(Desa Tanaq Beak Dusun Lekong Siwak Kecamatan Narmada, Lombok Barat)
OLEH :
KELOMPOK 3 ( TIGA)
ANGGOTA DWI PUJI ASTUTI (B1D016065)
EMI SUTRIANI (B1DO16075)
ALWI AGIL (B1D016022)
AKBAR (B1D0160 )
ADI FIRMANSYAH (B1D016011)
BAGUS PURWANTO (B1D016038)
DEVI RISKA ARIANTY (B1D016052)
FAHMI ASDIN (B1D016085)
GUSTI MALAY MAHMOHD (B1D016098)
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2018
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kita, sehingga penulisan laporan “MANAJEMEN TERNAK
POTONG DAN KERJA” yang praktikumnya bertempat di Desa Tanaq Beak
Dusun Lekong Siwak Kecamatan Narmada, Lombok Barat ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing,
yang telah membimbing kami baik dalam pelaksanaan praktikum maupun dalam
penyusunan laporan, sehingga laporan ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.
Kami juga menyadari, bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, kami berharap kritik dan saran baik dari Dosen Pembimbing, maupun dari
teman-teman yang bersifat membangun.
PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
1. Perkandangan
Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi,
mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan.
Dengan adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih
terjaga (Siregar, 2008).
a. Syarat Kandang
Kandang merupakan salah satu unsur penting dalam suatu usaha
peternakan, terutama dalam penggemukan ternak potong. Bangunan
kandang yang baik harus bisa memberikan jaminan hidup yang sehat dan
nyaman. Bangunan kandang diupayakan pertama-tama untuk melindungi
sapi terhadap gangguan dari luar yang merugikan, baik dari sengatan
matahari, kedinginan, kehujanan dan tiupan angin kencang.
b. Kontruksi Kandang
Konstruksi kandang harus kuat serta terbuat dari bahan- yang
ekonomis dan mudah diperoleh. Di dalam kandang harus ada drainase dan
saluran pembuangan Iimbah yang mudah dibersihkan. Tiang kandang
sebaiknya dibuat dari kayu berbentuk bulat agar Iebih tahan lama
dibandingkan dengan kayu berbentuk kotak. Selain itu, kayu bulat tidak
akan melukai tubuh sapi, berbeda dengan kayu kotak yang memiliki sudut
tajam,(Wello, 2011).
Dalam perkandangan yang perlu diperhatikan adalah :
Atap kandang
Tinggi kandang
Kerangka kandang
Dinding kandang
Lantai kandang
Tempat pakan dan air minum
Selokan
c. Model Kandang
Menurut Tomatala (2008), ada 2 model kandang sapi, yakni kandang
bebas (loose housing) dan kandang konvensional (conventional/stanchion
barn).
Kandang Bebas
Kandang bebas merupakan barak atau areal yang cukup luas
dengan atap diatasnya. Kandang ini ditempati populasi sapi tanpa
adanya batasan sedikit pun.
Kandang konvensional
Posisi ternak yang dipelihara di dalam kandang dibuat sejajar,
lazim disebut sistem stall. Susunan stall ada tiga macam
yaitu stall tunggal, stall ganda tail to tail, danstall face to face.
d. Peralatan Kandang
Dalam kegiatan pemeliharraan ternak, dibutuhkan peralatan untuk
keperluan di dalam kandang. Peralatan hendaknya selalu dalam keadaan
bersih, adapun peralatan kandang yang diperlukan antara lain sbegai
berikut:
Ember
Sikat
Sekop
Sapu
Gerobak
2. Pemilihan Bibit
Pemilihan bibit akan menentukan majunya peternakan yang akan
dikembangkan. Bangsa-bangsa tertentu cocok apabila keadaan iklim dan
pakan sesuai sehingga mampu memberikan keuntungan tertentu
dibandingakan bangsa lainnya. Pemilihan suatu bangsa sapi tergantung pada
kesukaan peternak, keadaan lingkungan, kemampuan adaptasi, pertambahan
berat badan. (Blakely dan Blade, 1996)
3. Pakan
Pakan yang diberikan untuk sapi potong harus cukup, baik mengenai
mutu maupun jumlahnya. Pakan bagi ternak berfungsi untuk kebutuhan hidup
pokok dan pertumbuhan. Pakan yang kurang akan menghambat pertumbuhan.
Hal yang terpenting adalah pakan dapat memenuhi kebutuhan protein,
karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral bagi ternak.
Pakan ternak digolongkan menjadi 3 yaitu :
Pakan Hijauan
Pakan hijauan ialah semua bahan pakan yang berasal dari
tanaman ataupun tumbuhan, misalnya bangsa rumput
(Gramineae), legum dan tumbuh-tumbuhan lain. Pakan hijauan
ini dapat diberikan dalam dua macam bentuk, yaitu dalam bentuk
hijauan segar (diberikan dalam keadaan masih segar ataupun
berupa “silase”) dan dalam bentuk kering, bisa berupa “hay”
(hijauan yang sengaja dikeringkan) atau jerami kering (sisa hasil
ikutan pertanian yang dikeringkan). Pakan hijauan ini banyak
mengandung serat kasar. Seekor ternak sapi diberi hijauan
tergantung dari berat badannya, sekitar ± 10% dari berat badan.
Pakan Konsentrat (Penguat)
Pakan konsentrat adalah campuran bahan-bahan makanan yang
dicampur sedemikian rupa sehingga menjadi suatu bahan
makanan yang berfungsi untuk melengkapi kekurangan gizi dari
bahan makanan lainnya (hijauan). Pakan konsentrat mempunyai
kandungan serat kasar rendah dan mudah dicerna. Pemberian
pakan konsentrat per ekor per hari ± 1% dari berat badan.
Contoh bahan pakan konsentrat adalah dedak, katul, bungkil
kelapa, tetes, jagung dan berbagai ubi.
Pakan Tambahan
Pakan tambahan dapat berupa vitamin, mineral dan urea. Pakan
tambahan ini dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara
intensif, yang hidupnya berada di dalam kandang terus menerus.
Vitamin yang dibutuhkan ternak sapi adalah vitamin A (karotina)
dan vitamin D. Mineral dibutuhkan oleh sapi untuk berproduksi.
Mineral yang dibutuhkan oleh sapi terutama adalah Ca dan P. Ca
dan P ini dapat diperoleh dari tepung tulang (mengandung 23-
33% Ca dan 10-18% P). Urea hanya dapat diberikan kepada sapi
dalam jumlah yang sangat terbatas, yaitu 2% dari seluruh ransum
yang diberikan.
4. Penanganan Limbah
Limbah peternakan dapat mendatangkan keuntungan yang berpotensi
apabila dikelola dengan baik. Kotoran cair dan padat dari ternak pada
umumnya digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman pertanian ataupun
lahan hiajuan makanan ternak (Daryanto, 2007).
5. Reproduksi
a. Pelaksanaan Perkawinan
Berdasarkan standart Departemen Pertanian (2006), sapi pejantan yang
digunakan sebagai pemacek harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
umur 3 – 4 tahun, kesehatan organ reproduksi secara umum baik, libido
tinggi, tidak cacat dan bobot badan diatas 300 kg.
b. Pemeriksaan Kebuntingan
Salah satu cara untuk cara untuk memeriksa kebuntingan pada ternak
yaitu palpasi rektal. Palpasi rektal pada sapi dilakukan dengan meraba
uterus melalui rektum rectal untuk mengetahui perkembangan fetus bila
terjadi kebutingan. Metode ini dilakukan pada masa awal kebuntingan
hasilnya, cukup akurat dan dapat diketahui segera (Hafez, 1993).
c. Tahap-tahap Kelahiran
Kelahiran ternak terdiri dari tiga tahap yaitu : 1) adanya kontraksi aktif
serabut-serabut urat daging longitudinal, sirkuler pada dinding uterus dan
dilatasi cervix. 2) pemasukan fetus kedalam saluran kelahiran yang
berdilatasi, rupture kantung allantois, kontraksi abdominal atau perejanan
dan pengeluaran fetus melalui vulva. 3) pengeluaran selaput fetus dan
involusi uterus, sesudah pengeluaran fetus uterus tetap berkontraksi secara
kuat selama 48 jam dan melemah (Gillitte dan Holm, 1963).
d. Penanganan Kelahiran
Menurut Ebert (2006) pedet yang baru lahir tidak memiliki antibodi
untuk memproteksi dirinya dari penyakit. Sesaat setelah dilahirkan induk
memberikan antibodi pasif melalui pemberian kolostrum, kolostrum
mengandung antibodi dalam bentuk immunoglobulin (Ig) yang dapat
melindungi pedet dari serangan penyakit.
e. Recording dan Identifikasi Pada Pedet
Penandaan pada ternak, sangat penting untuk recording yang akurat
untuk tiap ternak, dalam program pemuliaan ternak adanya tanda pada
ternak akan mempermudah untuk mengetahui silsilah dari tiap ternak.
Selain itu adanya tanda pada ternak yang didukung oleh recording yang
akurat dapat memberikan gambaran produksi dari ternak tersebut (Ebert,
2006).
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara bersama peternak di dusun
Lekong Siwak desa Tanaq Beak, Kecamatan Narmada, Kab. Lombok
Barat( kelompok ternak “Beriuk Maju” Narmada ) di dapatkan hasil sebagai
berikut :
A. Identitas Peternak
No Variabel X-SD
SLTP 2 (22%)
SLTA 3 (33%)
0 (0%)
PT
Rata – rata 20% ± 100%
3 Tanggungan keluarga
1 orang
2 orang
3 orang 16,36 ± 1,46
5 orang
4,36 ± 1,46
6 orang
5,36 ± 1,46
7 orang
Rata – rata 3,88 ± 1,46
4 Pekerjaan pokok
Peternak 3 (33%)
Petani 5 (56%)
3 tahun 1 (14%)
4 tahun 0 (0%)
0 (0%)
5 tahun
0 (0%)
6 tahun
3 (43%)
7 tahun
0 (0%)
8 tahun
1 (14%)
9 tahun
1 (14%)
10 tahun
Rata – rata 20% ± 100%
B. Pemilikan Ternak
Kambing 0 (0%)
Domba 0 (0%)
0 (0%)
Kuda
0 (0%)
Babi
Rata – rata 100%
2 Bangsa ternak yang dimilki
Sapi bali 6 (67%)
Sapi simental 0 (0%)
Silangan 3 (33%)
Rata – rata 50% ± 100%
3 Ciri khas sapi
Sapi jantan
Bulu
Tanduk
Warna
Sapi betina
Bulu
Tanduk
Warna
Anak sapi
Bulu
Tanduk
Warna
4 Asal usul ternak
Keturunan sendiri 2,29 ± 0,71
Membeli Dipasar hewan
Membeli dari perorangan 4,59 ± 1,41
Tabel 2.3. Rata-rata ukuran tubuh dan berat sapi / kerbau responden
Atap
- Tanpa atap -
- Alang-alang -
- Rumbia -
- Jerami -
- Seng 1(11%)
- Genteng -
- Asbes 8(89%)
Lantai
- Tanah dipadatkan -
- Bata ditimbun tanah -
- Bata disemen 9 (100%)
- PC -
Lainnya
6 Rata – rata perkiraan biaya kandang Rp. 2,841,667
7 Umur tekhnis kandang 5 tahun
8 Frekuensi pemberian pakan di kandang setiap hari:
1 kali 2 (22%)
2 kali 4 (44%)
3 kali 3 (33%)
4 kali -
-
Tidak tentu
9 Apakah bapak biasa menyediakan air minum pada ternaknya ?
Ya, tiap hari 6 (67%)
Ya, sewaktu-waktu 3 (33%)
Tidak pernah -
Lainnya -
1 Umur pubertas
Jantan (bulan) ± 2 bulan
Betina (bulan) ± 1,5 bulan
2 Induk ternak biasanya beranak untuk pertama kali pada umur
2,0 – 2,5 th 2 (40%)
2,5 – 3,0 th 2 (40%)
17-19 bln -
20-24 bln -
-
> 25 bulan
7 Apakah bapak melakukan penyapihan terhadap anak sapinya
Ya (pada umur) 7 (88%)
Tidak 1 (13%)
8 Jumlah anak yang dapat disapih selama 2 tahun terakhir ini
1 ekor 3(50%)
2 ekor 2(33%)
3 ekor 1(17%)
9 Pemberian pakan khusus untuk reproduksi dan penggemukan
a. Tidak ada 9 (100%)
b. Ada pemberian pada sapi :
Dara -
Flushing -
Betina bunting -
Betina menyusui -
-
Calon pejantan
Pejantan -
Lainnya -
Musim panas
Musim hujan
6 Pada musim apa harga sapi paling murah
Musim panen padi -
Musim panen palawija -
Musim haji -
Musim panas 1(11%)
Musim hujan -
Lainnya 8(89%)
7 Dimana biasanya bapak menjual ternak ?
Dipasar hewan 1 (11%)
Antar peternak -
Pedagang perantara -
Di kandang 8 (89%)
-
Tidak tentu
8 Harga sapi saat ini = ± Rp 12,000,000 per kg
Anak jantan ±Rp 5,000,000
Anak betina ±Rp 4,000,000
Lainnya 3 (50%)
10 Berapa biaya angkutan sapi ke pembeli per ekor ?
Dengan jalan kaki (Rp) -
Dengan kendaraan darat (Rp) ± RP 50,000
Tabel 6.2. Jumlah ternak yang dijual, disembelih dan pengembalian kadasan dalam
setahun
D. Kesehatan Ternak
Kurus -
7 Vaksinasi yang pernah diberikan -
E. Usaha Penggemukan
1 Lama penggemukan
4 bulan 1 (11%)
5 bulan
6 bulan
7 bulan
2 Sistem penggemukan
Intensif
Semi intensif 1 (11%)
Ekstensif
3 Strategi penggemukan yang digunakan
100 – 120 kg
120 – 140 kg
6 Berat saat ini
80 – 100 kg -
100 – 120 kg -
120 – 140 kg -
Lainnya -
8 Ciri bakalan yang baik Bulu halus,
tinggi dan
besar
9 Sistem penjualan
Ke pasar hewan 1 (14%)
Antar peternak -
Pedagang perantara -
Di kandang 6 (86%)
-
Tidak tentu
Unit/vol
Komponen Harga satuan (Rp) Jumlah (Rp)
(satuan)
A. Penerimaan
Penjualan ternak 3 Rp 13,000,000 Rp 39,000,000
Penjualan kotoran
Ternak akhir perhitungan
Ternak dipotong
Pengembalian ternak
Ternak kerja
Jumlah penerimaan Rp 39,000,000
B. Pengeluaran (biaya
variable)
Bakalan/bibit 1 Rp 6,000,000 Rp 6000,000
Pakan 300 kg Rp 100,000 Rp 600,000
Obat-obatan
Tenaga kerja
Bunga variable
Perkawinan ternak 8 Rp 50,000 Rp 400,000
Pertolongan beranak 1 Rp 50,000 Rp 50,000
Lain-lainnya
Jumlah pengeluaran/variable Rp 7,050,000
C. Gross margin (A-B) Rp 31,950,000
D. Biaya tetap
Penyusutan kandang 2 Rp 412,500 Rp 825,000
Penyusutan alat
Lainnya
Jumlah biaya tetap Rp 825,000
E. Total biaya (B+D) Rp 7,875,000
PENDAPATAN BERSIH (A- Rp 31,125,000
E)
4.2 Pembahasan
Dari hasil biaya produksi dan biaya beternak, dapat dilihat bahwa
pendapatan bersih peternak selama 1 tahun adalah Rp 31,125,000 rupiah
dengan pendapatan perbulan sebesar Rp 2.593.750 hal ini menunjukkan
usaha peternakan yang dijalankan oleh peternak tersebut cukup menjanjikan
meskipun pendapatan yang diperoleh bisa dikatakan pas-pasan. Pendapat
tersebut didapatkan dengan menggunakan sistem peternakan yang se-adanya,
tanpa ada lahan untuk menanam pakan, dan tanpa sentuhan teknologi modern.
Peternakan yang dijalankan dengan penerapan kandang koloni, responden
aktif sebagai anggota kelompok peternakan. Meskipun biaya kandang
ditanggung oleh peternak, namun ada beberapa biaya yang tidak dikeluarkan
oleh peternak seperti biaya air, listrik, sewa lahan perkandangan, obat-obatan,
tenaga kerja, perkawinan ternak, dan biaya pertolongan beranak.
Penerapan peternakan yang masih sangat tradisional, dengan
pengetahuan yang minim menjadikan peternakan yang sangat unik, karena
selama beternak, peternak belum pernah membeli obat-obatan untuk
ternaknya, tidak pernah memberikan vaksin, tidak menggunakan jasa dokter
hewan untuk pertolongan perkawinan dan pertolongan beranak. Hal-hal
tersebut seharusnya masuk sebagai biaya produksi, akan tetapi menjadi tidak
ada karena faktor-faktor di atas.
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Blakely, J and Blade, D.H. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. University
Gadjah Mada Press : Yogyakarta.
Daryanto 2007. Peningkatan Daya Saing Industri Peternakan. Permata
Wacana Lestari: Jakarta
Departemen Pertanian. 2006. Petunjuk Teknis Penelitian dan Pengkajian
Nasional Peternakan dan Perkebunan. Sistem Integrasi Padi Ternak : Jakarta.
Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction In Farm Animal : Philadelpia.
Ebert. 2006. Animal Feed Resources Information Sistem.
Siregar, B.S. 2008. Penggemukan Sapi.Penebar Swadaya : Jakarta.
2008. Kompetensi dan Keberdayaan Peternak dalam Pengembangan Usaha
Sapi Potong.Kasus Kabupaten Seram bagian Barat Propinsi Maluku.
Disertasi. Institut Pertanian Bogor : Bogor.