PENDAHULUAN
Latar Belakang
(Khus and Brar, 2002). Di Indonesia, Padi merupakan salah satu makanan pokok
beras di Indonesia mencapai 130 kilogram per kapita per tahun atau lebih dari dua
kali lipat konsumsi rata-rata dunia (Susakti 2013). Produksi padi nasional pada
tahun 2018 sebesar 59,20 juta ton dengan luas panen sekitar 11,37 ha. Namun
pada tahun 2019 mengalami penurunan produksi menjadi 54.60 juta ton dengan
kenaikan dan penurunan produksi (tidak tetap) adalah serangan hama. Adapun
hama-hama penting pada tanaman padi antara lain tikus, wereng coklat,
penggerek batang padi (Soetarto et al. 2001 dalam Widiarta dan Suharto 2009)
hama pada tanaman padi. Pada awalnya, WBC merupakan hama dengan wilayah
serangan yang terbatas. Namun, saat ini WBC menjadi hama utama pada tanaman
padi. Hama ini dapat menyebabkan hooperburn dimana tanaman padi terlihat
kering seperi terbakar. Hal tersebut terjadi karena WBC menghisap cairan sel
pada batang tanaman padi (Yaherwandani dkk., 2010). Menurut Mochida (1978)
dikutip Yaherwandani dkk. (2010), WBC dapat menjadi vektor penyakit kerdil
rumput dan kerdil hampa yang disebabkan oleh virus pada tanaman padi.
2
dianjurkan untuk memperhatikan aspek teknis, ekologis, sosial dan ekonomi agar
produk hasil pertanian yang diinginkan terbebas dari residu pestisida kimia
(Soenartiningsih, 2010).
gangguan berasal dari faktor biotik dan abiotik. Gangguan faktor abiotik
menjadi stres karena terjadi kekeringan, banjir dan bencana alam (meletusnya
gunung berapi). Gangguan yang berasal dari faktor biotik adalah : serangan
serangga hama dan penyakit tanaman. Salah satu serangga hama paling
(2019). Untung (1995) melaporkan bahwa wereng coklat telah menjadi hama
tanaman padi di Indonesia sejak tahun 1854. Pada tahun 1970 populasinya
mengalami eksplosif sehingga menjadi hama utama tanaman padi sawah dan
padi gogo. Oleh karena itu perlu diadakannya penelitian mengenai efektifitas
coklat (Nilaparvata lugens) Pada tanaman padi dengan konsentrsi dan dosis
Tujuan Penelitian
Hipotesis Penelitian
Kegunaaan Penelitian
Penelitian ini berguna sebagai salah satu syarat untuk dapat mendapat gelar
TINJAUAN PUSTAKA
Padi
dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang
tiap ruas tidak sama panjangnya, ruas yang paling pendek terdapat pada pangkal
batang. Ruas yang kedua, ketiga dan seterusnya lebih panjang dari pada ruas yang
terdapat satu batang tunggal atau batang utama yang mempunyai mata tunas. Ciri
khas dari daun tanaman padi yaitu adanya sisik/terlihat seperti bulu-bulu dan
telinga daun. Hal inilah yang menyebabkan daun padi dapat dibedakan dari jenis
Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat
yang cukup bagi tubuh manusia, sebab di dalam padi terkandung bahan yang
mudah diubah menjadi energi. Nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang
dewasa adalah 1821 kalori yang apabila disetarakan dengan beras maka setiap hari
diperlukan beras sebanyak 0,88 kg, beras mengandung berbagai zat makanan
antara lain: karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu, vitamin, dan unsur
mineral antara lain: kalsium, magnesium, sodium, fosphor dan lain sebagainya
(Amirullah, 2008).
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air dengan curah hujan yang baik rata-rata 200 mm bulan-1 atau
lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki tahun-1
sekitar 1500 - 2000 mm, suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23°C,
dengan tinggi tempat berkisar antara 0 - 1500 m dpl dan tanah yang baik untuk
5
pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu
dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah
4- 7 (Ngraho, 2007)
varietas padi dengan tingkat kerusakan mulai dari ringan sampai dengan berat
bahkan puso (gagal panen). WBC dianggap berbahaya karena bersifat plastis
mudah beradaptasi dengan lingkungan dan juga merupakan vektor virus beberapa
jenis penyakit. WBC merusak tanaman dengan cara menghisap cairan pada batang
hingga tanaman padi menjadi kering. Gejala serangan WBC ditandai dengan ciri-
ciri daun dari rumpun padi berubah warnanya menjadi kuning kecoklatan
Wereng batang coklat merupakan hama laten yang sulit dideteksi, tetapi
dengan mengisap cairan sel tanaman sehingga tanaman menjadi kering. Serangan
tidak langsungnya yaitu wereng dapat mentransfer tiga virus yang berbahaya bagi
tanaman padi, yaitu virus kerdil hampa, virus kerdil rumput tipe 1, dan virus
Keberadaan WBC pada lahan sawah dipengaruhi oleh faktor biotik dan
keberadaan musuh alami. Penggunaan varietas yang rentan merupakan salah satu
Keberadaan musuh alami dapat mempengaruhi populasi WBC yang berada pada
lahan (Gunawan, dkk., 2015). Selain faktor biotik, terdapat faktor abiotik yang
kelembaban, dan curah hujan. Kondisi iklim yang memadai akan menyebabkan
(Nurbaeti, dkk., 2010). Untuk mencegah terjadinya ledakan populasi WBC yang
populasi WBC agar tidak mengganggu produksi tanaman padi (Gunawan, dkk.,
2015).
dalam jaringan pelepah daun tanaman padi. Telur menetas setelah 7 -10 hari.
WBC yang baru menetas melewati 5 tahap pertumbuhan nimfa sebelum menjadi
(Mochida & Okada, 1979). Nimfa mirip dengan imago, tetapi berukuran lebih
kecil, beda warna, dan tidak mempunyai sayap fungsional. Bakal sayap muncul
selama pengembangan, dapat dilihat pada instar kelima. Nimfa dapat dibedakan
oleh penampilan mesonotum dan metanotum thorax, serta warna dan ukuran
7
Imago terdiri dari dua bentuk, yaitu bersayap panjang (makroptera) dan
merupakan bagian populasi yang berfungsi untuk menemukan tempat hidup baru.
Di daerah tropis, satu generasi wereng coklat berlangsung sekitar satu bulan
(Kalshoven 1981).
Serangan wereng coklat terjadi pada tanaman padi yang telah dewasa, tetapi
belum memasuki masa panen. Adakalanya juga wereng coklat juga menyerang
persemaian padi. Jika tanaman padi muda yang terserang pertumbuhan akan
terhambat sehingga tanaman tetap menjadi kerdil dan daun akan menguning,
mengering lalu mati (Pracaya, 2008). Wereng coklat dewasa dan nimfa biasanya
akan menetap di bagian pangkal tanaman padi dan mengisap pelepah daun.
ikatan pembuluh vaskuler tanaman inang dan mengisap cairan tanaman dari
jaringan floem. Nimfa 4 dan 5 menghisap cairan tanaman lebih banyak daripada
instar 1, 2 dan 3. Wereng coklat betina mengisap cairan lebih banyak daripada
terbakar (hopperburn) dan kematian total pada tanaman padi sebagai akibat dari
hilangnya cairan tanaman yang dihisap dari jaringan xylem maupun phloem
(Pathak dan Khan, 1994). Pada awalnya, gejala hopperburn muncul pada ujung
8
menyebabkan puso pada tanaman padi sawah akibat dari serangan yang
dilakukannya. Pada tahun 2011, kejadian puso secara nasional di Indonesia pada
padi sawah akibat serangan wereng coklat mencapai 34.932 hektar. Populasi 10 -
15 ekor per rumpun cukup membuat puso dalam waktu 10 hari. 8 Populasi hama
wereng coklat yang dapat merusak tanaman padi umur kurang dari 40 hari setelah
tanam yaitu 2 - 5 individu per rumpun. Sedangkan pada tanaman padi yang
berumur lebih dari 40 hari setelah tanam yaitu 10 - 15 ekor per rumpun (Baehaki
Pestisida organik adalah pestisida yang bahan aktifya terdiri dari tanaman
tanaman maupun mencemari lingkungan, serta dapat dibuat dengan bahan yang
Hama wereng coklat tergolong hama yang sukar untuk dikendalikan karena
hama wereng batang coklat mampu berkembang biak dengan cepat, serta mampu
basmi tinggi dan mempunyai knock down efek yang cepat. Keefektifan
tetapi reaksi yang ditimbulkannya bersifat reversible (dapat balik) dan bekerja
lebih banyak pada jaringan, bukan dalam plasma darah. BPMC bekerja mengikat
50-100 cm. Batang berlapis-lapis dan tumbuh lurus tinggi, daun sangat panjang
seperti pedang (Obute dan Godswill, 2007). Batang tidak berkayu dan berwarna
serai sangat sulit dipangkas karena batang berserat seperti kayu pada bagian dekat
akar. Tanaman serai tumbuh berumpun dengan tepi daun yang tajam (Obute dan
Godswill,2007). Serai wangi tidak berbiji meskipun tumbuh di iklim yang sesuai
memotong bagian batang semu yang tua setinggi 3 inci. Satu rumpun serai dapat
Kandungan utama dari minyak atsiri serai wangi adalah sitronelal, sitronelol, dan
Minyak serai wangi juga bersifat insektisida terhadap lalat rumah Musca
serangga hama Aphids (Abramson et al., 2006). Sitronellal dari serai wangi
bersifat repelen terhadap lebah pada bunga Ocimumsellowii (Souza dan Couto,
Minyak citronella mengandung dua senyawa kimia penting yaitu sitronelal dan
telah dilakukan oleh Sasmita (2014) terhadap hama Aphis gossypii dengan
wangi yang telah diencerkan kepada nimfa A.gossypii pada konsentrasi 0,4%
yang menghasilkan tingkat kematian A. gossypii dalam waktu 3,3 jam dan
kandungan senyawa mengkudu yang paling besar yaitu senyawa tanin. Dengan
adanya senyawa sitronela dan tanin ini dapat menyebabkan keracunan perut pada
kandungan senyawa tersebut dapat dijadikan bahan pestisida yang alami untuk
Sarwono, 2005)
sebagai pengendali OPT pada budidaya pertanian. Mimba dapat tumbuh baik di
cekaman air (Kardinan 2002). Menurut Debashri dan Tamal (2012), semua bagian
dari pohon mimba memiliki aktivitas pestisida. Biji dan daun mimba
mengandung empat senyawa kimia alami yang aktif sebagai pestisida, yaitu
dan menolak hama di sekitar pohon mimba (Rukmana & Oesman 2002). Ekstrak
sp., ulat jengkal, Aphis sp., Nilarvata sp., dan Sitophilus sp. Daun mimba juga
aktif ini terdapat di semua bagian tanaman, tetapi yang paling tinggi terdapat
Ekstrak Kecubung
dan polifenol pada bagian daun, bunga, biji serta akar. Kandungan senyawa
alkaloidnya antara lain zat lemak, steroid, fenol saponin, tannin, dan terpentin
dengan bahan aktif, seperti atropine, hiostamin, scopolamin, hiosin, zat lemak
(CaO) dapat menyebabkan keong mas kurang aktif, turunnya daya makan dan
keong mas (Hendarsih dan Kurniawati, 2002). atropine pada daun dan biji
daun serai wangi, mengkudu, kecubung untuk ekstrak insektisida nabati dari Desa
pengambilan daun mimba dari Desa Batang Kuis, Kecamatan Batang Kuis, Deli
Serdang.
kecubung (Datura metel), wereng batang coklat, aquades, kertas saring, dan
handspayer, kain kasa, alat penangkap wereng batang coklat, lampu senter,
Metode Penelitian
faktorial dengan diulang sebanyak 4 kali. Perlakuan yang akan diterapkan adalah:
M0 = kontrol
M0 M1 M4 M2 M3
M1 M4 M2 M3 M0
M2 M3 M0 M1 M4
M3 M0 M1 M4 M2
M2 M2 M3 M0 M1
Yij = µ + τi + βj + eij
i = 1,2,3,4 j = 1,2,3,4,5,6,7
Dimana :
Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
eij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% dengan software IBM SPSS.
16
PELAKSANAAN PENELITIAN
Wereng batang coklat diambil dari batang pertanaman padi sawah dengan
toples sebanyak 15 ekor. Terlebih dahulu dimasukkan batang padi ke dalam toples
Wereng batang coklat yang sudah didalam toples dibiarkan selama 1 hari
Peubah Amatan
Waktu Kematian
Waktu kematian adalah rentan waktu yang diperlukan oleh masing masing
Mortalitas (%)
P = a/a+b x100 %
Kategori Hambatan
jika mortalitas ≥ 80%; tergolong tinggi jika mortalitas berkisar 60-80%; tergolong
moderat jika mortalitas berkisar 40-60%; tergolong rendah jika mortalitas berkisar
Setiap wereng batang coklat yang mati setiap harinya dari masing-masing
Hasil
wereng batang coklat yang mati pada 1-5 Hari Setelah Perlakuan (HSP), namun
berpengaruh tidak nyata pada umur 6-7 HSP (Lampiran 1-14 dan Tabel 1).
Tabel 1. Jumlah wereng batang coklat yang mati akibat beberapa insektisida
nabati pada 1-7 hari setelah perlakuan
Hari setelah perlakuan (HSP)
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7
M0 0,00 c 0.00 c 0.00 c 0.00 c 0.00 c 0.00tn 0.00tn
M1 0,80 bc 1.00 bc 2.00 b 2.60 ab 4.60 b 0.00tn 0.00tn
M2 1,20 b 1.80 ab 1.80 b 2.20 ab 6.20 a 0.00tn 0.00tn
M3 1,00 bc 1.20 b 2.20 b 3.40 a 4.40 b 0.60tn 0.00tn
M4 4,60 a 2.60 a 4.80 a 1.40 b 0.00 c 0.20tn 0.00tn
Keterangan: rataan yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang nyata
pada uji DMRT 5%. tn= berpengaruh tidak nyata. (M1= ekstrak daun serai wangi,
M2= ekstrak daun mengkudu, M3= ekstrak daun mimba, M4= eksrtak daun
kecubung).
menekan wereng batang coklat pada 1-5 HSP, namun mengalami penurunan dari
hari 6-7 HSP. Hasil lainnya menunjukkan bahwa ekstrak daun kecubung (M4)
memiliki tingkat penekanan jumlah wereng batang coklat tertinggi pada 3 HSP,
Tabel 2. Mortalitas wereng batang coklat yang mati akibat beberapa insektisida
nabati
Perlakuan Mortalitas (%) Kategori Hambatan
Kontrol 0,00 c Tidak terjadi hambatan
Ekstrak daun serai wangi 73,33 b Tinggi
Ekstrak daun mengkudu 88,00 a Sangat Tinggi
Ekstrak daun mimba 85,33 a Sangat Tinggi
Eksrtak daun kecubung 90,67 a Sangat Tinggi
Keterangan: rataan yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang nyata
pada uji DMRT 5%.
batang coklat dan berbeda dibandingkan tanpa insektisida nabati (M0) dan daun
serai wangi (M1). Tingkat mortalitas pengendalian wereng batang coklat tertinggi
terdapat pada daun kecubung sebesar 90,67% dan memiliki kategori hambatan
Tabel 3. Bobot wereng batang coklat yang mati akibat beberapa insektisida nabati
Perlakuan Bobot WBC (g)
Ekstrak daun serai wangi 0,0124 c
Ekstrak daun mengkudu 0,0102 b
Ekstrak daun mimba 0,0085 a
Eksrtak daun kecubung 0,0085 a
Keterangan: rataan yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang nyata
pada uji DMRT 5%.
memiliki efektifitas yang sama menghambat bobot wereng batang coklat dan
berbeda dibandingkan insektisida nabati daun serai wangi (M1), dan mengkudu
(M2).
20
Pembahasan
cepat terdapat pada insektisida nabati dari ekstrak daun kecubung (M4) diikuti
serai wangi, mengkudu, dan mimba. Namun penekanan jumlah wereng batang
coklat tertinggi ditemukan pada ekstrak daun mengkudu (6,20 ekor) pada 5 HSP
(Tabel 1). Hal ini diasumsikan bahwa daun mengkudu memiliki beberapa
tingkat kematian. Temuan ini didukung oleh Mokodompit et al., (2013) bahwa
alkaloid dan flavonoid dapat mengganggu sistem pencernaan dan reseptor perasa
yang menyebabkan kematian wereng batang coklat akibat kelaparan. Valli &
nabati dari daun mengkudu, mimba, dan kecubung. Penekanan tertinggi terdapat
pada ekstrak daun kecubung sebesar 90,67% (Tabel 2). Hal ini dapat disebabkan
kandungan senyawa dari ekstrak daun kecubung bersifat racun kontak yang dapat
kematian. Temuan ini didukung oleh Hossain et al., (2014) bahwa tanaman
21
efektif mengendalikan hama belalang kayu dan semut rangrang pada kisaran EC 50
masing-masing sebesar 12.000 dan 11.600 ppm. Ali et al., (2017) menjelaskan
bahwa steroid dan alkaloid dari ekstrak daun kecubung dapat mengganggu
depolarisasi untuk kontraksi otot dan sistem syaraf serangga dengan menghambat
lainnya (Tabel 3). Hal ini disebabkan senyawa dari ekstrak daun mimba dan
kematian. Temuan ini didukung Akihisa et al., (2021) bahwa ekstrak tanaman
mimba memiliki senyawa liminoid, diterpenoid, dan flavonoid. Singh & Sharma,
(2020) juga menemukan senyawa dari ekstrak daun mimba memiliki nimbin,
Rharrabe et al., (2008) juga menunjukkan senyawa dari daun mimba memiliki
efek menghambat protein, glikogen, dan lemak hama nygengat pada 7 hari setelah
perlakuan. Ali et al., (2017) menambahkan steroid dan alkaloid dari ekstrak daun
wereng batang coklat pada perlakuan ekstrak daun mimba dan kecubung lebih
Kesimpulan
hama wereng batang coklat dengan penekanan jumlah yang mati tertinggi terdapat
pada daun mengkudu (6,20 ekor), tingkat mortalitas tertinggi pada daun kecubung
(90,67%), dan menghambat bobot hama tertinggi pada daun mimba dan
kecubung.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Akihisa, T., Zhang, J., Manosroi, A., Kikuchi, T., Manosroi, J., & Abe, M. 2021.
Limonoids and other secondary metabolites of Azadirachta indica (neem)
and Azadirachta indica var. siamensis (Siamese neem), and their
bioactivities. Studies in Natural Products Chemistry, 68, 29-65.
Ali, K., Shuaib, M., Ilyas, M., Hussain, F., Arif, M., Ali, S., Jang, N., & Hussain,
F. 2017. Efficacy of various botanical and chemical insecticides against flea
beetles on maize (Zea maize L.). Veterinary Research, 2(1), 6-9.
Almeida, É. S., de Oliveira, D., & Hotza, D. 2019. Properties and applications of
Morinda citrifolia (noni): A review. Comprehensive Reviews in Food
Science and Food Safety, 18(4), 883-909.
Hossain, M. A., Al Kalbani, M. S. A., Al Farsi, S. A. J., Weli, A. M., & Al-
Riyami, Q. 2014. Comparative study of total phenolics, flavonoids contents
and evaluation of antioxidant and antimicrobial activities of different
polarities fruits crude extracts of Datura metel L. Asian Pacific Journal of
Tropical Disease, 4(5), 378-383.
Khairani, M. A., Soedijo, S., & Aidawati, N. 2019. Pengaruh pemberian larutan
tumbuhan sebagai pestisida nabati dalam mengendalikan wereng batang
coklat (Nilaparvata lugens Stal.). Jurnal Proteksi Tanaman Tropika, 2(2),
123-128.
Mokodompit, T. A., Koneri, R., Siahaan, P., dan Tangapo, A. M. 2013. Uji
ekstrak daun Tithonia diversifolia sebagai penghambat daya makan
Nilaparvata lugens Stal. pada Oryza sativa L. Jurnal Bios Logos, 3(2), 50-
56.
Rharrabe, K., Amri, H., Bouayad, N., & Sayah, F. 2008. Effects of azadirachtin
on post-embryonic development, energy reserves and α-amylase activity of
Plodia interpunctella Hübner (Lepidoptera: Pyralidae). Journal of Stored
Products Research, 44(3), 290-294.
Ulva, D., Prihatin, J., & Pujiastuti. 2014. Efektivitas ekstrak daun kecubung
(Datura metel L.) terhadap imago wereng batang coklat (Nilaparvata lugens
Stal.) (Hemiptera: Delphacidae) dan pemanfaatannya sebagai buku non teks.
Artikel Ilmiah Mahasiswa, 1-5.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data jumlah wereng batang coklat yang mati akibat beberapa
insektisida nabati pada 1 hari setelah aplikasi.
Perlakua ulangan
Total Rataan
n 1 2 3 4 5
M0 0 0 0 0 0 0,00 0,00
M1 1 0 1 1 1 4,00 0,80
M2 1 2 1 1 1 6,00 1,20
M3 1 1 1 0 2 5,00 1,00
M4 3 4 4 7 5 23,00 4,60
Total 6,00 7,00 7,00 9,00 9,00
Rataan 1,20 1,40 1,40 1,80 1,80 1,52
Lampiran 2. ANOVA jumlah wereng batang coklat yang mati akibat beberapa
insektisida nabati pada 1 hari setelah aplikasi.
Source Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 63.440 4 15.860 24.781* 0.000
Within Groups 12.800 20 0.640
Total 76.240 24
Lampiran 3. Data jumlah wereng batang coklat yang mati akibat beberapa
insektisida nabati pada 2 hari setelah aplikasi.
Perlakua ulangan
Total Rataan
n 1 2 3 4 5
M0 0 0 0 0 0 0.00 0.00
M1 0 2 2 1 0 5.00 1.00
M2 1 1 2 2 3 9.00 1.80
M3 1 1 1 2 1 6.00 1.20
M4 4 2 2 1 4 13.00 2.60
Total 6.00 6.00 7.00 6.00 8.00
Rataan 1.20 1.20 1.40 1.20 1.60 1.32
Lampiran 4. ANOVA wereng batang coklat yang mati akibat beberapa insektisida
nabati pada 2 hari setelah aplikasi.
Source Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 18.640 4 4.660 6.297* 0.002
Within Groups 14.800 20 0.740
Total 33.440 24
27
Lampiran 5. Data jumlah wereng batang coklat yang mati akibat beberapa
insektisida nabati pada 3 hari setelah aplikasi.
Perlakua ulangan
Total Rataan
n 1 2 3 4 5
M0 0 0 0 0 0 0.00 0.00
M1 2 2 1 3 2 10.00 2.00
M2 2 2 2 1 2 9.00 1.80
M3 2 3 4 1 1 11.00 2.20
M4 5 8 5 3 3 24.00 4.80
Total 11.00 15.00 12.00 8.00 8.00
Rataan 2.20 3.00 2.40 1.60 1.60 2.16
Lampiran 6. ANOVA wereng batang coklat yang mati akibat beberapa insektisida
nabati pada 3 hari setelah aplikasi.
Source Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Lampiran 7. Data jumlah wereng batang coklat yang mati akibat beberapa
insektisida nabati pada 4 hari setelah aplikasi.
Perlakua ulangan
Total Rataan
n 1 2 3 4 5
M0 0 0 0 0 0 0.00 0.00
M1 4 2 2 1 4 13.00 2.60
M2 2 2 2 3 2 11.00 2.20
M3 3 3 2 5 4 17.00 3.40
M4 2 1 2 2 0 7.00 1.40
Total 11.00 8.00 8.00 11.00 10.00
Rataan 2.20 1.60 1.60 2.20 2.00 1.92
Lampiran 8. ANOVA wereng batang coklat yang mati akibat beberapa insektisida
nabati pada 4 hari setelah aplikasi.
source Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 33.440 4 8.360 10.195* 0.000
Within Groups 16.400 20 0.820
Total 49.840 24
28
Lampiran 9. Data jumlah wereng batang coklat yang mati akibat beberapa
insektisida nabati pada 5 hari setelah aplikasi.
Perlakua ulangan
Total Rataan
n 1 2 3 4 5
M0 0 0 0 0 0 0.00 0.00
M1 4 6 6 5 2 23.00 4.60
M2 8 6 6 7 4 31.00 6.20
M3 7 4 4 4 3 22.00 4.40
M4 0 0 0 0 0 0.00 0.00
Total 19.00 16.00 16.00 16.00 9.00
Rataan 3.80 3.20 3.20 3.20 1.80 3.04
Lampiran 10. ANOVA wereng batang coklat yang mati akibat beberapa
insektisida nabati pada 5 hari setelah aplikasi.
source Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 163.760 4 40.940 28.041* 0.000
Within Groups 29.200 20 1.460
Total 192.960 24
Lampiran 11. Data jumlah wereng batang coklat yang mati akibat beberapa
insektisida nabati pada 6 hari setelah aplikasi.
Perlakua ulangan
Total Rataan
n 1 2 3 4 5
M0 0 0 0 0 0 0.00 0.00
M1 0 0 0 0 0 0.00 0.00
M2 0 0 0 0 0 0.00 0.00
M3 0 1 0 0 2 3.00 0.60
M4 0 0 1 0 0 1.00 0.20
Total 0.00 1.00 1.00 0.00 2.00
Rataan 0.00 0.20 0.20 0.00 0.40 0.16
Lampiran 12. ANOVA wereng batang coklat yang mati akibat beberapa
insektisida nabati pada 6 hari setelah aplikasi.
source Sum of Squares df Mean Square F Sig.
tn
Between Groups 1.360 4 0.340 1.700 0.190
Within Groups 4.000 20 0.200
Total 5.360 24
29
Lampiran 13. Data jumlah wereng batang coklat yang mati akibat beberapa
insektisida nabati pada 7 hari setelah aplikasi.
Perlakua Ulangan
Total Rataan
n 1 2 3 4 5
M0 0 0 0 0 0 0.00 0.00
M1 0 0 0 0 0 0.00 0.00
M2 0 0 0 0 0 0.00 0.00
M3 0 0 0 0 0 0.00 0.00
M4 0 0 0 0 0 0.00 0.00
Total 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Rataan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Lampiran 14. ANOVA wereng batang coklat yang mati akibat beberapa
insektisida nabati pada 7 hari setelah aplikasi.
Source Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups - 4 - - -
Within Groups - 20 -
Total - 24
Lampiran 15. Data mortalitas wereng batang coklat yang mati akibat beberapa
insektisida nabati
Perlakua Ulangan
Total Rataan
n 1 2 3 4 5
M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
M1 73,33 80,00 80,00 73,33 60,00 366,67 73,33
M2 93,33 86,67 86,67 93,33 80,00 440,00 88,00
M3 93,33 86,67 80,00 80,00 86,67 426,67 85,33
M4 93,33 100,00 93,33 86,67 80,00 453,33 90,67
Total 353,33 353,33 340,00 333,33 306,67
Rataan 70,67 70,67 68,00 66,67 61,33 67,47
Lampiran 17. Data bobot wereng batang coklat yang mati akibat beberapa
insektisida nabati.
Perlakua Ulangan
Total Rataan
n 1 2 3 4 5
M1 0.0124 0.0128 0.0123 0.0121 0.0125 0.0621 0.0124
M2 0.0101 0.0102 0.0104 0.0099 0.0105 0.0511 0.0102
M3 0.0085 0.0084 0.0087 0.0082 0.0086 0.0424 0.0085
M4 0.0087 0.0086 0.0091 0.0089 0.0074 0.0427 0.0085
Total 0.0397 0.0400 0.0405 0.0391 0.0390
Rataan 0.0099 0.0100 0.0101 0.0098 0.0098 0.0099
Lampiran 18. ANOVA bobot wereng batang coklat yang mati akibat beberapa
insektisida nabati.
Source Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 0.000 3 0.000 113.884* 0.000
Within Groups 0.000 16 0.000
Total 0.000 19