Berdasarkan latar belakang penelitian maka didapatkan
beberapa rumusan masalah antara lain adalah:

1. Berapakah nilai sensitivitas dan spesifitas uji Punyakoti untuk deteksi kebuntingan
pada urin Sapi Bali dengan berbagai pengenceran?
2. Bagaimana tingkat perkecambahan Kacang hijau pada masing-masing pengenceran
urin sapi Bali yang digunakan dalam uji Punyakoti?

Ruang lingkup penelitian adalah untuk mengevaluasi uji Punyakotti pada sapi Bali
dengan melihat sensitivitas dan spesifitas uji tersebut dan juga melihat tingkat
perkecambahan pada tanaman local yang mudah didapat dipulau Lombok seperti Kacang
Hijau.
Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penelitian
ini adalah untuk mengevaluasi validitas dan tingkat perkecambahan Kacang hijau uji
Punyakoti pada urin sapi Bali dengan berbagai pengenceran. Tujuan khusus dalam
penelitian ini antara laian adalah:

1. Mengetahui nilai sensitivitas dan spesifitas uji Punyakoti untuk deteksi


kebuntingan pada urin Sapi Bali dengan berbagai pengenceran
2. Mengetahui tingkat perkecambahan Kacang hijau pada masing-masing
pengenceran urin sapi Bali yang digunakan dalam uji Punyakoti

Manfaat penelitain ini dapat dikelompokkan dalam manfaat teoritis dan praktis.
Manfaat teoritis dalam penelitian ini antara lain adalah: 1. Data hasil sensitivitas dan
spesifitas diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian ilmiah dalam menentukan
validitas uji Punyakoti dalam matakuliah reproduksi veteriner dalam deteksi kebuntingan
pada sapi Bali, 2. Data tentang perkecambahan Kacang Hijau diharapkan dapat dijadikan
dasar penentuan kandungan asam Absitat pada berbagai umur kebuntingan sapi Bali
sehingga terdapat acuan ilmiah dalam menyususn kit diagnostik. Manfaat praktis dalam
penelitian ini antara lain adalah: 1. Data hasil sensitivitas, spesifitas dan perkecambahan
dapat dijadikan dasar pemilihan tanaman local oleh peternak dalam aplikasi Uji Punyakoti
untuk deteksi Kebuntingan pada sapi Bali, 2. Data hasil sensitivitas dan spesifitas dan
perkecambahan bagi para praktisi dapat dikembangkan untuk menghasilkan kit dignostik.

Tinjauan Pustaka

Metode punyakoti adalah sebuah metode deteksi kebuntingan dengan menggunankan

urin yang ditemukan di jaman Mesir kuno (sekitar 4000 SM). Urin pada sapi bunting

dinyatakan mengandung asam Absitat sekitar 170,62 nanomol/ml (Venna et al, 2003).

Asam Absitat dapat menghambat perkecambahan pada tanaman berkecambah (Sinambela,

2008). Asam Absitat yang terkandung dalam urin sapi Bali bunting apabila dicampur

dengan tanaman berkecambah akan menghambat pertumbuhan atau tidak tumbuh sama

sekali tergantung dari kandungan asam Absitat yang terkandung pada urin tersebut.
Penelitian tentang Asam Absitat dalam urin apabila dicampur dengan tanaman
berkecambah akan menghabat pertumbuhan kecambah dari tanaman tersebut. Hambatan
pertumbuhan pada tanaman berkecambah pada uji Punyakotti sebagai deteksi kebuntingan
tersebut telah banyak diadopsi peternak di India dan telah dilakukan pada lebih dari 250
ekor sapi dan kerbau yang telah didemonstrasikan kepada petani yang berkunjung ke
Krishimela di University of Agricultural Sciences, Bangalore (Dilrukshi and Perera, 2009).
Penelitian tentang uji Punyakoti di Indonesia telah dilakukan pada urin sapi perah yang
menyatakan bahwa hasil pengenceran 1:4 (1 bagian urin: 4 bagian pengencer) memberikan
hasil yang baik pada induk dengan umur kebuntingan kurang dari 3 bulan dengan nilai
sensitivitas 57,3% dan spesifitas 63,3% (Wahyuningsih, 2014).

Penerapan dan evaluasi uji Punyakoti tersebut pada sapi Bali di Pulau Lombok
belum pernah dilaporkan. Pemeriksaan hanya menggunakan palpasi rectal yang
memerlukan keahlian khusus. Hal tersebut dapat menyebabakan pemotongan betina
produktif yang dapat merugikan peternak sapi Bali di Pulau Lombok. Berdasarkan data
dan pelaporan yang bersumber dari Provinsi di seluruh Indonesia telah dinyatakan bahwa
terjadi pemotongan sapi betina produktif dan sedang bunting yang cukup signifikan yaitu
sebesar 200.000 ekor pertahun dan pada tahun 2010 ada 204.196 ekor atau 11,8 % dari
total sapi yang disembelih (Sekjen Departemen pertanian, 2013).

Metode Penelitian
Penelitian dilakukan mulai Mei sampai Juli 2016 dan pengujian sampel urin dengan
uji punyakoti dilakukan di Laboratorium Kedokteran Dasar Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Nusa Tenggara Barat. Secara garis besar, penelitian ini termasuk penelitian
eksperimental dengan pendekatan diagnostik laboratorium. Rancangan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok umur kebuntingan sapi. Populasi
target pada penelitian ini adalah Populasi sapi bunting pada Kelompok Tani Ternak di desa
Santong, kecamata Terara, Kabupaten Lombok Timur yang bekerjasama dengan FKH
UNTB. Sampel sapi diambil dengan metode purposive baik pada kelompok bunting dan
kelompok buntik. Kriteria sapi yang dijadikan sampel adalah sapi sehat dan didiagnosa
bunting dengan palpasi rektal . Estimasi besarnya sampel sapi yang akan diperiksa urinnya
dengan uji Punyakoti ditentukan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2004). Perhitungan
jumlah sampel dengan Rumus Slovin dapat dilihat dibawah ini:
n= N
𝟏 + 𝑵(𝒅𝟐)
n= 20/1+ 20(0,1𝟐)
n= 20/1+20(0,01)
n= 20/1+0.2
n= 20/1.0,2
n= 16.66, sampel ditingkatkan menjadi 20 sapi
Keterangan:
n= Jumlah sampel sapi
N= jumlah populasi yang diketahui 20 sapi dalam keadaan bunting)
d= nilai presisi (taraf signifikan sebesar 0,1 dengan taraf keyakinan 90%).
Sapi kemudian dikelompokkan berdasarkan umur kebuntingan terdiri dari tiga
kelompok yaitu: 1. umur 0 bulan/tidak bunting, 2. Umur 1-3 bulan , dan 3. Umur 3-9 bulan

Variabel bebas pada penelitian ini adalah pengenceran urin dalam aquades dengan
perbandinagan 1:4, 1:6, dan 1:10. Variabel bergantung adalah nilai sensitivitas dan
spesifitas dan panjang perkecambahan. Variabel kendali dalam penelitian ini diantaranya
adalah : umur kebuntingan sapi, jenis sapi dan pakan. Nilai sensitivitas dan spesifitas uji
Punyakoti adalah nilai sensitivitas dan spesifitas urin yang disekresikan pada pagi hari
dengan berbagai pengenceran yang menggunakan tabel 2x2. Di anggap negatif bunting
dalam tabel jika biji berkecambah dengan rata-rata panjang kecambah 4 cm, dan jika
bunting biji berkecambah lambat dengan panjang 0,93 cm (Wahyuningsih, 2014).
Perkecambahan yang diukur menggunakan penggaris centimeter, dengan rata-rata panjang
kecambah 4 cm jika ternak tidak bunting, dan jika bunting biji berkecambah lambat dengan
panjang 0,93 cm.

Bahan utama yang digunakan adalah urin sapi Bali bunting dan tidak bunting, kantong
plastik, air, biji kacang hijau, kertas saring, sarung tangan karet/plastik, sabun pencuci,
aquadest, alkohol 70%, kapas, kertas tisu, kertas HVS, ATK. Alat yang digunakan botol
mulut lebar berpenutup,erlen meyer, beker gelas, cawan petri, tabung reaksi dan rak tabung
reaksi, pipet, spuit 5 ml,penggaris , gunting kertas.

Prosedur penelitian ini didahului dengan Pemilihan kacang hijau yang dilakukan
dengan cara perendaman pada air. Biji yang mengambang diambil, dan biji yang
tenggelam dibiarkan terendam selama 1,5 jam dijadikan sebagai sample uji. Penentuan
sample adalah urin induk sapi Bali yang sehat, dipilih secara purposive, dengan ketentuan
berasal dari : 1) sapi yang tidak bunting, 2)sapi yang bunting 1-3 bulan, dan 3) sapi yang
bunting 3-9 bulan keatas. Kondisi bunting tidaknya induk ditentukan dari catatan peternak
yang dikonfirmasi oleh petugas pemeriksa kebuntingan dan dilakukan palpasi rektal.
Pengambilan sample urin dilakukan pada pagi hari antara pukul 07.00-10.00 atau sebelum
pemberian pakan. Pengambilan urin dilakukan dengan cara menunggu ternak ekskresikan
urinnya atau dengan cara rektal. Sebelum dilakukan pengambilan urin, vulva dilap
menggunakan tisu yang telah diberi larutan alkohol 70%. Urin kemudian ditampung dalam
botol sebanyak 50-100 ml. Botol kemudian ditutup dan diberi label yang berisi keterangan
kondisi ternak. Seluruh sample dibawa ke laboratorium untuk segera diuji. Pengambilan
sample dilakukan selama 1 minggu.

Data untuk panjang perkecambahan dan data uji sensitivitas dan spesifitas disajikan
dalam bentuk tabel 2x2. Analisis data untuk uji sensitivitas dan spesifitas menggunakn
tabel 2x2, sedangkan untuk panjang kecambah menggunakn analisis ANOVA dengan taraf
signifikasi p<0,05 menggunakan SPSS for windows

Jadwal Pelaksanaan

Penelitian dilakukan selama 4 bulan, penelitian dimulai Mei sampai Agustus 2016,
namun penelitian sudah menjadi skripsi untuk yudisium pada bulan Juli. Pada Bulan
agustus hanya pembuatan Modul dan publikasi. jadwal pelaksanaan pada Tabel 1.
dibawah ini:
Bulan
No Kegiatan 1 2 3 4

1 Perijinan, Pengajuan Judul, Persiapan alat dan bahan dan survey X


sapi bunting
2 Pelaksanaan penelitian, pengambilan sampel X X
3 Analisis data dan penulisan Skripsi X X
4 Pembuatan Modul, penulisan laporan ke IRN dan Publikasi jurnal X
ISSN

Diagram alir pelaksanaan jadwal penelitian dapat dilihat pada Gambar 1dibawah ini:
Pengajuan Judul Dan
Mulai
Administrasi. Judul disetujui
sejak bulan April dengan 1 Bulan
pembimbing (Bulan Mei)
Survey Lokasi, Populasi Dan
Pemelihan Sampel Serta Persiapan
Alat Dan Bahan

Pembagaian Kelompok Sapi


Bunting Berdasrkan Umur
Kebuntingan Dan Kontrol
1 Bulan
(Bulan Juni)

Pengambilan Sampel Urin


Dalam Seminggu 1 X Selama
Satu Bulan (4 Kali ulangan)

Analisis Data, Penulisan Skripsi 1 Bulan


Dan Maju Seminar Skripsi (Bulan Juli)

Pembuatan Modul Uji 1 Bulan


Punyakoti Untuk Peternak Dan (Bulan
Publikasi Agustus)

Gambar 1. Diagram Alir Pelaksanaan Jadwal Penelitian


Rincian Anggaran Penelitian

Anggaran Biaya

No. Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan


2. Bahan habis pakai dan Peralatan Rp 2.387.000
3. Perjalanan Rp 1.200.000
4. Lain-lain Rp 1.975.000
5. Total anggaran Rp 5.553.000

Justifikasi Anggaran Penelitian


1. Bahan Habis Pakai danPeralatan
Harga
Justifikasi Biaya Total
Material Kuantitas Satuan
Pemakaian (Rp)
(Rp)
Kacang
Bahan Uji Punyakoti 1 Kg 70.000 70.000
Hijau
Disinfeksi dalam
Alkohol 70% 6 botol 25.000 150.000
pengambilan sampel
Kapas pengambilan sampel 2 box 34.000 68.000
Masker pengambilan sampel 5 box 35.000 75.000
Marker pengambilan sampel 5 box 10.000 50.000
Hands glove pengambilan sampel 5 box 60.000 300.000
Akuades Pengenceran urin 5 Liter 30.000 150.000
Cawan Petri Tempat Uji Urin dan
30 buah 10.000 300.000
dispossible Kecambah
Gelas Ukur
Pengenceran Urin 5 buah 50.000 250.000
Plastik 50 ml
Kertas Saring Bahan Uji Punyakoti 5 box 50.000 250.000
4 kali
Konsumsi Makan dan minum pengambilan 50.000 200.000
sampel
Amplop
Amplop surat 1 kotak 50.000 100.000
besar
Penjepit pencatatan di
4 unit 35.000 140.000
kertas lapangan
pencatatan di
Spidol warna 4 unit 25.000 100.000
lapangan
pencatatan di
Kertas HVS lapangan dan 4 rem 50.000 100.000
pelaporan
Materai Pengesahan 4 buah 6.000 24.000
pencatatan di
Map plastik 4 buah 15.000 60.000
lapangan
SUB TOTAL 2 (maks.40-60%) (Rp) 2.387.000
3. Perjalanan
Justifikasi Kuantit Harga Biaya
Perjalanan ke-
Perjalanan as satuan (RP) (Rp)
Titik Lokasi
Survei ke Lombok Timur 2 150.000 300.000
Penelitian
Pengiriman surat
ijin keBPD
Pengurusan ijin 2 150.000 300.000
kabupaten Lombok
Timur
Pelepasan dan
Perjalanan pengambilan
pengambilan 4 150.000 600.000
sampel penelitian
sampel
SUB TOTAL 1.200.000

1. lain-lain
Harga Biaya
Kegiatan Satuan lain-lain
Justifikasi Kuantitas (Rp) (Rp)
Administrasi Proposal 1 50.000 50.000
Pelaporan copy, jilid dll 7 25.000 175.000
Seminar Hasil dan Skripsi snack dll 2 350.000 750.000
Jurnal Lokal ISSN
dan Pembuatan 1
Biaya Publikasi Jurnal Modul 1.000.000 1.000.000
SUB TOTAL 1.975.000
Daftar Pustaka

Dilrukshi, HNN, Perera, ANF. 2009. Evaluation of An ancient technique to diagnose the
pregnancy in cattle using urine. Wayamba Journal of Animal Science: P6-P8

Husein Umar. 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Cetakan ke-6.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada)
Istiana, S. 2011. Uji Punyakotti teknik deteksi kebuntingan pada sapi yang murah dan
akurat. Edisi Khusus Penas XIII, 20 Juni 2011. BPTP Jawa Timur

JICA, 2010. Pengembangan NTB sebagai “Bumi Sejuta Sapi” ; JICA Mendukung Studi
Rencana Aksi untuk Program Sapi Potong. Japan International Cooperation Agency
(JICA) Indonesia Office

Partodihadjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Ternak. Edisi ke-3. Sumber Widya, Jakarta

Sekjen Departemen Pertanian. 2013. Roadmap Perbibitan. Direktorat Jenderal Peternakan.


Departemen Pertanian, Jakarta

Sinambela, 2008. Kajian Perkembangan Dan Dorminasi Pada Biji Padi (Oryza Sativa L)
Varietas Ariza dan Sunggal Serta Pemecahannya. Tesis. Universitas Sumatra Utara,
Medan.
Veena, T., Nirmala, G.C., Jyothi, M.S. and Suchitra, B. 2003. Effect of Estrogen and
Progeterone on seed germination. Veterinary World, 1(8): 241-242

Wahyuningsih. 2014. Kecambah Sebagai Alat Deteksi Kebuntingan Pada Induk Sapi.
Jurusan Penyuluhan Peternakan, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor

Lampiran 1. Curriculum Vitae Peneliti


CURRICULUM VITAE
INDOFOOD RISET NUGRAHA

I. KETERANGAN PENELITI
1. Nama Lengkap : Lalu Rian Mahpuz
2. Tempat Tanggal Lahir : Suradadi, 8 Maret 1994
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Status Pendidikan : Mahasiswa Sarjana Kedokteran Hewan
5. NIM : 611.12.018
6. Jurusan / Fakultas : S1 Kedokteran Hewan
7. Perguruan Tinggi : Nusa Tenggara Barat
8. Alamat Perguruan Tinggi : Jl. Tawak-tawak Karang Sukun, Mataram
Telp. 0370 – 7501065, Fax. 0370 – 7501065
9. Alamat Permanen : Desa Suradadi Kecamatan Lombok Timur
Telp.-, Fax.-
10. E-mail : lalurianmahpuz@yahoo.com
11. Telepon Selluler / HP : 082340705558

II. PENDIDIKAN
No. Tingkat Nama & Tempat Tahun Lulus
1. SD SDN 1 Suradadi 2006
2. SMP SMPN 1 Terara 2009
3. SMA SMA 1 Terara 2012

III. PENGALAMAN
No. Tahun Posisi Keterangan
1. 2014- sekarang Anggota BEM FKH
UNTB
2. 2016- sekarang Ketua KMVP
Ternak Besar
Lampiran 2. Curriculum Vitae Pembimbing

CURRICULUM VITAE
INDOFOOD RISET NUGRAHA

I. KETERANGAN PEMBIMBING
1. Nama Lengkap : drh. Kholik, M.Vet
2. Tempat Tanggal Lahir : Bangkalan, 16 Mei 1978
12. Jenis Kelamin : Laki-laki
13. Status Pendidikan : Mahasiswa Program Doktor FK UNAIR
14. NIDN : 0816057802
15. Jabatan / Golongan : Asisten Ahli/III b
16. Perguruan Tinggi : Nusa Tenggara Barat
17. Alamat Perguruan Tinggi : Jl. Tawak-tawak Karang Sukun, Mataram
Telp. 0370 – 7501065, Fax. 0370 – 7501065
18. Alamat Permanen : Jl. Genggong No.5 Karang Sukun Mataram
19. E-mail : kholiqvet@gmail.com
20. Telepon Selluler / HP : 085931088891

II. PENDIDIKAN
No. Tingkat Jurusan Nama & Tempat Tahun
Perguruan Tinggi Lulus
1 Sarjana Kedokterna Hewan Universitas Airlangga, 2006
Surabaya
2. Profesi Dokter hewan Universitas Airlangga, 2008
Surabaya
3. Magister Ilmu Penyakit dan Universitas Airlangga, 2011
Kesehatan Surabaya
Masyarakat
Veteriner
4. Prog. Doktor Ilmu Kedokteran Universitas Airlangga, 2012-
Surabaya Sekarang
III. PENGALAMAN
No. Tahun Posisi Keterangan
1. 2015- Sekarang Dekan FKH UNTB
2. 2015 - Sekarang Anggota AFKHI
dan PDHI
3. 2015 – Sekarang Anggota Indonesian
One Health
University Network
(INDOHUN)
4. 2006- Sekarang IKA UNAIR

IV. PENELITIAN, PENGHARGAAN DAN PUBLIKASI

PENELITIAN

No. Judul Penelitian Institusi Pemberi Dana Tahun

1. Seroepidemiologi Virus Avian DIKTI 2016


Influenza Subtipe H5n1 Pada
Kalelawar Sebagai Reservoir
Yang Hidup Liar Di Pulau
Lombok

PENGHARGAAN

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

1. Wisudawan Terbaik Fakultas Universitas Airlangga 2011


Kedokteran Hewan
PUBLIKASI

No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal / Volume/


Prosiding Nomor/Tahun

1 Genetic Chracterization of H5N1 Influenza Virus Genes Vol. 44:459–465


Viruses Isolated From Chicken in tahun 2012
Indonesia. (anggota) DOI
10.1007/s11262-
012-0722-0
2. Deteksi Avian Influenza Subtipe H5N1 di Sangkareang Vol.1: 48-533
Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo Mataram tahun 2015
Jawa Timur Dengan Menggunakan Bebek ISSN 2355-9292
Sebagai Sentinel

3. Effect of human H5N1 subtype vaccine on Prosiding Publish on line:


animal laboratory body weight. AGRIS, UPM http://agris.upm.ed
u.my:8080/dspace/
handle/0/5057
Publish on 2013-
12-06
4. Antibody profile of Indonesian strain Prosiding Publish on line:
vaccine and neutralization test against sub- AGRIS, UPM http://agris.upm.ed
cluster H5N1 virus u.my:8080/dspace/h
andle/0/5029.
Publish on 2013-12-
06

5. Isolation and Characterization of CLADE Proceeding in Universitas


2.3.2 H5N1 Avian Influenza Viruses from International YARSI, Jakarta
Ducks in Indonesia in 2012-2013 seminar and Indonesia; 15-16
workshop on April 20
molecular
medicine: From
Basic Science to
Clincal Care. 14

Anda mungkin juga menyukai