Oleh
Dandi Martadinata
B1D017048
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2021
i
PENGGUNAAN TEPUNG DAUN LAMTORO DALAM PAKAN
TERHADAP PERTUMBUHAN AYAM BROILER
Oleh
DANDI MARTADINATA
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Tanggal : Tanggal :
Mengesahkan :
Ketua,
ii
DEDIKASI
“Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada kemudahan. Karena itu bila kau telah
selesai (mengerjakan yang lain) dan kepada Tuhan, berharaplah”
(Q.S Al-Insyirah: 6-8)
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Hirabbil’alaamin, segala Puja dan Puji bagi Allah SWT serta
salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan alam Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah memberikan karunia nikmat iman, sehat dan kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah (skripsi) ini dengan yang
direncanakan.
Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi syarat – syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Peternakan. Dalam momentum ini, penulis tidak lupa mrnyampaikan
ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
1. Bapak Dr. Ir. Maskur, M.Si selaku Dekan Fakultas Peternakan, Universitas
Mataram dan seluruh staf yang telah menerima dan membantu penulis dalam
proses akademik.
2. Bapak Dr. Ir. I Wayan Wariata M.Si sebagai Ketua Program Studi Peternakan
Peternakan.
3. Ibu Ir. Sumiati., MP sebagai Pembimbing I dan bapak Ir. I Nyoman Sukartha
Jaya. M.Si sebagai Pembimbing II yang telah memberikan saran, arahan, dan
iv
memberikan izin dan kesempatan kepada penulis dalam melaksanakan
penelitian.
Akademik yang senantiasa memberikan motivasi dan nasehat yang berarti bagi
penulis.
6. Ayahanda Saifuddin dan Ibunda Ratiawati serta adik saya Galu rifandi tercinta
Penulis
Dandi Martadinata
v
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ------------------------------------------------------------------------------ i
DEDIKASI ---------------------------------------------------------------------------- iv
PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------- 1
vi
Variabel Yang Diamati ------------------------------------------------------------------ 19
Metode Penelitian ----------------------------------------------------------------------- 20
HASIL DAN PEMBAHASAN ----------------------------------------------------22
Kesimpulan -------------------------------------------------------------------------------- 26
Saran ---------------------------------------------------------------------------------------- 26
DAFTAR PUSTAKA ---------------------------------------------------------------27
LAMPIRAN --------------------------------------------------------------------------32
DAFTAR TABEL
vii
Tabel Halaman
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
khususnya broiler saat ini sering mengalami hambatan karena harga bahan pakan
biaya produksi digunakan untuk biaya pakan. Untuk itu dalam usaha peternakan
ayam broiler, peternak perlu mensiasati pemilihan bahan pakan alternatif yang
berpotensi untuk ternak, selalu tersedia dan merupakan sumber protein yang
murah untuk dapat digantikan sebagian dari pakan dasar unggas (Ngenna, 2019 ;
dikeluarkan untuk biaya pakan, maka perlu dilakukan penggantian bahan pakan
konvensional yang kebanyakan diimport dengan bahan pakan lokal yang mudah
didapat, murah namun mempunyai nilai gizi yang baik. Bahan pakan alternatif
yang cukup potensial baik dari segi kualitas dan kuantitas yang tunggi dan juga
bisa meningkatkan nilai gizi dari pakan antara lain adalah daun lamtoro.
(Mahfudz, 2000). Menurut pengamatan bahwa daun, bunga, buah lamtoro sangat
baik bila digunakan sebagai bahan pakan ternak karena dalam daun, bunga, buah
dapat digunakan sebagai bahan pakan alternatif untuk unggas di daerah tropis.
1
Produksi lamtoro dalam setahun adalah 6–8 ton/hektar bahan kering atau setara
dengan 20–80 ton bahan segar/hektar. Kandungan serat kasar pada daun dan
ranting berkisar 35,00% sedangkan pada tepung daun turun menjadi 19,20%, dan
relatif tinggi yaitu 25-30% dan total karbohidrat 18,6% dimana dapat
menggantikan tepung ikan maupun tepung kedele dalam pakan (Ngenna, 2019).
Melihat begitu besarnya potensi dari daun lamtoro maka perlu dilakukan
1. Tujuan
2. Kegunaan
2
lamtoro yang diformulasikan dalam pakan terhadap performans ayam
broiler.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayam Broiler
bahwa broiler merupakan jenis ayam dengan mutu genetik yang tinggi
(2014), bahwa ayam ras pedaging atau yang disebut juga ayam broiler
beredar di Indonesia. Strain adalah merek dagang atau hasil seleksi dalam
breeding untuk tujuan tertentu. Tujuan ini pada umumnya cenderung untuk
komersial atau nilai ekonomi tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
4
dihasilkan oleh perusahaan pembibitan melalui proses pemuliabiakan
hibrida modern yang berjenis kelamin jantan dan betina, yang memiliki
besar dan kulit licin (Risma, 2015). Ayam broiler disebut juga ayam
yang dapat tumbuh dengan cepat dan mempunyai kemampuan yang tinggi
dengan ayam pedaging atau ayam broiler adalah ayam jantan dan betina
muda yang berumur di bawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh
merupakan ternak ayam yang paling cepat pertumbuhannya. Hal ini karena
5
maju, sehingga memiliki sifat-sifat ekonomi yang menguntungkan (Herry,
2010).
yang berasal dari Amerika Tengah. Tanaman ini dibawa ke Indonesia pada
hampir semua tempat yang mendapat curah hujan cukup (Budiman et.al.,
1994).
lamtoro menghasilkan bahan kering sebesar 6–8 ton per hektar per tahun
atau sekitar 20-80 ton bahan segar dan kandungan protein kasar hijauan
yaitu berat kering 34,5%, protein kasar 21,5%, bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN) 49,5%, serat kasar 14,3%, lemak 6,5%, abu 6,28%,
6
dan pembengkakan kelenjar gondok (Siahaan, 1982).
bahan bakar dan sebagai sumber hijauan pakan ternak yang berprotein
serat kasar cukup tinggi yang menjadi salah satu faktor pembatas.
Kandungan serat kasar pada daun dan ranting berkisar 35,00% sedangkan
pada tepung daun turun menjadi 19,20%, dan protein lamtoro mencapai
7
Tabel 1. Pengaruh pemberian daun lamtoro terhadap performans ayam
pedaging
Perlakuan
Parameter P0 P1 P2 P3 P4
(0%) (5%) (10%) (15%) (20%)
Konsumsi pakan 894,25 991,24 020,15 910,60 2819,35
(g/5 ekor/mingu) ± 49,7 ±41,4 ±432 ±464 ± 379
Pertambahan bobot
124,34 125,53 132,67 060,85 1044,26
badan
± 44,6 ± 44,4 ± 40,3 ± 44,9 ± 45,1
(g/a5 ekor/minggu)
2,66 ± 2,66 ± 2,67 ± 2,75 ± 2,70 ±
Konversi pakan
0,15 0,08 0,11 0,10 0,11
Sumber : ( Mandey, 2015)
Hasail analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan memberikan
pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) tehadap konsumsi pakan,
pertambahan bobot badan dan konversi pakan. Artinya penggantian sebagian
pakan dengan tepung daun lamtoro sampai level 20% memberikan pengaruh yang
sama dengan pakan kontrol diukur dari jumlah konsumsi pakan, pertambahan
bobot badan, dan konversi pakan.
2.3 Pakan
ternak yang lengkap yang bisa melengkapi dan memenuhi kebutuhan nutrisi
ternak selama satu hari (24 jam). Pakan yang baik memiliki sifat palatabel
et. al., 2006). Pakan ayam biasanya terdiri dari campuran beberapa macam
bahan pakan yang berasal dari tanaman dan hewan serta campuran beberapa
8
mineral utama yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembangnya
pakan merupakan kumpulan bahan pakan yang layak dimakan oleh ayam dan
telah disusun mengikuti aturan tertentu. Aturan itu meliputi nilai kebutuhan
gizi bagi ayam dan nilai kandungan gizi dari bahan pakan yang digunakan.
Bahan dasar pakan ternak unggas pada umumnya terdiri dari butiran
lain-lain) serta bahan pakan asal hewani (bekicot, tepung ikan, siput, ikan
rucah, ikan sapu-sapu, limbah ranjungan dan cangkang udang) serta. Pakan
tepung (mash) yang biasanya diberikan untuk ayam petelur fase grover dan
layer, bentuk pellet, biasanya diberikan pada ayam pedaging fase finisher,
bentuk crumble (pecahan pellet), biasanya untuk ayam pedaging fase starter.
Semua unsur gizi itu saling terkait satu sama lain dan saling mempengaruhi
(Rasyaf, 1994). Tujuan utama di dalam pemberian bahan pakan pada ayam
9
dengan kadar protein dan juga energi metabolis yang lebih banyak dibanding
pakan ayam petelur. Pada ayam pedaging, kebutuhan zat-zat pakan berbeda
jumlahnya pada setiap fase atau tingkatan umur ayam (Komandoko, 2002).
Adapun kebutuhan zat nutrisi untuk ayam broiler dapat dilihat pada tabel 2 di
bawah ini.
daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya. Pertambahan
10
besar, keadaan ini tergantung pada tipe ayam, jenis kelamin, galur, tata
yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan merupakan dua hal yang
temperatur tinggi dan saat ayam dalam keadaan stres pertumbuhannya akan
sangat perlu diperhatikan kuantitas dan kualitas pakan. Pakan tersebut harus
urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali
11
(1991), pertumbuhan dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan
yang dilakukan dengan penimbangan berulang ulang yaitu tiap hari, tiap
minggu atau tiap waktu lainnya. Kecepatan bertumbuh ayam tergantung pada
berbagai faktor yaitu : potensi genetik, nilai gizi pakan dan banyak pakan
protein dan energi tidak cukup tersedia dalam pakan maka pertumbuhan dan
ayam broiler itu. Pada tingkat protein yang rendah dalam pakan, ayam boiler
yaitu konsumsi pakan, kualitas pakan, jenis kelamin, lama pemeliharaan dan
berulang dalam waktu tertentu misalnya tiap hari, tiap minggu, tiap bulan,
12
atau tiap tahun. Rose (1997) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan
ayam berlangsung sesuai dengan kondisi fisiologis ayam, yaitu bobot badan
ayam akan berubah ke arah bobot badan dewasa. Perubahan bobot badan
dan perlahan lagi atau berhenti. Berdasarkan hasil penelitian (Sulasmi, 2012)
ada di dalam pakan tersebut yang telah tersusun dari berbagai bahan pakan
pakan pada waktu itu, bila dibagi tujuh akan diperoleh konsumsi per hari.
palatabilitas pakan dan jenis kelamin (Wahju, 1992). Konsumsi pakan akan
13
meningkat bila kandungan energi dalam pakan menurun, sebaliknya
oleh bentuk, bau, rasa, tekstur dan suhu bahan pakan yang diberikan. Ayam
Broiler lebih menyukai bahan pakan yang berwarna cerah. Ayam ini
konsumsi pakan ayam jantan lebih besar daripada ayam betina. (Risma,
dipelihara selama 4 minggu adalah 1616 gram untuk jantan dan 1490 gram
menurut PT. Charoen Pokpan dalam Umiarti (2020) yaitu pada minggu ke
14
pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu. Satu ukuran efesiensi
dengan hasil yang diperoleh baik. Nilai suatu pakan selain ditentukan oleh
nilai konsumsi pakan dan tingkat pertumbuhan bobot badan juga ditentukan
rendah angka konversi pakan berarti kualitas pakan semakin baik. Nilai
konversi pakan dapat dipenuhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah suhu
lingkungan, laju perjalanan pakan melalui alat pencernaan, bentuk fisik, dan
khususnya biaya pakan, karena semakin tinggi konversi pakan maka biaya
pakan yang akan meningkat karena jumlah pakan yang dikonsumsi untuk
menghasilkan bobot badan dalam jangka waktu tertentu semakin tinggi. Nilai
pakan menurut Rasyaf (1994) adalah pembagian antara konsumsi pakan pada
minggu lalu dengan pertambahan bobot badan pada minggu itu pula. Tolok
ukur untuk produksi yang sering digunakan adalah nilai dari konversi pakan.
Semakin tinggi nilai konversi pakan berarti pakan yang dibutuhkan untuk
menaikkan bobot badan per satuan berat semakin banyak atau efisiensi
15
memproduksi satu Kg bobot hidup. Konversi pakan dipengaruhi oleh kualitas
pakan, genetik ternak, umur, bobot hidup ternak dan temperatur lingkungan.
Efisiensi pakan yang baik akan mempengaruhi konversi pakan itu sendiri.
Tabel 3. Hasil- hasil penelitian pemberian daun lamtoro pada ternak unggas.
Ternak Level
Unggas Hasil Penelitian Referensi
Lamtoro
Puyuh 5 – 25 Perlakuan terbaik terdapat pada Khoirul ( 2017)
ransum dengan penambahan tepung
daun lamtoro sebanyak 5% tetapi
tidak dapat meningkatkan bobot
karkas, persentase karkas, panjang
usus dan gilbet burung puyuh
Broiler 5 – 20 Pakan dasar ayam pedaging dapat Mandey (2015)
digantikan dengan daun lamtoro
sampai level 20%
Ayam 5 – 15 Daun lamtoro sebanyak 7% dalam Tirajoh (2016)
KUB pakan dapat meningkatkan bobot
badan dan jumlah ditinjau
berdasarkan aspek ekonomi
efisiensi kelayakan usaha dengan
penambahan daun lamtoro
memberikan nilai R/C sebesar 1,5.
Broiler 5 – 20 Penggunaan tepung daun lamtoro Ngenna (2019)
dengan sampai level 20% yang
terfermentasi EM-4 dapat
digunakan dalam ransum sebgai
pengganti sebagian pakan dasar
apabila distribusikan dengan bahan
pakan lainnya dan ditingkatkan
levelnya sehingga kualitas pakan
meningkat.
16
Dari tabel ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan daun lamtoro dalam
pakan unggas terbaik pada pemberian level 5% dan dapat diberikan sampai level
20%.
BAB III
Kabupaten Sumbawa besar, Nusa Tenggara Barat. Saat ini bapak M. Sidik
kelompok perlakuan (P0, P1, dan P2) dan setiap perlakuan terdiri dari 5
3.2.2 Tepung daun lamtoro dan pakan komersial (BR1 dan BR2) dengan
5% tepung daun lamtoro dan pada perlakuan ketiga (P2) diberikan 90%
pakan komersial + 10% tepung daun lamtoro serta untuk susunan pakan
terlampir pada lampiran. Komposisi pakan pada penelitian ini dapat pada
17
Tabel 4. Komposisi pakan penelitian dan kandungan gizinya pada pakan
komersial BR1
Perlakuan
Bahan Pakan
P0 P1 P2
Pakan Komersial 100 95 90
Tepung Daun Lamtoro 0 5 10
Komposisi Nutrien
Protein Kasar (%) 21 21,03 21,05
Serat Kasar (%) 5 5,5 6,01
Lemak (%) 5 5,33 5,67
Ca (%) 0,95 1,03 1,12
P (%) 0,5 0,56 0,46
ME (Kkal/Kg) 3048 2937,5 2828,2
komersial BR2
Perlakuan
Bahan Pakan
P0 P1 P2
Pakan Komersial 100 95 90
Tepung Daun Lamtoro 0 5 10
Komposisi Nutrien
Protein Kasar (%) 19 19,3 19,25
Serat Kasar (%) 6 6,45 6,91
Lemak (%) 5 5,67 5,33
Ca (%) 0,95 1,03 1,12
P (%) 0,45 0,51 0,42
ME (Kkal/Kg) 3237 3117,65 2998,3
18
1. Mesin giling digunakan untuk menggiling daun lamtoro dan pakan
komersial
dan sisa pakan setiap minggu. Konsumsi pakan per ekor perminggu
satu mingu.
ayam pada akhir minggu. Pertambahan bobot badan per ekor perminggu
berikut :
19
Konversi pakan = Konsumsi pakan
PBB
c. Persiapan pakan
d. Pengelompokan ayam
f. Koleksi data
20
g. Analisis data
21
BAB IV
ayam broiler mengenai pengaruh penggunaan tepung daun lamtoro dalam pakan
Nilai konsumsi pakan pada P0, P1, dan P2 memiliki nilai yang tidak
lamtoro sampai 10% memiliki palatabilitas yang sama dengan pakan kontrol.
Artinya bahwa ketiga jenis pakan yang digunakan memiliki kualitas yang
gizinya pakan komersial BR1 dan BR2). Hal ini sesuai dengan penelitian
22
Mandey, et al., (2015) bahwa penambahan tepung daun lamtoro sampai 20%
hampir sama dengan pakan kontrol, karena itu memberikan pengaruh yang
sama dengan pakan kontrol. Nilai konsumsi pakan yang tidak jauh berbeda
palatabilitas yang tinggi. Hal ini sesuai dengan Meena Devi, et al (2013)
satu dari tanaman pohon di daerah tropis yang mempunyai kualitas paling
tinggi dan paling palatable. Tepung daun lamtoro digunakan sebagai pakan
unggas dan merupakan sumber protein tanaman yang murah dan bernilai gizi
tinggi, serta dapat disuplementasi dalam pakan unggas, juga bersifat “non-
lamtoro pada pakan tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap bobot badan
akhir. Pertambahan bobot badan dihitung dari selisih bobot badan minggu
konsumsi pakan sama dan kandungan nutriennya juga sama. Sejalan dengan
23
dengan yang dilaporkan Ayssiwede, et al. (2010) yang menggunakan tepung
daun lamtoro hingga level 21% dengan kandungan pakan iso-protein dan iso-
kalori dan mendapatkan hasil yang berbeda nyata terhadap performans ayam
dengan sorghum dan juga level bahan pakan yang lain ditingkatkan sehingga
lebih cepat, berat mencapai dua kali lipat dalam dua minggu dan meningkat
sampai sepuluh kali dalam waktu kira-kira enam minggu. Laju pertumbuhan
konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan (PBB) yang diperoleh selama
bahwa efisiensi penggunaan pakan semakin jelek, dan itu terjadi karena
2015).
24
Nilai konversi pakan pada perlakuan P0, P1, dan P2 berturut-turut yaitu
1.23 ± 0.04, 1.21 ± 0.04, dan. 1.16 ± 0.03. Nilai konversi pakan tertinggi
pada pemberian tepung daun lamtoro yaitu pada perlakuan P0 dengan rata-
dengan rata-rata 1.16 ± 0.03. Semakin kecil nilai konversi pakan maka
bobot badan dari ayam broiler dengan rata-rata konversi pakan. Nilai
konversi pakan terbaik yaitu nilai konversi terendah yang dimana nilai
Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan perbedaan yang nyata antara P0 dengan
P2. Selanjutnya terdapat perbedaan yang tidak nyata (P>0.05) pada konversi
25
BAB V
5.1 Kesimpulan
bahwa tepung daun lamtoro dalam pakan dapat diberikan sampai level 10%.
5.2. Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Afza, N., M.A. Kalhoro., R. Ali Khan & M.A. Ijaz Anwar. 2007.
Purnamasari, 2016. Evaluasi kualitas pakan komplit dan konsentrat unggas yang
Gordon, S. H. & D. R. Charles. 2002. Niche and organic chicken products: their
27
Huda, S., L. D. Mahfudz., & S, Krismiati. 2019. “ Pengaruh Step down Protein
Ichwan, WM. 2003. Making Broiler Chicken Feed. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Jull, M.A. 1951. Poultry Husbandry. McGraw-Hill Book Co. Inc. New York,
Toronto, London.
Mataram.
Meena Devi, V.N., V.N. Ariharan & P. Nagendra Prasad. 2013. Nutritive value
28
Nastiti, Risma. 2015. Menjadi Milyader Budidaya Ayam Broiler. Yogyakarta :
Terhadap Bobot Badan Ayam Broiler Gallus Sp)”. Buletin Anatomi dan
Rasyaf, M., 2002. Kunci Sukses Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya
Jakarta.
com.cdn.ampproject.org/v/s/unggasindonesia.wordpress.com
29
Sulasmi; Yusri; Emy S. 2013. Pengaruh Penambahan Jenis Tepung Daun
Badan Dan Konversi Pakan Ayam Broiler. Jurnal ilmiah agribisnis dan
perikanan. Vol 6.
Mataram.
Suprijatna, E., A. Umiati & R. K. Sudjana. 2005. Ilmu dasar Ternak Unggas
Yogyakarta.
Tirajoh, S., & Baliadi, Y. 2017. Kelayakan Usaha Tani Ayam KUB Melalui
Ogan Ilir. Jurnal Peternakan Sriwijaya/ Vol. 6, No 1. Juni 2017, pp. 37-
43.
30
Umiati, A. T. 2020. Manajemen Pemeliharaan Broiler. Cetakan Pertama.
Denpasar. Bali.
31
LAMPIRAN
32
33