Anda di halaman 1dari 41

PENGGUNAAN TEPUNG DAUN LAMTORO DALAM PAKAN

TERHADAP PERTUMBUHAN AYAM BROILER

Oleh

Dandi Martadinata
B1D017048

Diajukan untuk Menyusun Skripsi

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2021

i
PENGGUNAAN TEPUNG DAUN LAMTORO DALAM PAKAN
TERHADAP PERTUMBUHAN AYAM BROILER

Oleh

DANDI MARTADINATA

B1D 017 048

Menyetujui:

Ir. Sumiati., MP. Ir. I Nyoman Sukartha Jaya. M.Si


NIP. 196001281986032002 NIP. 196101211986031003

Pembimbing I Pembimbing II
Tanggal : Tanggal :

Mengesahkan :

Fakultas Peternakan Universitas Mataram

Program Studi Peternakan

Ketua,

Dr. Ir. I Wayan Wariata, M.Si


NIP. 19611231198703101

ii
DEDIKASI

“Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada kemudahan. Karena itu bila kau telah
selesai (mengerjakan yang lain) dan kepada Tuhan, berharaplah”
(Q.S Al-Insyirah: 6-8)

Skripsi ini saya persembahkan kepada:


1. Kedua orang tua saya yang selama ini telah mendukung serta selalu
mendoakan anak-anaknya
2. Saudara saya yang selalu nasehatin dan ngingatin selama ini
3. Keluarga besar yang selalu nanya kapan wisuda

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Hirabbil’alaamin, segala Puja dan Puji bagi Allah SWT serta

salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan alam Nabi Besar

Muhammad SAW yang telah memberikan karunia nikmat iman, sehat dan kesempatan

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah (skripsi) ini dengan yang

direncanakan.

Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi syarat – syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Peternakan. Dalam momentum ini, penulis tidak lupa mrnyampaikan

ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

skripsi ini. Ucapan terimakasih penulis disampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Maskur, M.Si selaku Dekan Fakultas Peternakan, Universitas

Mataram dan seluruh staf yang telah menerima dan membantu penulis dalam

proses akademik.

2. Bapak Dr. Ir. I Wayan Wariata M.Si sebagai Ketua Program Studi Peternakan

dan Bapak Drh. Anwar Rosyidi, MP sebagai Sekretaris Program Studi

Peternakan.

3. Ibu Ir. Sumiati., MP sebagai Pembimbing I dan bapak Ir. I Nyoman Sukartha

Jaya. M.Si sebagai Pembimbing II yang telah memberikan saran, arahan, dan

semangat kepada penulis

4. Ibu Dwi Kusuma Purnamasari, S.Pt,M.Si selaku Kepala Labolatorium Ilmu

Nutrisi Non Ruminansia yang memberikan kelancaran karena telah

iv
memberikan izin dan kesempatan kepada penulis dalam melaksanakan

penelitian.

5. Bapak Prof. Ir. Sulaiman N. Depamede, M.Biotech., Ph.D sebagai Pembina

Akademik yang senantiasa memberikan motivasi dan nasehat yang berarti bagi

penulis.

6. Ayahanda Saifuddin dan Ibunda Ratiawati serta adik saya Galu rifandi tercinta

yang telah mengajarkan banyak hal, memberikan motivasi, dukungan, materi

dan doa yang tak henti – hentinya terucap untuk penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

sehingga kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan demi

penyempurnaan skripsi ini.

Penulis

Dandi Martadinata

v
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ------------------------------------------------------------------------------ i

HALAMAN SAMPUL -------------------------------------------------------------- ii

HALAMAN PENGESAHAN ----------------------------------------------------- iii

DEDIKASI ---------------------------------------------------------------------------- iv

KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------- v

DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------- vi

DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------- viii

ABSTRAK ---------------------------------------------------------------------------- xii

ABSTRACT --------------------------------------------------------------------------- xiii

PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------- 1

Latar Belakang ---------------------------------------------------------------------------- 1


Rumusan Masalah ----------------------------------------------------------------------- 2
Tujuan dan Kegunaan Penelitian ----------------------------------------------------- 2
Tujuan Penelitian ------------------------------------------------------------------ 2

Kegunaan Penelitian -------------------------------------------------------------- 2

TINJAUAN PUSTAKA ------------------------------------------------------------ 4

Ayam Broiler ------------------------------------------------------------------------------ 4


Lamtoro (Leucaena leucocephala)------------------------------------------------------- 6
Pakan --------------------------------------------------------------------------------------- 8
Pertumbuhan Ayam Broiler ----------------------------------------------------------- 10
Konsumsi Pakan -------------------------------------------------------------------------- 13
Konservasi Pakan ------------------------------------------------------------------------- 14
MATERI DAN METODE --------------------------------------------------------- 17

Waktu Pelaksanaan dan Lokasi Penelitian ----------------------------------------- 17


Materi Penelitian ------------------------------------------------------------------------- 17

vi
Variabel Yang Diamati ------------------------------------------------------------------ 19
Metode Penelitian ----------------------------------------------------------------------- 20
HASIL DAN PEMBAHASAN ----------------------------------------------------22

Konsumsi Pakan --------------------------------------------------------------------------22


Pertambahan Bobot Badan-------------------------------------------------------------23
Konservasi pakan ------------------------------------------------------------------------- 24
KESIMPULAN DAN SARAN ----------------------------------------------------26

Kesimpulan -------------------------------------------------------------------------------- 26
Saran ---------------------------------------------------------------------------------------- 26
DAFTAR PUSTAKA ---------------------------------------------------------------27

LAMPIRAN --------------------------------------------------------------------------32

DAFTAR TABEL

vii
Tabel Halaman

1. Pengaruh Pemberian Daun Lamtoro Terhadap Performans Ayam ----------8


2. Kebutuhan Nutrisi Ayam Broiler Per Hari----------------------------------------10
Y3. Hasil-Hasil Penelitian Daun Lamtoro Pada Ternak Unggas ------------------16

4. Komposisi Pakan dan Kandungan Gizi Pakan BR 1-----------------------------18


Y5. Komposisi Pakan dan Kandungan Gizi Pakan BR 1 ---------------------------18

6. Rata-Rata Performance Ayam Broiler -------------------------------------------22


Y

viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Broiler merupakan salah satu komoditas hasil ternak yang mempunyai

peranan penting dalam memenuhi protein hewani. Pertumbuhan industri unggas

khususnya broiler saat ini sering mengalami hambatan karena harga bahan pakan

yang mahal. Pemilihan pakan yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan,

produktivitas ternak sekaligus meningkatkan keuntungan usaha, karena 60-70%

biaya produksi digunakan untuk biaya pakan. Untuk itu dalam usaha peternakan

ayam broiler, peternak perlu mensiasati pemilihan bahan pakan alternatif yang

berpotensi untuk ternak, selalu tersedia dan merupakan sumber protein yang

murah untuk dapat digantikan sebagian dari pakan dasar unggas (Ngenna, 2019 ;

Rasyaf, 2002). (Mahfudz, 2000) menyatakan bahwa besarnya biaya yang

dikeluarkan untuk biaya pakan, maka perlu dilakukan penggantian bahan pakan

konvensional yang kebanyakan diimport dengan bahan pakan lokal yang mudah

didapat, murah namun mempunyai nilai gizi yang baik. Bahan pakan alternatif

yang cukup potensial baik dari segi kualitas dan kuantitas yang tunggi dan juga

bisa meningkatkan nilai gizi dari pakan antara lain adalah daun lamtoro.

Lamtoro (Leucaena leucocephala) merupakan Leguminosa yang banyak

dijumpai di Indonesia dan dapat digunakan untuk bahan penyusun pakan

(Mahfudz, 2000). Menurut pengamatan bahwa daun, bunga, buah lamtoro sangat

baik bila digunakan sebagai bahan pakan ternak karena dalam daun, bunga, buah

Lamtoro terdapat zat nutrisi yang dapat mempercepat pertumbuhan. Lamtoro

dapat digunakan sebagai bahan pakan alternatif untuk unggas di daerah tropis.

1
Produksi lamtoro dalam setahun adalah 6–8 ton/hektar bahan kering atau setara

dengan 20–80 ton bahan segar/hektar. Kandungan serat kasar pada daun dan

ranting berkisar 35,00% sedangkan pada tepung daun turun menjadi 19,20%, dan

protein lamtoro mencapai 29,20%. Tepung daun lamtoro mengandung protein

relatif tinggi yaitu 25-30% dan total karbohidrat 18,6% dimana dapat

menggantikan tepung ikan maupun tepung kedele dalam pakan (Ngenna, 2019).

Melihat begitu besarnya potensi dari daun lamtoro maka perlu dilakukan

penelitian yang berjudul “Penggunaan Tepung Daun Lamtoro Dalam Pakan

Terhadap Pertumbuhan Ayam Broiler” dengan harapan dapat menurunkan harga

pakan dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang

didapat yaitu mengetahui bagaimana pengaruh pemberian tepung daun

lamtoro terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler.

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian

tepung daun lamtoro terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler.

2. Kegunaan

Adapun kegunaan dari pelaksanaan Penelitian ini, antara lain:

1. Informasi yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai

pengetahuan tambahan masyarakat tentang pengaruh tepung daun

2
lamtoro yang diformulasikan dalam pakan terhadap performans ayam

broiler.

2. Sebagai referensi bagi mahasiswa dan pihak lainnya untuk melakukan

penelitan lanjutan tentang pengaruh tepung daun lamtoro yang

diformulasikan dalam pakan terhadap performans ayam broiler.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayam Broiler

Ayam broiler merupakan jenis ayam ras pedaging unggul yang

merupakan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki

produktifitas tinggi. Dengan adanya persilangan tersebut, bisa dikatakan

bahwa broiler merupakan jenis ayam dengan mutu genetik yang tinggi

dalam menghasilkan daging. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mulyantini

(2014), bahwa ayam ras pedaging atau yang disebut juga ayam broiler

adalah ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi

dengan ciri khas sebagai penghasil daging.

Ayam broiler mampu menghasilkan daging yang baik dan memiliki

kelebihan yaitu pertumbuhan yang sangat pesat jika dibandingkan unggas

lainnya. Secara genetik, ayam broiler memiliki laju pertumbuhan pesat

akan tetapi pertumbuhan tersebut perlu ditunjang dengan kualitas pakan

yang baik untuk memenuhi kebutuhan nutrien terutama protein.

Kekurangan asupan protein dapat menyebabkan pertumbuhan ayam broiler

yang kurang maksimal yang berakibat pada pertumbuhan bobot badan

yang kurang optimal (Huda dkk, 2019)

Ada beberapa strain broiler yang telah berhasil dikembangkan dan

beredar di Indonesia. Strain adalah merek dagang atau hasil seleksi dalam

breeding untuk tujuan tertentu. Tujuan ini pada umumnya cenderung untuk

komersial atau nilai ekonomi tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Suprijatna et.al. (2005), strain merupakan sekelompok ayam yang

4
dihasilkan oleh perusahaan pembibitan melalui proses pemuliabiakan

untuk tujuan ekonomis tertentu. Broiler sendiri merupakan strain ayam

hibrida modern yang berjenis kelamin jantan dan betina, yang memiliki

karakteristik ekonomis, pertumbuhannya cepat dengan konversi pakan irit,

dan siap dipanen di usia muda (Gordon dan Charles, 2002).

Ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa teknologi yang

memiliki karakteristik ekonomis. Mempunyai tingkat pertumbuhan cepat,

sebagai penghasil daging, masa panen pendek, menghasilkan daging yang

berserat lunak, mempunyai timbunan daging baik, memiliki dada lebih

besar dan kulit licin (Risma, 2015). Ayam broiler disebut juga ayam

pedaging karena dipelihara khusus untuk produksi daging (Tahjudin, 1984)

dan Komandoko (2002) menyatakan bahwa ayam broiler adalah ayam

yang dapat tumbuh dengan cepat dan mempunyai kemampuan yang tinggi

dalam mengubah pakan yang dikonsumsinya menjadi daging dalam waktu

yang relatif singkat. Rasyaf (1994) menyatakan bahwa yang dimaksud

dengan ayam pedaging atau ayam broiler adalah ayam jantan dan betina

muda yang berumur di bawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh

tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang

lebar dengan timbunan daging yang baik dan banyak.

Ayam broiler merupakan jenis ternak yang banyak dikembangkan

sebagai sumber pemenuhan kebutuhan protein hewani. Ayam broiler

merupakan ternak ayam yang paling cepat pertumbuhannya. Hal ini karena

ayam broiler merupakan hasil dari budidaya yang menggunakan teknologi

5
maju, sehingga memiliki sifat-sifat ekonomi yang menguntungkan (Herry,

2010).

2.2 Lamtoro ( Leucaena leucocephala)

Lamtoro (Leucaena leucocephala) sudah dikenal di Indonesia sejak

dulu dengan nama petai cina. Tanaman ini termasuk kacang-kacangan

yang berasal dari Amerika Tengah. Tanaman ini dibawa ke Indonesia pada

abad ke-20 sebagai tanaman peneduh di perkebunan-perkebunan. Sekarang

tanaman ini tersebar di seluruh pelosok pedesaan karena mudah tumbuh di

hampir semua tempat yang mendapat curah hujan cukup (Budiman et.al.,

1994).

Lamtoro (Leucena leucocephala) merupakan salah satu leguminosa

pohon yang mengandung protein tinggi yang sangat potensial sebagai

pakan ternak non ruminansia seperti kelinci di daerah tropis. Tanaman

lamtoro menghasilkan bahan kering sebesar 6–8 ton per hektar per tahun

atau sekitar 20-80 ton bahan segar dan kandungan protein kasar hijauan

lamtoro cukup tinggi berkisar 25%–30%. Komposisi kimia daun lamtoro,

yaitu berat kering 34,5%, protein kasar 21,5%, bahan ekstrak tanpa

nitrogen (BETN) 49,5%, serat kasar 14,3%, lemak 6,5%, abu 6,28%,

kalsium 2,7%, dan pospor 0,17%. Berdasarkan komposisi kimia tersebut,

lamtoro dapat dijadikan sebagai bahan penyusun pakan ternak kelinci,

namun penggunaannya terbatas, karena mengandung senyawa mimosin

yang dapat mengganggu fungsi biologi ternak. Tidak normalnya fungsi

biologis biasanya ditandai dengan rambut rontok, pertumbuhan lambat,

6
dan pembengkakan kelenjar gondok (Siahaan, 1982).

Lamtoro dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pioner, pupuk hijau

(penyubur tanah), bahan bangunan, tanaman pinggir jalan, sebagai

tanaman pelindung, pagar hidup, tanaman pendukung, sebagai pembasmi

tanaman herba (alang-alang), pencegah erosi, bahan baku pembuat kertas,

bahan bakar dan sebagai sumber hijauan pakan ternak yang berprotein

tinggi (Mathius, 1993).

Lamtoro atau Leucaena leucocephala dapat digunakan sebagai bahan

pakan alternatif untuk unggas di daerah tropis. Ketersediaan pakan

inkonvensional ini cukup melimpah, pada umumnya hanya diberikan pada

ternak ruminansia dan sedikit diberikan pada unggas karena terkandung

serat kasar cukup tinggi yang menjadi salah satu faktor pembatas.

Kandungan serat kasar pada daun dan ranting berkisar 35,00% sedangkan

pada tepung daun turun menjadi 19,20%, dan protein lamtoro mencapai

29,20%. Total karbohidrat 18,6% dimana dapat menggantikan tepung ikan

maupun tepung kedele dalam pakan (Nggena, 2019). Analisis pemberian

tepung daun lamtoro terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan

dan konversi pakan seperti tertera pada Tabel 1 di bawah ini :

7
Tabel 1. Pengaruh pemberian daun lamtoro terhadap performans ayam
pedaging

Perlakuan
Parameter P0 P1 P2 P3 P4
(0%) (5%) (10%) (15%) (20%)
Konsumsi pakan 894,25 991,24 020,15 910,60 2819,35
(g/5 ekor/mingu) ± 49,7 ±41,4 ±432 ±464 ± 379

Pertambahan bobot
124,34 125,53 132,67 060,85 1044,26
badan
± 44,6 ± 44,4 ± 40,3 ± 44,9 ± 45,1
(g/a5 ekor/minggu)
2,66 ± 2,66 ± 2,67 ± 2,75 ± 2,70 ±
Konversi pakan
0,15 0,08 0,11 0,10 0,11
Sumber : ( Mandey, 2015)
Hasail analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan memberikan
pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) tehadap konsumsi pakan,
pertambahan bobot badan dan konversi pakan. Artinya penggantian sebagian
pakan dengan tepung daun lamtoro sampai level 20% memberikan pengaruh yang
sama dengan pakan kontrol diukur dari jumlah konsumsi pakan, pertambahan
bobot badan, dan konversi pakan.
2.3 Pakan

Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha peternakan

yang akan menentukan kemampuan ternak dalam mengekspresikan potensi

genetiknya (Sutama dan Budiarsana, 2009). Pakan komplit merupakan pakan

ternak yang lengkap yang bisa melengkapi dan memenuhi kebutuhan nutrisi

ternak selama satu hari (24 jam). Pakan yang baik memiliki sifat palatabel

(disukai ternak), tidak mudah rusak selama penyimpanan, kandungan nutrisi

yang baik menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi, mudah

dicerna dan harganya relative murah (Diwantara, 2013) dalam (Purnamasari

et. al., 2006). Pakan ayam biasanya terdiri dari campuran beberapa macam

bahan pakan yang berasal dari tanaman dan hewan serta campuran beberapa

8
mineral utama yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembangnya

ayam (Komandoko, 2002). Pakan perlu disediakan untuk kebutuhan ayam

selama sehari semalam untuk menunjang segala aktivitas ayam setiap

harinya (Komandoko, 2002). Sedangkan Rasyaf (1994) menyatakan bahwa

pakan merupakan kumpulan bahan pakan yang layak dimakan oleh ayam dan

telah disusun mengikuti aturan tertentu. Aturan itu meliputi nilai kebutuhan

gizi bagi ayam dan nilai kandungan gizi dari bahan pakan yang digunakan.

Bahan dasar pakan ternak unggas pada umumnya terdiri dari butiran

(jagung, beras, kacang-kacangan, milet, jewawat, ketan hitam, gabah dan

lain-lain) serta bahan pakan asal hewani (bekicot, tepung ikan, siput, ikan

rucah, ikan sapu-sapu, limbah ranjungan dan cangkang udang) serta. Pakan

tersedia dalam bentuk yang berbeda-beda disesuaikan dengan ternak yang

mengkonsumsi. Diwantara (2013) dalam Purnamasari et.al. (2006)

menyatakan bahwa terdapat berbagai macam bentuk pakan yaitu : bentuk

tepung (mash) yang biasanya diberikan untuk ayam petelur fase grover dan

layer, bentuk pellet, biasanya diberikan pada ayam pedaging fase finisher,

bentuk crumble (pecahan pellet), biasanya untuk ayam pedaging fase starter.

Untuk pertumbuhan dan keperluan hidupnya, ayam pedaging

membutuhkan unsu-unsur protein, energi, vitamin, mineral, lemak dan air.

Semua unsur gizi itu saling terkait satu sama lain dan saling mempengaruhi

(Rasyaf, 1994). Tujuan utama di dalam pemberian bahan pakan pada ayam

pedaging adalah menjamin penambahan bobot badan selama pertumbuhan

dan penggemukannya (Wiharto, 1985). Ayam pedaging menghendaki pakan

9
dengan kadar protein dan juga energi metabolis yang lebih banyak dibanding

pakan ayam petelur. Pada ayam pedaging, kebutuhan zat-zat pakan berbeda

jumlahnya pada setiap fase atau tingkatan umur ayam (Komandoko, 2002).

Adapun kebutuhan zat nutrisi untuk ayam broiler dapat dilihat pada tabel 2 di

bawah ini.

Tabel 2. Kebutuhan nutrisi ayam broiler per hari

Fase Produksi (hari)


Starter Finisher
Zat Nutrisi
(0-21) (22-panen)
Protein Kasar (%) 20-22 19
Energi Metabolisme (kkal/Kg) 3025-3150 3083
Serat Kasar (%) <5 < 5,5
Lemak Kasar (%) 2,5-7 2-7
Abu (%) 5-8 5-8
Kalsium (%) 0,9-2 0,9-2
Phospor (%) 0,71-1 0,71-1
Sumber : Standar Nasional Indonesia, 1995 (Diakses pada 31 maret 2021)

2.4 Pertumbuhan Ayam Broiler

Salah satu hal penting dalam menentukan produksi ternak adalah

dengan mengetahui pertumbuhannya. Pertumbuhan merupakan suatu proses

yang sangat kompleks yang meliputi pertambahan bobot hidup dan

pertumbuhan secara merata dan serentak. Sedangkan pertumbuhan

didefiniskan sebagai pertambahan dalam bentuk dan jaringan seperti urat

daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya. Pertambahan

bobot badan diperoleh melalui pengukuran kenaikan bobot badan dengan

melakukan pertimbangan berulang-ulang dalam waktu tiap hari, tiap minggu,

atau tiap bulan. Kecepatan pertumbuhan mempunyai variasi yang cukup

10
besar, keadaan ini tergantung pada tipe ayam, jenis kelamin, galur, tata

laksana, temperature lingkungan, tempat ayam tersebut dipelihara serta

kualitas dan kuantitas pakan. Kualitas dari bahan-bahan pakan yang

dipergunakan untuk membuat pakan serta keserasian komposisi nilai gizi

yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan merupakan dua hal yang

penting dalam menentukan puncak performan ayam broiler. Pada umumnya

semua ternak unggas, khususnya ayam broiler termasuk golongan yang

memiliki pertumbuhan cepat. Pertumbuhan ayam pedaging sangat cepat dan

pertumbuhan dimulai sejak menetas sampai umur 8 minggu, setelah itu

kecepatan pertumbuhan akan menurun. Pertumbuhan sangat erat

hubungannya dengan konsumsi pakan, dan penurunan pertumbuhan

disebabkan karena menurunnya konsumsi pakan dari ayam. Selain itu,

temperatur tinggi dan saat ayam dalam keadaan stres pertumbuhannya akan

menurun karena konsumsi pakannya menurun (Risma, 2015).

Pertumbuhan ternak unggas diukur dengan pertambahan bobot

badannya. Untuk memperoleh pertambahan bobot badan yang baik maka

sangat perlu diperhatikan kuantitas dan kualitas pakan. Pakan tersebut harus

dalam keadaan cukup dan seimbang. Sehingga dapat menunjang

pertumbuhan yang optimum dari ternak (Yamin, 2002).

Anggorodi (1994) menyatakan bahwa pertumbuhan murni mencakup

pertambahan dalam bentuk dan berat jaringan- jaringan pembangun, seperti :

urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali

jaringan lemak) dan alat-alat tubuh. Sedangkan menurut Tillman ct.of

11
(1991), pertumbuhan dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan

yang dilakukan dengan penimbangan berulang ulang yaitu tiap hari, tiap

minggu atau tiap waktu lainnya. Kecepatan bertumbuh ayam tergantung pada

berbagai faktor yaitu : potensi genetik, nilai gizi pakan dan banyak pakan

yang dikonsumsi serta kesehatan ternak (Tillman et.al, 1991). Sedangkan

Wahju (1988) menyatakan defisiensi protein dapat mengakibatkan

penurunan pertumbuhan sesuai derajat defisiensinya. Karena protein

merupakan komponen gizi utama yang diperlukan oleh ternak untuk

pertumbuhannya. Lebih lanjut Wahju (1992) menyatakan apabila kebutuhan

protein dan energi tidak cukup tersedia dalam pakan maka pertumbuhan dan

aktivitas produksi menjadi lambat diikuti bobot badan menurun. Rasyaf

(1995) menyatakan bahwa fungsi produksi ayam broiler merupakan

hubungan antara kandungan protein pakan dengan pertambahan bobot badan

ayam broiler itu. Pada tingkat protein yang rendah dalam pakan, ayam boiler

akan memberikan reapon pertambahan bobot badan yang rendah pula.

North dan Bell (1990) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi bobot badan hidup ayam broiler adalah pakan (nutrisi),

genetik, jenis kelamin, suhu dan tatalaksana (manajemen). Soeparno (2005)

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi bobot hidup ayam

yaitu konsumsi pakan, kualitas pakan, jenis kelamin, lama pemeliharaan dan

aktivitas. Tillman et al. (1998) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan

diperoleh dengan pengukuran kenaikan bobot badan melalui penimbangan

berulang dalam waktu tertentu misalnya tiap hari, tiap minggu, tiap bulan,

12
atau tiap tahun. Rose (1997) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan

ayam berlangsung sesuai dengan kondisi fisiologis ayam, yaitu bobot badan

ayam akan berubah ke arah bobot badan dewasa. Perubahan bobot badan

membentuk kurva sigmoid yaitu meningkat perlahan-lahan, kemudian cepat,

dan perlahan lagi atau berhenti. Berdasarkan hasil penelitian (Sulasmi, 2012)

bahwa penambahan 5% daun lamtoro pada ayam broiler memberikan rata-

rata pertambahan bobot badan 246,40 (gram/ekor/minggu).

2.5. Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan merupakan kegiatan masuknya sejumlah nutrisi yang

ada di dalam pakan tersebut yang telah tersusun dari berbagai bahan pakan

untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (Wahju, 1992). Sedangkan Anggorodi

(1995) menyatakan bahwa konsumsi adalah kemampuan ternak untuk

menghabiskan sejumlah pakan yang diberikan. Konsumsi pakan dapat

dihitung dengan pengurangan jumlah pakan yang diberikan dengan sisa

yang diberikan dan hamburan pakan.

Konsumsi pakan dapat diukur dalam waktu satu minggu. Konsumsi

pakan pada waktu itu, bila dibagi tujuh akan diperoleh konsumsi per hari.

Kemudian bila dibandingkan dengan konsumsi minggu lalu maka akan

diperoleh pertambahan konsumsi pakan (Rasyaf, 1994). Konsumsi pakan

turun sesuai dengan kenaikan temperatur lingkungan sekitar ternak

(Williamson anal Payne, 1993). Konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh

besar tubuh ayam, genetik, suhu, persentase produksi, kualitas pakan,

palatabilitas pakan dan jenis kelamin (Wahju, 1992). Konsumsi pakan akan

13
meningkat bila kandungan energi dalam pakan menurun, sebaliknya

konsumsi pakan akan menurun bila kandungan energi dalam pakan

meningkat. Bila kandungan energi dalam pakan berlebihan maka konsumsi

pakan akan menurun sehingga timbul defisiensi protein, asam-asam

amino, mineral, vitamin. Ini akan menyebabkan laju pertumbuhan akan

menurun (Anggorodi, 1985). Palatabilitas juga merupakan factor yang

menentukan tingkat konsumsi pakan pada ternak. Palatibilitas dipengaruhi

oleh bentuk, bau, rasa, tekstur dan suhu bahan pakan yang diberikan. Ayam

Broiler lebih menyukai bahan pakan yang berwarna cerah. Ayam ini

mengkonsumsi pakan kira-kira setara dengan 5% dari bobon badan. Dan

konsumsi pakan ayam jantan lebih besar daripada ayam betina. (Risma,

2015) menyatakan adapun ratakan konsumsi pakan ayam broiler yang

dipelihara selama 4 minggu adalah 1616 gram untuk jantan dan 1490 gram

untuk betina. Berdasarkan hasil penelitian (Sulasmi, 2012) bahwa

penambahan 5% daun lamtoro pada ayam broiler memberikan rata-rata

konsumsi pakan 394,56 (gram/ekor/minggu). Standar konsumsi pakan

menurut PT. Charoen Pokpan dalam Umiarti (2020) yaitu pada minggu ke

1, 2, 3, 4, 5, dan 6 secara berturut – turut sebanyak 150 g/ekor, 512 g/ekor,

1167 g/ekor, 2105 g/ekor, 3283 g/ekor, dan 8604 g/ekor.

2.6. Konversi Pakan

Konversi pakan merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk

menilai efisiensi penggunaan pakan serta kualitas pakan. Konversi pakan

adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan

14
pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu. Satu ukuran efesiensi

adalah dengan membandingkan antara jumlah pakan yang diberikan (input)

dengan hasil yang diperoleh baik. Nilai suatu pakan selain ditentukan oleh

nilai konsumsi pakan dan tingkat pertumbuhan bobot badan juga ditentukan

oleh tingkat konversi pakan, dimana konversi pakan menggambarkan

banyaknya jumlah pakan yang digunakan untuk pertumbuhannya. Semakin

rendah angka konversi pakan berarti kualitas pakan semakin baik. Nilai

konversi pakan dapat dipenuhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah suhu

lingkungan, laju perjalanan pakan melalui alat pencernaan, bentuk fisik, dan

konsumsi pakan. Nilai konversi pakan berhubungan dengan biaya produksi,

khususnya biaya pakan, karena semakin tinggi konversi pakan maka biaya

pakan yang akan meningkat karena jumlah pakan yang dikonsumsi untuk

menghasilkan bobot badan dalam jangka waktu tertentu semakin tinggi. Nilai

konversi pakan yang dibutuhkan untuk menaikkan bobot badan semakin

meningkat dan efisiensi pakan semakin rendah (Risma, 2015). Konversi

pakan menurut Rasyaf (1994) adalah pembagian antara konsumsi pakan pada

minggu lalu dengan pertambahan bobot badan pada minggu itu pula. Tolok

ukur untuk produksi yang sering digunakan adalah nilai dari konversi pakan.

Semakin tinggi nilai konversi pakan berarti pakan yang dibutuhkan untuk

menaikkan bobot badan per satuan berat semakin banyak atau efisiensi

penggunaan pakan menurun. Menurut Gillespe (1987) menyatakan bahwa

konversi pakan adalah jumlah kebutuhan pakan yang diperlukan untuk

15
memproduksi satu Kg bobot hidup. Konversi pakan dipengaruhi oleh kualitas

pakan, genetik ternak, umur, bobot hidup ternak dan temperatur lingkungan.

Kualitas pakan erat hubungannya dengan konsumsi pakan dimana

pakan yang berkualitas jelek akan mengakibatkan konsumsi pakan menurun.

Efisiensi pakan yang baik akan mempengaruhi konversi pakan itu sendiri.

Berdasarkan hasil pe nelitian (Sulasmi, 2012) bahwa penambahan 5% daun

lamtoro pada ayam broiler memberikan rata-rata konversi pakan 1,62.

Tabel 3. Hasil- hasil penelitian pemberian daun lamtoro pada ternak unggas.

Ternak Level
Unggas Hasil Penelitian Referensi
Lamtoro
Puyuh 5 – 25 Perlakuan terbaik terdapat pada Khoirul ( 2017)
ransum dengan penambahan tepung
daun lamtoro sebanyak 5% tetapi
tidak dapat meningkatkan bobot
karkas, persentase karkas, panjang
usus dan gilbet burung puyuh
Broiler 5 – 20 Pakan dasar ayam pedaging dapat Mandey (2015)
digantikan dengan daun lamtoro
sampai level 20%
Ayam 5 – 15 Daun lamtoro sebanyak 7% dalam Tirajoh (2016)
KUB pakan dapat meningkatkan bobot
badan dan jumlah ditinjau
berdasarkan aspek ekonomi
efisiensi kelayakan usaha dengan
penambahan daun lamtoro
memberikan nilai R/C sebesar 1,5.
Broiler 5 – 20 Penggunaan tepung daun lamtoro Ngenna (2019)
dengan sampai level 20% yang
terfermentasi EM-4 dapat
digunakan dalam ransum sebgai
pengganti sebagian pakan dasar
apabila distribusikan dengan bahan
pakan lainnya dan ditingkatkan
levelnya sehingga kualitas pakan
meningkat.

16
Dari tabel ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan daun lamtoro dalam
pakan unggas terbaik pada pemberian level 5% dan dapat diberikan sampai level
20%.

BAB III

MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus di kandang milik

bapak M. Sidik yang berlokasi di Desa Balebrang, Kecamatan Utan,

Kabupaten Sumbawa besar, Nusa Tenggara Barat. Saat ini bapak M. Sidik

memfokuskan  usahanya pada kegiatan pemeliharaan ayam broiler.

3.2 Materi Penelitian

3.2.1 Bahan-bahan penelitian

Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

 Ayam broiler (DOC) sebanyak 75 ekor yang dikelompokan menjadi 3

kelompok perlakuan (P0, P1, dan P2) dan setiap perlakuan terdiri dari 5

dan tiap ulangan terdiri dari 5 ekor ayam.

3.2.2 Tepung daun lamtoro dan pakan komersial (BR1 dan BR2) dengan

formula pakan terlampir. Pada perlakuan pertama (P0) diberikan 100%

pakan komersial, perlakuan kedua (P1) diberikan 95% pakan komersial +

5% tepung daun lamtoro dan pada perlakuan ketiga (P2) diberikan 90%

pakan komersial + 10% tepung daun lamtoro serta untuk susunan pakan

terlampir pada lampiran. Komposisi pakan pada penelitian ini dapat pada

dilihat pada Tabel 4 dan 5 di bawah ini.

17
Tabel 4. Komposisi pakan penelitian dan kandungan gizinya pada pakan

komersial BR1

Perlakuan
Bahan Pakan
P0 P1 P2
Pakan Komersial 100 95 90
Tepung Daun Lamtoro 0 5 10

Komposisi Nutrien
Protein Kasar (%) 21 21,03 21,05
Serat Kasar (%) 5 5,5 6,01
Lemak (%) 5 5,33 5,67
Ca (%) 0,95 1,03 1,12
P (%) 0,5 0,56 0,46
ME (Kkal/Kg) 3048 2937,5 2828,2

Tabel 5. Komposisi pakan penelitian dan kandungan gizinya pada pakan

komersial BR2

Perlakuan
Bahan Pakan
P0 P1 P2
Pakan Komersial 100 95 90
Tepung Daun Lamtoro 0 5 10

Komposisi Nutrien
Protein Kasar (%) 19 19,3 19,25
Serat Kasar (%) 6 6,45 6,91
Lemak (%) 5 5,67 5,33
Ca (%) 0,95 1,03 1,12
P (%) 0,45 0,51 0,42
ME (Kkal/Kg) 3237 3117,65 2998,3

3.2.3 Alat penelitian

18
1. Mesin giling digunakan untuk menggiling daun lamtoro dan pakan

komersial

2. Kandang sebanyak 15 unit dengan ukuran masing-masing kandang

pada masa brooding berukuran 84 x 84 dan pada masa setelah brooding

berukuran 122 cm × 84 cm. Kerangka kandang terbuat dari triplek,

kayu, dan bambu dengan atap terbuat dari bahan gullpalum.

3. Tempat pakan dan tempat air minum sebanyak 15

4. Timbangan dengan kapasitas 10 kg

3.3 Variabel Yang Diamati

3.3.1 Konsumsi pakan

Konsumsi pakan dihitung dengan menimbang pakan yang diberikan

dan sisa pakan setiap minggu. Konsumsi pakan per ekor perminggu

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Konsumsi pakan/ekor/minggu = Pakan yang diberikan - pakan sisa dalam

satu mingu.

3.3.2 Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan setiap minggu diukur dengan menimbang

ayam pada akhir minggu. Pertambahan bobot badan per ekor perminggu

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

PBB (g/ekor/minggu) = BB akhir mingguan – BB awal mingguan

3.3.3 Konversi pakan

Perhitungan konversi pakan dihitung dengan rumus adalah sebagai

berikut :

19
Konversi pakan = Konsumsi pakan
PBB

3.4 Metode Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan meliputi beberapa tahapan:

a. Persiapan Kandang dan ayam

Kandang yang akan digunakan adalah kandang open house yang

dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum.

b. Pembuatan tepung lamtoro.

Lamtoro yang baru dikeringkan di bawah sinar matahari sampai

berat konstan kemudian digiling sampai halus.

c. Persiapan pakan

Pakan yang diberikan pada fase starter dibuat dalam bentuk

crumble. Masing-masing perlakuan ditambahkan tepung lamtoro sesuai

dengan jumlah dari masing-masing perlakuan.

d. Pengelompokan ayam

Sebanyak 75 ekor ayam broiler ditempatkan dalam 15 unit kandang

secara acak dan tiap unit ditempati 5 ekor ayam.

e. Pemberian pakan dan air minum.

Ayam yang sudah dikelompokkan sesuai perlakuan diberikan pakan

dan air minum secara adlibitum.

f. Koleksi data

Data yang dikoleksi berupa konsumsi pakan, pertambahan bobot

badan dan konversi pakan selama 5 minggu.

20
g. Analisis data

Data mengenai pemberian pakan, pertambahan bobot badan dan

konversi pakan akan dianalisis dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL).

21
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang diperoleh dalam upaya memperbaiki performance

ayam broiler mengenai pengaruh penggunaan tepung daun lamtoro dalam pakan

terhadap pertumbuhan ayam broiler tertera pada Tabel 5.

Tabel 6. Rata-Rata Performance Ayam Broiler yang diberikan Tepung Daun


Lamtoro (Leucaena Leucocephala) pada Masing-masing Perlakuan.
Perlakuan
Parameter P0 P1 P2
Konsumsi Pakan 409.2ᵃ ± 11.54 410.8ᵃ ± 6.57 409ᵃ ± 14.66
(g/ekor/minggu)
Pertambahan Berat 332.4ᵃ ± 12.76 340.8ᵃ ± 15.27ᵃ 352ᵃ ± 12.00
Badan
(g/ekor/minggu)
Konversi Pakan 1.23ᵃ ± 0.04 1.21 ᵃᵇ± 0.04ᵃᵇ 1.16ᵇ ± 0.03
Keterangan : Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0,05)

4.1. Konsumsi Pakan

Nilai konsumsi pakan pada P0, P1, dan P2 memiliki nilai yang tidak

jauh berbeda. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan

memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P˃0,05) terhadap konsumsi

pakan. Pengunaan daun lamtoro sebagai pakan sampai 10% belum

mempengaruhi palatabilitas pakan, karena pakan yang diberi tepung daun

lamtoro sampai 10% memiliki palatabilitas yang sama dengan pakan kontrol.

Artinya bahwa ketiga jenis pakan yang digunakan memiliki kualitas yang

hampir sama (Tabel 4 dan 5. Komposisi ransum penelitian dan kandungan

gizinya pakan komersial BR1 dan BR2). Hal ini sesuai dengan penelitian

22
Mandey, et al., (2015) bahwa penambahan tepung daun lamtoro sampai 20%

pada sebagian pakan belum mempengaruhi palatabilitas pakan dan ketika

tepung daun lamtoro disuplementasi pada pakan kontrol, kualitasnya tetap

hampir sama dengan pakan kontrol, karena itu memberikan pengaruh yang

sama dengan pakan kontrol. Nilai konsumsi pakan yang tidak jauh berbeda

pada penelitian ini disebabkan karena tanaman lamtoro mempunyai

palatabilitas yang tinggi. Hal ini sesuai dengan Meena Devi, et al (2013)

yang menyatakan bahwa lamtoro (Lecaena lecocephala) merupakan salah

satu dari tanaman pohon di daerah tropis yang mempunyai kualitas paling

tinggi dan paling palatable. Tepung daun lamtoro digunakan sebagai pakan

unggas dan merupakan sumber protein tanaman yang murah dan bernilai gizi

tinggi, serta dapat disuplementasi dalam pakan unggas, juga bersifat “non-

toxic effect” (Afza, et al., 2007).

4.2. Pertambahan Bobot Badan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun

lamtoro pada pakan tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap bobot badan

akhir. Pertambahan bobot badan dihitung dari selisih bobot badan minggu

akhir dan minggu awal menunjukkan rata-rata pertumbuhan sebesar P0 ;

332.4 ± 12.76, P2 ; 340.8 ± 15.27, dan P3 ; 352 ± 12.00.

Pertambahan berat badan antar perlakuan tidak berbeda karena jumlah

konsumsi pakan sama dan kandungan nutriennya juga sama. Sejalan dengan

pendapat Anggorodi (1985) bahwa kualitas dan kuantitas pakan

mempengaruhi pertumbuhan ayam pedaging.Hasil penelitian ini tidak sejalan

23
dengan yang dilaporkan Ayssiwede, et al. (2010) yang menggunakan tepung

daun lamtoro hingga level 21% dengan kandungan pakan iso-protein dan iso-

kalori dan mendapatkan hasil yang berbeda nyata terhadap performans ayam

pedaging. Namun daun lamtoro dalam pakan yang digunakan disubstitusi

dengan sorghum dan juga level bahan pakan yang lain ditingkatkan sehingga

diperkirakan kualitas pakannya meningkat. Jull (1951) menyatakan bahwa

dibanding dengan kebanyakan ternak domestik, ayam pedaging bertumbuh

lebih cepat, berat mencapai dua kali lipat dalam dua minggu dan meningkat

sampai sepuluh kali dalam waktu kira-kira enam minggu. Laju pertumbuhan

tersebut ditentukan oleh kemampuan untuk bertumbuh, jenis dan jumlah

pakan yang dikonsumsi, dan kondisi lingkungan selama pemeliharaan.

4.3. Konversi Pakan

Konversi pakan, diperoleh dari perbandingan antara jumlah pakan yang

dikonsumsi dengan pertambahan berat badan. Konversi pakan berfungsi

untuk mengukur produktivitas ternak dan didefinisikan sebagai rasio antara

konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan (PBB) yang diperoleh selama

kurun waktu tertentu. Peningkatan nilai konversi pakan mengimplikasikan

bahwa efisiensi penggunaan pakan semakin jelek, dan itu terjadi karena

penurunan konsumsi pakan diikuti penurunan berat badan, dan perbedaan

kecernaan pakan. Absorpsi zat pakan yang baik dapat mengefisienkan

penggunaan pakan sehingga menurunkan nilai konversi pakan (Mandey,

2015).

24
Nilai konversi pakan pada perlakuan P0, P1, dan P2 berturut-turut yaitu

1.23 ± 0.04, 1.21 ± 0.04, dan. 1.16 ± 0.03. Nilai konversi pakan tertinggi

pada pemberian tepung daun lamtoro yaitu pada perlakuan P0 dengan rata-

rata 1.23 ± 0.04, sedangkan konversi pakan terendah pada perlakuan P2

dengan rata-rata 1.16 ± 0.03. Semakin kecil nilai konversi pakan maka

semakin baik dan semakin efisien konsumsi pakan terhadap pertumbuhan

bobot badan dari ayam broiler dengan rata-rata konversi pakan. Nilai

konversi pakan berbanding terbalik dengan pertambahan bobot badan. Nilai

konversi pakan terbaik yaitu nilai konversi terendah yang dimana nilai

konversi pakan terendah yaitu P2.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun

lamtoro pada pakan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap konversi pakan.

Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan perbedaan yang nyata antara P0 dengan

P2. Selanjutnya terdapat perbedaan yang tidak nyata (P>0.05) pada konversi

pakan antara penggunaan tepung daun lamtoro yang digunakan yaitu P0

dengan P1 dan P1 dengan P2. Adanya perbedaan perlakuan antara P0 dan P2

dikarenakan pertambahan bobot badan tertinggi pada P2 sehingga

memberikan konversi pakan yang berbeda.

25
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa tepung daun lamtoro dalam pakan dapat diberikan sampai level 10%.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh disarankan untuk

melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunaan tepung daun lamtoro

dalam pakan ayam broiler dengan level diatas 10%.

26
DAFTAR PUSTAKA

Afza, N., M.A. Kalhoro., R. Ali Khan & M.A. Ijaz Anwar. 2007.

Physicochemical and toxicological studies of different parts of Leucaena

leucocephala. Pakista J. Of Pharm. Vol 24. No 2:13-16.

Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta.

Ayssiwede, S.B., A. Dieng., C. Chrysostome., W. Ossebi., J.L. Hornick and A.

Missohou. 2010. Digestibility and metabolic utilization and nutritional

value of Leucaena leucocephala (Lam.) leaves meal incorporated in the

diets of indigenous Senegal chickens. Int. J. of Poult. Sci. 9 (8):767-776.

Budiman, H. & S. Djamal. 1994. Hijauan Pakan Ternak. Pusat Perpustakaan

Pertanian dan Komunikasi Penelitian, Bogor.

Purnamasari, 2016. Evaluasi kualitas pakan komplit dan konsentrat unggas yang

diperdagangkan di kota mataram. Jurnal Peternakan Sriwijaya/ Vol. 5, No

1, 2016, pp. 30-38

Gordon, S. H. & D. R. Charles. 2002. Niche and organic chicken products: their

Technology and Scientific principles. Nottingham University Press.

Definitions: III-XI, UK.

Hamdani, K., M, Hasibun., & M. F, Harapah. 2017. Pemberian Tepung daun

Lamtoro (Leucaena leucocephala) Pada Ransum Terdapat Karkas Burung

Puyuh (Coturnixcoturnix Javonica). Jurnal Peternakan (Jurnal Of Animal

Science). Vol. 1(2), 10-16.

27
Huda, S., L. D. Mahfudz., & S, Krismiati. 2019. “ Pengaruh Step down Protein

dan Penambahan Acidifier pada Pakan Terhadap Performans Ayam

Broiler. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 14(4) : 404-410.

Ichwan, WM. 2003. Making Broiler Chicken Feed. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Jakarta. Kadar Kolestrol Broiler yang Disubstitusi Tepung Daun Lamtoro

(Leucaena leucocephala) Terfermentasi Em4 dalam Pakan Basal. Jurnal

Sain Peternakan Indonesia Volume 14 Nomor 1.

Jull, M.A. 1951. Poultry Husbandry. McGraw-Hill Book Co. Inc. New York,

Toronto, London.

Komandoko, G.,2002. Meraih Keuntungan Besar Melalui Pemeliharaan Ayam.

leucocephala) dalam Pakan Pelet Terhadap Performans Kelinci Rex

Jantan Lepas Sapih”. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Mataram,

Mataram.

Mandey, J. S,. N. J, Kumajas., J. R, Lake., & M. N, Regar. 2015. “ Manfaat Daun

Lamtoro ( laucanea leucocephalan) Dalam Pakan Ayam Pedaging Diukur

Dari Penampilan Produksi”. Jurnal Zoeoetek. 35(1) : 72-77.

Mathius,W.I. 1993. Tanaman Lamtoro Sebagai Bank Pakan Hijauan Yang

Berkualitas Untuk Kambing-Domba. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Meena Devi, V.N., V.N. Ariharan & P. Nagendra Prasad. 2013. Nutritive value

and potential uses of Leucaena leucocephala as biofuelA Mini Review.

Res. J. of Pharm, Biol. And Chem. Sci. Vol. 4. Issue1:515-521.

Mulyantini, N. G. A. 2014. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

28
Nastiti, Risma. 2015. Menjadi Milyader Budidaya Ayam Broiler. Yogyakarta :

Pustaka Baru Press

Nggena, M., F. M. S. Telupere., & N. T. Tiba. 2019. Kajian Pertumbuhan dan

Pakan Ayam Broiler di Desa Tanjung Pinang Kecamatan Tanjung Batu

Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal Peternakan Sriwijaya/ Vol. 6, No 1. Juni

2017, pp. 37-43.

Pratikno, Herry. 2010.”Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Domestica Vahl)

Terhadap Bobot Badan Ayam Broiler Gallus Sp)”. Buletin Anatomi dan

Fisiologi. 2(2) : 39-46.

Purnamasari, D.K., Erwan., Syamsuhaidi & M. Kurniawan. 2016. Evaluasi

Kualitas Pakan Komplit dan Konsentrat Unggas yang Diperdagangkan di

Kota Mataram . Fakultas Peternakan, Universitas Mataram. Jurnal

Peternakan Sriwijaya Vol. 5, No. 1, 2016, pp. 30-38

Rasyaf, M., 1996. Meinasarkan Hasil Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rasyaf, M., 2002. Kunci Sukses Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya

Jakarta.

Rasyaf. M., 1994. Beternak Adam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rose, S. P. 1997. Principle of Poultry Science. CAB Internationl, New York.

Siahaan, M.S . 1982 . Lamtoro . Direktorat Jendral Peternakan, Jakarta. 22-38 .

Soeparno. (2005). Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-4. Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta.

Standar Nasional Indonesia. 1995. https://unggasindonesia-wordpress-

com.cdn.ampproject.org/v/s/unggasindonesia.wordpress.com

29
Sulasmi; Yusri; Emy S. 2013. Pengaruh Penambahan Jenis Tepung Daun

Leguminosa Yang Berbeda Terhadap Konsumsi, Pertambahan Bobot

Badan Dan Konversi Pakan Ayam Broiler. Jurnal ilmiah agribisnis dan

perikanan. Vol 6.

Sutianingsih, Iin. 2016. “Pengaruh Pengolahan Tepung Daun Lamtoro (Leucaena

leucocephala) dalam Ransum Pelet Terhadap Performans Kelinci Rex

Jantan Lepas Sapih”. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Mataram,

Mataram.

Suprijatna, E., A. Umiati & R. K. Sudjana. 2005. Ilmu dasar Ternak Unggas

Penebar Swadaya, Jakarta.

Tahjudin. O. M . 1984. Penuntun Praktek Beternak Ayam. ldayus. Jakarta.

Tillman, A. D.. H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo dan S

Lebdosoekojo.. 1991. Ilmu Makanan Temak Dasar. UGM Press.

Yogyakarta.

Tirajoh, S., & Baliadi, Y. 2017. Kelayakan Usaha Tani Ayam KUB Melalui

Pemanfaatan Daun Lamtoro Sebagai Pakan Lokal di Kabupaten

Jayapura, Papua. In Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan

dan Veteriner (pp. 500-505).

Sari, M. L., & M. Romadhon. 2017. Manajemen Pemberian Pakan Ayam

Broiler di Desa Tanjung Pinang Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten

Ogan Ilir. Jurnal Peternakan Sriwijaya/ Vol. 6, No 1. Juni 2017, pp. 37-

43.

30
Umiati, A. T. 2020. Manajemen Pemeliharaan Broiler. Cetakan Pertama.

Denpasar. Bali.

Wahju, J., 1988. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM Press. Yogyakarta.

Wiharto., 1985. Petunjuk Betemak Ayam Pedaging Unggul. Universitas

Brawijava Press. Malang.

Williamson G. & W. J. A. Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah

Tropis. Terjemahan oleh : IGN Djiwa Darmadja. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Yainin, M., 2002. Pengaruh Tingkat Protein Pakan Terhadap Konsumsi.

Pertambahan Bobot Badan dan IOFC Ayam Buras Umur 10 — 18

Minggu. Jumal Agroland Vol 9 No 3. September 2002.

31
LAMPIRAN

32
33

Anda mungkin juga menyukai