Anda di halaman 1dari 39

EVALUASI PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE

KAMBING PERAH DI CORDERO FARM KABUPATEN


BOGOR

YAN UMBARAN HARAHAP

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Penerapan


Good Dairy Farming Practice di Cordero Farm Kabupaten Bogor adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2016

Yan Umbaran Harahap


NIM D14100050
ABSTRAK
YAN UMBARAN HARAHAP. Evaluasi Penerapan Good Dairy Farming
Practice di Cordero Farm Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh LUCIA CYRILLA
ENSD dan SIGID PRABOWO

Peternakan kambing perah merupakan salah satu sub sektor peternakan yang
dapat membantu memenuhi gizi masyarakat. Produksi susu untuk memenuhi
kebutuhan susu nasional masih belum optimal. Perlu peningkatan produktivitas
pemeliharaan ternak dengan menggunakan Good Dairy Farming Practice. Tujuan
penelitian adalah Evaluasi Good Dairy Farming Practice (GDFP) Kambing
Perah di Cordero Farm. Penelitian dilakukan dengan metode survei di Cordero
Farm, kabupaten Bogor pada bulan November sampai Desember 2015. Alat yang
digunakan mengambil data adalah kuisioner. Teknik yang digunakan yaitu
wawancara. Data yang diperoleh dianalisis deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkkan rata-rata penerapan Good Dairy Farming Practices (GDFP) aspek
pemeliharaan di Cordero farm sebesar 2.73±0.40 termasuk dalam kategori cukup,
bagian aspek pembibitan dan reproduksi hasil rata-rata yang diperoleh sebesar
2.14±0.90 termasuk kategori cukup, aspek manajemen pakan dan air minum nilai
rata-rata 2.56±1.13 kategori cukup, nilai rata-rata bagian aspek pengelolaan
3.25±0.71 termasuk kategori baik, pada aspek kandang dan peralatan rata-ratanya
2.83±0.75 dapat dikategorikan cukup, aspek kesehatan ternak rata-rata yang
didapat sebesar 2.67±0.58. Cordero farm perlu peningkatan manajemen
pemeliharaan pada aspek pembibitan dan reproduksi ternak, manajemen pakan
dan air minum, kandang dan peralatan serta kesehatan ternak yang lebih baik.

Kata kunci: Cordero farm, GDFP, kambing perah

ABSTRACT
YAN UMBARAN HARAHAP. Evaluation of Good Dairy Farming Practice
Dairy Goat in Cordero Farm Bogor District. Supervised by LUCIA CYRILLA
ENSD and SIGID PRABOWO.

Dairy goat farm is one of the livestock sub-sector that support to supply the
national milk demand. The increasing productivity of management with Good
Dairy Farming Practice is being very important. The research objective was to
evaluate the Good Dairy Farming Practice at Cordero Goat Dairy Farm. This
study was conducted in Cordero Farm Bogor district on November to Desember
2015. The data was obtained by questioner. Direct interview with the farming
manager was used. The data was analyzed with descriptive analysis. The result
showed that the average value of GDFP in Cordero Farm such as breeding and
reproductive, feed management system, processing, house and equipmen aspects
and animal health were 2.73±0.40 (adequate), 2.14±0.90 (adequate), 2.56±1.13
(adequate), 3.25±0.71 (good), 2.83±0.75 (adequate), 2.67±0.58 (adequate)
respectively. Accordingly to GDFP evaluation result the higest achievement was
processing and the lowest was breeding and reproductive. Cordero farm need to
improve the management system as well as breeding and reproductive, feed
management, housing and equipment, and animal health.

Key words: Cordero farm, dairy goat, GDFP


EVALUASI PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE
KAMBING PERAH DI CORDERO FARM KABUPATEN
BOGOR

YAN UMBARAN HARAHAP

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Judul Skripsi : Evaluasi Penerapan Good Dairy Farming Kambing Perah di
Cordero Farm Kabupaten Bogor
Nama : Yan Umbaran Harahap
NIM : D14100050

Disetujui oleh

Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi Sigid Prabowo, SPt MSc


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Irma Isnafia Arief, SPt MSi


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Evaluasi Penerapan Good
Dairy Farming Practice Kambing Perah di Cordero Farm Kabupaten Bogor”
berhasil diselesaikan. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan sejak bulan November
sampai Desember 2015 di Cordero Farm di Kampung Sinarwangi, Desa Sukajaya,
Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi dan Sigid
Prabowo, Spt MSc atas bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan. Terima
kasih kepada Ayahanda Ali Akbar Harahap, Ibunda Murniati Pulungan, kakak
Uun Fauziah Harahap, dan serta seluruh keluarga atas setiap dukungan terbaik
yang diberikan sejak lahir sampai menyelesaikan study ini. Ungkapan terima
kasih juga ditujukan kepada Yenni Rambe, kakak dani, bang Fuad, Ade, Novita
Ikatan Mahasiswa Tapanuli Selatan (IMATAPSEL) Bogor dan teman-teman IPTP
47 untuk semangat, bantuan, dan kerja samanya. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.

Bogor, Juli 2016

Yan Umbaran Harahap


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN v
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Ruang Lingkup Penelitian 1
METODE 2
Lokasi dan waktu penelitian 2
Materi 2
Prosedur Analisis Data 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 3
Keadaan Umum Lokasi Penelitian 3
Manajemen Pemeliharaan Kambing Perah 3
Pembibitan dan Reproduksi 4
Manajemen Pakan dan Air minum 5
Pengelolaan 7
Kandang dan Peralatan 8
Kesehatan Ternak 10
SIMPULAN DAN SARAN 11
DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 12
RIWAYAT HIDUP 22
DAFTAR GAMBAR

1 Hasil evaluasi GDFP Cordero Farm 3


2 Hasil evaluasi GDFP pada aspek pembibitan dan reproduksi 4
3 Hasil evaluasi GDFP pada aspek manajemen pakan dan air minum 6
4 Hasil evaluasi GDFP pada aspek pengelolaan 7
5 Hasil evaluasi GDFP pada aspek kandang dan peralatan 9
6 Hasil evaluasi GDFP pada aspek kesehatan ternak 10
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Susu merupakan protein hewani yang dihasilkan oleh hewan ternak jenis
mamalia. Di Indonesia, terdapat beberapa jenis ternak yang telah diusahakan
sebagai penghasil susu, yaitu sapi, kambing, kerbau dan kuda. Berdasarkan data
dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (2014), konsumsi susu
masyarakat Indonesia masih terbilang rendah atau kisaran 11.09 L kapita-1 tahun-1
dibandingkan sejumlah negara di ASEAN yang telah mencapai sekitar 20 L
kapita-1 tahun-1. Pemerintah Indonesia berupaya melakukan sosialisasi tentang
pentingnya susu sebagai sumber protein hewani yang sangat diperlukan untuk
tubuh dalam meningkatkan konsumsi susu dengan menggiatkan gaya hidup sehat
dengan pola makan 4 sehat 5 sempurna.
Salah satu diversifikasi ternak perah yang dapat dikembangkan selain sapi
sebagai upaya peningkatan produksi susu nasional adalah kambing. Cukup
relevan untuk diusahakan di Indonesia bahwa adanya peningkatan populasi hewan
kambing setiap tahunnya. Potensi besarnya jumlah hewan kambing ini merupakan
modal yang sangat membantu dalam usaha peningkatan produksi susu nasional
walaupun harus diakui bahwa hanya jenis kambing tertentu yang sangat baik
dalam menghasilkan susu. Adapun jenis tersebut adalah seperti kambing
Peranakan Etawah (PE), Etawah dan Saanen. Usaha diversifikasi ini tentunya
akan berhasil jika dilakukan secara profesional sehingga produktifitas susu yang
dihasilkan dapat optimal. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan pedoman
budidaya ternak kambing perah yang baik (Good Dairy Farming Practices).
Good Dairy Farming Practice menurut Direktorat Jenderal Peternakan
(1983) merupakan cara beternak yang baik dan benar, maka terdapat 5 bagian
besar yang perlu diperhatikan dan dipenuhi yaitu pembibitan dan reproduksi,
manajemen pakan dan air minum, pengelolaan, kandang dan peralatan, serta
kesehatan ternak.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi Good Dairy Farming Practice


kambing perah Peternakan Cordero Farm Kabupaten Bogor.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah studi kasus di Cordero Farm Kecamatan
Taman Sari, Kabupaten Bogor. Aspek Good Dairy Farming Practice (GDFP)
yang diamati berdasarkan Direktorat Jenderal Peternakan (1983) yaitu pembibitan
dan reproduksi, manajemen pakan dan air minum, pengelolaan, kandang dan
peralatan, serta kesehatan ternak yang telah dimodifikasi.
2

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data dilaksanakan pada bulan November sampai dengan


Desember 2015. Penelitian dilaksanakan di Cordero Farm yang terletak di
Kampung Sinarwangi, Desa Sukajaya, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat.

Materi

Responden dalam penelitian ini adalah kepala kandang Cordero Farm.


Materi yang digunakan meliputi kuisioner, kamera untuk dokumentasi, dan alat
tulis.

Prosedur

Penelitian dilaksanakan di peternakan Cordero Farm Desa Sukajaya


Kabupaten Bogor dengan melakukan wawancara dan pengamatan langsung
berpedoman pada kuisioner yang telah disiapkan. Aspek yang diamati yaitu:
pembibitan dan reproduksi, pakan dan air minum, pengelolaan, kandang dan
peralatan, serta kesehatan ternak. Aspek penerapan yaitu menentukan performa
pelaksanaan GDFP.

Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif


digunakan untuk menggambarkan keadaan atau kondisi peternakan Cordero Farm
di Kampung Sinarwangi, Desa Sukajaya, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Data yang diperoleh dengan kuisioner disimpulkan sesuai
poin-poin yang telah disusun dan diberi skor 4, 3, 2, 1, 0. Nilai yang didapat dari
setiap aspek kemudian dirata-ratakan. Hasil evaluasi aspek GDFP kemudian
diberi nilai mutu dengan penjabaran sebagai berikut:
1. Jika nilai rata-rata 0.00 – 0.50 maka nilai mutu yang diberikan adalah 0,
artinya penerapan GDFP di peternakan tersebut sangat buruk;
2. Jika nilai rata-rata 0.51 – 1.00 maka nilai mutu yang diberikan adalah 1,
artinya penerapan GDFP di peternakan tersebut buruk;
3. Jika nilai rata-rata 1.01 – 2.00 maka nilai mutu yang diberikan adalah 2,
artinya penerapan GDFP di peternakan tersebut kurang baik;
4. Jika nilai rata-rata 2.01 – 3.00 maka nilai mutu yang diberikan adalah 3,
artinya penerapan GDFP di peternakan tersebut cukup baik; dan
5. Jika nilai rata-rata 3.01 – 4.00 maka nilai mutu yang diberikan adalah 4,
artinya penerapan GDFP di peternakan tersebut baik (Andriyadi 2012).
3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Peternakan kambing perah Cordero merupakan peternakan kambing perah


yang dimiliki oleh 2 orang yaitu Bapak Sauqi Marsyal dan Bapak Akhmad
Firmansyah. Peternakan Cordero dirintis dari tahun 2007 dengan latar belakang
hobi dari para pemilik dalam memelihara ternak. Bapak Sauki Marsyal dan Bapak
Akhmad Firmansyah telah melakukan usaha sejenis dari tahun 2006 sampai 2007
yang bertempat di Nambo, karena manajemen dan penanganan terhadap kambing
yang kurang baik mengakibatkan terjadinya kerugian.
Peternakan Cordero terletak di Desa Sukajaya, Kecamatan Tamansari,
Kabupaten Bogor. Luas areal peternakan Cordero sekitar 1.5 ha terdiri atas lahan
rumput 8 000 m2 dan sisanya adalah bangunan kandang, tempat tinggal dan
kandang sapi. Sistem perkandangan yang diterapkan Cordero adalah kandang
koloni yang diisi sekitar 3-4 ekor kambing per kandang.

Manajemen Pemeliharaan Kambing Perah

Pencapaian keberhasilan peternakan kambing perah dapat dilihat dari


pengetahuan dan keterampilan teknis beternak kambing perah di Cordero Farm.
Pengetahuan terhadap aspek teknis beternak kambing perah meliputi 5 aspek yaitu
pembibitan dan reproduksi, manajemen pakan dan air minum, pengelolaan,
kandang dan peralatan, serta kesehatan ternak. Hasil pengamatan terkait
pengetahuan dan keterampilan peternakan cordero farm untuk ke-5 aspek
ditampilkan pada Gambar 1.

3.5
3
2.5
Nilai GDFP

2
1.5
1
0.5
0
Bibit dan Manajemen Pengelolaan Kandang dan Kesehatan
Reproduksi pakan dan air peralatan ternak
minum
Faktor penentu

Gambar 1 Hasil evaluasi GDFP Cordero Farm

Gambar 1 menunjukan bahwa hasil evaluasi GDFP pada Cordero Farm


menghasilkan nilai rerata 2.73±0.40 termasuk dalam kategori cukup. Penerapan
4

aspek pemeliharaan yang tertinggi pada Cordero Farm adalah aspek pengelolaan
yang menghasilkan nilai 3.25±0.71 dan yang terendah adalah aspek bibit dan
reproduksi dengan skor 2.14±0.90. Capaian nilai aspek yang berbeda disebabkan
kurang perhatiannya upaya yang dilakukan oleh peternak di Cordero. Untuk lebih
jelasnya pada masing-masing aspek dijelaskan di bawah ini:

Pembibitan dan Reproduksi


Hasil evaluasi GDFP terhadap pembibitan dan reproduksi dapat dilihat dari
Gambar 2. Pembibitan dan reproduksi di cordero farm memiliki kategori cukup.
Cordero Farm memiliki tenaga kerja terampil dan terlatih dalam pengetahuan
mendeteksi birahi pada kambing perah dan cara pengawinan dilakukan secara
alami dengan pejantan unggul dan produktif.
3.5
3
Nilai GDFP

2.5
2
1.5
1
0.5
0

Faktor penentu

Gambar 2 Hasil evaluasi GDFP pada aspek pembibitan dan reproduksi

Gambar 2 menunjukan bahwa hasil evaluasi GDFP pada Cordero Farm


2.14±0.90 termasuk dalam kategori cukup. Penerapan sub aspek yang tertinggi
pada Cordero Farm adalah pengetahuan birahi, saat kawin setelah beranak,
interval beranak dan terendah adalah bangsa kambing yang dipelihara, cara seleksi,
cara kawin, dan umur beranak.
Kondisi sub aspek pengetahuan birahi menduduki peringkat teratas
termasuk dalam kategori baik, yaitu pengetahuan birahi pada kambing terjadi
gelisah dan diam bila dinaiki oleh pejantan. Hal ini didukung oleh Prabowo
(2010) dengan adanya tanda-tanda birahi pada kambing betina adalah gelisah, alat
kelamin bagian luar bengkak, basah, merah dan hangat, ekor digerak-gerakan,
diam bila dinaiki oleh pejantan serta nafsu makan berkurang.
Sub aspek saat kawin setelah beranak masuk dalam kategori baik, yaitu
dilakukan perkawinan 91-120 hari setalah beranak, kambing akan mengalami fase
laktasi yang berlangsung lebih kurang 3-6 bulan, selama laktasi aktivasi seksual
rendah dan birahi muncul sekitar 2-3 bulan setelah beranak. Sebaiknya
perkawinan dilakukan pada birahi kedua sehingga perkawinan 3 bulan setelah
beranak, maka ternak akan beranak setiap 8 bulan atau 3 kali beranak dalam 2
tahun (Sutama 2007).
Daya reproduksi ternak sangat dipengaruhi selang beranak atau calving
interval. Calving interval dipengaruhi oleh waktu untuk kawin setelah beranak,
5

deteksi birahi, dan faktor makan. Interval beranak Cordero Farm berjarak 9-11
bulan. Sutama (2007) menyatakan bahwa jarak beranak yang baik adalah setiap 8
bulan. Calving interval lebih dari 8 bulan akan menyebabkan produksi susu turun.
Cordero Farm memelihara kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing
Peranakan Etawah merupakan kambing silangan penghasil susu dan daging atau
dwiguna (Davendra dan Burn 1994). Kambing Peranakan Etawah (PE)
merupakan hasil persilangan grading up antara kambing kacang dengan kambing
etawah (Atabany 2001). Produksi susu kambing PE harian yang diteliti oleh
Atabany di peternakan kambing Barokah dan PT Taurus Dairy Farm sebesar 0.99
jika dibandingkan dengan produksi susu kambing saanen sebesar 1.29 kg per ekor
per hari, karena kambing saanen merupakan bangsa kambing tipe perah,
sedangkan kambing PE merupakan tipe dwiguna, sehingga kurang baik
menggunakan kambing PE untuk memaksimalkan produksi susu di Cordero Farm.
Bagian sub aspek cara seleksi termasuk dalam kategori kurang baik, cara
seleksi yang dilakukan di Cordero dengan melihat bentuk luar dari kambing yang
akan dijadikan pembibitan, kambing yang didapat dari Pasar Kaligesing sehingga
tidak ada pencatatan tentang kambing yang akan dijadikan sebagai pembibitan.
Menurut SNI 7352-2008 catatan mengenai asal usul keturunan ternak yang
meliputi nama, nomor, dan performa dari ternak dan tetuanya. Jika dilihat dari
spesifikasi umum yang akan memenuhi standar mutunya adalah telinga panjang,
ada kombinasi warna (putih-hitam atau putih-coklat), bulu rewos/gembyeng/surai
menggantung terkulai, sedangkan spesifikasi khusus yaitu sehat dan bebas dari
penyakit hewan menular, tidak cacat fisik, bebas dari cacat alat reproduksi dan
tidak memiliki silsilah keturunan yang cacat secara genetik.
Kategori untuk cara kawin yaitu cukup, Cordero melakukan perkawinan
ternak dengan pejantan unggul dan produktif karena lebih praktis dan serta
munculnya kebuntingan lebih banyak, sedangkan dengan IB tidak pernah dipakai
karena tingkat keberhasilan kebuntingan tidak banyak terjadi. Kelemahan IB
adalah inbreeding, memiliki potensi yang besar dalam tidak akurasi perkawinan
dan tingkat kebuntingan rendah (Apriliast 2007).
Sub aspek umur beranak pertama kali di Cordero yaitu 23-24 bulan. umur
pertama kali dikawinkan di Cordero Farm antara 12-18 bulan. Umur beranak
dipengaruhi oleh pencapaian dewasa kelamin, dewasa tubuh pada kambing dara
dan berhubungan dengan kandungan nutrisi pada pakan yang dikonsumsi.
Pertama estrus bervariasi 6-12 bulan. Perkawinan pertama sebaiknya dilakukan
setelah mencapai umur 12-15 bulan (Sutama 2007).

Manajemen Pakan dan Air Minum


Berdasarkan hasil evaluasi GDFP terhadap aspek makanan ternak pada
Gambar 3, secara umum Cordero Farm cukup baik. Capaian masing-masing sub
aspek makanan ternak beberapa masih belum sesuai harapan. Sub aspek yang
kurang penerapannya adalah kualitas hijauan, cara pemberian, frekuensi
pemberian konsentrat, dan pemberian air minum.
6

4.5
4
3.5

Nilai GDFP
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0

Faktor penentu

Gambar 3 Hasil evaluasi GDFP pada aspek Pakan dan Air minum

Gambar 3 menunjukan bahwa hasil evaluasi GDFP pada Cordero Farm


menghasilkan nilai rerata 2.56±1.13 termasuk dalam kategori cukup baik.
Penerapan sub aspek yang tertinggi adalah cara pemberian pakan hijauan, jumlah
pemberian hijauan, jumlah pemberian konsentrat, kualitas konsentrat, dan
frekuensi pemberian serta yang terendah adalah cara pemberian konsentrat, air
minum, kualitas hijauan dan frekuensi pemberian hijauan.
Sub aspek cara pemberian pakan hijauan sudah benar atau termasuk dalam
kategori baik, dimana setelah pemerahan diberikan pakan hijauan agar pada saat
pemerahan tidak terkontaminasi oleh bau yang dikeluarkan oleh hijauan
sedangkan menurut Sutama (2007) pada saat pemerahan tempat pakan diisi pakan
konsentrat atau hijuan.
Jumlah pemberian pakan hijauan termasuk dalam kategori baik. Hijuan yang
diberikan cukup dengan frekuensi 1 kali sehari. Hijauan yang diberikan biasanya
berupa (rumput gajah dan rumput lapang). Konsumsi hijauan kambing yang
diberikan sekitar 3-4 kg ekor-1 hari-1. Kambing bunting atau laktasi memerlukan
jumlah pakan hijauan yang berlebih (ad libitum) agar produksi susu tinggi
(Sutama 2007).
Sub aspek cara pemberian konsentrat di Cordero Farm kurang baik bahwa
pemberian dilakukan tidak teratur terkadang diberi setelah pemerahan dan
sebelum pemerahan. Menurut Siregar (1992) konsentrat ada yang diberikan
sesudah pemerahan dan ada pula yang diberikan sebelum pemerahan. Hijauan
diberikan setelah setiap pemberian konsentrat. Sistem pemberian pakan perlu pula
diperhatikan pada pemberian konsentrat dan hijauan harus diatur dalam suatu
sistem yang mampu memberikan tingkat kecernaan bahan makanan yang lebih
baik. Pemberian konsentrat yang hampir bersamaan waktunya dengan pemberian
hijauan berakibat pada menurunnya kecernaan bahan kering dan bahan organik
pakan.
Salah satu faktor terpenting adalah pemberian air minum. Kebutuhan air
semakin meningkat pada kambing yang sedang laktasi. Air diperlukan untuk
memproduksi susu yang mengandung 80%-90% air dalam fase laktasi.
Berdasarkan hasil evaluasi GDFP sub aspek pemberian air minum termasuk
dalam kategori kurang baik yaitu 1 kali sehari.
7

Pengelolaan
Gambar 4 menampilkan sub aspek manajemen pengelolaan yang dilakukan
pada pemeliharaan kambing perah di Cordero Farm. Capaian penerapan GDFP
aspek pengelolaan secara umum termasuk dalam kategori baik. Berdasarkan hasil
kaji GDFP, sub aspek yang telah dinilai baik yaitu cara membersihkan kandang,
pemerahan, penanganan pasca panen, pemeliharaan anak dan dara, pencatatan
usaha dan manajemen kotoran. Peternakan Cordero sudah memperhatikan sanitasi
untuk menjaga kualitas susu karena berhubungan dengan kualitas dan kuantitas
susu yang dihasilkan. Penanganan pasca panen yang dilakukan sesuai hasil
pengamatan adalah benar dan baik. Setelah dilakukan pemerahan, susu
dimasukkan ke dalam milkcan, kemudian dibiarkan sebentar untuk mengeluarkan
zat asam yang terkandung dalam susu dan langsung dikemas dalam plastik
kemudian dimasukkan ke dalam freezer untuk dibekukan sehingga menghambat
pertumbuhan mikroba.
4.5
4
3.5
Nilai GDFP

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
a b c d e f g h i
Faktor penentu

Gambar 4 Hasil evaluasi GDFP pada aspek pengelolaan: (a)


membersihkan kambing, (b) cara membersihkan
kambing, (c) membersihkan kandang, (d) cara
pemerahan, (e) penanganan pasca panen, (f)
pemeliharaan anak kambing dan dara, (g) pengeringan
kambing laktasi, (h) pencatatan usaha, (i) manajemen
kotoran (lingkungan).

Aspek pengelolaan menunjukkan nilai rata-rata 3.25±0.71 termasuk dalam


kategori baik. Semua sub aspek dilakukan dengan cara yang benar dan baik dalam
penanganan pengelolaan kambing perah yang dipelihara kecuali membersihkan
kandang masuk dalam kategori cukup dengan kebersihan kandang yang dilakukan
1 kali dalam sehari.
Sub aspek cara membersihkan kandang sudah benar. Sebelum melakukan
pemerahan kandang terlebih dahulu dibersihkan agar kotoran yang ada di sekitar
kandang bersih dan mengurangi kontaminasi terhadap susu yang akan diperah,
cara yang dilakukan untuk membersikan kandang yaitu menyiram semua bagian
kandang kambing sampai bersih.
8

Pemerahan dilakukan 2 kali sehari pada waktu pagi dan sore hari. Pagi hari
dilakukan pada jam 07.00 WIB dan sore hari jam 17.00 WIB, sebelum pemerahan
bagian di sekitar ambing dibersihkan dengan menggunakan air hangat untuk
mengurangi kontaminasi bakteri dan mempermudah dalam pemerahan,
pemerahan masih dilakukan manual dengan menggunakan tangan, sebelum air
susu ditampung dikeluarkan air susu 2 kali untuk melihat air susu bagus atau tidak
dan membuang bakteri yang ada di saluran puting sesuai dengan pendapat Sutama
(2007) bahwa sebelum pemerahan ambing dibersihkan dengan air hangat, periksa
dan buang susu pancaran pertama, untuk membuktikan air susu tersebut sehat atau
ada tanda-tanda infeksi mastitis dan pembuangan air susu pertama untuk
membuang keluar bakteri-bakteri yang ada di saluran puting susu.
Pengeringan kambing laktasi dilakukan 2 bulan sebelum melahirkan
termasuk dalam kategori sangat baik, jika dilanjutkan pemerahan maka air susu
kambing terlihat sangat encer dan berwarna putih seperti air termasuk dalam fase
kambing sudah tidak dalam kondisi laktasi. Sutama (2007) mengatakan bahwa
sebaiknya pemerahan dihentikan 2 bulan sebelum melahirkan untuk memperbaiki
kondisi tubuh dan persiapan laktasi berikutnya.
Pemeliharaan anak kambing pada Peternakan Cordero yaitu setelah lahir
anak dibersihkan oleh induknya dan diberikan kolostrum kemudian dipisahkan
induk dengan anak. Pemberian kolostrum pada anak hari berikutnya dengan
menggunakan botol dot bayi selama kurang lebih seminggu kemudian anak
kambing diberikan air susu sapi sebagai pengganti air susu kambing sesuai
dengan pernyataan Sutama (2007) anak kambing yang baru lahir harus
memperoleh susu kolostrum. Susu kolostrum banyak mengandung antibodi yang
akan melindungi anak baru lahir dari penyakit.
Sub aspek yang kurang penerapannya yaitu membersihkan kandang hanya
sekali dalam sehari dilakukan pada pagi hari sebelum pemerahan dan di sore hari
kandang tidak dibersihkan lagi. Sebelum melakukan pemerahan pada kambing,
maka yang perlu diperhatikan dan harus dilakukan adalah kebersihan kandang
seperti kotoran kambing, air kencing, sisa-sisa rumput yang ada disekitar lokasi
kandang.

Kandang dan Peralatan


Hasil evaluasi terhadap penerapan GDFP pada aspek kandang dan peralatan
di Peternakan Cordero dapat dilihat pada Gambar 5. Capaian nilai rataan GDFP
dalam kategori cukup. Sub aspek yang memiliki kategori yang tertinggi yaitu
peralatan susu,kontruksi kandang, drainese kandang tempat kotoran termasuk
dalam kategori baik, dan yang terendah adalah tata letak kandang, peralatan
kandang masuk dalam kategori cukup.
9

4.5
4
3.5
Nilai GDFP 3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
tata letak kontruksi drainase tempat peralatan peralatan
kandang kandang kandang kotoran kandang susu
Faktor penentu

Gambar 5 Hasil evaluasi GDFP pada aspek kandang dan peralatan

Cordero memiliki peralatan susu yang diperlukan saat pemerahan adalah


tempat penampungan susu, milkcan, saringan susu, kain lap, air hangat, plastik,
sealer dan frezer sebagai tempat pembekuan susu untuk menghambat
pertumbuhan mikroba. Sutama (2007) menyatakan bahwa peralatan susu yang
diperlukan saat pemerahan adalah tempat duduk, alat pengukur volume susu,
penyaring susu, teat dip untuk puting susu, sabun dan air, kain lap bersih, ember
atau stainless untuk menampung susu, panci dan kompor untuk pasteurisasi susu,
kantong plastik, serta pres listrik.
Kandang yang terdapat di Cordero adalah kandang panggung. Kandang
yang terbuat dari bahan yang mudah didapat dan terjangkau dan tahan lama.
Bahan atap yang digunakan yaitu asbes. Lantai kandang dibuat dari kayu dan
jarak antar bilahnya 1 cm sehinga kaki ternak tidak terjepit di sela-sela lantai dan
memudahkan kotoran jatuh ke kolong kandang. Lantai kolong yang digunakan
yaitu lantai semen yang dibuat miring, sehingga kotoran mudah dibersihkan.
Jarak rumah dengan kandang 0-4 m. Menurut Suretno dan Basri (2008)
kandang yang terlalu dekat dengan rumah dapat menyebabkan kontaminasi dari
kotoran dan kemungkinan penyakit yang timbul oleh ternak. Disamping itu dapat
mengakibatkan polusi udara yang dapat dirasakan secara langsung oleh peternak
akibat kotoran kambing. Penempatan kandang yang baik adalah minimal 5 m dari
rumah supaya didapatkan kondisi kandang yang segar.
Peralatan kandang masuk dalam kategori cukup. Cordero memiliki peralatan
kandang seperti sekop, selang air, torn air, gudang pakan, mesin pemotong rumput,
sumber air, alat transportasi, telepon, dan listrik. Sutama (2007) menyatakan
bahwa setiap kandang harus dilengkapi tempat makan dan minum, memiliki
sumber air, sehingga harus tersedia sepanjang tahun, mesin pemotong rumput,
gudang pakan, refrigerator, platform, gang pemerahan, alat transportasi, telepon,
dan listrik. Pemerahan susu di dalam kandang tidak disarankan untuk menghindari
kontaminasi bau maupun kotoran lainnya.
10

Kesehatan Ternak
Kesehatan ternak merupakan aspek yang cukup penting dalam keberhasilan
budidaya kambing perah. Sub aspek yang perlu ditingkatkan ialah pencegahan
penyakit Gambar 6.
3.5
3
Nilai GDFP

2.5
2
1.5
1
0.5
0
pengetahuan penyakit vaksinasi pengobatan penyakit
Faktor penentu

Gambar 6 Hasil evaluasi GDFP pada aspek kesehatan ternak

Kesehatan ternak merupakan aspek yang cukup penting dalam keberhasilan


budidaya kambing perah. Menurut Sutama (2007) kambing yang sehat
menampakkan makan dengan baik, matanya cerah (bersinar), bulunya klimis,
kakinya kuat, dan sering melakukan ruminasi.
Tingkat pengetahuan penyakit menunjukkan nilai 3 dengan kategori baik.
Kepala kandang Cordero Sarjana peternakan dan sudah banyak pengalaman dalam
beternak kambing. Penyakit pada ternak yang pernah terjadi adalah mencret, dan
kembung. Ciri-ciri ternak yang sakit menurut kepala kandang adalah tidak nafsu
makan, kembung, tidak melakukan aktivitas seperti biasanya. Ternak sakit
langsung diobati oleh kepala kandang.
Pengobatan terhadap penyakit sudah dilakukan dengan benar karena
sebagian besar pegetahuan penyakit sudah diketahui kepala kandang dan cara
mengobati ternak yang sakit. Sebelumnya dokter hewan yang dihubungi oleh
Cordero untuk mengobati penyakit pada kambing, seiring berjalannya waktu
dokter tersebut mengajari kepala kandang cara mengobati ternak yang sakit.
Pencegahan penyakit perlu ditingkatkan. Kesadaran melakukan pencegahan
seperti vaksinasi, menjaga kebersihan kandang, memberikan obat cacing secara
berkala, dan pemberian vitamin tidak dilakukan dengan baik. Sanitasi adalah
suatu kegiatan yang meliputi kebersihan kandang dan lingkungannya, karena
dengan keadaan kandang serta lingkungan yang bersih, kesehatan ternak maupun
pemiliknya akan terjamin. Kebersihan kandang bisa diatur sesuai dengan
kebutuhan sehingga lingkungan tidak bau dan lembab.
11

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Capaian hasil evaluasi Good Dairy Farming Practice pada Peternakan


Cordero dari 5 aspek, aspek yang tertinggi adalah aspek pengelolaan, kandang dan
peralatan, kesehatan ternak, manajemen pakan dan air minum dan terendah pada
Cordero Farm adalah aspek pembibitan dan reproduksi.

Saran

Cordero Farm perlu mengadakan perbaikan tata laksana pemeliharaan


terutama pada aspek pembibitan dan reproduksi untuk meningkatkan performa
reproduksi ternaknya.

DAFTAR PUSTAKA
Andriyadi A. 2012. Kajian penerapan good farming practices pada peternakan
rakyat di Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sereal Bogor
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Apriliast M. 2007. Penampilan reproduksi kambing peranakan ettawa (PE) ras
kaligesing [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Atabany A. 2001. Studi kasus produksi kambing peranakan etawah dan kambing
saanen pada peternakan kambing Barokah dan PT Taurus Dairy Farm
[Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Devendra C, Burns M. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Terjemahan:
IDK. H. Putra. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[DJP] Direktorat Jenderal Peternakan. 1983. Laporan pertemuan pelaksanaan dan
perencanaan tata penyuluhan subsektor peternakan. Jakarta (ID):
Departemen Pertanian.
[KPRI] Kementrian Perindustian Republik Indonesia. 2014. Konsumsi susu
indonesia masih sangat rendah [internet]. [diunduh 2016 March 8]
http://agro.kemenperin.go.id/2042-Produksi-Susu-Diprediksi-Turun-
hingga-Akhir-Tahun.
Prabowo A. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Kambing. Palembang (ID):
BPTP Sumatera Selatan.
Siregar SB. 1992. Sistem pemberian pakan dalam upaya meningkatkan produksi
susu sapi perah. Wartazoa. 2:3-4.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2008. Bibit Kambing Peranakan Ettawa (PE).
Badan Standardisasi Nasional.
Suretno N D, Basri E. 2008. Tata laksana perkandangan ternak kambing di dua
lokasi prima tani propinsi Lampung. Lampung (ID): Balai Pengkajian
Teknologi Lampung.
Sutama IK. 2007. Petunjuk Teknis Beternak Kambing Perah. Ciawi (ID): Balai
Penelitian Ternak.
12

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Evalusi Good Dairy Farming Practice Kambing Perah

A. Faktor Penentu Ternak Kambing Perah dari Aspek Pembibitan dan Reproduksi
No Faktor Penentu Alternatif Jawaban Spesifikasi Nilai
1 Kambing perah Saanen murni Warna bulu: putih 4
yang dipelihara Postur badan: Tinggi dan besar
Telinga tegak
Produksi susu: 800-900
kg/laktasi
Masa laktasi: 275-300 hari
Etawah murni Warna bulu: putih denganbercak 3
bercak coklat atau hitam
Postur badan: 91-127 cm
Telinga menggantung
Produksi susu: 160-200
kg/laktasi
Masa laktasi: 210-240 hari
Sapera Warna bulu: putih krem 2
Panjang telinga medium
Produksi susu: 338-412
kg/laktasi
Masa laktasi: 260-275 hari
Peranakan Etawah Warna bulu: kombinasi putih 1
dan hitam atau putih dan coklat
Postur badan: 70-80 cm
Telinga panjang menggantung
Produksi susu: 136-253
kg/laktasi
Masa laktasi: 175-287 hari
Lain-lain Tidak melihat dari segi apapun 0
2 Cara seleksi Produksi susu Melebihi produksi susu normal 4
Silsilah Catatan mengenai asal usul 3
keturunan ternak yang meliputi
nama, nomor dan performans
dari ternak dan tetuanya
Kesehatan Mempunyai catatan kesehatan 2
dan bebas dari penyakit hewan
menular yang dinyatakan oleh
pejabat berwenang
13

Bentuk luar Betina : 1


- Garis punggung rata
- Mata cerah bersinar
- Kulit halus dan bulu klimis
- Rahang atas dan bawah rata
- Kapasitas rongga perut besar
- Dada lebar
- Kaki kuat dan normal
- Berjalan normal
- Ambing cukup besar, kenyal
dan simetris
- Puting susu dua buah dan
normal
Jantan :
- Perototan yang kuat, mata
bersinar
- Punggung kuat dan rata
- Kaki kuat dan simetris
- Testis 2 buah normal, simetris
dan kenyal
- Penis normal
- Libido tinggi
Tidak diseleksi Tidak melihat dari segi apapun 0
3 Cara kawin Alam pejantan - Libido tinggi 4
unggul - Penis normal
- Testis 2 buah normal
- Kaki kuat dan simetris
Alam pejantan Libidonya tidak tinggi 3
tidak unggul
IB dari BIB/Dinas 2
IB dari koperasi 1
Tidak dikawinkan 0
4 Pengetahuan Sangat paham - Alat kelamin membesar dan 4
birahi kemerahan
- Keluar lendir dari vulva
- Ekornya bergoyang-goyang
- Sering mengembik (bersuara)
- Nafsu makan berkurang
- Menaiki temannya, atau diam
jika dinaiki
- Berusaha mendekati pejantan
Paham Hanya 5 yang diketahui 3
Kurang paham Hanya 3 yang diketahui 2
Tidak paham Hanya 1 yang diketahui 1
Tidak tahu Tidak tahu sama sekali 0
14

5 Umur beranak 17-19 bulan 4


20-22 bulan 3
23-24 bulan 2
>24 bulan 1
Tidak tahu 0
6 Saat kawin 60-90 hari 4
setelah beranak
91-120 hari 3
< 60 hari 2
>120 hari 1
Tidak dikawinkan 0
lagi
7 Inteval beranak 8 bulan 4
9-11 bulan 3
12-14 bulan 2
<8 bulan 1
>14 bulan 0

B. Faktor Penentu Ternak kambing Perah dari Aspek Manajemen Pakan & Air Minum
No Faktor penentu Alternatif jawaban Spesifikasi Nilai
Hijauan Makanan
Ternak
1 Cara pemberian Setelah diperah Mengurangi terkontaminasi 4
terhadap bau yang
dikeluarkan oleh rumput
Sebelum diperah 3
Saat diperah 2
Tidak tentu 1
Tidak diberi 0
2 Jumlah Berlebihan ad libitum 4
pemmberian
Sesuai kebutuhan 5-7 kg ekor-1 hari-1 3
Cukup 4 kg 2
Kurang Kurang dari 10% bobot badan 1
Tidak diberi Tidak diberi makanan hijauan 0
3 Kualitas HMT Campuran daun 4
dan rumput
Dedaunan 3
campuran
Dedaunan tak 2
campuran
Rumput saja 1
Tidak diberi 0
15

4 Frekuensi 2x / hari tepat Dikaitkan dengan frekuensi 4


pemberian waktu pemerahan yang dilakukan
dengan 2x sehari
2x / hari tidak tepat 3
waktu
Satu kali 2
Tidak teratur 1
Tidak diberi 0

Konsentrat
1 Cara pemberian Saat diperah Untuk menenangkan kambing 4
saat di perah
Sebelum diperah 3
Setelah diperah 2
Tidak tentu 1
Tidak diberi 0
2 Jumlah pemberian Sesuai kebutuhan Pk=14-16% sebanyak 0.5-1 4
kg
Cukup 3
Berlebihan 2
Kurang 1
Tidak diberi 0
3 Kualitas Baik, lengkap, Dedak padi 4
konsentrat sesuai Dedak gandum
Bungkil inti sawit
Onggok
Bungkil kelapa
Molases
Mineral/vitamin
Baik dan lengkap 3
Baik dan kurang 2
mineral
Kurang baik 1
Tidak diketahui 0
4 Frekuensi 2x / hari tepat Dikaitkan dengan frekuensi 4
pemberian waktu pemerahan yang dilakukan
dengan 2x sehari
2x / hari tidak tepat 3
waktu
Satu kali 2
Tidak teratur 1
Tidak diberi 0
16

Air minum
1 Air minum Tersedia ad libitum Tersedia secara bebas dan 4
bersih
3x / hari Pemberian pagi, siang dan 3
sore
2x / hari Pagi dan siang 2
1x / hari Siang 1
Tidak diberi Tidak sama sekali 0

C. Faktor Penentu Ternak kambing Perah dari Aspek Pengelolaan


No Faktor penentu Alternatif jawaban Spesifikasi Nilai
1 Membersihkan 2x / hari sebelum Menghidari 4
kambing diperah terkontaminasinya susu
terhadap bau dari feses dan
urin dari ternak
2x / hari setelah 3
diperah
1x / hari 2
Jarang 1
tidak dibersihkan 0
2 Cara Bagian sekitar Mengurangi terkontaminasi 4
membersihkan ambing saja susu terhadap bakteri yang
kambing ada di sekitar ambing
Bagian ambing saja 3
Semua disiram & 2
dibersihkan
Semua disiram saja 1
Tidak dibersihkan 0
3 Membersihkan 2x / hari sebelum Kandang tidak bau, dan 4
kandang diperah kambing merasa nyaman
2x / hari setelah 3
diperah
1x / hari 2
Jarang 1
tidak dibersihkan 0
17

4 Cara pemerahan Benar dan baik - Cuci dan lap ambing 4


sebelum diperah
- Beri sodokan dan pijatan
halus pada ambing
- Pencet bagian pangkal
puting (dekat ambing) dengan
ibu jari dan telunjuk
- Celupkan puting susu dalam
larutan teat dip
- Puting ditekan ke bawah
dengan jari tengah
- Semua jari menekan puting
dan susu memancar ke
penampungan
Benar namun 3
kurang baik
Baik namun kurang 2
benar
Kurang benar & 1
kurang baik
Salah 0

5 Penanganan pasca Benar dan baik - Setelah diperah, susu 4


panen langsung disaring untuk
membersihkan susu dari bulu
atau kotoran yang masuk
- Susu dapat langsung
dibungkus plastik (sesuai
ukuran yang diinginkan)
segera disimpan dalam
refrigerator atau freezer
- Susu dapat di proses
menjadi susu rasa, yougurt,
karamel, permen susu, dodol
susu, serbuk susu
Benar namun 3
kurang baik
Baik namun kurang 2
benar
Kurang benar & 1
kurang baik
Salah 0
18

6 Pemeliharaan Benar dan baik 4


anak kambing dan
dara
Benar namun 3
kurang baik
Baik namun kurang 2
benar
Kurang benar & 1
kurang baik
Salah 0
7 Pengeringa 2 bulan sebelum 4
kambing laktasi beranak
1.5 bulan sebelum 3
beranak
1 bulan sebelum 2
beranak
<1 bulan sebelum 1
beranak
Tidak dikeringkan 0
8 Pencatatan usaha Ada, baik dan Kartu rekording induk 4
lengkap Kartu rekording produksi
susu
Kartu rekording pejantan
Kartu rekording perkawinan
Kartu rekording kelahiran
Kartu rekording kesehatan
Kartu rekording keuangan

Ada, lengkap dan 3


kurang baik
Ada, baik dan 2
kurang lengkap
Ada dan kurang 1
keduanya
Tidak ada 0
9 Manajemen Menjadi biogas 4
kotoran
(lingkungan)
Menjadi pupuk 3
Dibuang ke kebun 2
Dibuang ke sungai 1
Menumpuk limbah 0
19

D. Faktor Penentu Ternak Kambing Perah dari Aspek Kandang dan Peralatan
No Faktor penentu Alternatif jawaban Spesifikasi Nilai
1 Tata letak Tersendiri> 10 m Kondisi kandang yang segar 4
kandang dari rumah
Tersendiri 5-9 m Kondisi kandang yang segar 3
dari rumah
Tersendiri 0-4 m Dapat menyebabkan 2
dari rumah kontaminasi dari kotoran dan
penyakit yang ditimbulkan
oleh ternak
Menyatu dengan 1
rumah
Tidak ada kandang 0
2 Kontruksi Baik dan - Bahan pembuat kandang 4
kandang memenuhi syarat yang mudah didapat dilokasi,
tidak mahal dan tahan
terhadap serangan serangga
- Lantai kandang 0.8-1 m
diatas permukaan tanah
- Lantai kandang dibuat dari
kayu reng dan jarak antar
reng 1.5 cm
- Lantai kolong dibuat miring
untuk memudahkan
pembersihan dan menghidari
becek
Kurang baik, 3
memenuhi syarat
Baik, kurang 2
memenuhi syarat
Kurang keduanya 1
Tidak baik dan
tidak memenuhi 0
3 Drainase kandang Baik dan 4
memenuhi syarat
Kurang baik, 3
memenuhi syarat
Baik, kurang 2
memenuhi syarat
Kurang keduanya 1
Tidak baik dan 0
tidak memenuhi
20

4 Tempat kotoran Baik dan 4


memenuhi syarat
Kurang baik, 3
memenuhi syarat
Baik, kurang 2
memenuhi syarat
Kurang keduanya 1
Tidak baik dan 0
tidak memenuhi
5 Peralatan kandang Lengkap - Kandang dilengkapi dengan 4
memenuhi syarat tempat makan dan minum
- Sumber air harus tersedia
sepanjang tahun
- Mesin pemotong rumput,
gudang pakan, refrigerator,
freezer
- Alat tranportasi
- Telepon
- Listrik
Lengkap tidak 3
memenuhi syarat
Tidak lengkap, 2
memenuhi syarat
Tidak keduanya 1
Tidak ada 0
6 Peralatan susu Lengkap - Tempat pemerahan 4
memenuhi syarat - Alat pengukur volume susu
- Penyaring susu
- Teat dip
- Sabun dan air
- Kain lap bersih
- Ember plastik/stainless
- Panci atau kompor untuk
pasteurisasi susu
- Kantong plastik
- Electric sealer
Lengkap tidak Memiliki peralatan masih 3
memenuhi syarat belum higenis

Tidak lengkap, Hanya memiliki 5 peralatan 2


memenuhi syarat
Tidak keduanya Memiliki hanya digunakan 1
seperlunya saja
Tidak ada Sama sekali tidak memiliki 0
peralatan
21

E. Faktor Penentu Ternak Kambing Perah dari Aspek Kesehatan Ternak


No Faktor penentu Alternatif jawaban Spesifikasi Nilai
1 Pengetahuan Sangat baik Mastitis, scabies, kembung, 4
penyakit belatungan, ORF, cacingan,
mencret, pink eye,
Baik 3
Cukup 2
Kurang baik 1
Tidak baik 0
2 Pencegahan Sangat teratur Melakukan program 4
penyakit vaksinasi yang teratur
(vaksinasi) (anthrax, orf, tetanus dll)
Teratur 3
Cukup teratur 2
Kurang teratur 1
Tidak dilakukan 0
3 Pengobatan Dilakukan benar 4
penyakit jasa keswan
Dilakukan benar 3
sendiri
Dilakukan cukup 2
benar
Dilakukan kurang 1
benar
Tidak dilakukan 0
22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan tanggal 05 April 1992 dari pasangan Ali Akbar
Harahap dan Murniati Pulungan. Penulis merupakan anak kedua dari 2
bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 6
Padangsidimpuan pada tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan tinggi pada
tahun yang sama di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI).
12

Anda mungkin juga menyukai