NPM : 200110180030
Kelas :C
TEKNOLOGI DAGING
840
= x 100 %
1100
= 76,37%
55+51+ 51
Keempukan daging =
3
= 52,3 mm/detik/gram
3. Susut Masak
11,33−8,0
=
0,0948
= 111,51 mg H2O
mg H 2O
Daya ikat air : KA% - x 100%
300
111,51
= 75% - x 100%
300
= 37,87 %
a. Bobot Hidup : 1 kg
b. Berat Darah : 36 g
c. Berat Bulu : 71 g
d. Berat Kaki, kepala dan jeroan : 206 g
e. Berat Karkas : 848 g
berat karkas
f. Persen karkas (perhitungan) : x 100%
berat hidup
848
= x 100 %
1000
= 84,80%
2. Keempukan Daging
42+42+ 42
Keempukan daging =
3
= 42 mm/detik/gram
3. Susut Masak
14,68−8,0
=
0,0948
= 146,85 mg H2O
mg H 2O
Daya ikat air : KA% - x 100%
300
146,85
= 75% - x 100%
300
= 26,05 %
KESIMPULAN
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Andi, N.M. 2013. Pengaruh Level Ekstrak Daun Melinjo (Gnetum gnemon Linn) dan
DAFTAR Lama
PUSTAKA
Penyimpanan yang Berbeda Terhadap Kualitas Telur. Universitas
Hasanuddin. Makasar.
Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. (2003). Biologi. Jilid 2. Edisi Kelima.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Hauser, G.F., G.O. Hall dan J.H.. Bruckner. 1952. Poultry Management. J.B. Lippincott
Company, Chicago. Philadelphia. New York.
Miksik, I., V. Holan, dan Z. Deyl. 1996. Avian eggshell pigments and their variability.
Comp. Biochem. Physiol. Elsevier Science. 113B: 607W612.
North, M.O and D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual Fourth
Edition. An Avi Book Published by Van Nostrand Reinhold, New York.
Orr, H.L.. dan D.A. Fletcher. 1973. Egg and Egg Products. Publication 1948. Canada
Dept. of Agriculturel.
Prasetya, Francisco H., Setiawan, Iwan., dan Garnida, Dani. 2015. Karakteristik dan
Interior Telur Itik Bali (Kasus di Kelompok Ternak Itik Maniksari di Dusun
Lepang, Desa Takmung Kec. Banjarangkan, Kab. Klungkung, Provinsi Bali).
Jurnal Unpad. Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran. 4(1).
Romanoff, A.L. dan A.J. Romanoff. 1963. The Avian Egg. John Wiley and Sons, Inc. ,
New York.
Sarwono. B., B.A. Murtidjo dan A. Daryanto. 2001. Telur Pengawetan dan Menfaatnya.
Seri Industri Kecil. Penebar Swadaya, Jakarta.
SNI (Standar Nasional Indonesia), 2008. Telur Ayam.
http://websisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/unduh/7782. (Diakses: 15
Desember 2020).
Laboratorium
Sumarni dan N. Djuarnani. 1995. DiktatTeknologi Pengolahan
Penanganan Produk
Pasca Peternakan-2020
Panen Unggas.
Deparetmen Pertanian. Balai Latihan Petanian, ternak, Ciawi Bogor.
Yuwanta, T. 2010. Telur dan Produks Telur. UGM Press. Yogyakarta.
TEKNOLOGI SUSU
Pengamatan Hasil
Berat Jenis 1,0327
Kadar Lemak 3,35%
Bahan Kering 8,62%
Bahan Kering Tanpa Lemak 5,27%
B. HASIL PENGAMATAN KEADAAN SUSU
Pengamatan Hasil
Uji Fisik :
Warna (1) Putihkekuningan
Bau (2) Normal
Rasa (3) Manis asin
Konsistensi (4) Normal
Nilai uji fisik =1
Uji Kebersihan Bersih
Nilai Uji Kebersihan = 2
Uji Alkohol Tidak ada butir-butir didinding
Nilai Uji Alkohol = 1
Uji Didih Tidak ada butir-butir didinding
Nilai Uji Didih = 1
Uji Reduktase Lebih dari 5 jam
Nilai Reduktase = 3
Derajat Asam mL NaOH yang digunakan
untuk titrasi = 1,5 mL
Derajat Asam = 1,5 mL x 4
= 6 Soxhlet Henkel
Nilai Derajat Asam (antara 4,5-7) = 2
DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01-3951- 1995 tentang Susu
Pasteurisasi. Jakarta (ID): BSN.
Dwitania, D.C., dan I. B. N. Swacita. 2013. Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam
Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar.
Indonesia Medicus Veterinus. 2(4) : 437 - 444
Hadiwiyoto,S. 1982, Teknik Uji Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Universitas Gajah
Mada Press. Yogyakarta.
Hendrawati, T. Y., dan S. Utomo. 2017. Optimasi Suhu dan Waktu Sterilisasi Pada
Kualitas Susu Segar di Kabupaten Boyolali. Jurnal Teknologi. 9(2): 97-102.
Kelly, J. 2002. Nutrition of the dairy cow. In: A. H. Andrews (editor). The ealth of
Dairy Cattle. Blackwell Science, UK.
Legowo, A. M., Kusrahayu, Mulyani, S. 2009. Ilmu dan Teknologi Susu. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Soeparno, R.A. Rihastuti, Indratiningsih, S. Triatmojo. 2011. Dasar Teknologi Hasil
Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sumantri, Indro. (2004). Pemanfaatan Mangga Lewat Masak Menjadi Fruitghurt
dengan Mikroorganisma Lactobacillus bulgaricus. Prosiding Seminar
Nasional Rekayasa Kimia dan Proses. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik.
Universitas Diponegoro.
Sumudhita, M. W. (1989). Susu dan Penanganannya. Program Studi Ilmu Produksi
Ternak Perah. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denpasar.
Ueda, A. 1999. Relationship Among Milk Density, Composition, and Temperature.
University of Guelph, Canada.(Thesis).
PEMBAHASAN
Penyamakan adalah proses konversi protein kulit mentah menjadi kulit samak
yang stabil, tidak mudah membusuk, dan cocok untuk beragam keunaan. Prinsip
mekanisme penyamakan kulit adalah memasukkan bahan penyamak ke dalam anyaman
atau jaringan serat kulit sehingga menjadi ikatan kimia antara bahan penyamak dan serat
kulit (Purnomo, 1985). Metode penggaraman merupakan metode yang paling banyak
digunakan untuk mengawetkan bahan baku dalam industri kulit, karena dengan salinitas
dalam air yang tepat, maka kemampuan yang memaksa bakteri yang menyebabkan kulit
membusuk keluar dari dalam kulit sangat baik (Fawzi, 2017). Stanley (1993),
menambahkan bahwa penggaraman merupakan metoda pengawetan yang paling mudah
dan efektif.
Pada praktikum kali ini, video yang ditonton yaitu video “Penggaraman dan
Pengawetan Kulit Domba di Peternakan Saung Domba”. Langkah awal yang dilakukan
pada pengawetan kulit dengan cara penggaraman yaitu menyiapkan bahan diantaranya
garam yang tidak beryodium dan kulit kambing. Penggunaan garam tersebut bertujuan
sebagaibahn yang membantu pengawetan agar terhindar dari belatung. Langkah
selanjutnya yaitu melumuri garam pada kulit yang telah dilebarkansampai keujung dan
tidak ada bagian yang terlipat sehingga proses penggaraman merata. Setelah sudah
dipastikan semua bagian rata dilumri garam, maka dapat dilakukan penambahan garam
sehingga kult yang dilumuri garam tidak terlalu sedikit. Garam berfungsi sebagai
pengawet, agar kulit tidak terkena belatung sehingga kulit ini akan terjaga kurang lebih
selama 1 bulan. Tujuan penggaraman adalah untuk pengawetan. Selain itu, untuk
mendapatkan perubahan bahan yang diinginkan seperti tekstur, warna, dan mendapatkan
karakteristik tertentu dari produk dengan aroma dan rasa yang khas. Fungsi dari
penggaraman adalah menghambat atau membunuh bakteri pembusuk pada bahan dan
membentuk struktur tertentu (Saputro, 2014).
Pada saat proses penggaraman pada kulit kambing telah selesai, maka dilanjutkan
dengan proses pelipatan kulit. Pelipatan dilakukan dengan cara kulit dilipat ke depan dan
dipastikan lipatan tidak terbuka. Setelah itu disimpan ditumpukkan yang tidak terkena air
dan lalat, karena lalat merupakan sumber dimana belatung menhinggapi kulit. Kulit
setelah diawetkan kemudian disimpan dalam waktu tertentu akan mengalami perubahan
komposisi kimia dan sifat sifat fisisnya. Selama kulit disimpan akan terjadi proses
pengusangan pada kulit, sehingga akan terjadi denaturasi bahkan degradasi dari
komponen penyusun kulit (Purnomo, 1985). Pengaruh penyimpanan kulit akan
mempengaruhi kualitas kulit. Penyimpanan kulit pada suhu tropis menyebabkan
kekuatan kulit berkurang lebih besar dibandingkan pada suhu temperate. Dalam
penyimpanan terjadi peristiwa hidrolisis di dalam kulit (Seligsberger dan Mann, 1978).
KESIMPULAN
Fawzi, A.R. 2017. Pembuatan Alat Pengendali Tingkat Salinitas Pada Proses
Pengawetan Kulit Sapi Dengan Menggunakan Kendali Fuzzy Pid. Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang.