Oleh:
PENDAHULUAN
genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan dan bahan aditif
(hormon, antibiotik, dan mineral), serta keadaan stres. Faktor setelah pemotongan
macam otot daging, serta lokasi otot. Pemeriksaan kualitas daging bertujuan untuk
mengetahui kondisi daging yang dijual dipasar tradisonal, mengetahui masa awal
daging. Manfaat dari pemeriksaan ini adalah untuk memberikan informasi tentang
Sample daging yang digunakan pada penilitian kali ini adalah daging ayam
yang dibeli di pasar tradisional sidoarjo dan pasar tradisional dukuh kupang.
pH, pengukuran Driploss, dan pemeriksaan cooking loss. Selain pemeriksaan fisik
daging dilakukan pula pemeriksaan awal pembusukan daging dengan Uji eber,
untuk pengukuran daya ikat air menggunakan metode Grau & Hamm.
Daging ayam dari pasar sidoarjo dan daging ayam dari pasar dukuh
kupang
Cawan petri
Pisau
Reagen eber (1 bagian Hcl pekat, 3 bagian alcohol 96%, dan 1 bagian
eter)
pH meter
Kertas Saring
Tissue
Kantong platik
Timbangan
Panic
Pemanas Bunsen
Pasar di Sidoarjo
yaitu :
Pasar di Sidoarjo
pH1 = 6,7
pH2 = 6,5
6,7+6,5
pH daging ayam = =6,6
2
pH1= 6,6
pH2 = 6,4
6,6+6,4
pH daging ayam = =6,5
2
Pasar di Sidoarjo
Berat daging ayam broiler sebelum proses pemanasan sebesar 80 gram dan
80−71,1
Cooking Loss = × 100 %
80
= 11, 125 %
Berat daging ayam broiler sebelum proses pemanasan sebesar 80 gram dan
= 2,875%
Pasar di Sidoarjo
sekitar daging
2.1.5 Pengukuran Daya Ikat Air Metode Grau dan Hamm
Pasar di Sidoarjo
= 5,3 × 4,8
= 25,44 cm2
= 2 × 2,2
= 4,4 cm2
Maka,
= 21,04 cm2
21,04
Mg H2O = −8,0
0,0984
= 205,82
Pasar Dukuh Kupang Surabaya
= 4,6 × 3,8
= 17,48 cm2
= 2,6 × 2
= 5,2 cm2
Maka,
= 12,28 cm2
12,28
Mg H2O = −8,0
0,0984
= 116,79
BAB III
PEMBAHASAN
dibeli dipasar sidoarjo dan pasar dukuh kupang Surabaya adalah putih kemerahan.
Hal ini berbeda dengan pernyataan Cross (1988) dan Yulistiani (2010) bahwa warna
ayam broiler segar adalah warna putih kekuningan, warna daging ayam disebabkan
Oksimioglobin adalah pigmen penting pada daging segar, pigmen ini hanya terdapat
Warna pada daging ayam akibat pengeluaran darah yang tidak sempurna disebabkan
aktivitas bakteri temperatur, pengeluaran darah yang tidak sempurna. Sesuai dengan
pernyataan Yulistiani (2010) terjadimya warna daging ayam yang lebih gelap
disebabkan oleh aktifitas bakteri dan tegangan oksigen serta temperatur dan
pernyataan Lawrie ( 2003) bahwa warna pada daging ayam juga dapat dipengaruhi
oleh pengeluaran darah yang tidak sempurna yang disebabkan oleh pigmen
Hajrawati dkk., (2016) warna daging unggas juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
masa penyimpanan dan cara penyimpanan yang lama pada suhu ruangan. Masa
akan menimbulkan aroma busuk. Kebusukan akan daging ditandai oleh terbentuknya
Konsistensi lembek dan pada saat ditekan proses kembali ke bentuk semula
sangat lama bahkan dibeberapa bagian daging ayam tidak kembali lagi pada bentuk
semula disebabkan ayam telah mengalami rigor mortis pada saat mati dan telah
adalah 6,6 dan pasar Dukuh Kupang Surabaya adalah 6,5. Menurut Abustam (2009)
pH daging ayam yang normal adalah 5,5 – 5,8 setelah 24 jam disembelih. Sedangkan
menurut Van Laack et al. (2000), yaitu 5.96-6.07. Tetapi, hasil pada pemeriksaan ini
masih lebih rendah dari hasil penelitian Afrianti dkk. (2013), dimana daging ayam
broiler tanpa perlakuan apapun memiliki pH rata-rata 6,79 dalam rentang masa
simpan 6 – 12 jam.
ayam broiler memiliki pH 6,31 pada saat segera setelah pemotongan, kemudian
Bila merujuk pada hasil penelitian tersebut di atas maka daging ayam broiler
dari kedua pasar memiliki kisaran pH yang masih wajar sebagai daging konsumsi
dan daging ayam yang telah lebih dari 10 jam akan memiliki pH di bawah 6.
Nilai pH daging juga dapat mempengaruhi warna daging yang akan terlihat
lebih gelap. Hal ini disebabkan karena kandungan air interaseluler yang tinggi
pasar sidoarjo adalah 11,125% dan daging ayam yang dibeli di pasar dukuh kupang
Suhu dan lama pemanasan mempengaruhi nilai susut daging. Hal ini
disebabkan suhu panas panas dalam air menyebabkan kandungan protein dalam
daging terdegradasi dan terjadi penyusutan berat daging. Penyusutan berat setelah
proses perebusan dapat berkurang atau hilangnya kadar air akibat suhu dan lama
masak rendah mempunyai kualitas yang lebih baik karena kehilangan nutrisi saat
Berdasarkan hasil pemeriksaan dging ayam dari kedua pasar terdapat reaksi
positif yang ditandai dengan bentukan awan putih disekitar daging. Uji eber ini
maka pada uji ini ditandai dengan pengeluaran asap di dinding tabung, dimana rantai
asam amino akan terputus oleh asam kuat (HCl) sehingga akan terbentul gas
Dengan demikian, hasil pemeriksaan sampel daging ayam yang berasal dari
pasar di Sidoarjo dan pasar Dukuh Kupang Surabaya, mulai terdapat awal dari
proses pembusukan yang dapat disebabkan karena tercemarnya daging ayam dari
lingkungan pasar.
Grau dan Hamm, daging ayam yang dibeli di pasar sidoarjo adalah 205, 82 dan
menahan air daging, dan begitu pula sebaliknya. Semakin tinggi jumlah air yang
keluar, maka daya mengikat airnya semakin rendah (Lawrie, 2003). Daya ikat air
juga dipengaruhi oleh pH daging (Alvarado dan McKee, 2007; Allen,et al., 1998) air
yang tertahan di dalam otot meningkat sejalan dengan naiknya pH, walaupun
kenaikannya kecil. faktor yang dapat mempengaruhi daya ikat air daging selain
kelembaban, pelayuan karkas dan aging, tipe otot dan lokasi otot, spesies, umur,
fungsi otot, pakan, dan lemak intramuskuler (Soeparno, 2005). Keberadaan lemak
intramuskular (lemak marbling) menyebabkan longgarnya ikatan mikrostruktur
serabut otot daging sehingga banyak tersedia ruangan bagi protein daging untuk
KESIMPULAN
daging ayam yang berasal dari pasar di Sidoarjo dan pasar dukuh kupang Surabaya
masih memenuhi standart persyaratan mutu. Daging ayam masih aman untuk
dikonsumsi meskipun sudah terdapat tanda awal proses pembusukan tetapi kualitas
Afrianti, M. 2003. Perubahan Warna, Profil Protein dan Mutu Organoleptik Daging
Ayam Broiler setelah direndam dengan Ekstrak Daun Senduduk. J.
Aplikasi Teknologi Pangan.
Cross, H.R. 1998. Carcass Science, Milk sciences, and Technology. J. Elseiver
Science Pulisher. New York.
Deddy Muchtadi dan Nurheni Sri. 1992. Metoda Kimia Biokimia dan Biologi dalam
Evaluasi Nilai Gizi Pangan Olahan. J. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan DirjenPendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi. Institut Pertanian Bogor. 5,25-27.
Hajrawati, Fadilah, Wahyuni dan Arief. 2016. Kualitas Fisik, Mikrobiologis, dan
Organoleptik Daging Ayam Broiler pada Pasar Tradisional. J. Ilmu
Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan Vol. 04 No. 03; 386-389.
Lawrie, R.A. 2003. Ilmu Daging. Edisi 5 Penerjemah Aminuddin Parakkasi. Jakarta :
UI Press.
Nurwanto, 2003. Bahan Ajar Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan.
Universitas Diponegoro, Semarang.
Riyanto, J. 2001. Karakteristik kualitas fisik dan nutrisi daging sapi PO pada
berbagai macam otot. J. Buletin Peternakan. Edisi Tambahan. hlm.
232–240.
Soeparno, 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi keempat. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Suradi, K. 2008. Perubahan Sifat Fisik Daging Ayam Broiler Post Mortem Selama
Penyimpanan Temperatur Ruang. Tesis. Fakultas Peternakan.
Universitas Padjajaran. Bandung.
Van Laack R, Liu C-H, Smith M, Loveday H. 2000. Characteristics of pale, soft,
exudative broiler breast meat. J. Poult Sci. 79(7):1057-1061.
Wibisono, F. J. 2014. Pengujian Kualitas Daging Sapi dan Daging Ayam di Pasar
Dukuh Kupang Barat Kota Surabaya. J. Vitek. ISSN : 97723029.
Yulistiani, R. 2010. Studi Daging Ayam Bangka : Perubahan Organoleptik dan Pola
Pertumbuhan Bakteri. J. Teknologi Pertanian. 11 (1): 27-36.
LAPORAN PRAKTIKUM KESMAVET
Telur merupakan bahan makanan asal ternak yang memiliki nilai gizi tinggi
karena mengandung zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti
protein dengan asam amino yang lengkap, lemak, vitamin, mineral serta memiliki
daya cerna yang cukup tinggi. Penurunan kualitas telur antara lain disebabkan
masuknya mirob perusak kedalam isi telur melalui pori-pori kerabang telur,
menguapnya air dan gas karena pengaruh suhu lingkungan. Kerabang telur
merupakan bagian terluar yang membungkus isi telur dan berfungsi mengurangi
kerusakan fisik maupun biologis, serta dilengkapi dengan pori-pori kulit yang
berguna untuk pertukaran gas. Ketebalan kulit telur dipengaruhi oleh umur ayam,
Tujuan dari pemeriksaan kualitas telur kali ini memiliki tujuan mengetahui
kali ini meliputi pemeriksaan fisik telur dan kualitas isi telur.
pada hari jum’at tanggal 17 juli 2020 mulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan
Telur ayam dari pasar tradional sidoarjo dan pasar tradisional dukuh
kupang
Lempeng kaca
Jangka sorong
Timbangan
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan Telur
A. Keadaan Fisik Telur Ayam
Telur Pasar Sidoarjo Telur Pasar Dukuh
Kupang
Panjang 6,5 cm 6,9 cm
Lebar 5,23 cm 4,52 cm
Berat 6,1 gram 6,94 gram
Warna Coklat Gelap Coklat Terang
Kondisi Kulit Tebal Agak Tipis
Bentuk Bulat Lonjong
Kebesihan Kotor Bersih
Indeks Putih Telur (IPT) = Ketebalan Putih Telur : Garis Tengah Putih Telur
= 0,41 : 3,97
= 0,103 standar IPT rata- rata dan termasuk telur baru
Indeks Putih Telur (IPT) = Ketebalan Putih Telur : Garis Tengah Putih Telur
= 0,62 : 5,03
= 0,123 standar IPT tinggi dan termasuk telur baru
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada telur ayam dari pasar sidoarjo dan dukuh
kupang terdapat perbedaan kualitas telur antara dua pasar tersebut. Pada keadaaan
fisik telur ayam pasar sidoarjo termasuk berat telur yang ekstra yaitu 6,1 gram,
dengan panjang 6,5 cm, lebar 5,23 cm, berwarna coklat gelap, bercangkang tebal
kebersihan kandang pada peternak. Sedangkan keadaaan fisik telur ayam dari pasar
dukuh kupang termasuk berat telur yang jumbo yaitu 6,94 gram, dengan panjang 6,9
cm, lebar 4,52 cm, berwarna coklat terang, bercangkang agak tipis berbentuk lonjong
dan kebersihan telurnya bersih. Ini menandakan keadaan fisik telurnya baik.
Pada kualitas isi telur ayam dari pasar sidoarjo ukuran kantong udara lebih
besar dibandingkan dengan ukuran kantong udara telur ayam dari pasar dukuh
kupang. Hal ini terjadi bisa karena telur ayam dari pasar sidoarjo sudah sedikit lama
Untuk menentukan kesegaran dan mutu isi telur maka perlu dilakukan
pemeriksaan Indeks Kuning Telur (IKT), Indeks Putih Telur (IPT) dan Haugh Unit
(HU). Berdasarkan SNI telur ayam konsumsi telur yang baru mempunyai IKT antara
0,33 dan 0,52 dengan rata-rata 0,42, dan mempunyai IPT antara 0,050 dan 0,174
dengan angka normal 0,090 dan 0,120. Menurut SNI (2008) telur ayam konsumsi
dibedakan atas Mutu I, memiliki nilai HU >72, Mutu II, memiliki nilai HU 62-72,
dan Mutu III, memiliki nilai HU < 60. Pada telur ayam dari pasar sidoarjo
mempunyai IKT 0,34 dan IPT 0,103 ini termasuk pada standar rata- rata kesegaran
telur. Selain itu mempunyai nilai HU 96,82 yang artinya telur ayam dari pasar
sidoarjo bermutu baik dan layak dikonsumsi. Sedangkan telur ayam dari pasar dukuh
kupang mempunyai IKT 0,87 dan IPT 0,123 ini termasuk pada standar IKT dan IPT
yang tinggi. Selain itu mempunyai nilai HU 105 yang artinya telur ayam dari pasar
KESIMPULAN
Telur ayam dari pasar sidoarjo kualitas dan mutu telurnya lebih rendah dari
telur ayam dukuh kupang tetapi masih sama-sama layak untuk dikonsumsi
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Susu segar merupakan cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih,
yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak
dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun
kecuali pendinginan. Kualitas atau mutu susu merupakan bagian penting dalam
produksi dan perdagangan susu, derajat mutu susu hanya dapat dipertahanakan
selama waktu tertentu, yang selanjutnya akan mengalami penurunan dan berakhir
dengan kerusakan susu. Untuk mengukur derajat mutu susu dapat dilakukan
beberapa uji. Tujuan dari pemeriksaan susu ialah unutk mengetahui kuliatas susu
Pemeriksaan susu yang dilakukan kali ini pemeriksaan keadaan susu yang
meliputi uji organoleptic, uji Kebersihan, uji didih, uji alcohol, penetapan berat jenis
susu, pemeriksaan enzymatic dengan melakukan uji redutkase dan uji katalase.
Pemeriksaan susunan susu meliputi uji kadar lemak dengan metode gerber,
penetapan bahan kering tanpa lemak (BKTL), dan penetapan kadar protein dengan
metode formol. Serta untuk pemeriksaan pemalsuan susu meliputi uji conradi dan uji
melihat adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi serta pemeriksaan metode Total
simo dan pedagang kaki lima di sepanjang jalan wonocolo. Praktikum pemeriksaan
Kusuma Surabaya pada hari selasa tanggal 21 juli 2020 mulai dari pukul 08.00 WIB
sampai dengan pukul 14.00 WIB Alat dan bahan yang digunakan antara lain :
b. Alat
thermometer
Metode TPC : cawan petri, media NA, tabung reaksi, rak tabung
reaksi, bunsen
Metode MPN : media MC Conkey Broth, Bunsen, Erlenmeyer,
tabung reaksi
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
PEMERIKSAAN KEADAAN SUSU WONOCOLO
A. Pemeriksaan Organoleptis
1. A. Uji Warna, Bau, Rasa dan Kekentalan Susu dari Daerah Wonocolo
1. B. Uji Warna, Bau, Rasa dan Kekentalan Susu dari Daerah Simo
Pada saringan saat setelah diuji, terlihat butir-butir putih dan bitnik-bintik
hitam seperti debu, ini menandakan hasil Positif bahwa Kebersihan yang kurang
dijaga saat pengolahan susu.
2.B. Uji Kebersihan Susu dari Daerah Simo
Pada sampel susu sapi segar kedai simo
terdapat sedikit gumpalan kotoran.
Hasil dari uji ini terlihat ketika susu dipanaskan sampai mendidih tidak
tampak gumpalan maka hasil dinyatakan Negatif.
B. Uji Didih Susu dari Daerah Simo
Pada sampel susu sapi segar
kedai simo hasil negatif
karena susu tidak
menggumpal
C. Penetapan Berat Jenis Susu dari
Daerah Wonocolo
Pada sampel susu sapi segar kedai simo menjadi warna putih pada jam ke 2,
memiliki nilai 2.
BKTL = 7,5=8,63
–0 =6,92
= 7,5BKTL = BK - L BKTL = BK - L
=6,92-1,43
=8,63-0 Protein Susu dengan Metode Formol
C. Penetapan Kadar
=8,63 =5,62
Hasil Uji Susu daerah Wonocolo dengan penilaian yang dilakukan adalah
reaksi Negatif dikarenakan hasik uji berwarna Kuning atau tidak ada
perubahan sama sekali.
2. Uji Conradi Susu Daerah Simo
Hasil Uji Susu daerah simo menunjukkn reaksi Negatif karena hasil uji yang
ditunjukkan berwarna kuning atau tidak ada perubahan sama sekali.
Dari hasil uji Susu daerah Wonocolo ini memiliki Penilaian akhir yaitu
berwarna Kuning ini menandakan tidak ada Amilum.
2. Uji Lugol Susu Daerah Simo
Uji lugol pada susu dari daerah simo menunjukkan warna kuning atau
negative yang berarti tidak ada nya kandungan amilum didalam susu.
II. PEMERIKSAAN PENGAWETAN SUSU
BAB III
A. PEMERIKSAAN ORGANOLEPTIS
Hasil uji organoleptis menunjukkan susu memiliki warna putih dengan bau
amis dan rasa yang hambar disertai kekentalan yang normal. Menurut Anindita
dan Soyi (2017) mengatakan bahwa ciri khas susu yang baik dan normal adalah
susu yang memiliki warna kolostrum yaitu putih kekuningan i. Salah satu syarat
mutu susu segar menurut Badan Standarisasi Nasional (2011) adalah memiliki
warna, bau, rasa, dan kekentalan yang tidak berubahii. Anindita dan Soyi (2017)
juga menyatakan susu segar memiliki aroma khas yang dihasilkan karena
adanya lemak – lemak dalam susu. Oleh karena itu susu yang didapat di
Wonocolo sudah memenuhi standar susu segar. Perbedaan yang terlihat dari
susu segar wonocolo dan susu segar simo yaitu pada kekentalan yang mana susu
B. PEMERIKSAAN KEBERSIHAN
saring, begitupula pada susu dari daeah simo menunjukkan adanya gumpalan
kotoran berwarna putih pada kertas saring. Kebersihan diperlukan untuk
menjaga kualitas susu karena kondisi yang tidak bersih dapat mendukung
pertumbuhan bakteri dan mnurunkan kualitas susu (Anindita dan Soyi, 2017).
C. PEMERIKSAAN pH
Hasil pemeriksaan susu pada daerah Simo adalah 6,7 sedangkan pada
susu segar adalah 6,3 – 6,8. Oleh karena itu kedua susu memenuhi standar pH.
Hasil pemeriksaan uji didih tidak menunjukkan adanya gumpalan ketika susu
dididihkan. Uji didih dikatakan negatif ketika tidak ditemukan gumpalan pada
Soyi, 2017). Sehingga uji didih pada susu yang di dapat dari Wonocolo memiliki
nilai negatif yang menunjukkan kasein susu yang stabil, hasil yang sama
sedangkan susu Simo memiliki kadar lemak 1,8%. Menurut Badan Standarisasi
Nasional (2011) syarat mutu susu segar memiliki kandungan lemak minimum
3,0%. Oleh karena itu susu dari Wonocolo dan Simo memiliki kadar lemak yang
rendah sehingga kemungkinan harga jual sangat rendah. Seperti yang dikatakan
Anindita dan Soyi (2017) pada penelitiannya bahwa lemak susu dapat
Hasil pemeriksaan kadar protein susu Wonocolo dan daeah simo bernilai 3,66%
dan kasein 3,26%. Nilai yang dihasilkan sama karena penggunaan titrasi blanko
dan titrasi kedua adalah sama. Menurut Badan Standarisasi Nasional (2011) nilai
protein minimum pada syarat mutu susu segar sebesar 2,8%. Kasein pada susu
memiliki proporsi sebesar 80% (Rachma, 2017). Hal ini menunjukan kandungan
protein dan kasein pada susu yang diperiksa sangat cukup. Penurunan protein
Menurut Anindita dan Soyi (2017), kandungan yang terlarut didalam susu
dimana semakin banyak senyawa yang terdapat dalam susu maka berat jenis
susu akan meningkat. Hal ini menyatakan bahwa susu yang diperiksa
nilai BJ yang melebihi nilai syarat mutu. Namun nilai protein dan lemak yang
Hasil perhitungan Bahan Kering Tanpa Lemak susu wonocolo adalah 7,5% dan
susu daerah simo adalah 5,62%. Menurut Badan Standarisasi Nasional (2011),
syarat mutu susu segar memiliki kadar BKTL minimum 7,8%. Hal ini
menunjukkan adanya penurunan nilai BKTL pada susu yang diperoleh dari
dan produk lain dapat merubah dan merusak laktosa, protein, dan kandungan
lainnya, sehingga konsentrasi BK dan BKTL turun (Wulandari, 2012) iii. Hal ini
Hasil pemeriksaan metode Condradi pada susu daerah wonocolo dan susu
daerah simo menunjukkan hasil negatif yang berarti tidak ada penambahan
storch pada susu. Uji Condradi merupakan uji pada susu segar untuk mendeteksi
adanya penambahan gula pada susu (Wulandari, 2012). Oleh karena itu nilai
negatif menunjukkan bahwa tidak ada penambahan gula pada susu Wonocolo
Hasil pemeriksaan uji lugol pada susu daerah wonocolo dan susu daerah simo
(Wulandari 2012). Oleh karena itu, susu yang diperoleh dari Wonocolo dan
memperbanyak volume susu yang akan dijual, sehingga susu tampak terlihat
lebih banyak, selain itu Penambahan amilum akan mengurangi persentase lemak
susu dan protein susu yang berperan penting dalam pembuatan keju (Wulandari,
2012).
Hasil pemeriksaan kedua sampel susu menunjukkan hasil negative, yang berarti susu
daerah wonocolo maupun daerah simo tidak ditemukan adanya larutan pengawet
campuran 3 ml. susu dan 3 ml. aquadest. Reaksi positif terlihat warna violet dan
reaksi negatip terjadi perubahan warna hijau atau kehijauan yang lama kelamaan
PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGIS
Hasil uji reductase susu wonocolo menujukkan nilai 4 dan susu simo
menunjukkan nilai 2, perubahan warna metilen biru yang terjadi setelah 2 jam
Reduksi biru metilen didasarkan pada kemampuan bakteri didalam susu untuk
kekuatan oksidasi-reduksi dari campuran tersebut, oleh karena itu semakin lama
hhilang maka semakin sedikit kandungan bakterinya sehingga kualitas susu
dan pada susu simo menunjukkan hasil 0,5 ml. Susu dikatakan baik jika volume
gas O2 yang terkumpul maksimal 3 mL (Nababan dkk 2015) iv. Susu yang
terkumpul tidak mencapai lebih dari 3 mL. Selama penyimpanan, bakteri yang
reduksi hidrogen peroksida menjadi air dan membebaskan gas oksigen selama
penyimpanan (Nababan dkk, 2015). Oleh karena itu, semakin banyak gas O2
C. PEMERIKSAAN TPC
D. PEMERIKSAAN MPN
Hasil penanaman bakteri MPN menunjukkan 5-5-5 tabung bereaksi positif,
maksimum MPN adalah 40/mL. Oleh karena itu, susu Wonocolo memenuhi
standar mutu. Hasil pada susu simo menunjukkan hasil perubahan warna pada
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil uji coba yang kami lakukan susu yang berasal dari simo memiliki
kualitas yang lebih rendah jika dibandingan dengan susu yang berasal dari
wonocolo, hal ini dapat dilihat dari beberapa hasil uji coba yang kami lakukan
dimana susu yang bersal dari simo memiiki kekentalan yang lebih cair, dari hasil
dan memiliki nilai pH yang lebih kecil dari susu yang berasal dari daerah
wonocolo, pada pemeriksaan mikrobiologi juga susu yang berasal dari simo
memiliki jumlah cemaran bakteri e.coli yang lebih besar jika di bandingkan
dengan susu yang berasal dari wonocolo hal ini dapat dilihat dari uji emba yang
menunjukan adanya wana hijau metalik yang lebih banyak jika dibandingkan
dengan hasil inokulasi yang berasal dari wonocolo. Jadi susu dari wonocolo dan
simo masih layak dikonsumsi karena masih dibawah nilai SNI susu.
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Ns Dan Soyi Ds, 2017, Studi Kasus: Pengawasan Kualitas Panga Hewani
Melalui Pengujian Kualitas Susu Sapi Yang Beredar Di Kota Yogyakarta.
Jurnal Peternakan Indonesia. Vol 19, No. 2, Hal 96 -105.
Rachma Fy, 2017. Evaluasi Kandungan Nutrien Susu Sapi Yang Difiltrasi
Menggunakan Teknologi Membran Ultrafiltrasi Polyethersulfone Dengan
Konsentrasi Polimer Dan Lama Waktu Filtrasi Berbeda. Fak. Peternakan
Undip. Semarang
Putri E. 2016. Kualitas Protein Susu Sapi Segar Berdasarkan Waktu Penyimpanan.
Chempublish Journal. Vol 1 N0. 2, Hal 14-20.
Susilawati T, Abduh Sbm, Mulyani S. 2013. Reduksi Bakteri Dan Biru Metilen,
Serta Perubahan Intensitas Pencoklatan Dan Ph Susu Akibat Pemanasan Pada
Suhu 80°C Dalam Periode Yang Bervariasi. Animal Agriculture Journal Vol 2
No 3 Hal 123-131 : Http://Ejournal-S1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Aaj
Nababan M, Suada Ik, Swacita Ibn. 2015kualitas Susu Segar Pada Penyimpanan
Suhu Ruang Ditinjau Dari Uji Alkohol, Derajat Keasaman Dan Angka
Katalase, Indonesia Medicus Veterinus, Vol 4 No. 4 Hal 374-382.
Lampiran
i
Anindita NS dan Soyi DS, 2017, Studi kasus: Pengawasan Kualitas Panga hewani melalui pengujian kualitas susu sapi
yang beredar di kota Yogyakarta. Jurnal peternakan Indonesia. Vol 19, No. 2, hal 96 -105.
ii
Badan Standardisasi Nasional. 2011. Standar nasional Indonesia susu segar. Bagian 1-Sapi SNI- 3141.1-2011. Badan
Standardisasi Nasional, Jakarta. www.bsn.go.id.
iii
Wulandari F. 2012. KOMPOSISI, KESEGARAN, DAN DUGAAN PEMALSUAN SUSU SEGAR SEBAGAI BAHAN DASAR KEJU
PADA INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU (IPS). FKH IPB. Bogor
iv