Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ILMU HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

Penyakit pada Tanaman Komoditas Hortikultura

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman
Dosen Pengampu: Dr. H. Salamet Ginandjar, Ir., MM., M.Kom.

Disusun Oleh:
Nizar Luthfi Ramdhani 1187060043
Salwa Tri Lutfiah 1187060055
Syafira Rachma Dyanti 1187060062

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2018/2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
penyakit pada tanaman komoditas hortiultura.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
    Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
banyak orang dan dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, 22 Februari 2019

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyakit pada Tanaman Komoditas Hortikultura..................
B. Noumena Penyakit pada Tanaman Komoditas Hortikultura....................
C. Pengertian dan Cabang – Cabang Hortikultura........................................
D. Jenis – Jenis Penyakit pada Tanaman Komoditas Hortikultura...............
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah penyakit tumbuhan akan selalu muncul sepanjang manusia
mengusahakan tanaman atau tumbuhan tersebut sebagai tanaman budidaya (Adinugroho,
2008). Penyakit tanaman adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh
mikroorganisme (virus, bakteri, protozoa, jamur, cacing nematode). Penyebaran penyakit
pada tanaman biasanya melalui angin, air, serangga, dan faktor lingkungan (suhu dan
udara) (Tridianto, 2016).
Penyakit tanaman dapat dibedakan menjadi dua tipe. Pertama sebagai penyakit
lokal dimana penyakit ini hanya terdapat di suatu tempat atau bagian tanaman tertentu
misalnya pada buah, bunga atau cabang. Kedua sebagai penyakit sistemik, penyakit ini
menyebar ke seluruh bagian tanaman sehingga tanaman akan menjadi sakit (Darwis,
2011). Tanaman dikatakan sehat atau normal apabila tanaman tersebut dapat
melaksanakan fungsi-fungsi fisiologis sesuai dengan potensi genetic yang dimilikinya
(Prabowo, 2007).
Kata Hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa latin, yakni hortus yang
berarti kebun dan colure yang berarti menumbuhkan (terutama sekali mikroorganisme)
pada suatu medium buatan. Secara harfiah, hortikultura berarti ilmu yang mempelajari
pembudidayaan tanaman kebun. Akan tetapi, pada umumnya para pakar mendefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan
atau tanaman hias (Zulkarnain, 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit pada tanaman komoditas hortikultura?
2. Apa yang dimaksud dengan hortikultura dan yang termasuk ke dalam komoditas
hortikultura?
3. Apa saja jenis – jenis penyakit yang menyerang tanaman komoditas hortikultura?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis -jenis penyakit yang menyerang tanaman komoditas
hortikultura dan cara pengendaliaannya

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyakit pada Tanaman Komoditas Hortikultura
 Penyakit (disease): disorder of body or mind or of plants (kekacauan yang terjadi
pada tubuh atau pikiran atau pada tumbuhan) (Oxford Dictionary).
 Pada: kata depan yang dipakai untuk menunjukan posisi di atas atau di dalam
hubungan dengan; searti dengan di (dipakai, di depan kata benda, kata ganti
orang, keterangan waktu); menurut (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia).
 Komoditas (commodity): a raw material or primary agricultural product can be
bought and sold, such as copper or coffee (bahan mentah atau bahan dasar
pertanian yang dapat dibeli dan dijual, seperti tembaga, kopi) (Oxford
Dictionary).
 Tanaman: produce of grain, grass, fruit, etc (et cetera); agricultural plants in fields
(menghasilkan butir padi, rumput, buah, dan lain-lain; yang berhubungan dengan
pertanian yang ditanam di lading) (Oxford Dictionary).
 Hortikultura (horticultural): the science and art growing fruits, vegetables,
flowers or ornamental plants (ilmu dan senini menanam buah-buahan, sayuran,
bunga, dan tanaman hias) (Meriam Webster).

Jadi penyakit pada tanaman hortikultura yaitu kekacauan yang terjadi pada
bahan dasar pertanian yang ditanam di lading yang mencakup tanaman buah-
buahan, sayuran, bunga, dan tanaman hias.
B. Noumena Penyakit pada Tanaman Komoditas Hortikultura
Q.S Al-Baqarah ayat 22:

Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”
C. Pengertian dan Cabang-Cabang Hortikultura
Kata Hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa latin, yakni hortus yang
berarti kebun dan colure yang berarti menumbuhkan (terutama sekali mikroorganisme)
pada suatu medium buatan. Secara harfiah, hortikultura berarti ilmu yang mempelajari
pembudidayaan tanaman kebun. Akan tetapi, pada umumnya para pakar mendefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan
atau tanaman hias (Zulkarnain, 2010).
Menurut Zulkarnain (2010), berdasarkan jenis komoditas yang diusahakan, maka
hortikultura dibagi ke dalam beberapa displin ilmu yang lebih spesifik, yaitu:
1. Olericulture, yaitu bagian dari ilmu hortikultura yang mempelajari budi daya tanaman
sayuran.
2. Pomology, yaitu bagian dari ilmu hortikultura yang mempelajari budi daya tanaman
buah-buahan.
3. Floriculture, yaitu bagian dari ilmu hortikultura yang mempelajari budi daya tanaman
hias.
4. Biofarmaka, yaitu bagian dari ilmu hortikultura yang mempelajari budi daya tanaman
obat-obatan.
5. Landscape horticulture (hortikultura lansekap), yaitu bagian dari ilmu hortikultura
yang mempelajari pemanfaatan hortikultura, terutama tanaman hias dalam penataan
lingkungan.

D. Jenis – Jenis Penyakit yang Menyerang Tanaman Komoditas Hortikultura


Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ-organ tanaman
yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari. Secara singkat, penyakit
tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal. Penyebab sakitnya tanaman
bermacammacam. Ada yang disebabkan oleh cendawan, bakteri, virus, dan lain-lain.
Menurut Sinaga (2003), gejala penyakit tanaman ada bermacam-macam, yaitu:
1. Layu
2. Rontok
3. Perubahan warna daun
4. Daun berlubang-lubang
5. Nekrosis
6. Kerdil atau atrophy
7. Hypertrophy
8. Etiolasi
9. Roset
10. Kanker
11. Semai roboh
12. Daun mengeriting
13. Eksudasi
14. Kudis
15. Tepung
16. Mumifikasi
17. Busuk
a. Penyakit yang Menyerang Tanaman Sayuran (Olericulture)

1. Akar gada pada tanaman kol (kubis)


Tanaman kol, sawi, kol bunga, dan semua yang termasuk keluarga Cruciferae
seringkali diserang suatu penyakit pada sistem perakarannya. Penyebabnya adalah
cendawan Plasmodiophora brassicae Wor. Gejalanya: akar-akarnya menjadi membesar
dan menyatu seperti gada sehingga disebut akar gada, atau setiap akar membentuk seperti
jari kaki, sehingga disebut penyakit jari kaki. Akar kelihatan membengkak karena infeksi
akibat masuknya spora ke dalam bulu akar. Spora berkembang biak dan terus masuk ke
dalam akar yang lebih besar. Akar bereaksi dan mengadakan pembelahan dengan cara
pembesaran sel, maka timbullah bisul-bisul pada akar yang tak teratur. Akhirnya, seluruh
akar pada pangkal pohon kol membesar, berkumpul menjadi satu sehingga membentuk
massa yang besar seperti gada. Karena pertumbuhan yang tidak teratur maka jaringan
pengangkut air menjadi terganggu, sehingga aliran air ke seluruh tubuh tanaman
berkurang banyak dan pada waktu siang hari tanaman menjadi layu dan baik lagi bila
petang hari tiba (Sinaga, 2003).
Tanaman yang terserang menjadi kerdil, warna daunnya menjadi abu-abu. Bila
terbentuk akar adventif, tanaman dapat lebih segar sedikit dan ada kemungkinan dapat
sembuh. Akar yang pernah terkena infeksi, bila terkena infeksi lagi dapat menjadi busuk.
Faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya penyakit tersebut, antara lain adalah (1)
tanah yang masam, sehingga merangsang pertumbuhan cendawan; (2) temperature
optimum untuk perkembangan penyakit, terletak antara 25-30 ͦ C; (3) tanah yang selalu
basah, hujan yang banyak, mengakibatkan semakin ganasnya serangan. Sumber penyakit
tersebut adalah (1) sisa spora yang masih banyak terdapat dalam tanah; (2) bekas
tanaman sakit; (3) pesemaian yang telah tercemar penyakit. Pencegahannya adalah
sebagai berikut. (1) tanah yang asam dijadikan basa, dengan jalan memberi kapur
pertanian sedini mungkin sampai pH lebih kurang 7,2; (2) rotasi tanaman. Patogen dapat
hidup dalam tanah 3-6 tahun, maka jangan menanam kol dan tanaman yang tergolong
Cruciferae selama 6 tahun; (3) drainase yang baik, jangan sampai air menggenangi
tanaman kol; (4) tanamlah strain (jenis) yang tahan; (5) kebersihan harus dijaga, semua
tanaman yang diduga menjadi sumber penyakit dibersihkan; (6) berilah persenyawaan air
raksa, sublimate (mercuri chloride) atau calomel (mercuro chlorida). Setiap lubang
tanaman diberi larutan sublimate 0,05 – 0,10% sebanyak 125 – 250 cc. sebelum ditanam,
akar tanaman dicelup lebih dahulu dalam larutan calomel 4%. (Sinaga, 2003).
2. Busuk lunak bakteri
Penyebabnya adalah Erwinia carotovora (LR Jones) Hollander, sinonimnya:
Bacillus carotovorus LR Jones. Penyakit busuk lunak ini banyak menyerang tanaman
sayuran seperti kol, sawi, wortel, kentang, tomat, kacang tanah, buncis, selada, dan
lain-lain. Tanaman yang diserang akan menjadi lunak, berlendir, baunya busuk, bila
keadaan memungkinkan, penyakit akan cepat sekali menjalar ke seluruh tubuh
tanaman. Gejala pertama pada daun yang masih segar tampak bercak berair,
kemudian warnanya berubah menjadi kecoklatan. Bila yang diserang batangnya,
tanaman dapat roboh sehingga disebut penyakit busuk batang (Pracaya, 2003).
Pengendaliannya: (1) tanaman kol, sawi, dan lain-lain yang telah diserang lebih
baik segera dipanen untuk dikonsumsi. Bila telah terserang berat, sebaiknya dibakar
dengan seluruh akar, batang, dan daunnya. Tanah bekas tanaman jangan terbawa ke
mana-mana, (2) sebelum terkena serangan, tanaman disemprot dengan fungisida, (3)
sayuran yang sehat saja yang disimpan atau dijual ke pasar, karena dapat
menyebabkan kerusakan pada sayuran yang masih sehat (Pracaya, 2003).
3. Penyakit TMV
TMV adalah singkatan dari Tomato Mosaic Virus. Penyakit ini tersebar di
seluruh dunia yang sudah ditumbuhi tanaman tomat. Bentuk virusnya seperti batang,
dengan ukuran lebar 18 dan panjang 300 nanometer (1 nanometer = 0,001 mikron).
Daun yang terserang, warnanya menjadi mosaic hijau muda dan hijau tua dengan
batas yang tidak jelas. Berbelang hijau tua dan muda, serta kadang-kadang daun yang
lebih muda menjadi menggeliat dan berkerut. Bila suhu tinggi, daun yang berbelang-
belang tambah banyak dan perkembangannya sedikit terhambat. Kalau suhu rendah,
belang-belangnya hanya sedikit, tetapi pertumbuhannya sangat terhambat, daunnya
menggeliat seperti daun paku atau sulur. Buah hanya sedikit dan kecil, kadang-
kadang tidak berbentuk buah. Mosaic daun juga memengaruhi buah. Strain yang
berbeda juga akan menghasilkan gejala yang berbeda, tergantung dari panas, lamanya
hari, intensitas sinar, umur tanaman, cultivar tomat, dan strain virus itu sendiri. Ada
strain virus yang menimbulkan gejala garis nekrosis memanjang pada batang atau
tangkai daun. Kadang-kadang tanaman dapat mati. Pada buah terjadi nekrose cekung
dan kadang-kadang mencapai bagian dalam buah yang telah masak (Endah., J dan
Novizan, 2002).
Pengendaliannya: (1) tanamlah tomat yang resisten, (2) tanaman yang terserang
dicabut dan dibakar, (3) tanaman liar di sekeliling kebun dibersihkan, (4) tanamlah
biji yang bebas virus, dengan direndam larutan 10% natrium phosphate selama 20
menit untuk menghilangkan virus yang letaknya di luar biji. Untuk menghilangkan
virus yang letaknya di dalam biji dipanasi dengan suhu 70 ͦC selama 2 – 4 hari, (5)
daun disemprot dengan susu untuk menghambat berpindahnya virus secara mekanis,
(6) dilakukan sterilisasi tanah, dan (7) dilakukan rotasi tanaman (Endah., J, dan
Novizan, 2002).

b. Penyakit yang Menyerang Tanaman Buah-Buahan (Pomology)

1. Penyakit blendok, busuk coklat atau busuk akar


Penyebabnya adalah cendawan Phytophthora parasitica Dastur dan P.
citrophthora (Sm. Et S.) Leonian. Banyak menyerang jeruk besar, jeruk grape
fruit, jeruk keprok, jeruk nipis, dan jeruk lainnya. Tanaman yang sakit biasanya
mengalami klorosis. Pada pangkal batang kelihatan bercak-bercak kebasahan.
Jaringan tanaman berubah warnanya. Kulit yang busuk mengeriput dan retak.
Belendok keluar dari bagian kulit yang retak. Biasanya bagian dalam kulit timbul
kalus, sehingga penyakit tidak dapat menyebar, tetapi biasanya terjadi serangan
lagi, sehingga lukanya menjadi bertambah besar. Apabila serangannya melingkar
di pangkal batang, tanaman dapat mati (Sinaga, 2003).
Pada waktu tanaman belum mati, jumlah daun yang hanya sedikit dan
kecil, ranting, dan cabang akan mati. Buahnya juga berukuran kecil. Kematian
tanaman kadang-kadang tidak teratur, di satu sisi sudah mati, tetapi di sisi yang
lain masih hidup. Pohon yang hampir mati biasanya lalu berbunga banyak, tetapi
tidak menjadi buah, ataupun kalau menjadi buah, buahnya kecil dan akhirnya
mati juga. Cendawan parasit tersebut dapat hidup lama dalam tanah, karena dapat
hidup secara saprofit dalam waktu lama. Selain itu, juga dapat membentuk
sporangia dan spora. Bila suhu udara dingin, air tanah berlebihan, dan pH 5,0 –
6,8, cendawan tersebut akan menyerang tanaman melewati luka. Miselium
tersebar di antara sel dalam kulit. Kerusakan kulit dan jaringan xylem (kayu)
akan menahan aliran air dalam tubuh tanaman, sehingga tanaman akan layu dan
akhirnya mati. Bila suhu udara berkabut hingga perbedaan suhu siang dan malam
hanya kecil, penguapan air tanah akan terhambat dan infeksi akan cepat terjadi
(Sinaga, 2003).
Cara pengendaliannya adalah: (1) lahan diberi drainase yang baik, (2)
tanaman ditanam di atas tanah yang telah ditinggikan, (3) bagian tanaman yang
sakit dipotong dan dibakar, (4) bagian yang sakit dibersihkan dengan sikat, lalu
diolesi fungisida, (5) pada waktu musim hujan, pohon diolesi larutan kapur
dicampur dengan bubur Bordeaux (Sinaga, 2003).

2. Penyakit bercak daun cercospora pada pisang


Salah satu penyakit yang menyerang tanaman pisang yaitu bercak
daun cercospora yang disebabkan oleh Cercospora musae. Gejala
pertama tampak jelas pada daun ke-3 dan ke-4dari pucuk sebagai bitnik-
bintik memanjang, berwarna kuning pucat dengan ukuran 1-2 mm atau
lebih, arahnya sejajar dengan tulang daun. Sebagian dari bintik-bintik
tersebut berkembang menjadi bercak berwarna coklat tua sampai hitam,
jorong atau bulat panjang, yang panjangnya 1 cm atau lebih, lebarnya
kurang dari sepertiga panjangnya. Pada daun yang lebih tua pusat
bercaknya mongering, berwarna kelabu muda dengan tepinya berwarnya
coklat tua dan dikelilingi oleh halo berwarna kuning cerah (Rumahlewang,
2012).
Pengendalian nya yaitu, dengan tidak mengusahakan pisang secara
komersil di lahan miskin. Kesuburan tanah harus dipertahankan dengan
pemupukan yang tepat. Untuk mengurangi sumber infeksi, daun-daun
yang mati disekeliling pohon dipotong dan dibakar. Jika dirasa perlu,
tanaman dapat disemprot dengan mankozeb (Dithane M-45) atau propineb
(Antracol) (Rumahlewang, 2012).
3. Tepung palsu daun anggur
Disebabkan oleh cendawan Plasmopara viticola (B. and C.) Berl. and
DeT). Penyakit ini di Jawa sudah dikenal sejak lebih kurang tahun 1905.
Terdapat di daerah panas dan kering, seperti di sebagian Amerika Selatan, Timur
Tengah, Aljazair, dan daerah Barat Daya Amerika Serikat. Penyakit tersebut
menyerang daun, tangkai daun, sulur, bunga, buah, tunas, dan batang anggur.
Daun yang diserang mula-mula pada permukaan sisi atas ada bercak-bercak
kuning pucat dengan ukuran berbeda-beda dan dikelilingi jaringan daun yang
hijau, tetapi batasannya tidak jelas. Mula-mula bercak tersebut transparan,
sehingga disebut “bercak minyak”. Apabila udara cukup lembab, pada
permukaan sisi bawah tiap-tiap bercak terdapat bercak-bercak putih susu dari
bulu-bulu halus yang merupakan conidiophora dan spora. Karena itulah, maka
penyakit tersebut disebut cendawan tepung palsu atau cendawan bulu halus.
Bercak-bercak yang tua akan mejadi coklat karena matinya jaringan daun di
kedua belah permukaan (Sinaga, 2003).
Bila udara kering, pertumbuhan sisi bawah daun terhenti atau terhambat.
Bercak-bercak daun lama-kelamaan melebar dan akan bertemu satu dengan yang
lain, sehingga akan menutup seluruh permukaan daun. Tunas-tunas yang masih
muda, pertama-tama kelihatan ada bercak-bercak berair, kemudian warnanya
menjadi hijau kekuningan dan akhirnya berwarna coklat. Apabila serangan
menghebat, tunas menjadi kerdil, memilin, dan selanjutnya daun menjadi kecil
atau mati. Bunga yang terserang juga dapat mati. Buah yang masih muda,
pertumbuhannya terhambat dan besarnya berkurang. Pada permukaan buah
kelihatan ada cendawan yang warnanya abu-abu. Buah menjadi hitam dan
akhirnya kering berkeriput (Sinaga, 2003).
Pengendaliannya: (1) tanamlah varietas yang resisten, (2) penanaman
jangan terlalu rapat, para-para jangan terlalu rendah, drainase harus baik,
diusahakan udara tidak terlalu lembab, (3) bagian tanaman yang terserang
dipotong, (4) disemprot dengan bubur Bordeaux atau pestisida lain yang
mengandung tembaga (Sinaga, 2003).

c. Penyakit yang Menyerang Tanaman Hias (Floriculture)


1. Penyakit roboh
Penyebabnya adalah cendawan Sclerotinia sclerotiorum (Lib) Sacc et
Trott dan Sclerotinia minor Jagger. Penyakit ini dapat menimbulkan kerugian
besar. Tanaman yang diserang yaitu bunga matahari (Helianthus annuus)
dan tanaman lain yang batangnya lunak. Daun tanaman yang terserang
terkulai atau rontok, berbercak-bercak, berlendir, warnanya coklat atau hijau
pucat. Bercak-bercak kecoklatan lunak juga terdapat pada batang dan makin
ke atas makin besar. Batang menjadi lunak dan busuk, akhirnya tanaman
roboh. Badan cendawan (badan buah) dibentuk dalam bercak cekung yang
tertutup miselium putih atau di tengah batang (teras batang). Badan
cendawan kecil, bulat berwarna hitam, dapat masuk ke dalam tanah bersama-
sama dengan batang yang busuk, dan menghasilkan apothecia kecil yang
masih dapat dilihat mata (Sinaga, 2003).
Ascospora yang terbentuk dalam badan cendawan dapat menginfeksi
bagian tanaman lain. Miselium putih dapat berkembang melimpah dalam
jaringan pengangkutan air, sehingga dapat menyumbat aliran air, dan
menjadikan tanaman layu. Pengendaliannya dengan cara: (1) tanaman yang
sakit dicabuti dan dibakar, (2) rotasi tanaman dilakukan selama 3 tahun,
karena sclerotia dapat hidup dalam tanah selama beberapa tahun. Tanaman
yang tahan terhadap penyakit ini antara lain: jagung, padi-padian, bawang
merah, dan bit, (3) tanah digemburkan agar permukaannya menjadi kering,
(4) disemprot dengan pestisida yang mengandung tembaga (Sinaga, 2003).
2. Penyakit pada bunga sedap malam (Polianthus tuberosa)

Salah satu kendala yang sangat mempengaruhi agribisnis tanaman


sedap malam (Polianthus tuberosa) adalah adanya serangan organisme
penggangu tanaman (OPT). akibat serangan OPT, kualitas tanaman dan
kualitas bunga yang dihasilkan dapat menurun. Penyakit yang sering
menyerang tanaman sedap malam adalah bercak daun (Xanthomonas sp)
penyakit ini mulai terlihat beberapa minggu setelah mata tunas tumbuh.
Gejala awal adalah bercak-bercak coklat kemerah-merahan yang selanjutnya
akan meluas dan memenuhi seluruh daun. Bila serangan berat, daun akan
mengering dan mati sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan
bunga yang dihasilkan. Bercak hitam (Fusarium oxysporum), penyakit
bercak hitam menyerang bunga sedap malam sehingga warnanya berubah
menjadi hitam dan mengeras seperti mummi. Busuk bunga, penyakit busuk
bunga sedap malam, baik yang masih kuncup maupun sudah mekar. Bercak
berwarna coklat di semua bagian bunga mengakibatkan perubahan bentuk
dan orientasi bunga. Dan penyakit layu (Fusarium xyllarioides), menyerang
tanaman sedap malam sehingga menyebabkan terjadinya kelambatan
pertumbuhan tanaman, daun berwarna pucat, tanaman menjadi layu dan
akhirnya mati. Bunga dan batang yang diserang membusuk dan akhirnya
mati (Suryanto, 2010)

Pengendalian penyakit pada tanaman sedap malam dapat dilakukan


antara lain dengan cara-cara sebgai berikut:
1. Pengendalian secara fisi: perendaman umbi dalam air dengan
suhu 55 ͦ C atau fungisida sistemik / kontak.

2. Pengendalian secara mekanis: bunga yang terserang, baik yang


masih kuncup maupun yang sedang mekar, dipetik dan
dimusnahkan dengan cara dibakar. Sedangkan tanaman yang
sakit dibongkar dan dimusnahkan juga.

3. Pengendalian secara kultur teknis: menggunakan bibit sedap


malam yang sehat, varietas yang tahan, pergiliran tanam dengan
tanaman non-inang, pengaturan drainase yang baik, mengatur
jarak tanam, sanitasi lingkungan dan menghindari luka pada saat
penyiangan.

4. Pengendalian secara hayati: untuk mencegah penyakit layu


fusarium, sebelum tanaman bibit dicelupkan ke dalam suspense
Psedumonas flourescens dan media tanam dengan Gliocladium
sp dan Trichoderma sp. (Suryanto, 2010)

d. Penyakit yang Menyerang Tanaman Biofarmaka

1. Penyakit bercak daun pada tanaman kunyit (Curcuma domestica Val.)

Salah satu penyakit yang penting pada tanaman ini adalah bercak daun yang
disebabkan oleh jamur Colletotricltum sp. Jamur ini mulai menyerang tanaman pada
umur 40-50 hari setelah tanam. Penyakit ini cepat menyebar terutama di daerah yang
kelembaban udaranya tinggi. Bercak muncul pada permukaan atas dan bawah daun,
dan dapat menyebabkan kehilangan hasil lebih dari 60%o (Srinivas dan Singh, 2004;
Panhwar, 2005).

Gejala awal penyakit tersebut berupa bercak kecil atau besar pada daun yang
muda atau tua. Bercak selanjutnya meluas menjadi berwarna coklat ke abu-abuan,
bagian tengah berwarna putih kemudian menjadi tipis dan robek, akhirnya daun
menjadi kering dan rebah ke tanah. Bercak tersebut dikelilingi oleh daerah halo yang
berwarna kuning (Srinivas dan Singh, 2004). Bercak tersebut pada gejala lanjut akan
bersatu membentuk bercak memanjang yang tidak beraturan. Jamur memproduksi
metabolite toksik yang menyebabkan daun menjadi nekrosis (Srinivas dan Singh,
2004)

Di duga penyebab penyakit ini adalah jamur Colletotrichum sp. Penyakit ini
dapat disebarkan melalui beberapa cara yaitu: (1) rimpang, (2) tanah, (3) udara (4)
percikan air hujan, dan (5) secara langsung melalui daun yang terinfeksi

Konidia berkecambah membentuk tabung kecambah yang disebut appresorium.


Perkecambahan konidia dan perkembangan appresorium terjadi pada kelembaban 95
- 100% dan suhu 20 - 30 ͦC. Pada kondisi normal, konidia menyebar melalui hujan
yang menutupi permukaan tanaman dan berpotensi menyebabkan penyakit setelah 7
hari. Selama periode basah, appresorium memproduksi konidia sekunder, yang akan
menyebabkan penyebaran sekunder dari satu bagian tanaman ke bagian tanaman
lainnya. Jamur terbawa dalam rimpang akan menjadi sumber infeksi primer pada saat
pembibitan. Kemudian penyebaran sekunder dapat dilakukan oleh angin, air,
gangguan fisik yang lain dan agen biologi. Jamur yang sama juga dilaporkan
menyebabkan bercak daun pada tanaman cabe dimana disebarkan melalui infeksi
pada benih. Jika cabe ditanam dekat kebun atau tanaman intercropping dengan
kunyit, maka jamur ini sangat mudah berkembang dan menyebar dengan cepat
(Noveriza, Rita dan Sri Yuni Hartati, 2006).

Untuk pengendalian penyakit ini, dapat dilakukan dengan: (1) menggunakan bibit
yang sehat, berasal dari daerah yang bebas penyakit tersebut, (2) rimpang harus
direndam dalam larutan fungisida selama 30 menit dan harus dikering anginkan
sebelum ditanam, (3) penyemprotan tanaman dengan fungisida sekali dua minggu,
(4) daun yang terinfeksi harus diambil dan dimusnahkan,untuk mengurangi sumber
inokulum, (5) menggunakan teknik budidaya tumpangsari dan rotasi tanaman, (6)
menggunakan varietas yang tahan, (7) mengurangi kelembaban (Srinivas dan Singh,
2004; P anhwar, 2005).

2. Penyakit busuk rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc)


Penyakit busuk rimpang jahe, yang disebabkan oleh jamur Fusarium
oxysporum Schlecht. f.sp. zingiberi Trujillo. penyakit busuk rimpang jahe
mempunyai gejala khas, yaitu penguningan yang dimulai dari daun paling bawah,
dimulai dari bagian tepi daun menuju ke tengah daun, dan pengeringan bagian pucuk
tanaman, serta tanaman akhirnya layu. Tanaman jahe sakit karena busuk rimpang
menunjukkan perubahan warna daun menjadi kuning, berangsur-angsur menjadi
layu, bagian tunas mongering, dan akhirnya tanaman mati. Penyakit busuk rimpang
di lapang menyerang semua jenis atau varietas jahe yang ditanam dan tersebar merata
di semua lahan pertanaman jahe.
Penyakit busuk rimpang pada jahe selain disebabkan oleh F. oxysporum f.sp.
zingiberi, juga oleh patogen lain, meskipun persentasenya kecil.Gejala penyakit
busuk rimpang ini dapat dibedakan dengan gejala penyakit busuk basah, yang
disebabkan oleh bakteri R. solanacearum, yaitu daun layu yang terjadi dengan cepat,
batang berwarna coklat, dan mudah dicabut. Patogen ini mudah tersebar dan menjadi
sumber inokulum baru bagi pertanaman jahe berikutnya.
Berdasarkan bentuk morfologinya, jamur patogen F. oxysporum mempunyai
tiga spora tak-kawin, yaitu mikrokonidium, makrokonidium, dan klamidospora.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan penyakit busuk rimpang jahe
adalah pH, kelembapan, suhu, intensitas matahari, dan tanaman lain di sekitar
pertanaman jahe. Untuk pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit ini, dapat
dilakukan dengan: (1) perendaman rimpang jahe sebelum ditanam, (2) sterilisasi
tanah sebelum tanam, (3) menggunakan agens antagonis tanah, (4) penggunaan
fungisida, seperti mankozeb.

e. Penyakit yang menyerang tanaman hortikultura lansekap (Landscape


horticulture)

1. Busuk bunga
Penyakit ini menyerang tanaman hortikultura lansekap pada bagian
bunga yang disebabkan oleh cendawan Botrytis cinerea Pers. Fr. Gejala
yang timbul adalah kuntum bunga yang telah membuka membusuk berwarna
coklat dan berbintil – bintil hitam. Cara penanganannya yaitu, bunga yang
mekar dibungkus dengan kantong, dan tanaman disemprot dengan fungisida
(Lestari, Garsina dan Ira Puspa Kencana, 2008)

2. Jamur upas (Corticium salmonicolor)

Cendawan ini menyerang tanaman jenis hortikultura lansekap pada


bagian batang. Gejala yang timbul akibat cendawan ini adalah batang
terdapat lapisan kerak warna merah, dan lambat laun batang akan mati.
Penanganannya yaitu, kulit batang yang sakit dikelupas dan dikerok, lalu
diolesi cat atau dipangkas bagian yang terinfeksi berat, serta tanaman
disemprot dengan fungisida yang berbahan aktif tricodermorf (Lestari,
Garsina dan Ira Puspa Kencana, 2008).

3. Tepung mildew

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Oidium sp. Yang menyerang


daun pada tanaman hortikultura lansekap. Gejala yang timbul adalah terdapat
tepung putih dibagian atas dan bawah daun dan daun berubah warna menjadi
merah, kuning, kemudian berguguran. Penanganannya yaitu, daun yang sakit
dipangkas dan dimusnahkan serta tanaman disemprot fungisida belerang
(Lestari, Garsina dan Ira Puspa Kencana, 2008).
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, W. C. 2008. Konsep Timbulnya Penyakit Tanaman: Bogor: Institut Pertanian


Bogor
Darwis, AP. 2011. Jenis – Jenis Jamur Penyebab Penyakit Pada Cabai Kopay (Capsicum annum
L.) di Kelurahan Kota Panjang Lampasi, Kecamatan Payukombah
Utama Sumatera Barat. Padang: Universitas Andalas
Endah, J dan Novizan. 2002. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Jakarta:
Agromedia Pustaka
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
Kamus Online Meriam Webster
Lestari, Garsina dan Ira Puspa Kencana. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta: Penebar Swadaya
Noveriza, Rita dan Sri Yuni Hartati. 2006. PENYAKIT BERCAK DAUN PADA TANAMAN KUNYIT
DAN STRATEGI PENGENDALIANNYA. Status Penyakit Bercak Daun Pada Tanaman Kunyit
di lndonesia
Oxford Advenced Learner’s Dictionary of Curent English
Panhwar, F. 2005. Tumeric (Curcuma longa) Cultivation in Sindh Pakistan. Digitalverlag Gumbh,
Germany. p1 -7.
Prabowo. 2007. Efektifitas Beberapa Mikroorganisme Antagonis terhadap Penyakit Tular Tanah pada
Kacang. Laporan Teknis Hasil Penelitian Balitkabi. Malang
Pracaya. 2003. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya
Rumahlewang, W & H.R.D. Amanupunyo. 2012. Patogenisitas Colletotrichum musae Penyebab
Penyakit Antraknosa Pada Beberapa Varietas Buah Pisang. Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman, 1(1):
77-81.
Sinaga, M. S. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya
Suryanto, Widada Agus. 2010. Hama Dan Penyakit Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan Masalah
Dan Solusinya. Yogyakarta: Kasinus
Tridianto, S. 2016 Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Tanaman Cabai Merah Dengan Metode Backward
Chaming Yogyakarta: Universitas PGRI Yogyakarta
Zulkarnain. 2010. Dasar – Dasar Hortikultura. Jakarta: PT Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai