Anda di halaman 1dari 2

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting kedua di dunia, yang
digunakan sebagai sumber bahan pangan setelah gandum, dan diperkirakan kebutuhannya akan
meningkat 70% pada dekade mendatang (IRRI, 2014). Menurut data (BPS 2018) Produksi padi
di Indonesia tahun 2018 adalah sebesar 56,54 juta ton/ha. Peningkatan produksi padi ke depan
akan menghadapi banyak tantangan yang semakin kompleks, terutama berkaitan dengan
permasalahan organisme penganggu tanaman (OPT) padi, termasuk di dalam mencari varietas-
varietas baru yang tahan terhadap serangan OPT padi. Penyakit penyakit yang menyerang
tanaman padi antara lain penyakit blas yang disebabkan oleh cendawan Pyricularia oryzae,
penyakit bercak coklat yang disebabkan oleh Helminthosporium oryzae, penyakit busuk batang
yang disebabkan oleh Sclerotium oryzae, dan penyakit hawar daun yang disebabkan oleh
Rhizoctonia solani (Semangun, 1993).
Salah satu penyakit utama pada tanaman padi adalah penyakit blas. Penyakit ini
disebabkan oleh cendawan Pyricularia oryzae yang merupakan salah satu penyakit penting pada
tanaman padi di seluruh dunia. Epidemi penyakit blas di Indonesia yang semula terjadi pada
tanaman padi gogo, sejak awal tahun 1985 telah berstatus sebagai penyakit utama padi di lahan
sawah tadah hujan dan pada awal tahun 2000 berkembang di lahan irigasi. Di Indonesia,
epidemi penyakit blas sudah menyebar pada hampir semua sentra produksi padi (Sudir et al.
2014). Menurut hasil survei Balai Proteksi Pertanian dan Peternakan Maluku (BP3M) (2017),
melaporkan bahwa intensitas serangan penyakit blas di pulau Buru Kecamatan Waeapo sudah
mencapai 15%, dan Kecamatan Lolongguba (10%), namun masih tergolong dalam skala
kerusakan kecil, tetapi perkembangan Blas di lapangan yang demikian cepat sehingga di
rekomendasikan untuk dilakukan tindakan pengendalian pada kedua kecamatan tersebut.

Perkembangan penyakit blas dipengaruhi oleh faktor abiotik seperti curah hujan, jumlah
hari hujan dan kelembaban. Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan blas adalah naungan.
Lama masa inkubasi sangat bervariasi, tergantung dengan kombinasi inang-patogen dan faktor
lingkungan yang mendukung seperti suhu, kelembapan, dan ketahanan tanaman inang itu sendiri.
Makin panjang masa inkubasinya, maka semakin tahan galur/varietas padi tersebut (Haryanto
2008).
Upaya pengendalian sudah dilakukan oleh peneliti sebelum dengan menggunakan
varietas tahan dilakukan secara intensif. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan beberapa cara
antara lain, penggunaan fungisida, varietas tahan, praktek agronomi dan metode bioteknologi
(Ribot et al., 2008; Sri et al, 2013). Dari berbagai cara pengendalian tersebut, penggunaan
varietas tahan adalah cara yang paling ekonomis dan ramah lingkungan untuk pengelolaan blas
pada tanaman padi. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan pengujian ketahanan 6
varietas padi terhadap penyakit blas.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana respon ketahanan varietas padi terhadap penyakit blas di Desa Savanajaya ?
2. Lahan manakah yang sesuai untuk budidaya tanaman padi ?

1.3 Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian sebagai berikut :

1. Menguji respon ketahanan enam varietas padi terhadap penyakit blas di Desa Savanajaya
2. Membandingkan intensitas kerusakan penyakit pada lahan tadah hujan dan lahan sawah
irigasi

1.4 Hipotesis

1. Varietas padi unggul IPB 3S, IPB 86, dan IPB 96 merupakan varietas yang tahan
terhadap penyakit blas

2. Lahan budidaya sawah irgasi memiliki intensitas kerusakan terendah

Anda mungkin juga menyukai