OLEH :
ABD.RAJIF [E28117437]
FAKULTAS PERTANIAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Produktivitas kakao Indonesia hingga saat ini rata-rata masih rendah yaitu sekitar
900 kg/ha. Beberapa penyebabnya adalah bahan tanaman yang kurang baik,
teknologi budidaya yang kurang optimal, tanaman sudah berumur tua, serta masalah
serangan organism pengganggu tanaman (OPT). Diperkirakan rata-rata kehilangan
hasil akibat OPT mencapai 30% setiap tahunnya bahkan ada penyakit penting yang
dapat mengakibatkan kematian tanaman (karmawati, et. al, 2010), sehingga dalam
budidaya kakao pada umumnya sekitar 40 % dari biaya produksi dialokasikan untuk
biaya pengendalian OPT (Sulistyowati et al, 2003).
Beberapa hama dan penyakit banyak ditemukan pada tanaman kakao diantaranya
hama Penggerek Buah Kakao (Conopomopha cramerella) dan kepik pengisap buah
(Helopeltis spp.), merupakan hama utama pada tanaman kakao. Pengendalian hama
pada tanaman kakao pada umumnya petani masih menggunakan insektisida
kimiawi. Penggunaan insektisida kimiawi yang tidak tepat akan membawa dampak
yang buruk, lebih merugikan dibanding manfaat yang dihasilkan antara lain dapat
menyebabkan timbulnya resistensi hama, munculnya hama sekunder, pencemaran
lingkungan dan ditolaknya produk karena masalah residu yang melebihi ambang
batas toleransi. Penggunaan insektisida kimiawi secara intensif, juga memberikan
berbagai dampak yang tidak diinginkan, terkait dengan kerusakan ekosistem lahan
pertanian, terganggunya eksistensi flora dan fauna di sekitar lahan pertanian dan
kesehatan petani pekerja (Regnault-Roger, 2005). Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) mencatat bahwa di seluruh dunia setiap tahunnya terjadi keracunan pestisida
antara 44.000 - 2.000.000 orang dan dari angka tersebut yang terbanyak terjadi di
negara berkembang (Sintia, 2006).
BAB II
PEMBAHASAN
1. Helopeltis
Gejala serangan hama ini adalah munculnya bercak-bercak cekung yang berwarna
coklat muda yang lama kelamaan berubah menjadi kehitaman. Bercak mula-mula
bulat dan berwarna coklat kehitaman, kemudian memanjang seiring dengan
pertumbuhan tunas itu sendiri.
Serangan pada buah muda dapat menyebabkan buah kering dan mati. Bercak pada
buah yang terserang berat akan menyatuk, sehingga jika buah dapat
berkembang terus, permukaan kulit buah menjadi retak dan terjadi perubahan
bentuk (malformasi) yang dapat menghambat perkembangan biji di dalam buah.
Pengendalian :
Gejala serangan yang ditimbulakan adalah terdapat bekas lubang pada permukaan
kulit buah, buah masak sebelum waktunya, dibelah, da biji saling berdempet.
3. Tupai/bajing
Gejala serangan tupai/bajing umumnya dijumpai pada buah yang sudah masak
karena tupai hanya memakan daging buah, sedangkan bijinya tidak dimakan.
Biasanya, dibawah buah-buah yang terserang tupai/bajing selalu berceceran biji-biji
kakao.
Pengendalian :
Kakao (Thebroma cacao) atau cokelat merupakan salah satu komoditas andalan
perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional,
khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan, dan devisa negara.
Penyakit pada tanaman kakao yang bersumber dari wawancara dengan Petani
disajikan pada Tabel.
2.3 METODOLOGI
Mencari komoditas kakao di desa Emea Kec. Witaponda dan melakukan wawancara :
1. Petani
Hama yang mengganggu
Cara pengendalian
2. Penjual pestisida
Peredaran pestisida
Macam pestisida yang di jual
2.4 HASIL WAWANCARA PETANI
Pak Suparno Hadi Umur 49 Tahun, lama bertani ± 8 tahun.
Hama kakao : Pengerek buah, ulat daun, tupai.
Pengendalian : menggunakan isektisida.
Penggunaan pestisida : desis & furacron diaplikasikan 3 minggu sekali.
2.5 HASIL WAWANCARA PENJUAL PESTISIDA
Nama Penjual : Ci welli
Nama toko : Toko Jaya abadi
Alamat : Desa matansala, Kec. Bungku Tengah Kab. Morowali
Macam Pestisida : Insektisida, Fungisida, Bakterisida, Herbisida.
Pestisida yang sering di cari petani : Furacron, Delson, Decis, Marshal.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Hama yang menyerang tanaman kakao adalah Helopeltis spp., penggerek
buah, dan tupai/bajing.
Teknik pengendalian yang dipakai adalah kimiawi, mekanik dan biologis.
Pestisida digunakan ketika gejala serangan sudah mulai tampak. Dan
penggunaan pestisida diiringi dengan pengendalian mekanik dan biologis.
3.2 SARAN