PENGENDALIANNYA
PAPER
OLEH
NUR AZIZAH
180301130
HPT-2018
Gambar 3. Buah yang terserang lalat buah Bactrocera spp., (a) bintik hitam pada
buah akibat oviposisi; (b) daging buah hancur akibat aktifitas makan larva
Gambar 4. Helopeltis bradyi dan gejala serangan, (a) nimfa; (b) imago ♀; (c)
imago ♂; (d) bercak nekrotik.
H. bradyi menyerang dengan cara menusukkan stiletnya ke buah dan
menghisap cairan pada buah, dari aktivitas makan tersebut terbentuk bercak
nekrotik berwarna coklat sampai hitam pada permukaan buah. Serangan pada buah
muda mengakibatkan buah kering dan rontok, sedangkan serangan pada buah yang
tua mengakibatkan buah cacat fisik sehingga tidak dapat dilakukan pembungkusan
buah dan dapat menurunkan kualitas buah. Selain menyerang buah belimbing, H.
bradyi juga ditemukan menyerang pertanaman lain di TBM seperti kakao (famili
Malvaceae) dan nangka (famili Moraceae).
2.1.3 Penggerek Buah Thaumatotibia leucotreta (Lepidoptera : Tortricidae)
Larva bertipe eruciform. Larva instar awal berwarna kuning pucat dan
menjadi merah seiring dengan bertambahnya instar. Larva T. leucotreta menyerang
buah belimbing dengan gejala kerusakan yang khas yaitu terdapat frass yang
merupakan serpihan sisa gerekan hasil aktifitas makan di sekitar lubang gerekan.
Jika buah dibelah tampak jalur gerekan dari larva T. leucotreta, jalur gerekan dapat
mencapai ke bagian tengah buah, dan terkadang sebagian biji juga dimakan oleh
larva.
Gambar 5. Thaumatotibia leucotreta dan gejala serangan, (a) larva; (b) pupa; (c)
frass pada bagian luar lubang gerekan; (d) jalur gerekan pada daging buah.
Pupa bertipe obtekta. Buah yang telah digerek dapat mengundang hama
sekunder untuk menyerang buah. Selain di buah belimbing, T. leucotreta juga
ditemukan menyerang tanaman lain di TBM seperti lengkeng (famili Sapindaceae),
jambu air (famili Myrtaceae), dan jeruk (famili Rutaceae).
2.1.4 Penggerek Bunga Diacrotricha fasciola (Lepidoptera : Pterophoridae)
Larva bertipe eruciform. Larva memiliki duri-duri halus pendek. Larva
instar awal D. fasciola berwarna merah dan pada instar akhir berwarna kehijauan.
Larva instar awal menggerek bunga yang masih kuncup, sehingga mengakibatkan
bunga menjadi kering dan rontok. Terkadang larva ini juga memakan bagian
mahkota bunga sehingga mahkota bunga menjadi berlubang. Sedangkan pada larva
instar akhir dapat menyerang daun dan buah. Menjelang masa pra-pupa, tubuh larva
berwarna hijau kekuningan. Fase pupa berwarna hijau kecoklatan sampai coklat
gelap. Pupa bertipe obtekta. Larva mengeluarkan sutra dan dengan sutra tersebut
bagian ujung abdomen ditempelkan pada bagian bawah daun belimbing tua.
Imago D. fasciola biasa beristirahat pada bagian tanaman yang ternaungi
seperti di balik daun, bunga atau buah yang terlindungi dari sinar matahari
langsung. Imago berwarna putih kecoklatan dengan posisi sayap melintang pada
waktu istirahat. Imago lebih banyak hinggap pada bagian bawah daun dan saat
istirahat dengan tungkai bagian belakang terangkat ke atas.
Gambar 7. Kutu daun Toxoptera aurantii dan gejala serangan, (a) koloni T.
aurantii; (b) bunga rontok dan terserang cendawan.
Gambar 9. Tahap perkembangan Euproctis flexuosa, (a) telur, (b) larva yang baru
menetas, (c) larva instar lanjut.
Instar awal ulat bulu belum menyebar ke seluruh bagian tanaman atau masih
bersifat gregarious. Posisi kepala cenderung tertutup bagian dorsal tubuh dan
memiliki ciri khas pada ruas ke IV dan V sedikit terangkat.
Ulat menyerang bagian daun dan buah belimbing. Ulat bulu E. flexuosa
lebih sering ditemukan menyerang bagian buah, baik buah belimbing yang berumur
beberapa minggu maupun buah belimbing yang hampir matang. Serangan pada
buah belimbing mengakibatkan buah menjadi berlubang atau terkikis pada bagian
pinggir dari juring buah, sedangkan serangan pada daun menyebabkan daun
menjadi rusak. Selain menyerang tanaman belimbing, E. flexuosa juga ditemukan
menyerang tanaman lain di TBM seperti mangga (famili Anacardiaceae), jambu air
(famili Myrtaceae) dan Nangka (famili Moraceae).
2.1.8 Kumbang Carpophilus dimidistus (Coleoptera : Nitidulidae)
Kumbang C. dimidiatus lebih dikenal sebagai hama pascapanen atau hama
penyimpanan. Ciri khas dari kumbang ini yaitu elytra yang tidak menutup beberapa
ruas abdomen. Pada pertanaman belimbing di lapangan, C. dimidiatus merupakan
hama sekunder. C. dimidiatus cenderung menyerang buah yang rusak atau sudah
terlebih dahulu terserang oleh hama lain, khususnya pada hama yang membuat
lubang gerekan pada buah seperti T. leucotreta.
Gambar 11. Rayap dan gejala kerusakan, (a) rayap kasta pekerja; (b) jalur lalu
lintas rayap di dalam batang; (c) kerusakan pada batang.
Baehaki, S.E. 2013. Hama Penggerek Batang Padi dan Teknologi Pengendalian.
Iptek Tanaman Pangan 8(1):1-14.
Borror, D.J., Triplehorn, C.A. dan Johnson, N.F. 1992. Pengenalan Pelajaran
Serangga. Edisi Keenam. Terjemahan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Cahyono, B. 2010. Cara Sukses Berkebun Belimbing Manis. Pustaka Mina. Jakarta.
Dinas Kelautan dan Pertanian. 2012. Pest List Tanaman Belimbing di DKI Jakarta.
DKP. Jakarta.
Gilligan, T.M, Epstein, M.E. dan Hoffman K.M. 2011. Discovery of False Codling
Moth, Thaumatotibia leucotreta (Meyrick), in California (Lepidoptera :
Torticidae). Proc Entomol Soc Wash, 113(4) : 426-435.
Hee, A.K. dan Tan, K.H. 2006. Transport of Methyl Eugenol-Derived Sex
Pheromonal Component in the Male Fruit Fly, Bactrocera dorsalis. Comp
Biochem Physiol C Toxicol Pharmacol 143(4):422-428.
Hutabarat, N.K., Oemry, S. dan Pinem, M.I. 2015. Efektivitas Termitisida Nabati
Terhadap Mortalitas Rayap (Coptotermes curvignathus Holm.) (Isoptera :
Rhinotermitida) di Laboratorium. J Online Agrotek 3(1):103-111.
Jang, E.B., Khrimian, A. dan Siderhurst, M.S. 2011. Di- and Tri-Fluorinated
Analogs of Methyl Eugenol: Attraction to and Metabolism in the Oriental
Fruit Fly Bactrocera dorsalis (Hendel). J Chem Ecol 37:553-564.
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Ichtiar Baru-Van Hoeve.
Jakarta.
Marikun, M., Anshary, A. dan Shahabuddin. 2014. Daya Tarik Jenis Atraktan dan
Warna Perangkap yang berbeda terhadap Lalat Buah (Diptera : Tephritidae)
pada Tanaman Mangga (Mangifera indica) di Desa Soulove. e-J Agrotekbis
2(5):454-459.
Muhlison, W. 2016. Hama Tanaman Belimbing dan Dinamika Populasi Lalat Buah
pada Pertanaman Belimbing di Wilayah Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nismah dan Susilo, F.X. 2008. Keanekaragaman dan Kelimpahan Lalat Buah
(Diptera: Tephritidae) pada Beberapa Sistem Penggunaan Lahan di Bukit
Rigis, Sumberjaya, Lampung Barat. J HPT Trop 8(2):82-89.
Prananda, B.E. 2013. Efektivitas Bubuk Daun Sirsak (Annona muricata Linn)
sebagai Pengendalian Hama Lalat Buah. Skripsi. Universitas Sunan
Kalijaga. Yogyakarta.
Putra, N.S. dan Suputa. 2013. Lalat Buah Hama: Bioekologi dan Strategi Tepat
Mengelola Populasinya. Smartania Publishing. Yogyakarta.
Siwi, S.S., Hidayat, P. dan Suputa. 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah
Penting di Indonesia. BB-Biogen. Bogor.
Sodiq, M., Sudarmadji dan Sutoyo. 2013. Efektifitas Atraktan terhadap Lalat Buah
di Jawa Timur. Agrotop 5(1):71-79.
Tarumingkeng, R.C. 2001. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu Indonesia.
Laporan Lembaga Penelitian Hasil-Hutan No. 133. Bogor.
Warthen, J.R. 2002. Volatile Potential Attractants from Ripe Coffee Fruit for Fruit
Fly. USDA Subtropical Agriculture Research. Weslaco.