Anda di halaman 1dari 11

Implementasi Teknologi Pengendalian Hayati Hama Kelapa Thosea

monoloncha Meyrick dengan Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV)

Biological Control Technology Implementation on Coconut Pest Thosea


monoloncha Meyrick Using Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV)

FREDY LALA1, ANDRIKO N. SUSANTO2, MELDY L.A. HOSANG3, DECIYANTO S.4

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara


1

Kompleks Pertanian Kusu, Kecamatan Oba Utara, Kota Tidore Kepulauan,


Provinsi Maluku Utara, Indonesia
2Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian

Jl. Harsono RM No. 3, Ragunan, Jakarta 12550


3Balai Penelitian Tanaman Palma

Jl. Raya Mapanget, PO BOX 1004, Manado 95001


4Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Jl. Tentara Pelajar 1, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu Bogor 16111


Email: lalafredy@ymail.com

Diterima 12 Maret 2018 / Direvisi 03 April 2018 / Disetujui 07 Desember 2018

ABSTRAK

Hama ulat api Thosea monoloncha (Limacodidae: Lepidoptera) telah menyerang tanaman kelapa di Pulau Tolonuo,
Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara dengan intensitas kerusakan bervariasi dari ringan sampai sangat
berat. Penelitian bertujuan untuk mengendalikan populasi hama ulat api T. monoloncha dan respon petani terhadap
teknologi pemanfaatan Nucleo Polyhedrosis Virus (NPV). Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai
November 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak NPV dapat menurunkan populasi hama kelapa T.
monoloncha, menurunkan intesitas kerusakan dari kerusakan sangat berat, berat dan sedang menjadi kerusakan ringan,
meningkatkan jumlah pelepah dan buah kelapa dari 14 butir menjadi 45 butir per pohon. Respon petani terhadap
berbagai aspek teknologi berada pada kisaran 63,5-97,5%.

Kata kunci: Kelapa, T. monoloncha, NPV, respon petani

ABSTRACT
The nettle caterpillars pest Thosea monoloncha (Limacodidae: Lepidoptera) has attacked the coconut plant in Tolonuo
Island, North Halmahera district, North Maluku Province with the intensity of attacked varied from light minor damage
to severe damage. This research purpose is to control the population of nettle caterpillars T. monoloncha and the response
of farmers to technology using Nucleo Polyhedrosis Virus (NPV). The study was conducted from December 2014 to
November 2015. The stages of this study are consisted of (a) observation of pest population T. monoloncha, (b)
determination of plant damage intensity and (c) farmerd response to control technology. The results showed that the
application of NPV extract can decrease the population of coconut pest T. monoloncha, the intensity of the damage
decrease from severe, heavy and moderate to light damage. In additon, it also increase the amount of frond and coconut
production from 14 to 45 nuts per tree. Farmers' response to various aspects of technology varied from 63.5-97.5%.

Keywords: Coconut, T. monoloncha, NPV, farmer response

89
Buletin Palma Volume 19 No. 2, Desember 2018: 89 - 99

aktif permetrin menurunkan populasi hama Thosea


sp. sampai 100%. Tapi insektisida ini mereduksi
PENDAHULUAN populasi kumbang penyerbuk utama Elaeidobius
kamerunikus dari 976 ekor/tandan (kontrol)
menjadi 12,5 ekor/tandan (konsentrasi 250 ppm).
Produksi kelapa Kabupaten Halmahera
Pada larva T. monoloncha yang semakin tua
Utara dalam bentuk kopra, sebagian besar
kecenderungan penggunaan insektisida kimia
diekspor dan sisanya untuk kebutuhan dalam
akan semakin tinggi. Kecenderungan tersebut
negeri. Data Karantina Tumbuhan dan Hewan
disebabkan karena pada umur tersebut (instar
Kelas III Tobelo, Halmahera Utara tahun 2010-2014
lima) lapisan lilin yang menutupi tubuh larva
menunjukkan ekspor kopra ke Filipina sebanyak
semakin tebal (Hendro dan Qayuun, 2012).
14.383.485-32.901.380 kg/tahun, sedangkan di
Pengendalian hama dengan memanfaatkan
dalam negeri 13.464.000-50.349.110 kg/tahun
ekstrak larva ulat terinfeksi NPV (Nucleo
(Anonim, 2013). Jika harga kopra berlaku Rp
Polyhedrosis Virus) lokal merupakan alternatif yang
6.000/kg, maka dari ekspor tersebut menghasilkan
dipilih karena selain murah, dapat dilakukan
devisa antara Rp 86,3-197,4 milyar/tahun,
petani, efektif dan ramah lingkungan.
sedangkan dari perdagangan dalam negeri
Respon petani terhadap teknologi
memberi pemasukan sebesar Rp 80,8-302,1
pengendalian sangat penting karena akan
milyar/tahun. Artinya, hanya dari kopra saja
menentukan apakah teknologi diadopsi atau tidak
Kabupaten Halmahera Utara sudah menghasilkan
oleh petani. Sulitnya penerimaan petani terhadap
pendapatan sebesar Rp 167,1-364,5 milyar/tahun.
teknologi baru atau relatif baru yang disebabkan
Pendapatan akan semakin bertambah lagi jika
ketidakpercayaannya terhadap teknologi tersebut
pemerintah daerah dapat mengoptimalkan produk
atau karena faktor budaya yang enggan menerima
kelapa dengan program diversifikasi.
inovasi teknologi dapat menjadi permasalahan
Keberhasikan pembangunan dan
dalam proses adopsi teknologi (Ramadhani et al.,
pengembangan pertanian berbasis kelapa dibatasi
2012 dalam Suratini et al., 2016). Upaya yang dapat
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
dilakukan untuk mengetahui bahwa petani
serangan hama dan penyakit tanaman. Hama
merespon teknologi yang diintroduksi yaitu
penting tanaman kelapa di Kabupaten Halmahera
melalui penggalian dan inventarisasi semua
Utara adalah Sexava coriacea, Oryctes rhinoceros,
tanggapan, pendapat, dan jawabannya dalam
Brontispa longissima, dan ulat api (Thosea
suatu kuesioner. Oleh karena itu pengkajian ini
monoloncha). Hama ulat api T. monoloncha
bertujuan untuk mengendalikan populasi hama T.
(Limacodidae : Lepidoptera). Holloway et al. (1987)
monoloncha menggunakan musuh alami dan untuk
melaporkan bahwa dari genus Thosea terdapat 28
mengetahui respon petani terhadap teknologi.
spesies, salah satunya adalah T. monoloncha.
Ledakan populasi hama T. monoloncha
dilaporkan telah menyerang tanaman kelapa di BAHAN DAN METODE
Pulau Tolonuo dengan intensitas kerusakan ringan
sampai sangat berat. Peningkatan populasi hama Penelitian dilakukan di Desa Tolonuo Utara,
sangat cepat sehingga merusak tanaman kelapa Pulau Tolonuo, Kecamatan Tobelo Utara,
dalam waktu beberapa minggu. Berdasarkan Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku
pengamatan populasi hama sudah melebihi Utara. Lokasi ini ditentukan secara purposive
ambang ekonomi (30 ekor per pelepah) sehingga karena merupakan pusat serangan hama T.
diputuskan untuk menggunakan insektisida monoloncha. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada
kimia. Namun pengendalian menggunakan Desember 2014 sampai November 2015 dan
insektisida kimia membutuhkan biaya besar serta melibatkan petani kelapa Desa Tolonuo Utara.
dapat menimbulkan dampak negatif terhadap Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan
lingkungan dan sekitarnya. Menurut Hasibuan et kegiatan.
al. (2002), penggunaan insektisida kimia berbahan a. Pengamatan Populasi Hama

90
Teknologi Pengendalian Hayati dengan Nucleo Polyhedrosis Virus (NPV) Terhadap Hama Kelapa Thosea monoloncha Meyrick (Fredy Lala, et al)

Pengamatan terhadap populasi hama T. Analisis data terdiri dari (a) deskriptif,
Monoloncha dan intensitas kerusakan yang untuk mengkategorikan intensitas kerusakan rata-
ditimbulkannya pada tanaman kelapa dibagi rata berdasarkan persentase kerusakan yang
dalam tiga kategori, yaitu (1) tanaman belum ditimbulkan hama T. monoloncha, (b) anova, untuk
menghasilkan (TBM), (2) tanaman menghasilkan mengukur signifikansi populasi hama dan
dengan tinggi tanaman kurang dari 15 m (TM<15 intensitas kerusakan diantara tanaman (TBM,
m), dan (3) tanaman menghasilkan dengan tinggi BM<15 m dan TM>15 m) sebelum dan sesudah
tanaman lebih dari 15 m (TM>15 m). Penentuan perlakuan, (c) regresi, untuk mengukur hubungan
jumlah tanaman pada masing-masing kelompok antara populasi hama T. monoloncha dan tingkat
dilakukan secara acak, masing-masing berjumlah kerusakan tanaman kelapa dengan persamaan: Y =
60 pohon sehingga total 180 pohon. Pengamatan a + bX, dan (d) respon petani, menggunakan skala
populasi hama dilakukan pada dua pelepah (skor) Likert untuk mengetahui tanggapan petani
(tengah dan pucuk) untuk tiap pohonnya sehingga terhadap teknologi yang diintroduksi.
jumlah keseluruhan pelepah yang diamati adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN
360 buah.
b. Determinasi Intensitas Kerusakan Tanaman
Deskripsi Hama Ulat Api
Determinasi intensitas kerusakan tanaman
Hama ulat api termasuk Famili Limacodidae
kelapa dilakukan dengan cara membandingkan
dan Ordo Lepidoptera. Dari genus Thosea terdapat
jumlah pelepah terserang ulat dengan jumlah
28 spesies (Holloway et al., 1987), salah satunya
seluruh pelepah. Intensitas kerusakan tanaman
yaitu Thosea monoloncha Meyrick (syn. T. moluccana
dikelompokkan berdasarkan persentase kerusakan
Roepke). Larva berbentuk oval, convex, hijau
pelepah daun yaitu (1) Sehat, jika pelepah daun
muda dengan sebuah garis pada bagian dorsal,
tidak menunjukkan kerusakan; (2) Ringan, jika 1-
memiliki 11 bulu berbentuk setaceous pada bagian
25% pelepah daun menunjukkan kerusakan; (3)
bawah tubuh. Pupa (kepompong) ditemukan
Sedang, jika 26-50% pelepah daun menunjukkan
melekat pada dasar daun, pada batang dan
kerusakan, (4) Berat, jika 51-75% pelepah daun
permukaan tanah dekat batang tanaman. Pupa
menunjukkan kerusakan, (5) Sangat berat, jika
berukuran 8x12 mm, berwarna coklat tua, dan
>75-100% pelepah daun menunjukkan kerusakan
keras, di dalamnya mengandung substrat. Hama
(Wagiman et al., 2012).
ini merupakan serangga aktif malam hari
c. Respon Petani Terhadap Teknologi
(nocturnal) dan saat beristirahat pada siang hari
Respon petani terhadap teknologi diukur
sayap imago terbuka.
berdasarkan hasil wawancara pada 40 orang
Di alam larva spesies ini dapat diparasit
petani responden yang dipilih secara acak di lokasi
oleh Braconid Apanteles thoseae, dan pupanya oleh
pengkajian. Data yang diperoleh berupa data
Tachinid Austrophorocera grandis, dan sangat peka
kualitatif yang diberi skor (Likert) kemudian
terhadap entomopatogen Nucleo Polyhedrosis Virus
ditabulasi dan dianalisis.
(NPV). NPV umumnya menyerang serangga ordo
d. Parameter Pengamatan
Lepidoptera (86%), Hymenoptera (7%), dan
Paramater pengamatan terdiri dari (a) jenis
Diptera (3%). Proses masuknya virus ke tubuh
dan deskripsi hama T. monoloncha dan musuh
serangga sampai dipenuhinya sel-sel tubuh
alaminya, (b) populasi hama T. monoloncha pada
serangga oleh virus berjalan antara 4 hari sampai 3
tanaman belum menghasilkan (TBM), tanaman
minggu tergantung pada jenis NPV, jenis serangga
sudah menghasilkan dengan tinggi kurang dari 15
inang, jumlah polihedra yang masuk, instar larva
m (TM<15 m), dan tanaman sudah menghasilkan
yang mulai terinfeksi dan suhu. Apabila virus
dengan tinggi lebih dari 15 m (TM>15 m), (c)
telah masuk ke dalam tubuh serangga, polihedra
intensitas kerusakan tanaman kelapa, dan (d)
NPV akan larut dan pecah serta melepaskan
jumlah pelepah dan produksi buah kelapa pada
partikel-partikel virus yang kemudian memasuki
tanaman menghasilkan (TM) yang terserang hama,
sel-sel bagian perut serangga dan akhirnya
(e) respon petani terhadap teknologi.
memperbanyak diri. Setiap sel yang terinfeksi
e. Analisis Data

91
Buletin Palma Volume 19 No. 2, Desember 2018: 89 - 99

virus, nukleusnya membengkak dan dipenuhi oleh (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM)
masa padat yang disebut viroplan (Holloway et al., dideskripsikan seperti grafik pada Gambar 1.
1987). Selain NPV, musuh alami lain dari hama Ketiga grafik tersebut menunjukkan kemiripan
ulat api adalah B. thuriengiensis (Tarigan et al., pola penurunan populasi hama dalam interval
2013), laba-laba jaring, laba-laba lompat, laba-laba waktu tertentu. Aplikasi ekstrak NPV yang
mata tajam, laba-laba serigala (Cendramadi dan mengandung strain virulen dapat menginfeksi ulat
Wahyudyana, 2011), dan kepik Rhynocoris fuscipes api yang sehat sehingga populasinya per pohon
F. (Kembaren et al., 2014). Selain musuh alami, menurun. Strain NPV yang virulen dapat
golongan pestisida nabati seperti minyak sereh diperoleh dari NPV yang berasal dari spesies
dapat membunuh hama ulat jenis Gempinis hama yang sama. NPV sangat selektif dan efektif,
sebesar 98% (Adnyana et al., 2012). NPV dari hama T. monoloncha hanya efektif untuk
hama tersebut dan tidak efektif untuk jenis ulat api
Populasi Hama Ulat Api T. monoloncha atau ulat Limacodidae lainnya. Sambiran et al.
Pada pengamatan awal dari ketiga kategori (2016), menyatakan bahwa musuh alami yang
tanaman kelapa (TBM, TM tinggi <15 m, dan TM potensial seperti NPV lokal yang berasal dari T.
tinggi >15 m) menunjukkan populasi hama monoloncha dapat menekan populasi hama ulat api
berbeda (Gambar 1). Populasi hama pada tanaman T. monoloncha sampai 96%.
belum menghasilkan (TBM) yaitu 26 larva Jika dilihat berdasarkan umur tanaman
sehat/pohon dan 18 larva terinfeksi/pohon, kelapa, menunjukkan bahwa preferensi hama ulat
tanaman menghasilkan dengan tinggi <15 m yaitu api lebih tinggi pada daun tanaman belum
15 larva sehat /pohon dan 13 larva menghasilkan (TBM) dibandingkan daun tanaman
terinfeksi/pohon sedangkan tanaman menghasilkan (TM). Ini menunjukkan bahwa
menghasilkan dengan tinggi >15 m yaitu 5 larva hama lebih memilih makanan relatif lebih lunak
sehat/pohon dan 3 larva terinfeksi /pohon. Selang yang ada pada tanaman belum menghasilkan.
bulan Mei-Juni 2015 atau 5-6 bulan sesudah Daun pada tanaman belum menghasilkan lebih
aplikasi ekstrak NPV, populasi hama ulat api T. lunak dibandingkan dengan daun tanaman telah
monoloncha pada ketiga kategori tanaman sudah menghasilkan. Hal tersebut disebabkan karena
sangat rendah. Kondisi dimana populasi hama ulat lapisan lilin pada daun tanaman yang telah
api telah terkendali oleh musuh alami (NPV) itu menghasilkan lebih tebal sehingga larva kesulitan
terjadi sampai akhir pengamatan (November dalam memakannya.
2015).
Penurunan populasi hama ulat api T.
monoloncha pada tanaman belum menghasilkan

(a) (b)

(c)

92
Teknologi Pengendalian Hayati dengan Nucleo Polyhedrosis Virus (NPV) Terhadap Hama Kelapa Thosea monoloncha Meyrick (Fredy Lala, et al)

Gambar 1. Populasi T. monoloncha; (a) tanaman belum menghasilkan (TBM); (b) tanaman
menghasilkan (TM) dengan tinggi < 15 m; (c) tanamana menghasilkan (TM)
dengan tinggi > 15 m
Figure 1. Population of T. monoloncha; (a) immature palm plantations (TBM); matured palm
plantation (TM) with high <15 m; (c) mature palm plantations (TM) with high >15 m

Selain keras lunaknya daun, tinggi tanaman memanjat tanaman muda dibandingkan tanaman
juga memberi pengaruh terhadap preferensi hama. telah menghasilkan.
Pada tanaman belum menghasilkan, kerusakannya Analisis populasi hama T. monoloncha pada
lebih berat dibandingkan tanaman telah awal dan akhir pengamatan menunjukkan
menghasilkan yang lebih tinggi. Semakin tinggi perbedaan yang nyata (taraf α=0.05) (Tabel 1).
tanaman, intensitas kerusakan tanaman semakin Selain faktor ekternal, maka faktor internal yang
rendah. Ini memiliki hubungan dengan perilaku menyebabkan terjadinya perbedaan yang
hama T. monoloncha dalam beradaptasi dengan signifikan populasi hama T. monoloncha pada awal
lingkungannya. Pada tanaman muda, hama lebih dan akhir pengamatan adalah efektifitas kinerja
mudah mencapai daun tanaman, sebaliknya pada musuh alami (NPV). NPV sangat persisten di alam
tanaman yang tua jaraknya lebih jauh. Dibutuhkan (tanah) dan satu kali penyemprotan sangat
energi yang lebih besar untuk mencapai daun potensial menjadi awal pembentukan koloni
tanaman yang telah menghasilkan dibandingkan (epizootic) di alam yang efektif mengendalikan
daun tanaman muda. Selain itu hama T. monoloncha inang sepanjang musim secara alami (Anonim,
lebih terhindar dari cahaya matahari saat 2012).

Tabel 1. Rata-rata populasi larva T. monoloncha pada awal dan akhir pengamatan
Table 1. Average population of T. monoloncha larvae at the beginning and the end of observation

Uraian Status Ulat Api Populasi (larva/pelepah)


Description Nettel Caterpilllar Population (larvae/frond)
Status Awal Pengamatan Akhir Pengamatan
(Desember 2014) (November 2015)
Beginning of Observation End of Observation
(December 2014) (November 2015)

Tanaman belum Sehat


26.33 a
menghasilkan (TBM) Healthy 0.00 b
Immature palm Terinfeksi
17.60 a
Infected 0.00 b
Tanaman Sehat
menghasilkan (TM) Healthy 14.53 a 0.00 b
dengan tinggi < 15 m
Matured Palm height Terinfeksi
<15 m Infected 12.60 a 0.00 b
Tanaman Sehat 4.47 a 0.00 b

93
Buletin Palma Volume 19 No. 2, Desember 2018: 89 - 99

menghasilkan (TM) Healthy


dengan tinggi > 15 m
Matured palm height Terinfeksi
>15m Infected 3.07 a 0.00 b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada taraf 5% dengan
uji BNT
Note : Number followed by different letters at the same line are not sifnificant difference at 5% of BNT

Intensitas Kerusakan Tanaman Kelapa


Perubahan intensitas kerusakan tanaman
kelapa diamati berdasarkan status kerusakan awal,
kemudian diikuti perkembangannya selama
sepuluh bulan. Intensitas kerusakan sangat berat
(SB) dan berat (B) menunjukkan penurunan cukup
tajam sedangkan kerusakan sedang (S) dan ringan
(R) menunjukkan penurunan yang melandai
(Gambar 2). Kemampuan tanaman kelapa untuk Gambar 2. Perkembangan intensitas kerusakan
tanaman kelapa pada awal sampai sepuluh bulan
pulih terhadap kerusakan yang terjadi akibat
berikutnya
serangan hama T. monoloncha dapat diterangkan
lebih jelas berdasarkan perubahan warna kotak Figure 2. The development of coconut damage intensity at
the beginning to ten months later
seperti pada Tabel 2. Tanaman kelapa dengan
intensitas kerusakan sangat berat, saat
pengamatan ketiga dan keempat statusnya Tingginya penurunan tingkat kerusakan
berubah menjadi berat, dan saat pengamatan pada tanaman kelapa yang terserang berat dan
kelima dan keenam status kerusakan turun sangat berat (berarti terjadi pemulihan), antara lain
menjadi sedang. Tanaman kelapa dengan status disebabkan karena tanaman masih berumur muda
kerusakan berat berubah menjadi sedang dan dan belum menghasilkan (TBM) sehingga energi
ringan pada pengamatan ketiga dan keenam. yang diperoleh dari pemupukan lebih terfokus
Tanaman kelapa dengan status kerusakan sedang, pada pertumbuhan dan perkembangan vegetatif
berubah menjadi ringan saat pengamatan keenam tanaman. Sebaliknya, pada tanaman dengan
sedangkan tanaman terserang ringan statusnya kerusakan sedang sampai ringan yang adalah
tetap tetapi dengan nilai intensitas kerusakan yang tanaman sudah menghasilkan (TM), penggunaan
semakin menurun. energi yang diperoleh terbagi yaitu selain untuk
pertumbuhan vegetatif tanaman juga untuk
pembentukan bunga dan buah kelapa. Itulah
sebabnya penurunan tingkat kerusakan menjadi
lebih lambat karena terbaginya hasil fotosintesa.

Tabel 2. Perkembangan status kerusakan tanaman kelapa dalam sebelas bulan pengamatan
Table 2. The progression of coconut damage status within eleven months of observation

Status Kerusakan Pengamatan (Observation)


Damage Status Des. 14 Feb. 15 Apr. 15 Jun. 15 Agt. 15 Okt 15
Sangat
berat(Severe) 87.00 78.70 68.20 60.50 48.30 39.07
Berat (Heavy) 65.67 54.87 46.53 36.00 26.33 19.33
Sedang (Medium) 41.33 37.33 34.53 31.33 27.93 20.07
Ringan (Light) 19.53 16.87 15.60 13.53 10.27 6.47

94
Teknologi Pengendalian Hayati dengan Nucleo Polyhedrosis Virus (NPV) Terhadap Hama Kelapa Thosea monoloncha Meyrick (Fredy Lala, et al)

Berdasarkan analisis regresi maka pada 26 persen. Pada intesitas kerusakan sangat berat
intesitas kerusakan ringan (slope = 0.12) (slope = 0.47) menunjukkan bahwa setiap
menunjukkan bahwa setiap pertambahan 1 ekor pertambahan 1 ekor hama T. monoloncha akan
meningkatkan kerusakan tanaman kelapa sebesar
47 persen (Tabel 3). Artinya bahwa dalam status
hama T. monoloncha akan meningkatkan kerusakan intensitas kerusakan yang ada, jika terjadi
tanaman kelapa sebesar 12 persen. Pada intesitas penambahan 1 ekor hama T. monoloncha akan lebih
kerusakan sedang (slope = 0.16) menunjukkan menambah berat intensitas kerusakan tanaman.
bahwa setiap pertambahan 1 ekor hama T. Hal inilah yang menggambarkan bahwa jika tidak
monoloncha akan meningkatkan kerusakan tanaman dilakukan pengendalian dengan segera maka
kelapa sebesar 16 persen. Pada intesitas kerusakan populasi hama T. monoloncha akan semakin
berat (slope = 0.26) menunjukkan bahwa setiap mengganas dan kemungkinan menyebar ke
pertambahan 1 ekor hama T. monoloncha akan tanaman lainnya akan semakin terbuka.
meningkatkan kerusakan tanaman kelapa sebesar
Tabel 3. Persamaan regresi, koefisien determinasi, dan koefisien korelasi populasi hama T. monoloncha
berdasarkan status kerusakan tanaman kelapa
Table 3. Regression equation, coefficient of determination, and correlation coefficient population of T.
monoloncha pest based on coconut damage status

Intensitas Persamaan Koefisien Koefisien Tingkat Keeratan


Kerusakan Regresi Determinasi Korelasi (r) Hubungan x dan y
(Damage (Regression equation) (R²) Corelation Related of X and Y
Intensity) Coefficient of coefficien (r)
determination
(R²)
Ringan Kuat
(Light) Y = 1.79 - 0.12x 0.70 0.83 (Significant)
Sedang Kuat
(Medium) Y = 2.16 - 0.16x 0.70 0.83 (Significant)
Kuat
Berat (Heavy) Y = 3.12 - 0.26x 0.59 0.77 (Significant)
Sangat Berat Kuat
(Severe) Y = 0.75 - 0.47x 0.75 0.87 (Significant)
sedangkan sisanya pengaruh faktor luar. Pengaruh
Besarnya pengaruh variabel independen faktor populasi hama tampak juga pada nilai
terhadap variabel dependen yang dapat dijelaskan koefisien korelasi (r) yang semakin mendekati 1,
oleh garis regresi pada intensitas kerusakan ringan yang berarti bahwa antara populasi hama dan
dan sedang adalah 70% sedangkan pengaruh tingkat kerusakan tanaman memiliki keeratan
faktor lain 30%. Pada intensitas kerusakan berat, hubungan yang kuat (Tabel 2).
pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh garis regresi Pertambahan Jumlah Pelepah
adalah 59% sedangkan pengaruh faktor lain 41%. Pertambahan jumlah pelepah tanaman
Pada intensitas kerusakan sangat berat, pengaruh berdasarkan status kerusakan (ringan, sedang,
variabel independen terhadap variabel dependen berat, sangat berat) dalam waktu pengamatan
yang dapat dijelaskan oleh garis regresi adalah yang sama (per 2 bulan) menunjukkan pola yang
75% sedangkan pengaruh faktor lain 25%. Dari sama (Gambar 3). Bertambahnya jumlah pelepah
data tersebut dapat diinformasikan bahwa kelapa merupakan respon tanaman untuk pulih
intensitas kerusakan pada tanaman, 59-75% kembali setelah diserang hama. Kemampuan dan
ditentukan oleh faktor populasi hama T. monoloncha kecepatan tanaman untuk pulih kembali

95
Buletin Palma Volume 19 No. 2, Desember 2018: 89 - 99

bergantung pada tingkat kerusakan yang dengan kemampuan tanaman berfotosintesis,


ditimbulkan oleh hama T. monoloncha. dimana tanaman yang berdaun banyak tentunya
memiliki keunggulan karena permukaan daunnya
lebih luas. Tanaman dengan intensitas kerusakan
ringan memiliki permukaan daun yang lebih luas
dibandingkan dengan tanaman dengan intensitas
kerusakan sedang.
Pada awal pengamatan, jumlah buah kelapa
yang dipanen hanya sekitar 15 butir per pohon
sedangkan pada akhir pengamatan 45 butir per
pohon. Ini menunjukkan bahwa terjadi
Gambar 3. Pertambahan jumlah pelepah kelapa peningkatan produksi sebesar 30 butir per pohon.
berdasarkan status kerusakan tanaman akibat Kombinasi pengendalian populasi hama T.
hama T. monoloncha monoloncha, pemberian pupuk, dan sanitasi
Figure 3. Increase in number of coconut frond based merupakan upaya untuk mengembalikan tanaman
on plant damage status caused by T. monoloncha dalam pertumbuhan dan perkembangan yang
normal sedangkan meningkatnya produksi adalah
Pertambahan pelepah setiap tanaman output dari kemampuan tanaman untuk
kelapa adalah satu pelepah per bulan. Upaya berproduksi setelah diberikan treatment.
pemupukan (recovery) yang diikuti dengan sanitasi
pada tanaman dengan populasi hama T. monoloncha
semakin menurun menunjukkan pemulihan
tanaman yang lebih cepat. Hal ini dapat
dibuktikan dengan ditemukannya tunas pelepah
kedua pada hari ke-26. Artinya, pertumbuhan
pelepah tidak lagi menunggu satu bulan penuh
atau 30 hari kalender tapi dapat lebih cepat. Pada
tanaman muda dan pembibitan, pemberian pupuk
lengkap NPK dapat meningkatkan pertumbuhan Gambar 4. Produksi rata-rata buah kelapa per pohon
tanaman (Kasno et al., 2010; Jannah & di Desa
Marhanuddin, 2012). Menurut Sun (2011), Tolonuo, Kec. Tobelo Utara, Kab. Halmahera Utara
Figure 4. Average production of coconut per tree in
ketersediaan hara N, P, dan K serta air yang cukup
Tolonuo village, North Tobelo district, North Halmahera
dapat meningkatkan tinggi dan luas daun regency
tanaman kelapa sawit. Pemupukan dan pengairan
yang cukup dapat menambah lingkar batang
Respon Petani Terhadap Teknologi
kelapa sawit (Uwumarongie et al., 2012; Noor et al.,
Respon terhadap teknologi dapat diketahui
2012; Halim et al., 2014).
berdasarkan tanggapan atau pendapat petani
tentang teknologi yang diintroduksi (Tabel 4).
Produksi Kelapa
Respon petani paling kecil yaitu tentang
Produksi buah kelapa hanya diamati pada
kemampuan mengenal/mengetahui gejala hama
tanaman yang telah menghasilkan. Petani Desa
(larva) yang telah terinfeksi oleh virus (63,5%)
Tolonuo melakukan panen kelapa empat bulan
sedangkan tertinggi yaitu teknologi layak untuk
sekali. Banyak sedikitnya jumlah buah kelapa yang
dikembangkan (97,5%). Walaupun demikian skor
dipanen sangat tergantung pada kondisi tanaman.
tersebut telah menunjukkan bahwa respon petani
Pada tanaman dengan intensitas kerusakan ringan
terhadap teknologi berada di atas 50%. Artinya,
jumlah buah yang dipanen lebih banyak
lebih dari setengah jumlah petani responden telah
dibandingkan pada tanaman dengan intensitas
menunjukkan respon yang baik terhadap
kerusakan sedang (Gambar 4). Hal ini berkaitan
teknologi. Mengetahui gejala larva yang terinfeksi

96
Teknologi Pengendalian Hayati dengan Nucleo Polyhedrosis Virus (NPV) Terhadap Hama Kelapa Thosea monoloncha Meyrick (Fredy Lala, et al)

virus adalah permulaan meningkatnya kognitif hama T. monoloncha. Pemaanfaatan kembali


petani dalam memahami teknologi pengendalian. teknologi adalah bagian dari replikasi teknologi
Petani yang melihat langsung bagaimana baik di tempat yang sama maupun berbeda dan
keberhasilan teknologi dapat mengendalikan hal tersebut dapat disanggupi oleh petani karena
populasi hama menjadi yakin bahwa teknologi selain bersifat ramah lingkungan, biaya teknologi
efektif dan layak untuk dikembangkan. relatif terjangkau. Respon petani yang menerima,
Keberhasilan tersebut juga membuat petani bersedia memanfaatkan, dan menyebarkan
bersedia untuk menerima dan menyebarkan teknologi merupakan bentuk keberhasilan petani
teknologi bahkan bersedia untuk menggunakan dalam mengadopsi teknologi.
kembali teknologi ketika terjadi kembali outbreak

Tabel 4. Nilai skor respon petani terhadap teknologi pengendalian hama ulat api
Table 4. Score value of farmer's response to control technology of nettel caterpillar

T Interpretasi
Total Skor (%)
Teknologi Pengendalian Skor Score
No. Control Technology (%) Interpretation
Frekuensi (%) Total (%)
Frequency (%) score

STS TS RR S SS
1. Gejala hama terinfeksi 0,0 27,5 30,0 40,0 2,5 100,0 63,5
virus dapat dikenal
Recognize the Symptomp
infected by virus
2. Teknologi pembuatan 0,0 2,5 17,5 75,0 5,0 100,0 76,5
ekstrak virus
Extract virus technology
3. Teknologi mudah 0,0 0,0 25,0 67,5 7,5 100,0 76,5
diaplikasi
Easy to apply technology
4. Teknologi dapat diterima 0,0 0,0 2,5 77,5 20,0 100,0 83,5
petani
Technology is acceptable by
farmers
5. Biaya teknologi terjangkau 0,0 10,0 25,0 50,0 15,0 100,0 74,0
Affordable technology
6. Teknologi efektif 0,0 0,0 10,0 25,0 65,0 100,0 91,0
Effective technolgy
7. Teknologi aman terhadap 0,0 7,5 25,0 37,5 30,0 100,0 78,0
lingkungan
Eco friendly technology
8. Teknologi sebagai solusi 0,0 0,0 17,5 70,0 12,5 100,0 79,0
ketika outbreak kembali
Technology as solution in
case of outbreak
9. Penyebaran Teknologi 0,0 0,0 2,5 80,0 17,5 100,0 83,0
Technology dissemination

97
Buletin Palma Volume 19 No. 2, Desember 2018: 89 - 99

10. Teknologi layak 0,0 0,0 0,0 12,5 87,5 100,0 97,5
dikembangkan
(Acceptable technology)
Sumber: Data primer, 2015 (diolah)
Source: Primary data, 2015 (processed)
Hasibuan, R., Swibawa, I.G., Hariri, A.M.,
KESIMPULAN Pramono, S., Susilo, F.X., dan Karmike, N.
2002. Dampak aplikasi insektisida
permetrin terhadap serangga hama (Thosea
Pengendalian hama ulat api T. monoloncha sp.) dan serangga penyerbuk (Elaeidobius
menggunakan musuh alami (NPV lokal) dapat kamerunicus) dalam agroekosistem kelapa
menurunkan populasi hama T. monoloncha dan sawit. Jurnal Hama dan Penyakit
intensitas kerusakan tanaman kelapa serta Tumbuhan Tropika. 2(2): 42-46.
meningkatkan produksi kelapa. Petani Hendro, R. dan Qayuun. 2012. Agar efektif
memberikan respon yang baik sebanyak 63,5- kendalikan ulat api. http://sawit-
indonesia.com/index.php/sajian-
97,5% terhadap teknologi pengendalian hayati
utama/166-pt-bayer-indonesia/ (diakses
dengan menggunakan NPV. tanggal 14 Februari 2016).
Holloway, J.D., Cock M.J.W., and Desmier de
Chenon. 1987. Systimatic account of South
DAFTAR PUSTAKA
East Asian pest limacodidae dalam Cock,
M.J.W., H.C.J. Godfray, J.D. Holloway
Adnyana, I.G.S., Sumiartha, K.., dan Sudiarta, I.P. (Ed.). CAB International. p.15-118.
2012. Efikasi pestisida nabati minyak atsiri Jannah, N. dan Marhanuddin, F.A.. 2012.
tanaman tropis terhadap mortalitas ulat Pengaruh macam dan dosis pupuk NPK
bulu gempis. Jurnal Agroekoteknologi pada bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis
Tropika. 1(1): 1-11. Jacq.). Media Sains. (4): 48-54.
Anonim. 2012. Nuclear polyhedrosis virus (NPV), Kasno, A., Sudirman, M.T., dan Sutriadi. 2010.
menuju pertanian berkelanjutan. Pusat Efektifitas beberapa deposit fosfat alam
Penelitian dan Pengembangan Tembakau. Indonesia sebagai pupuk sumber fosfor
Klaten. terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit
https://puslitklaten.wordpress.com/2012 pada tanah ultisol. Jurnal Litri. (16): 165-
/10/23/npv-menuju-pertanian- 171.
berkelanjutan (diakses tanggal 10 Juli Kembaren, E., Bakti, D., dan Lubis, L. 2014. Daya
2018). predasi Rhynicoris fuscipes F. (Hemipitera:
Anonim. 2013. Laporan Tahunan 2011. Dinas Reduviidae) terhadap ulat api Setothosea
Pertanian Kabupaten Halmahera Utara. asigna E. (Lepidoptera: Limacodidae) di
Tobelo. Maluku Utara. laboratorium. Jurnal Agroekoteknologi.
Cendramadi dan Wahyudyana, A. 2011. 2(577): 577-585.
Pengamatan kelimpahan ulat api Noor, J., A. Fatah, dan Marhannudin. 2012.
(Limacodidae) dan ulat kantung Pengaruh Macam dan Dosis Pupuk NPK
(Psychidae) serta predator pada Majemuk Terhadap Pertumbuhan Bibit
perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.).
Jacq.) Cikidang Plantation Estate di bawah Media Sains. Vol. 4, No.(1): 48-53.
naungan karet. Sambiran,W.J., Lala F., Susanto, A.N., Soetopo, D.,
http://repository.ipb.ac.id/handle/12345 dan Hosang M.L.A. 2016. Ledakan
6789/52260 (diakses tanggal 24 Januari populasi hama kelapa (Thosea monoloncha
2016). Meyrick) di pulau Tolonuo, Maluku Utara.
Halim, Sudrajat, dan Hariyadi. 2014. Optimasi Buletin Palma. 17(2): 127-137.
dosis nitrogen dan kalium pada bibit Sun, C., Cao, H., Shao, H., Lei, X., and Xiao, Y.
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di 2011. Growth and physiological responses
pembibitan utama. Buletin Palma. 15(2): to water and nutrient stress in oil palm.
86-92. African Journal Biotechnology. 10.(51):
10465-10471.

98
Teknologi Pengendalian Hayati dengan Nucleo Polyhedrosis Virus (NPV) Terhadap Hama Kelapa Thosea monoloncha Meyrick (Fredy Lala, et al)

Suratini dan Manurung, G.O. 2016. Respon petani Uwumarongie, E.G., Sulaiman, B.B., Ederion, O.,
terhadap komponen teknologi Imogie, A., Imosi, B.O., Garbua, N., dan
pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi Ugbah, M. 2012. Vegetative growth
sawah di kecamatan Ratahan kabupaten performance of oil palm (Elaeis guineensis
Minahasa Tenggara. Prosiding Seminar Jacq.) seedlings in response to inorganik
Nasional: Agroindustri Spesifik Lokasi and organic fertilizers. Greener Journal
untuk Memantapkan Ketahanan Pangan Agriculture Science. (2): 26-30.
Pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Wagiman, F.X., Hosang, M.L.A., dan Lala. F. 2012.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Dampak serangan hama belalang Sexava
Teknologi Pertanian. Bandar Lampung, terhadap kerusakan bunga betina dan
19-20 Oktober 2016. p. 608-619. buah kelapa. Prosiding Seminar Nasional:
Tarigan, B., Syahrial, dan Tarigan, M.U. 2013. Uji Peran Penelitian Bidang Pertanian dan
efektifitas Beauveria bassiana dan Bacillus Perikanan dalam Mewujudkan
thuriengiensis terhadap ulat api Setothosea Kedaulatan Pangan untuk Kesejahteraan
asigna Eeck, (Lepidoptera, Limacodidae) di Petani dan Masyarakat. Fakultas
laboratorium. Jurnal Agroekoteknologi. Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
1(4): 1439-1446. Yogyakarta. 15 September 2012. p. 347-356.

99

Anda mungkin juga menyukai