Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

HAMA PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN

Nama : Ayub Afriandi


Nim : 05071282126052
Kelas : Agroekoteknologi Indralaya B
Asisten : 1. Figo Ardatha Sutarma
2. Yanse Masliana Pakpahan
3. Yunita Nurfadila

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman karet (Hevea brasilensis) berasal dari negara Brazil. Tanaman ini
merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Jauh sebelum
tanamankaret ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti:
Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga
menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman
Castillaelastica (family moraceae) (Sofiani et al., 2018). Indonesia merupakan
Negara produsen kedua terbesar di dunia setelah Thailand. Banyak artikel dan
penelitian yang menyebutkan bahwa hingga saat ini Indonesia telah memiliki luas
areal perkebunan karet terluas namun tidak didukung dengan produktivitas yang
tinggi. Hal ini berarti tingkat produksi karet Indonesia belum optimal. Rendahnya
tingkat produktivitas ini disebabkan oleh banyak faktor. Faktor yang paling
berpengaruh adalah harga dan teknologi. Hal tersebut tentu saja akan
menimbulkan kerugian ekonomi (Sulistiani & Muludi, 2018).
Organisme pengganggu tanaman merupakan semua jenis organisme yang
bisa membuat penurunan signifikan terhadap potensi produksi yang secara
langsung karena menimbulkan kerusakan pada tanaman, baik yang bisa terlihat
oleh mata secara langsung atau tidak terlihat secara langsung dan juga
berkompetisi merebut hara terhadap tanaman budidaya. Organisme pengganggu
tanaman merupakan salah satu faktor pembatas yang membuat terganggunya hasil
dari komoditas perkebunan. Organisme pengganggu tanaman merupakan salah
satu penghambat produksi dan penyebab ditolaknya produk hasil pertanian masuk
ke suatu negara untuk dijual karena ditakutkan akan menjadi OPT baru di negara
yang dituju. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi
tiga yaitu hama, penyakit, dan gulma (Arsi et al., 2022). Produksi tanaman karet
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis klon, cara budidaya, lingkungan,
dan gangguan dari berbagai penyakit. Penyakit pada tanaman karet terdapat pada
semua stadia pertumbuhan karet, seperti tanaman entres, tanaman pembibitan,
tanaman belum menghasilkan, dan tanaman menghasilkan. Sebagian besar
penyakit penting pada tanaman karet memiliki gejala tajuk meranggas, seperti
penyakit jamur akar putih, kanker batang, serta gugur daun (Kusdiana, 2021).
Penyakit JAP mengakibatkan kerugian ekonomi besar diperkebunan karet Secara
konvensional, R. Microporus dikendalikan oleh fungisida kimia, tetapi
penggunaannya luas menimbulkan risiko bagi lingkungan dan kesehatan manusia
dan juga mempengaruhi mikroorganisme tanah non-target dan aktivitasnya Selain
itu, beberapa patogen jamur telah mengembangkan resistensi terhadap fungisida.
Dikontras, berbagai agen biokontrol (Shabbir et al., 2020).
Kerugian ekonomi dari budidaya karet yang ditimbulkan oleh serangan
penyakit pada tanaman karet umumnya lebih besar dibandingkan dengan serangan
hama. Selain karena kerusakan akibat serangan penyakit, kerugian lain adalah
besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menanggulanginya. Karenanya,
upaya pencegahan harus mendapat perhatian penuh, serta pengamatan dini secara
terus-menerus sangat penting. Permasalahannya adalah kurangnya pengetahuan
petani dalam hal penangan penyakit pada tanaman karet dapat menyebabkan
kerugian pada penghasilan petani. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi
dalam berbagai aspek kehidupan saat ini menjadikan para pengembang teknologi
untuk membuat aplikasi baru yang lebih memudahkan masyarakat dalam
memperoleh informasi (Sulistiani & Muludi, 2018).

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui adanya
gangguan organisme pengganggu tanaman dan penyakit tanaman pada tanaman
karet

2. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat dalam pelaksanaan praktikum ini yaitu di ruang
Insektarium Program Studi Hama Dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya, pada hari rabu tanggal 1 November 2023 pukul 15:00-
16:40 WIB.

2.2 Alat dan bahan


Adapun alat dan bahan pada praktikum kali ini bersumber dari jurnal.

2.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja dari praktikum kali ini bersumber dari jurnal.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Hama pada Tanaman Karet
Adapun hasil
Rayap Gejala terserang

(Trianto et al., 2020) (Nugroho, 2018)

3.1.2 Penyakit pada Tanaman Karet


Adapun hasil
Jamur Akar Putih

(Miranda et al., 2016)

Kering Alur Sadap

(Latutoibin & Suwandi, 2021)

Gugur Daun (Colletotrichum)


(Kusdiana et al., 2018)

3.2 Pembahasan
Rayap, serangga (Isoptera: Termitidae) memiliki kemampuan
berkembangbiak yang baik. Dalam satu siklus hidup rayap dapat menghasilkan
jumlah individu yang sangat banyak. Pada kondisi lingkungan optimal dan
tersedia cukup pakan yang dibutuhkan rayap dapat berkembangbiak hingga
mencapai jutaan individu. Kepadatan populasi rayap tanah dapat mencapai jumlah
hingga 10.000 individu/ m2 dan biomassa mencapai 100g/m2. Lahan kebun karet
yang dikelola secara alami tanpa menggunakan pupuk kimia dan tanpa pestisida,
dimana jatuhan daun dan ranting mati dikumpulkan dan ditimbun diantara baris
pohon karet. Di lahan kebun ditemukan banyak gundukan sarang rayap tanah
yang menyebar relatif merata dan rayap tanahnya teridentifikasi sebagai spesies
Macrotermes gilvus. Distribusi sarang rayap secara spasial dan temporal di suatu
lahan penting dalam pemeliharaan integritas ekosistem terutama dalam hal
penyediaan air dan hara tanah (Arifin, 2018).
Morfologi rayap secara umum terdiri dari tiga bagian tubuh yaitu kepala,
thoraks dan abdomen (Weesner 1969). Pada bagian kepala terdapat sepasang mata
oceli, sepasang antena moniliform, labrum (bibir atas), sepasang mandibula
(mandible), sepasang maksila (maxillae), dan labium (bibir bawah). Thoraks
rayap terbagi menjadi tiga bagian yaitu pronotum, mesonotum, dan metanotum
yang masing-masing bagian tersebut terdapat sepasang kaki. Abdomen terdiri dari
10 segmen dan segmen terakhir dengan cercus. Rayap adalah serangga sosial yang
hidup berkoloni dengan pembagian kasta, setiap kasta memiliki morfologi dan
tugas yang berbeda. Pembagian kasta didasarkan pada kemampuan reproduksi
yaitu kasta reproduktif dan kasta nonreproduktif (Febri Ayu et all.,2023).
Salah satu masalah yang dapat menyebabkan menurunnya produksi
tanaman karet adalah penyakit jamur akar putih. Berdasarkan hasil survei
International Rubber Research and Development Board (IRRDB)
mengindikasikan bahwa penyakit jamur akar putih banyak ditemukan di Cote
D’Ivore, Nigeria dan Sri-Lanka serta menjadi masalah endemik yang cukup
signifikan di Gabon, Indonesia, Malaysia dan Thailand. Penyakit akar putih
disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus yang merupakan jamur saprofit
penghuni tanah, tetapi bila bertemu dengan akar tanaman akan berubah menjadi
parasit (parasit fakultatif) (Harni dan Amaria, 2011). Pertumbuhan penyakit jamur
akar putih yang berada di dalam tanah tentu saja dipengaruhi oleh sifat tanah itu
sendiri meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Ketiga sifat ini saling
berhubungan, sehingga apabila terdapat perubahan pada salah satu sifat akan
memberikan pengaruh terhadap sifat lainnya (Shavira Parasayu et al., 2016).
Salah satu penyebab menurunnya produksi karet (Hevea brasiliensis)
adalah gangguan Kering Alur Sadap (KAS). Hampir semua negara penghasil
karet mengalami gangguan KAS. KAS telah ditemukan di perkebunan karet sejak
tahun 1920. Penyebab kejadian ini adalah over exploitation yang memicu
peningkatan s enyawa radikal yang menyebabkan koagulasi lateks di dalam
pembuluh lateks dan pembentukan sel tilasoid. Luka kayu juga menjadi penyebab
terjadinya KAS pada panel bawah. KAS dapat ditemukan baik di kulit perawan
(BO-1 dan BO-2) maupun kulit pulihan (BI-1 dan BI-2) bahkan di panel HO.
Potensi terjadinya KAS meningkat seiring pertambahan umur tanaman. Intensitas
KAS diklasifikasikan tinggi bila mencapai 7,3 % untuk klon slow starter, dan 9,2
% untuk klon quick starter dengan potensi kehilangan produksi berturutturut
mencapai 114,74 kg/ha/t dan 183,05 kg/ha/th. Tanaman terserang KAS memiliki
kandungan unsur hara makro dan mikro yang lebih rendah baik di dalam lateks
maupun kulit dibandingkan dengan tanaman sehat. Pengendalian preventif dapat
dilakukan dengan kultur teknis seperti pemeliharaan optimal, penerapan sistem
eksploitasi sesuai tipologi klon, dan monitoring gejala awal KAS secara rutin
melalui diagnosa lateks. Pengendalian secara kuratif dapat dilakukan dengan
teknik bark scraping, aplikasi formula NoBB, atau antico F-96 (Andriyanto &
Tistama, 2014).
Salah satu penyakit karet yang penting adalah penyakit gugur daun. Ada
tiga jenis jamur penyebab penyakit gugur daun karet yaitu: Oidium heveae,
Colletotrichum gloeosporioides dan Corynespora casiicola. Ketiga penyakit daun
tersebut dapat menyerang di pembibitan, tanaman muda, tanaman menghasilkan,
tanaman tua dan di tanaman entress. Mengingat bahwa tanaman karet merupakan
tanaman tahunan, maka pemilihan bahan tanaman perlu dilakukan dengan teliti
sehingga tidak menimbulkan kerugian dimasa yang akan datang. Salah satu yang
harus diperhatikan adalah ketahanan klon terhadap penyakit daun (Rini Junita et
all.,2017).

DAFTAR PUSTAKA
Andriyanto, M., & Tistama, R. (2014). PERKEMBANGAN DAN UPAYA
PENGENDALIAN KERING ALUR SADAP (KAS) PADA TANAMAN
KARET (Hevea brasiliensis). Warta Perkaretan, 33(2), 89.
https://doi.org/10.22302/ppk.wp.v33i2.54
Arifin, Z. (2018). KEBERADAAN RAYAP TANAH (Macrotermes gilvus ) DAN
PERTUMBUHAN TANAMAN KARET DI KEBUN KARET RAKYAT
YANG DIKELOLA SECARA ALAMI : SUATU CONTOH
PENGELOLAAN KEBUN BERWAWASAN LINGKUNGAN. Jurnal
Pembelajaran Biologi, 5(2), 12–22.
Arsi, A., Hamidson, H., Gunawan, B., Pujiastuti, Y., Pratama, R., & Mauluddin,
M. (2022). Teknik budidaya petani tanaman karet (Hevea brasiliensis)
terhadap hama dan penyakit di Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan
Ilir. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-10 Tahun 2022,
Palembang 27 Oktober 2022 “Revitalisasi Sumber Pangan Nabati dan
Hewani Pascapandemi dalam Mendukung Pertanian Lahan Suboptimal
secara Berkelanjutan,” 6051, 898–909.
Febri Ayu, Syamsul bachry, Vebrita Sari, A. S. (2023). Identifikasi spesies rayap
di perkebunan karet Desa Naga Beralih Kec. Kampar Utara, Kampar. Metrik
Serial Tekbnologi Sains, 4(1), 1–8.
Kusdiana, A. P. J. (2021). DIAGNOSIS PENYAKIT GUGUR DAUN KARET
(Hevea brasiliensis Muell. Arg.). Jurnal Penelitian Karet, 38(2), 165–178.
https://doi.org/10.22302/ppk.jpk.v2i38.728
Kusdiana, A. P. J., Syafaah, A., & Ismawanto, S. (2018). Resistensi Tanaman
Karet Klon Irr Seri 300 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum Di
Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Karet, 1(November), 147–156.
https://doi.org/10.22302/ppk.jpk.v36i2.555
Latutoibin, R., & Suwandi, S. (2021). Pengaruh Biostimulan dalam
Memperlambat Aktivitas Senesen Bidang Sadap Tanaman Karet Terserang
Penyakit Kering Alur Sadap di Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara
Enim. Agrikultura, 32(2), 120.
https://doi.org/10.24198/agrikultura.v32i2.32417
Miranda, R., Hasibuan, N. A., Pristiwanto, & Mesran. (2016). Sistem Pakar
Mendiagnosa Penyakit Jamur Akar Putih (Riqidoporus Lignosus) Pada
Tanaman Karet (Havea Brasiliensis) Dengan Metode Certainty Factor.
Jurnal Riset Komputer (JURIKOM), 3(6), 124–127.
Nugroho, P. A. (2018). Pengolahan Tanah Dalam Penyiapan Lahan Untuk
Tanaman Karet. Perspektif, 17(2), 129–138.
Rini Junita, Lahmuddin Lubis, Mukhtar Iskandar Pinem, C. I. D. (2017).
Hubungan antara Anatomi Daun dengan Ketahanan Penyakit Gugur Daun
pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg) The. Agroekoteknologi
FP USU, 01(1), 1–7. http://www.albayan.ae
Shabbir, I., Abd Samad, M. Y., Othman, R., Wong, M. Y., Sulaiman, Z., Jaafar,
N. M., & Bukhari, S. A. H. (2020). White root rot disease suppression in
rubber plant with microbial co-inoculants and silicon addition. Rhizosphere,
15(June), 100221. https://doi.org/10.1016/j.rhisph.2020.100221
Shavira Parasayu, K., Sigit Wicaksono, K., & Munir, M. (2016). Pengaruh Sifat
Fisik Tanah Terhadap Jamur Akar Putih Pada Tanaman Karet. Jurnal Tanah
dan Sumberdaya Lahan, 3(2), 359–364. http://jtsl.ub.ac.id
Sofiani, I. H., Ulfiah, K., & Fitriyanie, L. (2018). Budidaya Tanaman Karet
(Hevea brasiliensis) di Indonesia dan Kajian Ekonominya. Jurnal
Agroteknologi, 2(90336), 1–23.
Sulistiani, H., & Muludi, K. (2018). Penerapan Metode Certainty Factor Dalam
Mendeteksi Penyakit Tanaman Karet. Jurnal Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan, 15(1), 51–59. https://doi.org/10.23887/jptk-undiksha.v15i1.13021
Trianto, M., Marisa, F., Nuraini, & Sukmawati. (2020). Bioma : Jurnal Biologi
Makassar Diversity of Termites on Oil Palm and Rubber Plantation in Banjar
Regency, South Kalimantan. jurnal Biologi Makassar, 5(2), 199–209.
http://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma

Anda mungkin juga menyukai