Tujuan Perkuliahan
Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diharapkan dapat:
a. Menjelaskan perbedaan cara operasional mesin tetas yang tersedia untuk
menetaskan telur unggas.
b. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan mesin tetas single stage dan multi
stage.
c. Menjelaskan pengaruh temperatur, kelembaban dan ventilasi bagi
perkembangan embryo.
5.1. Pendahuluan
Mesin tetas merupakan sarana utama pada proses penetasan. Memilih jenis mesin tetas
tertentu tergantung pada pengguna. Namun demikian, menentukan mesin tetas yang
akan digunakan memerlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu antara lain: skala
usaha, jenis unggas serta kelebihan dan kekurangan yang berujung pada daya tetas
yang tinggi serta resiko yang diterima.
Ada dua mesin tetas yang dioperasikan oleh pembibit yaitu sistem multi stage dan
single state. Sistem Multi-stage and Single-stage incubation menggunakan alat yang sama
tetapi pengoperasiannya sedikit berbeda kecuali pembalikan telur sama. Multi-stage
incubator menyediakan semua kebutuhan embryo dalam inkubator sehingga tidak bisa
memenuhi kebutuhan spesifik embryo yang muda dan embryo yang tua pada waktu
yang sama. Mesin tetas mempunyai dua sistem operasionalnya yaitu mesin tetas single-
stage dan multi-stage yang dirancang oleh dengan sistem yang berbeda tetapi masing-
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan tergantung pengguna mesin tetas
tersebut dengan mempertimbangkan kedua aspek ini. Beberapa perusahaan terkemuka
penghasil mesin tetas ini antara lain : Jamesway, Pas Reform, Chick Master, Petersime
dsb.
Pada kurva produksi panas yang dihasilkan oleh telur yang sedang berkembang bahwa
temperatur internal telur akan lebih rendah dari pada temperatur inkubator yang di set
awal dan diatas pada saat periode akhir penetasan. Temperatur dimana embryo
sedang berkembang dapat mempengaruhi embryo dan daya tetas inkubator internal
(Romijn and Lokhorst, 1960; (Wineland et al. 2006, Christensen et al. 2007, Oviedo et al.
2008).
Kehilangan kelembaban dari telur. Kehilangan air dari telur akan dipengaruhi oleh
porositas kulit telur dan kelembaban inkubator ketika diset. Porositas kulit telur diukur
oleh kehilangan air atau konduksi kulit telur yang memberi informasi kemampuan
untuk mengeluarkan gas melalui poripori telur. Oxygen akan bergerak kedalam telur
dan CO2 dan air yang menguap akan bergerak keluar. Pengaruh utama dai hilangnya
kelembabaan dari telur pada sistem inkukasi apapun adalah kelembaban relative akan
diekspose dalam cabinet inkubator. Meningkatnya kelembaban relative mengurangi
hilangnya air dan rendahnya kelembaban relatif akan meningkatkan hilangnya air dari
telur tertentu. Hilangnya air pada waktu tertentu selama inkubasi adalah penting untuk
mencapai keseragaman. Single stage inkubator memungkinkan seseorang
memanipulasi waktu hilangnya air dari telur yang membantu menjaga keseragaman
temperatur dalam inkubator apabila keseragaman ini yang paling diperlukan
Normalnya, ventilasi ditutup selama 6-10 hari inkubasi dan di beberapa penetasan
inkubator tidak mempunyai sistem kelembaban jika ruang seter dijaga secara
sempurna. Menutup sistem pembuangan ventilasi akan menyebabkan konsentrasi CO2
meningkat selama periode awal inkubasi. Pada single-stage inkubator kehilangan air
(rata-rata 8-10%) dari telur bila dibandingkan dengan multi-stage inkubator (rata-rata
12-14%). Telur akan kehilangan air pada waktu yang lama dan embryo mempunyai
kemampuan menjaga kelembaban pada kandungan air tertentu (Funderburk et al.,
2007).
Konduksi telur yang rendah menunjukkan hilangnya air dalam lingkungan tertentu
dapat dikurangi dengan meningkatnya kelembaban relative. Hal ini sangat kritis jika
kulit telur mempunyai porositas yang rendah (konduksi telur rendah) dan membatasi
sejumlah gas vital yang masuk dan keluar dari telur dan atau dari embryo yang sedang
berkembang. Kondisi kritis selama periode embryo memasuki konsumsi oksigen yang
tetap. Kulit telur yang menunjukkan kondisi rendah membatasi jumlah oksigen untuk
embryo yang sedang berkembang sementara kulit telur yang memunyai konduksi
tinggi akan lebih banyak oksigen untuk embryo yang sedang berkembang. Oksigen
dibutuhkan embryo untuk menggunakan nutrient secara sempurna untuk
menimbulkan energi dan untuk perkembangan jaringan (Christensen et al. 2005,
Christensen et al. 2007, Wineland et al. 2006b). Inkubator akan dioperasikan secara
berbeda untuk strain yang beda karena penelitian menunjukkan bahwa strain berbeda
menunjukkan konduksi kulit telur juga berbeda. Hal ini menjelaskan mengapa
beberapa strain kurang tahan terhadap problem metabolik dari yang lain ketika
inkubator tidak dioperasikan secara benar.
Menurut hasil penelitian sistem single-stage menghasilkan doc yang lebih kuat karena
total kontrol dan lebih fleksible mampu menyesuaikan dengan ayam yang secara
genetik lebih baik. Kematian post hatch lebih kecil karena docnya lebih berat dan lebih
sehat. Kematian dalam kulit telur (dead shell) dan gagal pipping (pipped eggs) juga
lebih kecil. Menghemat tenaga kerja karena waktu yang diperlukan untuk pengambilan
telur, menyimpan telur dan menset telur dalam mesin tetas dalam dilaksanakan dalam
waktu yang sama. Mesin juga dapat langsung dibersihkan setelah proses penetasan
selesai sehingga mengurangi kontaminasi oleh mikroorganisme.
Tabel 5.1. Perbandingan performan doc dari hasil penetasan mesin berbeda selama
periode pembesaran
Tabel 5.2. Perbandingan performan doc dari hasil penetasan mesin berbeda pada
saat prosesing
Jenis mesin Kematian selama Rata-rata bobot Konversi % Total afkir
tetas pembesaran (%) badan (kg) pakan (cacat)
Single stage 2.18 4,34 2,166 0.76
Multi stage 3.27 4,35 2,210 0.96
Wineland and Oviedo-Rondon (2010)
Mesin tetas multi-stage jarang kosong sehingga agak mengalami kesulitan bila
ingin dibersihkan dengan desinfektan. Namun kelebihan mesin tetas multi-stage
adalah : mengurangi biaya suplai energi untuk memanaskan telur karena panas yang
digunakan berasal dari telur yang lebih tua. Akan tetapi karena telur yang lebih tua
tidak hanya sebagai sumber energi, tetapi juga sumber jamur atau bakteri yang dapat
pindah ke telur yang lebih muda. Terdapat juga resiko terjadi ledakkan gas dan
kontaminasi doc yang baru menetas yang dapat menurunkan peforman, kematian yang
tinggi dan akhirnya produk dagingnya terkontaminasi dengan bakteri.
.
(http://www.chickmaster.com/product-categories/singe-stage-incubation)
Catatan: Kelembaban relative adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jumlah
uap air yang terkandung di dalam campuran air-udara dalam fase gas.
Rangkuman
Single stage dan multi stage merupakan mesin tetas yang dikembangkan untuk
meningkatkan kapasitas breeding farm meningkat penyediaan anak ayam dalam skala
besar. Kedua mesin tetas mempunyai kelebihan dan kekuranangan. Pilihan keduanya
berdasarkan keunggulan masing-masing.
Single-stage incubation bila dibandingkan dengan multi-stage memberikan lebih banyak
hasil yang konsisten pada performan antara lain parameter penetasan, bobot badan
dipasarkan, konversi pakan dan masalah kesehatan. Akan tetapi tidak terjadi pada
parameter penetasan
Soal Latihan
1. Sebutkan mesin tetas yang ada di pasar bebas
2. Jelaskan prinsip kerja mesin tetas single-stage dan multi-stage
3. Jelaskan keunggulan masing-masing mesin tetas
4. Jelaskan peranan faktor suhu dalam mesin tetas
5. Jelaskan peranan kelembaban dalam mesin tetas
Daftar Pustaka
Araújo I.C.S.I, N.S.M.I, Leandro, M.A.I.Mesquita, M.B.I. Café, H.H.C.L. Mello and E.I.
Gonzales . 2016. Effect of Incubator Type and Broiler Breeder Age on Hatchability
and Chick Quality. Brazilian Journal of Poultry Science. Special Issue 2
Incubation / 017-026
http://en.engormix.com/MA-
poultryindustry/management/article/incubation-single-multi-stage -systems-
t1586/124-p0.htm
Christensen, V. L., M. J. Wineland, I. Yildrum, D. T. Ort and K. M. Mann, 2005.
"Incubator temperature and oxygen concentrations at the plateau stage in oxygen
uptake affect turkey embryo plasma T4 and T3 concentrations." International
Journal of Poultry Science. 4:268-273.
Christensen, V.L., M.J. Wineland, J.L. Grimes, E.O. Oviedo, P.S. Mozdziak, D.T. Ort and
K.M. Mann 2007. Effect of Incubator Temperature and Oxygen Concentration at
the Plateau Stage in Oxygen Consumption on Turkey Embryo Muscle Growth
and Development. International Journal of Poultry Science 6 (6): 406-412, 2007
Nicholson, D., N. French, S. Tullett, E. van Lierde and G. Jun. 2013. Short Periods of
Incubation During Egg Storage – SPIDES. Lohmann Information : 48 (2), Page 51
Wineland, M.J and E. Oviedo-Rondon. 2010. Single stage incubation systems versus
multi stage incubation systems. https://en.engormix.com/poultry-
industry/articles/incubation-single-multi-stage -systems-t34734.htm